Anda di halaman 1dari 12

https://id.wikipedia.

org/wiki/Perencanaan_sumber_daya_perusahaan
Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa
Inggrisnya, enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi
perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan
proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di
perusahaan bersangkutan.

ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik
secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang langsung
berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Customer Relationship Management
(CRM), e-Government dan lain-lain.

Modul ERP

Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul
pendukung yakni Finansial dan akuntasi serta Sumber Daya Manusia

1. Modul Operasi
General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution,
Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and
Control, Project System, Environment Management
2. Modul Finansial dan Akuntansi
General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management,
Treasury, Enterprise Controlling,
3. Modul Sumber Daya Manusia
Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event
Management, Organizational Management, Travel Management

Keuntungan penggunaan ERP

- Integrasi data keuangan


Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan
mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik
- Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi
peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk
- Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk
perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis
bisnis yg berbeda-beda.

Keuntungan yg bisa diukur

- Penurunan inventori
- Penurunan tenaga kerja secara total
- Peningkatan service level
- Peningkatan kontrol keuangan
- Penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi
Berikut ini adalah ringkasan poin-poin yg bisa digunakan sebagai pedoman pada saat implementasi
ERP:

- ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus
terlibat dan memberikan dukungan
- ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya.
Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan
- Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri
praktik implementasi ERP. Ada metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih
terjamin keberhasilannya

Gagalnya ERP

- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran


- Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
- Kurangnya edukasi dalam tahap implementasi akan memberikan kesulitan bagi user yang
justru akan memperlambat proses Bosnia perusahaan.

Tanda-tanda kegagalan ERP

Kegagalan ERP biasanya ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:

- Kurangnya komitmen top management


- Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisis strategi bisnis)
- Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
- Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
- Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
- Kesalahan penghitungan waktu implementasi
- Tidak cocoknya software dgn business process
- Kurangnya training dan pembelajaran
- Cacatnya project design & management
- Kurangnya komunikasi
- Saran penghematan yang menyesatkan
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309995/pendidikan/BAB+6+SISTEM+PERENCANAAN+SUMBER
+DAYA+PERUSAHAAN.pdf

Definisi Enterprise Resource Planning (ERP)

ERP adalah paket software yang melibatkan banyak modul software yang berkembang terutama dari
sisitem tradisional Manufacturing Resource Planning (MRP II). Tujuan dari ERP adalah untuk
mengintegrasikan proses-proses kunci organisasi seperti order entry, manufacturing, pembelian dan
utang dagang, penggajian, dan sumber daya manusia. Dalam model system informasi tradisional tiap
departemen atau fungsi mempunyai system komputer sendiri yang didesain untuk mengoptimalkan
kinerjanya tiap departeman dan fungsi. ERP menggabungkan semua ini menjadi satu system yang
terintegrasi yang mengaskses satu database sehingga memungkinkan sharing informasi dan
meningkatkan komunikasi dalam perusahaan.

Dalam system informasi tradisional dengan arsitektur database tertutup yang konsepnya mirip
dengan pendekatan flat-file. Seperti pada pendekatan flat-fileapproach, data tetap menjadi property
aplikasi. Lalu muncullah database independen yang berbeda dan terpisah. Dan sperti tang terjadi pada
pendekatan flat-file, kemungkinan terjadinya redudansi data tinggi.

Komunikasi yang tidak efektif antar system tradisional sering menyebabkan proses disain system yang
terbagi-bagi. Tiap sistem di disain untuk menylesaikan masalah operasional spesifik daripada sebagai
bagian dari stategi keseluruhan.

