Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Stase Jiwa di Puskesmas Kasihan I Bantul
Diajukan kepada :
dr. Duhita Pramesthi Hayuningtyas
Disusun oleh :
Trisna Rohmawati
20184010092
LAPORAN KASUS
Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Stase Jiwa di Puskesmas Kasihan I Bantul
Disusun oleh :
Trisna Rohmawati
20184010092
Pembimbing
1. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Autoanamnesis
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan utama Sesak nafas disertai pegel-
pegel dibadan, pusing, sulit tidur, tidak selera makan sejak 1 minggu sebelum ke
puskesmas. Pasien mengatakan sebelum tahun 2010 aktivitas pasien seperti pada
orang normal pada umumnya, bahkan pasien hobi bermain bola dan berolah raga,
pasien dulu aktif di kegiatan desa, dan pasien mengaku pasien sejak dulu dikenal oleh
banyak orang di daerah bantul, pasien mengaku dulu sering meditasi dan punya
kekuatan indra ke enam, beliau mengatakan punya kekuatan seperti pada orang pintar,
beliau mengaku dulu suka membantu menyembuhkan orang-orang sakit, dan juga
kadang pasien dulu pernah merasakan dirinya pernah dirasuki oleh kekuatan dari luar,
pernah merasa dirinya keluar dari tubuhnya dan juga pernah dirinya di tambah
kekuatan dari luar, pasien dulu sering mendengar suara-suara, terkadang juga suka
melihat sesuatu yang tidak dapat di lihat oleh orang lain namun menurut pasien
keadaan ini tidak mengganggu pasien. Pasien mengatakan sejak tahun 2010 jarang
mendapatkan proyek Sehingga pada tahun 2012 pasien sudah tidak bekerja lagi.
Pasien merasa badannya sakit-sakitan sejak tahun 2012 dan pasien pernah mengalami
gejala stroke sehingga menyebabkan pasien tidak bisa berjalan selama seminggu,
sejak saat 2012 pasien merasa semua penyakit datang ke pasien, dan sejak tahun itu
pasien mengatakan menutup hati pasien sehingga pasien tidak memiliki kekuatan-
kekuatan seperti indra ke enam, bisa melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat oleh
orang lain dsb. Karena pasien sering sakit-sakitan hingga tidak bisa bekerja, pasien
merasa sedih, karena sudah tidak kuat lagi untuk berolah raga maupun mengikuti
kegiatan RT wilayah rumah pasien, saat ini pasien sulit berkonsentrasi, merasa
bersalah karena sudah tidak bisa bekerja, merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk
masa depan, bahkan pasien sering tersugesti kalau pasien sudah mendekati kematian,
kadang pasien kesal karena merasa sudah tidak di perhatikan oleh anak anak pasien.
ALLOANAMNESIS
Menurut anak pasien, pasien sejak muda sering mengikuti kegiatan ritual-ritual dan
bila malam sering berendam di sungai namun ketika saat di rumah pasien biasa saja
tampak seperti orang normal pada umumnya. Namun sejak tahun 2010 pasien pernah
jatuh hingga tidak bisa berjalan selama 3 bulanan, kemudian pasien sakit hipertensi,
kolesterol dan jantung. Menurut keluarga pasien dalam satu minggu terakhir ayah
pasien sering mengeluh pusing dan tidak enak badan sehingga sulit tidr dan tidak
nafsu makan.
Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf : Demam (-), nyeri kepala hebat (-), kejang (-),
Sistem Kardiovaskular : Nyeri dada (+), jantung berdebar (+), edema kaki (-).
Sistem Respirasi : Sesak napas (+), batuk (+), dan pilek (-).
Sistem Gastrointestinal : Muntah (-), nyeri perut (+), diare (-), dan BAB normal.
Sistem Integumentum : Warna biru pada kuku (-) dan gatal pada kulit (-).
Sistem Muskuloskeletal : Nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), kelemahan otot,
Gejala Klinis
Fungsi Peran
Faktor Organik
Faktor Presipitasi
Pasien sejak tahum 2012 menderita sakit hipertensi, kolesterol dan jantung.
