Disusun Oleh
Pembimbing:
Ir. Gaguk Sukowiyono, MT
Ir. Suryo Tri H, MT
Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 tahun 2003
dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Kehidupan zaman yang berlangsung cepat seperti sekarang ini membawa berbagai
macam perubahan. Modernitas ternyata membawa implikasi negative dengan adanya
ketidak seimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Alhasil, banyak terjadi
kerusakan moral di masyarakat akibat kurangnya pendidikan keagamaan baik di rumah
maupun di sekolah. Realita sosial yang terjadi saat ini seperti maraknya kriminalitas
dengan kekerasan, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan lain-
lain, membuat orang tua merasa khawatir, dan tidak mudah untuk mencarikan
lingkungan yang baik untuk putra-putrinya.
Maka adanya program sekolah berasrama (Boarding School) dianggap sebagai solusi
yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Keberadaan Boarding School adalah suatu
konsekuensi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara
pandang religiusitas masyarakat dengan adanya keinginan dari para orang tua untuk
melahirkan generasi yang lebih agamis. Dari segi sosial, sistem boarding school
mengisolasi anak didik dari lingkungan social yang heterogen yang cenderung buruk. Di
lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif
homogen dan satu tujuan yaitu menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang
lebih berkualitas (Purwanto, 2011). Sekolah berasrama juga menampung siswa dari
berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi, siswa berasal dari berbagai
daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecenderungan dan
kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk
membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan temantemannya
yang berbeda sehingga sangat baik untuk melatih wisdom anak dan menghargai
pluralitas.
Di asrama, setiap hari siswa harus mampu melakukan kegiatan-kegiatannya secara
mandiri, tidak lagi tergantung pada orang tua seperti ketika masih tinggal dirumah.
Kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan orang lain, tanpa dikontrol oleh orang
lain, dapat melakukan kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya. Menurut Sukadji, dalam Mubarok (2011) yang dimaksud kemandirian
adalah: a) mampu mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajiban yang dimiliki,
b) mampu menentukan nasib sendiri, tidak tergantung pada orang lain sampai batas
kemampuannya, c) mampu bertanggung jawab atas keputusan, tindakan dan
perasaannya sendiri, d) mampu membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.
Johnson dan Medinnus (Widjaja, 1996) menjelaskan bahwa kemandirian merupakan
salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi otonom,
berusaha kearah terwujudnya prestasi pribadi dan tercapainya tujuan.
Lembaga Pendidikan Muslimah Indonesia (LPMI) Al-Izzah dibangun berlandaskan
keinginan yang kuat memberi jawaban alternatif tehadap kecemasan para orang tua
mengenai masa depan anak-anaknya, khususnya anak-anak putri. Sebuah lembaga yang
mengintegrasikan nilai-nilai fundamental Islam dengan pemberian wawasan yang
komperehensif mengenai tantangan di zamannya. Di awali tahun 2006 Al Izzah
menyelenggarakan pendidikan menengah (SMP) dan di tahun 2011 memulai program
pedidikan menengah atas (SMA). Dengan mengikrarkan diri menjadi sekolah
berstandard internasional dan ter-akreditasi A, sekolah ini telah beranjak menjadi salah
satu sekolah unggulan di Kota Batu, LPMI Al Izzah Batu menggambarkan kemajuan
yang signifikan terhadap komitmen membangun nilai-nilai keislaman dan moralitas
secara umum.
3. Lingkup Kegiatan
Lingkup kerja praktek yaitu bidang perencanaan pada proyek Al-Izzah International
Islamic Boarding School. Dimana pengamatan bidang perencanaan didalamnya terdiri
dari penyajian gambar desain.
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan lingkup kegiatan, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat di tarik selama waktu pengamatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Asrama
2.1 Pengertian Asrama
Dalam bahasa Inggris, asrama dikenal dengan istilah dormitory atau residence hall
untuk tingkat universitas. Kamus Mirriam-Webster mendefinisikan dormitory
sebagai:
a) a room for sleeping; especially: a large room containing numerous beds;
b) a residence hall providing rooms for individuals or for groups usually without
private baths. Istilah residence hall lebih sering digunakan untuk terminologi
asrama mahasiswa karena terdapat perbedaan fasilitas dengan dormitory.
Sementara dormitory lebih banyak digunakan dalam konteks asrama sekolah
karena identik dengan fasilitas kamar tidur dengan banyak tempat tidur. Secara
umum, gedung asrama di Indonesia dibagi berdasarkan gender pengguna,
yaitu, asrama putra dan asrama putri.
Dalam konteks Indonesia, menurut KBBI, asrama merupakan bangunan tempat
tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar,
dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.
Kata asrama dipakai dalam pengertian kamar dan papan. Sekolah beras- rama
merupakan model sekolah yang memilliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding
sekolah reguler (Vembriarto, 1993).