Sistem IRP mendukung arus informasi yang halus. Lintas organisasi dengan menyediakan lingkungan
yang standar untuk bisnis perusahaan dan database operasional umum yang mendukung operasi.
Aplikasi Inti (core Application) dari ERP

Berdasarkan fungsinya, ERP dibagi menjadi 2 kelompok umum yaitu core applications and business
analysis applications. Core applications adalah aplikasi yang mendukung oprasional aktivitas sehari-
hari pada bisnis. Core application tidak terbatas pada penjualan dan distribusi, perencanaan bisnis,
perencanaan produksi, pengendalian dasar perusahaan dan logistik. core application juga dapat
disebut aplikasi Online transaction processing(OLTP). Aplikasi ini termasuk:

- Fungsi Penjualan dan distribusi menangani order yang masuk dan menjadwal pengiriman.
termasuk memeriksa ketersediaan produk untuk memastikan pengiriman yang tepat waktu
dan memverifikasi batas kredit pelanggan. tidak seperti traditional model, order pelanggan
masuk dalam ERP hanya sekali. semenjak semua pengguna dapat mengakses database umum,
status order dapat ditentukan pada setiap point. kenyataannya, pelanggan dapat mengakses
internet dan memeriksa status order secara langsung. integrasi tersebut mengurangi kativitas
maual, menghemat waktu, dan mengurangi kesalahan.
- Perencanaan bisnis terdiri dari perkiraan permintaan, perencanaan produksi produk, dan
detail arah informasi yang menjelaskan rangkaian dan tahapan dari proses yang sedang
berlangsung. perencanaan kapasitas dan perencanaan produksi bisa sangat kompleks,oleh
karena itu beberapa ERP menyediakan alat simulasi untuk membantu manajer memutuskan
bagaimana untuk menghindari kekurangan pada material, tenaga kerja, atau fasilitas-fasilitas
pabrik.sekali master production schedule selesai, data masuk ke modul MRP ( Materials
requirment planning), yang menyediakan tiga bagian kunci pada informasi: laporan
pengecualian, daftar material yang dibutuhkan, daftar permintaan persediaan.
- Pengendalian dasar peusahaan menyangkut jadwal produksi yang detail, pengiriman, dan
kegiatan penetapan biaya pekerja dihubungkan dengan proses produksi aktual.
- Aplikasi logistik bertanggung jawab untuk meyakinkan pengiriman yang tepat waktu kepada
pelanggan. sebagian besar ERP juga termasuk kegitan pengadaan dalam fungsi logistik.

OLAP (Online Analitycal Processing)

ERP bukan hanya sekedar sistem pemrosesan transaksi yang rumit. ERP adalah alat pendukung
keputusan yang menyediakan manajemen informasi yang real-time dan mengijinkan keputusan tepat
waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan mendapatkan keunggulan kompetitif. online
Analytical processing(OLAP) termasuk pendukung keputusan, modeling, pengembalian informasi,
pelaporan/analisis ad-hoc, dan what-if analisis.

II. Konfigurasi Sistem ERP

Sebagian besar sitem ERP berdasar pada model server klien. secara singkatnya, model server klien
adalah bentuk dari topologi jaringan yang mana komputer pengguna atau terminal (klien) mengakses
program dan data ERP melalui host computer yang disebut server. Walaupun server dapat dipusatkan,
klien biasanya ditempatkan dimacam-macam lokasi diseluruh perusahaan. dua bentuk dasar client-
server modul:

- Two Tier Model, pada two tier model, server menangani kedua tugas aplikasi dan database.
komputer klien bertanggung jawab untuk menyajikan data kepada pengguna dan
menyalurkan input pengguna kembali ke sever. bebrapa Vendor ERP menggunakan
pendekatan ini pada Local Area Network.

- Three Tier Model, fungsi database dan aplikasi terpisah dalam three tier model. bentuk ini
khusus untuk sistem ERP yang luas dimana pengguan menggunakan wide area network untuk
berhubungan antar pengguna. awalnya, klien membangun komunikasi dengan application
server. kemudian application server memulai hubangan kedua ke database server
OLTP vs OLAP

Perbedaan OLTP dan OLAP dapat diringkas sebagai berikut. Aplikasi OLTP mendukung tugas penting
manajemen melalui Queri sedehana pada oprasional database. aplikasi OLAP Mendukung tugas
penting manajemen melalui pemeriksaan analisis pada gabungan data yang kompleks yang didapat
dari data warehouse.

OLAP server mendukung common analytical operation termasuk:

- Consolidation adalah pengumpulan atau roll-up data.


