Anda di halaman 1dari 7

SISTEM EVALUASI KOMPETENSI GURU

A. Rumusan Masalah
a) Menjelaskan kompetensi guru
b) Menjelaskan peran guru
c) Menjelaskan kinerja guru
d) Menjelaskan sistem evaluasi kompetensi
e) Wacana dan diskusi sistem evaluasi kompetensi guru
B. Pembahasan
a) Kompetensi Guru

Guru adalah faktor utama danterdepan dalam proses belajar mengajar.


Guru adalah orang yang berperan Lngaung dalam proses belajar mengajar. Bagi
Udin Syaefuddin Saud (2009:32) guru memegang peranan strategis dalam
membangun watak bangsa memlauli pengembangan kepribadian dan nilai yang
diinginkan. Memahami peran guru ini, Buchari Alma (2009:3) memandang guru
bisa berperan seperti artis dan scientis. Sebagai seorang artis berperan dalam
panggung pendidikan untuk memainkan peran seebagai penyampai informasi dan
model (teladan) bagi anak didiknya. Sedangkan sebagai scientis (ilmuwan) guru
menjadi fasilitaotor dalam penggalian informasi bagi peserta didiknya.

Sejak tahun 2003, atau sejak keluaanya undang-undang Nomor 20 tahun


2003 tentang sistem pendidikan nasional, pemerintah kemudian mengeluarkan
banyak peraturan perundangan yang terkait dengan pendidikan, khususnya guru
dan tenaga pendidikan. Diantara peraturan itu yaitu undang-undang Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan peraturan pemerintah tentang sertifikasi
dalam jabatan. Hadirnya peraturan perundangan itu, merupakan salahwujud
perhatian pemerintah dalam mendorong penignkatan pelayanan pendidikan di
Indonesia, sehingga dapat memeprcepat (akselarasi) peningkatan kualitas sumber
daya manusia Indonesia.

Udin Syaefud Saud (2009:23) menyatakan bahwa profesi adalah suatu


jabatan atau pekerjaan yang menuntuk keahlian dari para anggotanya. Dengan
kata lain, satu pekerjan profesi tidak bisa dilkukan oleh sembarang oraang. Setiap
orang yang berminat menjadi anggota profesi dari pekerjaan itu, termasuk menjadi
guru, harus mengikuti sejumlah prasyarat yang ditetapkan sebagai kompetensi
profesi guru.

Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000)
mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu:

1. Kompetensi professional: memiliki pengetahuan yang luas dari bidang


studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode
mengajar didalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
2. Kompeensi kemasyarakatan : mampu berkomunikasi, baik dengan siswa,
sesama guru, maupun masyarakat luas.
3. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut
diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang
pemimpin yang menjalankan peran; ing ngarso sang tulada, ing madya
manun karsa, tut wuri handayani.

Kemudian berdasarkan undang undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen pada bab IV Pasal 10 ayat 91,kompetensi yang harus dimilki oleh guru
yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesi.

1. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan dalam pengelolaan peserta didik


yang meliputi: (a). pemahamanwawasan atau landasan kependidikan; (b).
pemahaman terhadap peserta didik; (c).pemgembangan kurikulum/silabus;
(d). perencanaan pembelajaran; (e). pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g). pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang: (a). mantap;
(b). stabil; (c). dewasa; (d). arif dan biaksan; (e). berwibawa; (f). beraklah
mulia; (g). menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h).
mengevalusi kinerja sendidri; dan (i). mengembangkan diri secara
berkelnjutan.
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidiksebagai bagian dari
masyarakat untuk; (a). berkomunikasi lisan dan tulisan; (b). menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c). bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesam pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik; dan (d). bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi; (a). konsep,
struktur, dan metode keilmuwan/teknologi/seni yang menaungi/koheren
dengan materi ajar; (b). materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c).
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d). penerapan konsep-
konsep keilmuwan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e). kompetesi secara
professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.

b). Peran Guru

Disekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan


kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berbti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan kontribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna meningkatkan efektifitas dan
efisens pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Sanjaya
(2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guruyaitu sebagai
pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan
peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Wilis
(2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, kokret, jujur, dan asli, menghargai dan memahami tanpa syarat.
c). Kinerja Guru

Seperti yang ditetapkan oleh Prawirosentono (1999:2) yang mengartikan


kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara illegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Merujuk pada uraian tersebut, dapat disimulkan bahwa kinerja guru adalah hasil
kerja, baik dalam bentuk dokumen, maupun efek dari proses pembelajaran yang
berkembang dalam diri peserta didik sebagai bagian dari proses belajar mengajar
olahraga. Dalam pelaksanaanya, seorang guru memainkan peran dalam beberapa
peran, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih.