Pasien pernah mengalami sakit berat hingga opname pada tahun 70 an dan
Pola asuh keluarga adalah permisif. Orang tua memberikan kebebasan pada
individu tanpa mengambil keputusan tanpa adanya kontrol dan perhatian orang
tua, atau cenderung sangat pasif ketika menanggapi ketidakpatuhan. Orangtua
permisif tidak begitu menuntut, juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi
kecenderungan alamiahnya.
Menurut pasien ada ponakan yang pernah dirawat inap di Grhasia karena
gangguan jiwa. Ayah dan 3 saudara pasien meninggal karena sakit DM.
Silsilah Keluarga
Keterangan :
normal dibantu oleh dukun bayi di rumah. Pasien mengatakan tidak ada masalah
pada ibunya saat hamil maupun persalinan dirinya. Pasien yakin bila pasien
lahir cukup bulan. Pasien tidak mengetahui apakah ibu mengonsumsi alkohol
- Kebiasaan makan : Pasien tidak ingat apakah dulu diberi ASI eksklusif selama
6 bulan. Pasien mengatakan bahwa tidak ada gangguan makan saat kecil.
- Toilet training : Pasien tidak ingat kapan mulai diajarkan untuk buang air kecil
- Gejala masa perilaku : Pasien tidak ingat apakah pernah menghisap jempol,
kelamin. Saat mulai sekolah, pasien mengaku bahwa prestasi biasa-biasa saja.
bertengkar dengan teman sebayanya, pasien sejak masa SD pasien suka marah-
pasin berhenti sekolah saat kelas 2 SMP dikarenakan pasien ingin bekerja.
1.6.5 Dewasa
- Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja di proyek sejak kelas 2 SMP hinggan tahun 2010 dan setelah itu
- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali dengan istri, sejak usia 36 tahun. Pasien
menikah selama 22 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak. Pada tahun 2013 istri
pasien meninggal.
- Riwayat Militer
- Riwayat Pendidikan
Selama bersekolah, nilai dan prestasi yang didapat biasa. Pasien pernah tinggal
kelas 1x.
- Aktivitas Keagamaan
pengajian.
- Aktivitas Sosial
Pasien mengatakan hubungan dengan teman dan tetangganya tidak ada
tetangganya.
hidupnyasedang kekurangan.
- Riwayat Hukum
Pada masa kecil menurut pasien seperti anak laki-laki. Teman bermain laki-
Riwayat Keluarga
Menurut pasien, ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa namun tidak
Pasien mengatakan tidak ada mimpi buruk. Pasien ingin sembuh dari
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan utama Sesak nafas disertai pegel-
pegel dibadan, pusing, sulit tidur, tidak selera makan sejak 1 minggu sebelum ke
puskesmas. pasien merasa sedih, karena sudah tidak kuat lagi untuk berolah raga
maupun mengikuti kegiatan RT wilayah rumah pasien, saat ini pasien sulit
berkonsentrasi, merasa bersalah karena sudah tidak bisa bekerja, merasa sudah tidak
ada harapan lagi untuk masa depan, bahkan pasien sering tersugesti kalau pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 66 kg
Tanda Vital
- Suhu : Afebris
Kepala
Leher
Thorax
Kekuatan Motorik :
5 5
5 5
Refleks Fisiologis :
+ +
+ +
Refleks Patologis :
- -
- -
Seorang pria usia 65 tahun, sesuai umur, kooperatif, berpakaian sesuai jenis
Tidak ada.
2.3.1 Kepribadian
Tidak dilakukan.
2.3.2 IQ
2.3.3 Lain-lain
Tidak ada.
c. Pembicaraan
e. Persepsi
f. Pikiran
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental yang dilakukan, pada pasien ini
Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
3. DIAGNOSIS BANDING
4. DIAGNOSIS
5. TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi individual
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya serta hal-hal
yang dapat mencetuskan atau memperberat dan meringankan penyakit pasien sehingga
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya minum obat
secara teratur, adanya efek samping yang bisa timbul dari pengobatan ini.
Terapi kelompok
Apabila kondisi pasien sudah lebih baik diberikan terapi aktivitas kelompok, yang
verbal dan mengekspresikan emosi secara sehat, membantu pasien untuk meningkatkan
orientasinya realitas dan memotivasi pasien agar dapat bersosialisasi dengan sehat.