- Drill-down mengizinkan pengguna untuk melihat data sesuai pilihan tingkat detail .
- Slicing and Dicing memungkinkan pengguna untuk memeriksa data dari sudut pandang yang
berbeda, sering dilaksanakan sepanjang waktu untuk menggambarkan tren dan pola

Perangkat Lunak Bolt-On

Banyak organisasi menemukan bahwa perangkat lunak ERP sendiri tidak dapat digunakan untuk
menjalankan semua proses dalam perusahaan. Perusahaan ini menggunakan b eb e rap a perangkat
lunak bolt- on yang disediakan vendor pihak ketiga untuk menjalankan proses bisnis tertentu.
Pemilihan perangkat lunak ini perlu mendapat perhatian agar dapat berjalan pada system ERP yang
akan diimplementasikan.

Supply Chain Management (SCM)

Supply chain management adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan memindahkan
barang dari tahap bahan baku sampai ke pelanggan. Ini termasuk pengadaan, penjadwalan produksi,
pemrosesan order tersebut, manajemen inventarisasi, transportasi, pergudangan, layanan pelanggan,
dan ramalan permintaan untuk barang. SCM sistem adalah suatu aplikasi perangkat lunak yang
mendukung tugas ini. Keberhasilan SCM menyelaraskan dan mengintegrasikan kegiatan tersebut ke
dalam proses yang halus. SCM menghubungkan semua mitra dalam rantai, termasuk vendor,
perusahaan pengangkut, perusahaan logistic pihak ketiga, dan penyedia sistem informasi.

III. Data Warehousing

Data warehouse merupakan basis data relational atau multidimentional yang dapat berisi data giga
sampai tera bytes. Proses data warehousing melibatkan extracting, converting dan standarizing data
operasional organisasi dari ERP dan sistem lama dan memasukkannya kedalam arsip pusat yang
disebut dengan data warehouse. Sekali data dimasukkan kedalam warehouse, data dapat diakses
melalui berbagai macam query dan alat analisis yanng digunakan untuk data mining (proses
selecting, exploring, dan modeling data untuk mengungkapkan hubungan dan pola umum yang ada
dalam basis data tetapi tersembunyi didalamnya).

Lima tahapan pokok dari proses data warehouse

- Perancangan data untuk data warehouse


- Mengekstrak data dari database operasional
- Pembersihan data yang diekstrak.
- Mengubah data menjadi model warehouse
- Memuat data kedalam database data warehouse Berikut tahapan penting dalam proses
data warehousing.

1. Membuat model Data Warehouse

Disain basis data yang baik menekankan pentingnya data normaization untuk menghilangkan update
anomaly, insertion anomaly, dan deletion anomaly. Hal ini diperlukan agar basis data dapat
mencerminkan hubungan yang dinamis yang terjadi dalam entitas secara akurat. Walaupun basis data
normalized secara penuh dapat menghasilkan model yang fleksibel yang dibutuhkan untuk membantu
banyak pengguna dalam lingkungan operasi yang dinamis ini, tetapi hal ini juga menambah
kompleksitas yang berakhir pada performa yang tidak efisien. Jadi, dalam merancang model basis
data ini perlu dipisahkan normalized table mana yang harus di konsolidasikan ke dalam denormalized
tables agar performa dari sistem dapat terjaga.

2. Mengekstrak data dari basis data operasi

Untuk mengekstraksi data dari basis data, umumnya basis data itu harus tidak beroperasi untuk
menghindari ketidakkonsistenan data. Karena besarnya data dan kebutuhan transfer yang cepat
untuk meminimalisir downtime, konversi tidak dilakukan atau dikerjakan sedikit saja. Untuk
mempercepat transfer, dapat digunakan teknik yang disebut changed data capture (hanya merekam
data yang dimodifikasi baru-baru ini). Salah satu fitur penting dari data warehouse adalah data yang
dimasukkan ke dalam data warehouse merupakan data yang stabil akibat data dimasukkan kedalam
warehouse setelah aktivitasnya selesai.