Pertama, guru sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik hendaknya


memiliki ciri kemapuan pandai bergaul dengan peserta didik, bersifat sabar,
memiliki sikap kasih saying kepada siswa, bersikap periang (joyful teaching &
learning), memberikan keteladanan dalam bersikap, berperilaku dan bertutur kata
(berbahasa), sesuai dengan tingkt perekmbangan anak.

Kedua, sebagai pengajar. Sebagai tenaga pengajar guru hendaknya dapat


membuat perangkat program pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan proses belajar, melaksanakan analisis pekerjaan siswa,
penyusun program perbaikan, membuat daftar nilai siswa, mengembangkan dan
menumbuhkan kreaivitas siswa, membuat catatan kemajuan belajar siswa.

Ketiga, sebagai pembimbing. Guru yang berfungsi sebagai pembimbing


diharapakan dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar anak
mengenali dirinya (pribadinaya), mengenal lingkungan danmasa depannya,
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami hambatan, memberikan
pembinaan siswa yang mengalami kesulitan belajar,membuat catatan dan laporan
tentang siswa yang dibimbing, serta kemajuan yang dicapai.

Keempat, guru sebagai pelatih. Yaitu memberikan latihan sehingga peserta


didik memiliki kemapuan rill praktis, dan psikomotorik. Kemapuan motorik, ini
merupakan bagianpenting dalam membangun pribadi peserta didik yang
berkualitas.

d. Sistem Evaluasi Kompetensi

Samapai wacana ini ditulis ada tiga pokok sistem evaluasi kompetensi guru.
Walaupun dari ketia pola itu, mengerucut pada satu simpul, yaitu sertifiksi
profesi.

Pertama, evaluasi olehatasan. Setiap tenaga pendidik akan mendapatkan evaluasi


langsung dari atasannya (kepala sekolah/madrasah)untuk kurun setiap tahun. Dan
setiap dua setengahtahun atau tiga tahun, hasil penilaian ituakan dijadikan sebagai
bahan administrasi kenaikan pangkat/potongan, atau kenaikan gaji berkala.

Kedua, penilaian dari pengawas. Pengawas pendidikan merupakan komponen lain


yang turut melakukan evaluasi kinerja pendidik. Dalam konsep yang dimilikinya,
pengawasasekolah atau pengawas bidang studi itu, memliki peluanguntuk
berperan sebagai supervise bagi tenaga pendidik di lapnagan. Peran dan fungsi
pengawas ini sangat nuata dan sangat strategisbagi pengawaan kinerja guru di
lapangan.

Terakhir, dan ini yang merupakan kebijakan terbaru di Indonesia, yaitu sertifikasi
profesi. Sebagaimana dikemuukakan sebelumnya, masalah sertifikasi ini belum
mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanandan kompetensi guru. Namun
perlu tetap ditegaskan bahwa sertifikasi profesi adalah instrument penting dalam
mealkukan pengawasan terhadap kineja guru dan lembaga pendidikan.

Itulah tiga komponen atau instrument evaluasi terhadap kinerja dan kompetensi
guru yang telah dan sedang berjalan selama ini.

e). Wacana dan Diskusi

Menurut Nugraha (2011) dalam diskusinya saat itu, memberikanrangsangan


pemikiran yakni, undang undang guru dan dosen sudah mengamanatkan bahwa
setisp guru itu diwajibkan memiliki empat kompetensi profesi, yaitu kompetensi
pedagogic, kompetensi profesi, kompetensi personal, dan kompetensi sosial.

