Anda di halaman 1dari 8

HALLAPORAN KEGIATAN KKP PERENCANAAN

AL-IZZAH INTERNATIONAL ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Menempuh Mata Kuliah Kuliah Kerja Profesi
AR 7120

Semester Ganjil 2019-2020

Disusun Oleh

Mariana Umar (1622074)


Indri Fitriawati (1622112)

Pembimbing:
Ir. Gaguk Sukowiyono, MT
Ir. Suryo Tri H, MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2019
1 BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang
sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada peserta
didiknya agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Namun sistem pendidikan
di sekolah formal belum mampu sepenuhnya mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
pasalnya pendidikan keagamaan yang berpengaruh terhadap budi pekerti dan pembinaan
karakter hanya diberi waktu sedikit saja yaitu dua jam per-minggu.

Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 tahun 2003
dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.

Kehidupan zaman yang berlangsung cepat seperti sekarang ini membawa berbagai
macam perubahan. Modernitas ternyata membawa implikasi negative dengan adanya
ketidak seimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Alhasil, banyak terjadi
kerusakan moral di masyarakat akibat kurangnya pendidikan keagamaan baik di rumah
maupun di sekolah. Realita sosial yang terjadi saat ini seperti maraknya kriminalitas
dengan kekerasan, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan lain-
lain, membuat orang tua merasa khawatir, dan tidak mudah untuk mencarikan
lingkungan yang baik untuk putra-putrinya.
Maka adanya program sekolah berasrama (Boarding School) dianggap sebagai solusi
yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Keberadaan Boarding School adalah suatu
konsekuensi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara
pandang religiusitas masyarakat dengan adanya keinginan dari para orang tua untuk
melahirkan generasi yang lebih agamis. Dari segi sosial, sistem boarding school
mengisolasi anak didik dari lingkungan social yang heterogen yang cenderung buruk. Di
lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif
homogen dan satu tujuan yaitu menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang
lebih berkualitas (Purwanto, 2011). Sekolah berasrama juga menampung siswa dari
berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi, siswa berasal dari berbagai
daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecenderungan dan
kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk
membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan temantemannya
yang berbeda sehingga sangat baik untuk melatih wisdom anak dan menghargai
pluralitas.
Di asrama, setiap hari siswa harus mampu melakukan kegiatan-kegiatannya secara
mandiri, tidak lagi tergantung pada orang tua seperti ketika masih tinggal dirumah.
Kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan orang lain, tanpa dikontrol oleh orang
lain, dapat melakukan kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya. Menurut Sukadji, dalam Mubarok (2011) yang dimaksud kemandirian
adalah: a) mampu mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajiban yang dimiliki,
b) mampu menentukan nasib sendiri, tidak tergantung pada orang lain sampai batas
kemampuannya, c) mampu bertanggung jawab atas keputusan, tindakan dan
perasaannya sendiri, d) mampu membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.
Johnson dan Medinnus (Widjaja, 1996) menjelaskan bahwa kemandirian merupakan
salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi otonom,
berusaha kearah terwujudnya prestasi pribadi dan tercapainya tujuan.
Lembaga Pendidikan Muslimah Indonesia (LPMI) Al-Izzah dibangun berlandaskan
keinginan yang kuat memberi jawaban alternatif tehadap kecemasan para orang tua
mengenai masa depan anak-anaknya, khususnya anak-anak putri. Sebuah lembaga yang
mengintegrasikan nilai-nilai fundamental Islam dengan pemberian wawasan yang
komperehensif mengenai tantangan di zamannya. Di awali tahun 2006 Al Izzah
menyelenggarakan pendidikan menengah (SMP) dan di tahun 2011 memulai program
pedidikan menengah atas (SMA). Dengan mengikrarkan diri menjadi sekolah
berstandard internasional dan ter-akreditasi A, sekolah ini telah beranjak menjadi salah
satu sekolah unggulan di Kota Batu, LPMI Al Izzah Batu menggambarkan kemajuan
yang signifikan terhadap komitmen membangun nilai-nilai keislaman dan moralitas
secara umum.