3. Membersihkan data yang diekstrak

Pembersihan data melibatkan perbaikan data sebelum dimasukkan kedalam warehouse. Pembersihan
ini dikarenakan data operasi dapat mengandung kesalahan klerikal, entri data, dan program.
Pembersihan ini, juga termasuk menstandarisasi istilah bisnis dalam basis data.
4. Mengubah data ke dalam data model warehouse

Data warehouse terdiri dari data detil dan data ringkas. Untuk meningkatkan efisiensi, data dapat di
ubah menjadi data ringkas sebelum dimasukkan kedalam warehouse. Sebuah data warehouse yang
berisi ringkasan data dapat mengurangi waktu proses selama analisis. Tetapi, karena masalah bisnis
memerlukan data detil untuk mengevaluasi tren, pola, atau anomali yang terlihat pada laporan ringkas
juga satu anomali dalam data detil dapat muncul dalam bentuk berbeda di ringkasan yang bermacam
maka perangkat lunak OLAP masih membolehkan pengguna membuat data detil virtual jika belum
ada.

5. Memasukkan data ke dalam basis data data warehouse

Kesuksesan data warehouse membutuhkan pemisahan pembuatan dan pemeliharaan antara data
warehouse dengan basis data operasi. Berikut beberapa alasan perlunya warehouse

- Efisiensi internal: Persyaratan struktur dan operasional dari pemrosesan transaksi dengan
data mining sangat berbeda, sehingga menjadi hal yang sangat tidak praktis untuk
menyimpan data operasional dengan arsip data dalam basis data yang sama.
- Integrasi dengan sistem yang lama:atau sebelumnya: Pengaruh dari sistem lama yang masih
sangat kental karena telah lama digunakan, sehingga sebagian besar data bisnis perusahaan
dibuat oleh sistem yang lama. Padahal data yang dihasilkan biasanya tidak dapat digunakan
dalam alat data mining modern. Jadi, agar data ini dapat dipakai, data warehouse yang
terpisah dibutuhkan untuk memberi ruang penyatuan antara sistem lama yang kontemporer
ke struktur umum yang mendukung analisis perusahaan secara menyeluruh.
- Konsolidasi data global: Munculnya ekonomi global membawa perubahan yang besar kepada
struktur bisnis organisasi dan kebutuhan akan informasi pun meningkat. Karena kompleksitas
dari bisnis saat ini, sebuah data warehouse yang terpusat dan terpisah dari basis data
operasional merupakan cara yang efektif untuk mengumpulkan, menstandarkan, dan
mengasimilasi data dari sumber yang beraneka ragam.

Pengambilan keputusan yang didukung oleh data warehouse

Data warehouse memiliki fungsi yang sama dengan basis data tradisional. Selain itu, basis data ini
juga menyediakan informasi lain yang tidak memungkinkan dibuat dalam sistem tradisional seperti
analisis multi dimensi serta visualisasi informasi. Pembuatan laporan standar dalam sistem data
warehousing ini dapat dilakukan secara otomatis sehingga dapat mengurangi akses ke warehouse dan
meningkatkan efisiensi dalam berhubungan dengan kepentingan yang lebih spesifik.

Teknik drill-down merupakan analisis data yang berguna dalam kaitannya dengan data mining. Analisis
drill-down dimulai dari meninjau data, dan ketika terlihat adanya anomali atau tren yang menarik,
pengguna dapat melihat hal itu secara lebih detil hingga tingkatan data detil. Hal ini tentunya tidak
dapat diantisipasi dalan laporan standar.