Sejatinya keempat kompetensi dasar tenaga pendidik ini, harus tampak nyata dari
diri seorang guru. Tanpa kecuali keempat kompetensi itu harus munculaktual dan
factual dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang paling miris saat ini yaitu tidak
adanya evaluasi kritisterhadap kometensi keguruan, selain kompetensi pedagogik.
Smentara kompetensi personal, kompetensi professional, dan kompetensi sosial,
tidak pernah ada instrument khusu yang dijadikan sebagai instrument evaluasi
atau pengukurannya.

Pertam, Indonesia tidak pernah memiliki atau setidaknya tidak pernah melakukan
pengukuran yang objektif mengenai kompotensi personal guru. Fakta yang ada
selama ini , guru hanya dituntut untuk meyerahkan hasil penilaian dari atasan
mengenai kompetensi pesonalnya.

Kedua, kita pun tidak pernah memiliki instrument atau alat tes yang bisa
mengukur kompetensi sosial guru. Padahal, kompetensi guruitu, sebagaimana
dinyatakan dalam undang-undang guru yaitu terkait dengan kemapuan “(a).
berkomunikasi lisan dan tulisan; (b). mengembangkan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional: (c). bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesame pendidik, tenaga kependidikan, oangtua/wali peserta didik; dan (d).
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.” Tetapi bila kompetensi ini
tidak diukur secara akurat, maka hal yang terjadi pun adalah administratife belaka.

Ketiga, terkait dengan potensi pedagogik, dalam diskusi peserta didik


pendidikandan latihan jarak jauh(DLJJ), terlontar pertanyaan, “mengapa KTSP di
lingkungan sekolah banyak yang berupa copy paste?” Pertanyaan ini ternyata
direspon juga oleh para peserta didik DLJJ,dan malahan menambah informasi
lanjutannya, yaitu perangkat pembalajarannya pun selama ini cenderung
mengarah pada kebiasaan copy paste.

Bila fenomena ini tetap dibiarkan, maka pengukuran terhadap kompetensi


pedagogis da/ataupun profesionalguru itu, menjadi tidak akurat. Secara
administrasi, bisa jadi banyak guru yang memiliki perangkat administrasi yang
lengkap (atau malahan perangkat pembelajaran yang baik), namun bila dikaitkan
dengan kompetensi autentik guru tersebut, akan menjadi sangat tidak akurat.
Karena perangkat pembelajarannya tersebut, bukan hasil karya guru tersebut.
Sehubungan dengan ini, ada beberapa pemikiran yang pperlu dikembangkan
disini.

Pertama, Nugraha (2011), bahwa setiap lembaga pendidikan tenaga keguruan


(LPTK), seperti FKIP atau UPI, Perlu merumuskan model seleksi khusus bagi
calon mahasiswa keguruan. Setiap calon mahasiswa baru keguruan, harus dites
kepribadiannya.

Kedua, tes kepribadian, dan kompetensi keguruanyang lainnya selama masa


jabatan. Sehubungan dengan sudah berjuta orang masuk ke profesi keguruan,
maka evaluasi kompetensi dalam masa jabatan ini menjadi sangat penting. Sekali
lagi perlu ditekankan, bahwa yang dimaksud dengan evaluasi komptensi ini, tidak
sekedar dalam bentuk administrasi, tetapi harus pula menggunakan instrumen
psikotes keguruan (tes kepribadian, keguruan), dan sosiotes keguruan (tes
kompetensi sosial). Karena bila tidak menggunakan model/instrument atau
portofolio yang tepat dengan maksud dari pengukuran tersebut, potensi menjadi
intrumen administrative yang formalistic kembali.

Implikasi praktis dari ide dan pemikiran ini, adalah guru yang tidak memiliki
kepribadian yang cocok dengan profesi keguruan dapat ditindaklanjuti dengan
cara, (a). pembinaan mental dan kepribadian ( character building), dan (c). atau
diberhentikan dari jabatan keguruan. Karena bila tidak dilkukan salah satu dari
tiga hal itu, profesi keguuan akan berjalan tidakk optimal, dan malahan akan
banyak mengalami penyelewengan.

Anda mungkin juga menyukai