Menawarkan cara-cara baru dan inovatif, Lembaga Pendidikan Muslimah Indonesia


(LPMI) progam SMP-SMA Al-Izzah mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terintegrasi dengan nilai-nilai islami. Dalam sistem ini, diharapkan santri mengenal
secara mantap tentang jati dirinya sebagai generasi Islam, sekaligus mampu
manampilkan bakat dan potensinya serta memandang secara optimis setiap fenomena
mutakhir yang kelak dihadapinya. Artinya, mereka harus dididik dalam sebuah lembaga
yang mengintegrasikan nilai-nilai fundamental Islam dengan pemberian wawasan yang
komperehensif mengenai tantangan di zamannya.
Lokasi Al-Izzah yang stategis dan kondusif (berada di pusat Kota Batu dan di kaki
Bukit Banyak yang sejuk) serta bangunan dan fasilitas yang tertata dengan baik, sangat
ideal untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Dengan
sistem boarding maka proses penyemaian ajaran Islam akan lebih cepat
terinternalisasikan ke dalam jiwa santriwati, di samping model asrama yang akan
menuntut santriwati untuk melatih kedisiplinan dan manajemen waktu.
Sehingga dengan adanya asrama diharapkan anak bisa melakukan penyesuaian diri
dengan baik, selain itu diharapkan juga dapat mendukung kelancaran dalam
melaksanakan proses belajar baik di asrama, sekolah maupun dalam mendukung cita-
citanya dikemudian hari.
2. Tujuan
Mengetahui seberapa banyak ilmu dari bangku kuliah yang dapat diimplementasikan
atau diterapkan ke proyek lapangan. Utamanya pada pengerjaan perencanaan proyek Al
Izzah International Islamic Boarding School selama kuliah kerja profesi di Imajiner
Arsitek, mulai dari pengamatan terhadap tapak hingga proses pengerjaan gambar kerja.

3. Lingkup Kegiatan
Lingkup kerja praktek yaitu bidang perencanaan pada proyek Al-Izzah International
Islamic Boarding School. Dimana pengamatan bidang perencanaan didalamnya terdiri
dari penyajian gambar desain.

4. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penyusunan laporan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan lingkup kegiatan, serta sistematika
penulisan laporan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Bab ini berisi tentang kajian pustaka dengan materi yang terkait dengan
bidang amatan.

BAB III TINJAUAN OBYEK KKP


Bab ini berisi tentang Diskripsi obyek KKP. (Bidang Pekerjaan Pelaksanaan
dan Pengawasan, Perencanaan Umum, Perancangan).

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN


Bab ini berisi tentang laporang kegiatan baik secara, sistem pengelolaan
(manajemen pengelolaan proyek) maupun laporan teknis pelaksanaan.

BAB V EVALUASI KEGIATAN


Bab ini berisi tentang evaluasi kegiatan selama waktu pengamatan, tentang
permasalahan - permasalahan yang terjadi, dan solusi yang dilakukan oleh
pelaksana.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat di tarik selama waktu pengamatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. Asrama
2.1 Pengertian Asrama
Dalam bahasa Inggris, asrama dikenal dengan istilah dormitory atau residence hall
untuk tingkat universitas. Kamus Mirriam-Webster mendefinisikan dormitory
sebagai:
a) a room for sleeping; especially: a large room containing numerous beds;
b) a residence hall providing rooms for individuals or for groups usually without
private baths. Istilah residence hall lebih sering digunakan untuk terminologi
asrama mahasiswa karena terdapat perbedaan fasilitas dengan dormitory.
Sementara dormitory lebih banyak digunakan dalam konteks asrama sekolah
karena identik dengan fasilitas kamar tidur dengan banyak tempat tidur. Secara
umum, gedung asrama di Indonesia dibagi berdasarkan gender pengguna,
yaitu, asrama putra dan asrama putri.
Dalam konteks Indonesia, menurut KBBI, asrama merupakan bangunan tempat
tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar,
dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.

Kata asrama dipakai dalam pengertian kamar dan papan. Sekolah beras- rama
merupakan model sekolah yang memilliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding
sekolah reguler (Vembriarto, 1993).