Ada keuntungan dengan membagi data kepada pihak luar seperti konsumen dan pemasok, yaitu
meningkatkan hubungan dengan piha tersebut dan memberikan layanan yang lebih baik. Selain itu
dapat memberikan respon yang lebih baik dalam rantai suplai.
IV. Resiko yang Berkaitan dengan Implementasi ERP

Berikut resiko yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi ERP:

1. Implementasi dengan pendekatan Big-Bang dan Phased-In


Kebanyakan implementasi ERP mengalami kegagalan karena masalah budaya dalam
perusahaan yang menentang proses ini. Ada beberapa pendekatan dalam
mengimplementasikan ERP, antara lain:
a. Pendekatan big-bang. Pendekatan ini mencoba untuk mengalihkan operasi dari sistem
lama ke sistem baru sekaligus, tanpa adanya tahapan pengimplementasian. Hal ini
tentunya akan mendapat penentang karena setiap orang dalam organisasi lebih familiar
dengan sistem lama. Selain itu, individu seringkali menemukan dirinya mengisi data lebih
banyak dibanding dengan saat menggunakan sistem lama. Hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan pada operasi harian. Tetapi ketika periode penyesuaian dapat
terlewati dan munculnya budaya perusahaan baru, ERP menjadi alat operasi dan strategik
yang memberikan keuntungan kompetitif kepada perusahaan.
b. Pendekatan Phased-In. Karena banyaknya tentangan atas pendekatan diatas, maka
pendekatan ini menjadi alternative favorit dalam pengimplementasian ERP. Pendekatan
ini mengimplementasikan ERP pada unit bisnis satu demi satu. Proses dan data umum
dapat disatukan tanpa harus mengganggu operasi perusahaan. Tujuan dari pendekatan
ini adalah untuk membuat ERP dapat berjalan dengan baik bersamaan dengan sistem
lama, setelah fungsi-fungsi organisasi terkonversikan kedalam sistem yang baru, sistem
lama diistirahatkan.
2. Oposisi terhadap perubahan budaya bisnis
Perubahan harus dapat didukung oleh budaya organisasi itu sendiri agar implementasi ERP
dapat berhasil. Selain itu, diperlukan staf teknis untuk sistem baru ini atau basis pengguna
yang paham teknologi komputer agar proses pembelajarannya dapat berjalan lancar.
3. Memilih ERP yang salah
Alasan umumnya dari kegagalan pengimplementasian ERP adalah ERP tidak mendukung satu
atau lebih proses bisnis yang penting. Jika salah memilih, dibutuhkan perubahan model ERP
yang luas, memakan waktu, dan juga tentunya menghabiskan dana yang tidak sedikit.
Gangguan serius dapat terjadi dikarenakan kealpaan ini. Lebih lanjut, pengembangan dari
sistem ERP ini akan menjadi lebih sulit lagi.
4. Goodness of Fit.
Manajemen perlu yakin bahwa ERP yang dipilih tepat bagi perusahaan. Untuk menemukannya
diperlukan proses seleksi perangkat lunak yang meyerupai corong, yang dimulai dari hal yang
luas lalu menjadi lebih terfokus. Tetapi, jika proses bisnis itu sangat unik, sistem ERP harus
dimodifikasi agar dapat berjalan dengan sistem yang lama atau mengakomodasi perangkat
lunak bolt-on.
5. Isu skalabilitas sistem.
Jika manajemen memperkirakan volume bisnis yang meningkat saat penggunaan sistem ERP,
mereka memiliki isu skalabilitas yang perlu dialamatkan. Skalabilitas adalah kemampuan dari
sistem untuk berjalan secara lancar dan ekonomis saat persyaratan pengguna bertambah.
Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah size, speed, dan workload.
6. Memilih konsultan yang salah
Sukses dari pengimplementasian ini tergantung dari keahlian dan pengalaman yang biasanya
tidak tersedia langsung. Karena itu, kebanyakan implementasi ERP melibatkan perusahaan
konsultan yang mengkoordinasikan proyek, membantu organisasi dalam mengenali
kebutuhannya. Tetapi, dengan banyaknya permintaan pengimplementasian sistem ERP,
maka perusahaan konsultan kekurangan sumber daya manusia. Hal ini menyebabkan
penempatan individu yang tidak sesuai dengan kualifikasi. Permasalahan ini menyebabkan
banyaknya proses implementasi ERP yang gagal. Oleh karena itu, sebelum melibatkan sebuah
konsultan luar, manajemen perlu melakukan tahap-tahap berikut ini:
a. Mewawancara staf yang diusulkan kepada proyek dan buat draft yang meyebutkan
penempatan tugasnya.
b. Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf ditangani.
c. Lakukan rujukan terhadap member staf yang diusulkan.
d. Selaraskan kpentingan konsultan yang organisasi itu bernegosiasi sebuah skema pay-per-
performance yang didasari pencapaian tertentu atas proyek. Contohnya, jumlah uang
yang dibayar kepada konsultan mungkin berada di kisaran 85 sd 115 persen dan upah
kontrak, tergantung dari apakah kesuksesan proyek pengimplementasian berada sesuai
jadwal atau tidak.
e. Buat waktu tenggat pemutusan yang tegas kepada konsultan untuk menghindari
konsultasi yang tidak ada akhirnya, yang berakibat ketergantungan dan upah yang
mengalir tanpa henti.

