Bab 11
Bab 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyakit gagal ginjal kronik
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang
mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang
menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang
merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin
yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan
cukup lanjut (IPD Jilid II, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria, yang ditandai dengan peningkatan ureun dan kreatinin. Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika
nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m². Batasan penyakit
ginjal kronik, gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara
perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama
sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima
stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus (Glomerular
Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. GFR
normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2.
4
5
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik
Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan radiologi
6
3. Gastrointestinal :
1. Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga
napas berbau ammonia. Akibat lain adalah timbulnya
stomatitis dan parotitis
2. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3. Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolism di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
metabolism bakteri usus seperti ammonia dan metil guanidine,
serta sembabnya mukosa usus
4. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
5. Konstipasi dan diare
6. Perdarahan dari saluran GI (gastritis erosive, ulkus peptic, dan
colitis uremik)
7. Neurologi :
a. Ensefalopati metabolic. Kelemahan dan keletihan,
tidak bias tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
asteriksis, mioklonus, kejang
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kelemahan pada tungkai
e. Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
g. Burning feet syndrome. Rasa kesemutan dan seperti
terbakar, terutama di telapak kaki.
11
8. Muskuloskleletal :
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Restless leg syndrome. Pasien merasa pegal pada
kakinya sehingga selalu digerakkan
f. Miopati. Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama
otot-otot ekstremitas proksimal.
9. Reproduksi :
a. Atrofi testikuler
b. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi
menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone
dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga
dihubungkan dengan metabolic tertentu (seng,
hormone paratiroid). Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenore
10. Hematologi :
a. Anemia, dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
- Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga
rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang
menurun.
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik.
- Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat
nafsu makan yang berkurang.
- Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan
kulit
12
2.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang rusak sehingga
nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal dalam
keadaan normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah
produk sisa dalam tubuh untuk mencegah penumpukan di cairan tubuh. Tiap
pengurangan nephron berikutnya, bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi
produk sisa dan ion kalium. Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi
urin sekitar 1,008. Gagal ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemi
berat.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi.
Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan
risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air
dan natrium sehingga status uremik memburuk (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H⁺) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men
sekresi ammonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan.
Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk
menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin menurun sehingga
mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan sesak napas
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya
terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi.
Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi.
Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan sejumlah besar renin , yang
selanjutnya membentuk angiotensin II, dan seterusnya terjadi vasokonstriksi dan
hipertensi.
14
15
K: Kelola stress
a) Terapi PGK
Bila ditemukan tanda dan gejala penyakit ginjal, maka yang harus
dilakukan adalah :
Kontrol gula darah pada penderita diabetes,
Kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi,
Pengaturan pola makan yang sesuai dengan kondisi ginjal
b) Pencegahan Primer
Terapi dengan obat-obatan
Transplantasi (cangkok) ginjal
Hemodialisis (cuci darah)
Modifikasi gaya hidup
16
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominaL
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya oedema
d. Batasi cairan yang masuk
e. Diit rendah uremi
2. Obat-obatan: diuretik, anti hipertensi, suplemen besi, agen
pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid.
22
3. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (
vaskularisasi ke jantung )
4. Operatif
a. Pengambilan batu ginjal
b. Transplantasi ginjal