2.2 Jenis-jenis sekolah berasrama menurut sistem bermukim siswa


 All Boarding School
All Boarding School adalah jenis sekolah berasrama yang seluruh siswanya
wajib tinggal di asrama. Seluruh aktivitas yang dilakukan di asrama dan di
sekolah menjadi satu kesatuan dalam pola pendidikan yang utuh sebagaimana
kehidupan nyata
 Boarding Day School
Jenis sekolah berasrama yang sebagian besar siswanya tinggal di asrama dan
sebagian lagi tinggal di lingkungan sekitar sekolah
 Day Boarding
Hanya sebagian kecil peserta didik yang tinggal di asrama. Mayoritas siswanya
tidak tinggal di as- rama. Sekolah demikian biasanya menyediakan fasilitas
asrama hanya untuk keperluan khusus, misalnya karena jarak yang jauh, atau
kebutuhan tertentu dalam konteks pilihan pembelajaran. Mi salnya ada peserta
didik yang menghendaki mendapatkan layanan pendidikan tertentu.

2.3 Sekolah berasrama menurut jenis siswa


 Junior Boarding School
Asrama yang diperuntukkan bagi peserta didik dari jenjang pendidikan dasar
dan menengah secara bersama. Misalnya dari anak SD hingga SMA. Dalam
sekolah berasrama seperti ini biasanya karena alasan geografis atau karena
peminatan terhadap ilmu yang dipelajari, seperti mempelajari ilmu agama.
 Co-educational School
Sekolah berasrama yang menerima siswa laki-laki dan perempuan. Jenis sekolah
berasrama ini biasanya mendukung sekolah formal yang juga diperuntukkan
bagi laki-laki dan perempuan. Namun, biasanya pengelolaan as- rama dibedakan
antara laki-laki dan perempuan.
 Boys School
Berasarama yang hanya menerima peserta didik laki-laki saja. Pengelompokkan
ini biasanya ditujukan karena jenis pendidikan yang hanya dipertuntukan bagi
laki-laki. Atau pengelolaan asrama yang dapat dilayani hanya untuk laki-laki
saja.
 Girls School
Asrama yang dikhu- suskann pada peserta didik perempuan (girls school).
ditujukan karena jenis pendidikan yang hanya dipertuntukan bagi perempuan.
Atau pengelolaan asrama yang dapat dilayani hanya untuk perempuan saja
 Pre-professional Arts School
Jenis asrama yang menjadi tempat belajar mereka yang mengembangkan potensi
dirinya di bidang seni mengarah pada profesionalitas.
 Religious School
Asrama yang kuriku- lumnya mengacu pada agama tertentu.
 Special-Needs Boarding School
Keterbatasan yang dialami oleh anak-anak berkebutuah khusus juga menjadi
dasar untuk membuka layanan asrama khusus bagi mereka. Asrama demikian
terutama untuk memudahkan layanan dan membangun sosiaslisasi di antara
anak-anak berkebutuhan khusus

2.4 Sekolah berasrama menurut pengelola


 Dikelola Pemerintah/Pemerintah Daerah
Sekolah berasrama yang dikelola pemerintah, adalah sekolah negeri yang
diselenggarakan secara khusus. Belakangan ini bermunculan sekolah yang
dibangun pemerintah atau pemerintah daerah dengan maksud sebagai learning
centre, yakni sebagai upaya untuk menghadirkan layanan pendidikan bermutu
bagi anak-anak yang secara khusus direkrut oleh pemerintah atau pemerintah
daerah. Bentuk layanan demikian umumnya dikhususkan bagi peserta didik
berprestasi, sehingga pembiayaan biasanya dibebankan kepada pemerintah.
 Dikelola Masyarakat
Sekolah berasrama yang dikelola oleh masyarakat sangatlah beragam jenisnya.
Ada sekolah berasrama yang menerapkan model ketarunaan, keagamaan, atau
asrama biasa. Model ketarunaan dapat dilihat dari kepemilikan sekolah oleh
lembaga penyelenggara yang memiliki keterkaitan dengan militer. Sedangkan
model keagamaan umumnya diselenggarakan oleh masyarakat atas dasar
kebutuhan pendidikan agama yang dominan, seperti pondok pesantren, seminari,
dan sejenisnya.
Selain kedua jenis itu, ada pula sekolah swasta yang menyelenggarakan asrama
semata untuk menampung peserta didik yang bertempat tinggal jauh.

Anda mungkin juga menyukai