Biaya tinggi dan biaya yang melebihi anggaran

Resiko yang ada bebentuk biaya yang di anggap terlalu rendah atau yang tidak diantisipasi. Masalah
yang sering muncul terjadi dalam beberapa area yaitu

- Pelatihan. Biaya pelatihan selalu lebih tinggi dari yang diperkirakan karena manajemen
berfokus terutama pada niaya mengajarkan pekerja perangkat lunak baru. Hal ini sebenarnya
hanya sebagian dari pelatihan yang dibutuhkan. Pekerja juga harus mempelajari prosedur
baru, yang seringkali diabaikan saat proses penganggaran.
- Pengujian dan penyatuan sistem. ERP merupakan model keseluruhan yang dalam teorinya
satu sistem yang menggerakkan seluruh organisasi. Pada kenyataannya, banyak organisasi
menggunakan ERP sebagai tulang punggung yang terikat pada sistem lama dan perangkat
lunak bolt-on, yang mendukung kebutuhan khusus perusahaan. Menggabungkan sistem yang
tidak sama ini dengan sistem ERP dapat melibatkan penulisan program konversi atau bahkan
memodifikasi kode internal dari ERP. Penggabungan dan pengujian dilaksanakan dengan basis
case-by-case, jadi biayanya sangat sulit ditaksir sebelumnya.
- Konversi basis data. Sebuah sistem ERP baru biasanya berarti basis data baru. Konversi data
merupakan proses mengalihkan data dari sistem lama kepada basis data ERP. Jika data
sistem lama handal, proses konversi dilaksanakan lewat prosedur yang otomatis. Meskipun
dengan kondisi ideal, pengujian dan rekonsiliasi manual dibutuhkan untuk menjamin bahwa
pemindahan telah lengkap dan akurat.

Proses implementasi ERP ini memerlukan biaya yang besar sedangkan manfaatnya tidak dapat
dirasakan dalam jangka waktu yang pendek. Untuk itu, manajemen harus pandai menaksir
kuntungan yang didapat dari pengimplementasian ini agar tidak mengalami kerugian akibat proses ini.

Gangguan Operasi

Sistem ERP dapat mengacaukan operasi perusahaan yang memasangnya. Hal ini disebabkan sistem
ERP ini terlihat asing dibandingkan dengan sistem lama sehingga memerlukan periode penyesuaian
untuk memperlancar proses implementasi ini.
V. Implikasi terhadap Kontrol Internal dan Audit

Beberapa perhatian penting atas isu kontrol internal dan audit, antara lain:

1. Otorisasi transaksi
Kontrol perlu ditanamkan pada sistem untuk memvalidasi transaksi sebelum diterima dan
digunakan modul lain. Tantangan bagi auditor adalah memverifikasi otorisasi transaksi
untuk mendapatkan pengetahuan yang terperinci atas konfigurasi sistem ERP dan
pengertian yang seksama atas proses bisnis dan arus informasi antara komponen sistem.
2. Pemisahan tugas
Keputusan operasional organisasiberbasis ERP berusah didekatkan dengan sumber dari
kejadiannya. Proses manual yang memerlukan pemisahan tugas seringkali dihilangkan dalam
lingkungan ERP. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagaimana mengamankan,
mengontrol suatu sistem agar dapat menjamin pemisahan tugas berjalan dengan baik. Untuk
memecahkan masalah ini, SAP memperkenalkan teknik user role. Seiap role diberikan suatu
set aktivitas yang ditugaskan pada pengguna yang berwenang dalam sistem ERP. Auditor perlu
memastikan apakan role ini diberikan sesuai dengan tanggung jawab kerjanya.
3. Pengawasan
Seringkali kegagalan dari implementasi ERP dikarenakan manajemen tidak mengerti dengan
baik pengaruhnya terhadap bisnis. Seringkali, setelah ERP berjalan, hanya tim implementasi
yang mengerti cara kerjanya. Karena peran tradisional akan diganti, supervisor perlu
mendapatkan pengertian teknis dan operasional yang mendalam atas sistem baru ini.
Supervisor seharusnya memiliki waktu untuk mengelola melalui kemampuan pengawasan
yang ditingkatkan serta meningkatkan rentang kontrol mereka.
4. Accounting Records
Dalam sistem ini data OLTP dapat dengan mudah diproses menjadi berbagai macam produk
akuntansi, resiko yang ada dapat diminimalkan dengan meningkatkan akurasi entri data.
Tetapi, Walaupun menggunakan teknologi ERP, beberapa resiko atas akurasi accounting
records masih muncul. Hal ini disebabkan karena data yang rusak atau tidak akurat akibat
melewati sumber eksternal. Data ini dapat berisi duplicate records, nilai yang tidak akurat,
atau fields yang tidak lengkap. Oleh karena itu dibutuhkan pembersihan data untuk
mengurangi resiko dan menyakinkan data yang paling akurat dan terkini yang diterima.
5. Kontrol akses
Security merupakan isu yang penting dalam implementasi ERP. Tujuan dari security ini
untuk menyediakan kerahasiaan, kejujuran, dan ketersediaan informasi yang dibutuhkan.
Apabila security lemah, dapat menyebabkan pembeberan rahasia dagang kepada pesaing dan
akses tanpa izin.

Akses kepada data warehouse

Kontrol dari akses merupakan fitur penting data warehouse yang dibagi kepada konsumen dan
pemasok. Organisasi seharusnya membangun prosedur untuk mengawasi otorisasi individual
ditempat konsumen dan suplier yang akan diberi akses kedalam data warehouse-nya

Perencanaan kontingensi

Organisasi harus mempunyai rencana kontingensi yang rinci dapat digunakan sewaktu-waktu bila
terjadi bencana yang dikembangkan untuk operasi komputer dan bisnis. Rencana ini perlu
dikembangkan sebelum sistem ERP berjalan. Organisasi yang memiliki unit bisnis yang sangat
terintegritas mungkin memerlukan satu system ERP yang dapat diakses melalui internet atau private
line dari seluruh dunia untuk mengkonsolidasikan data dari sistem sekunder. Sedangkan perusahaan
dengan unit organisasi yang berdiri sendiri dan tidak berbagi konsumen, pemasok, atau produk yang
sama seringkali memilih untuk memasang server regional.

Verifikasi Independen

Fokus verifikasi independen atas sistem ini tidak tertumpu pada tingkatan transaksi, tetapi secara
keseluruhan. Hal ini menyebabkan usaha verifikasi independen hanya dapat dilakukan oleh tim yang
mahir teknologi ERP.

6. Mengaudit data warehouse


Dalam mengaudit sistem informasi, auditor harus dapat mendesain prosedur untuk
mengumpulkan bukti atas asersi manajemen yang berhubungan dengan laporan keuangan
perusahaan. Data yang terkandung dalam data warehouse merupakan sumber yang sangat
baik dalam menyelenggarakan analisis time-series dan ratio. Walaupun demikian, auditor
perlu memahami prosedur dalam mempopulasi warehouse. Pembersihan data merupakan
tahapan penting dalam mengelola warehouse agar berguna dengan baik. Jadi, auditor harus
berhati-hati menggantungkan diri pada warehouse.

Anda mungkin juga menyukai