Terhadap keluarga
Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif tentang keadaan
penyakit pasien sehingga bisa menerima dan memahami keadaan pasien, serta
Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang diberikan kepada
pasien dan pentingnya pasien untuk kontrol dan minum obat secara teratur
Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari
I. PROGNOSIS
Premorbid
• Riwayat gangguan jiwa pada keluarga : Ada (Buruk)
• Status pernikahan : Cerai meninggal (Buruk)
• Dukungan keluarga : Ada (Baik)
• Dukungan sosial : kurang (Buruk)
• Status ekonomi : Buruk (Buruk)
• Stressor : Ada (Buruk)
Morbid
• Jenis penyakit : Hipertensi, Kolestrol, Jantung (Buruk)
• Onset : 1 minggu (Baik)
• Perjalanan penyakit : Akut (Baik)
• Penyakit organik : ada (buruk)
• Kepatuhan minum obat : baik (Baik)
• Insight : Derajat 4 (Buruk)
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEPRESI
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan
sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat
merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan,
adalah suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah,
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden dan prevalensi. Gangguan depresi berat paling sering terjadi dengan
prevalensi seumur hidup sekitar 15% dan pada perempuan dapat mencapai 25% yang sekitar
10% persen mendapatkan perawatan primer sedangkan sisanya 15% dirawat rumah sakit.
Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%, sedangkan pada usia remaja didapatkan
Jenis kelamin. Perempuan dua kali lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormone, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan
Usia. Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% awitan diantara usia 20-50
tahun.Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini
menunjukkan gangguan depresi berat diusia kurang dari 20 tahun. Hal ini kemungkinan
Status perkawinan. Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai. Wanita yang tidak menikah memiliki
kecenderungan yang lebih rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang
menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.
Faktor sosioekonomi dan budaya. Tidak ditemukan korelasi natara status sosioekonomi dan
1. Faktor organobiologi
Hipotesis gangguan mood berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik
seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA) dan asam homovanilic (HVA) yang ada di
dalam darah, urin dan cairan serebrospinal. Norepinefrin dan serotonin adalah dua
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergic dan respon klinik anti depresan mungkin
merupakan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Aktivitas dopamine mungkin
berkurang pada depresi ditandai dengan penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan
memperkaya hubungan antara dopamine dan gangguan mood. Sedangkan pada serotonin
pada orang dengan depresi biasanya akan berkurang. Serotonin berfungsi dalam meregulasi
2. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood dengan jalur
menunjukkan bahwa generasi pertama lebih sering 2 sampai 10 kali mengalami depresi berat.
3. Faktor sosial
episode berikutnya. Teori yang ada terkait dengan hal tersebut adalah adanya perubahan
biologi otak yang bertahan lama. Sehingga perubahan ini menyebabkan perubahan berbagai
neurotransmitter dan system sinyal intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan
penurunan kontak sinap dan berdampak pada sinap dan hal tersebut dapat berdampak pada
seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang, gangguan mood, sekalipun
tanpa stressor.
Semua orang dengan dengan pola kepribadiannya dapat mengalami depresi sesuai dengan
paranoid dan antisocial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisikko menjadi
gangguan depresi berat. Peristiwa stressful merupaka predictor terkuat untuk kejadian
episode depresi.
Faktor psikodinamik pada depresi dikenal sebagai pandang klasik dari depresi dan
dituangkan kedalam teori yang ditemukan oleh Sigmund Freud dan dilanjutkan oleh Karl
Abraham. (1) gangguan hubungan ibu dan anak selama fase oral (10-18 bulan) merupakan
faktor predisposisi terhadap episode depresi berulang; (2) depresi dapat dihubungkan dengan
kenyataan atau bayangan kehilangan objek; (3) introjeksi merupakan bangkitan mekanisme
pertahanan untuk mengatasi penderitaan yang berkaitan dengan kehilangan objek.; (4) akibat
kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan cinta,
perasaan marah yang diarahkan pada diri sendiri Menurut Melanie Klein depresi termasuk
agresi kearah mencintai. Sedangkan Edward Bibring menyatakan bahwa depresi adalah suatu
fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari terdapat perbedaan antara ideal yang
seseorang menjadi depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi
mencakup (1) pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif terhadap dirinya (2)
tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya (3)
D. PERJALANAN PENYAKIT
Sebelum episode pertama teridentifikasi, sekitar 50% gangguan depresi berat memperlihatkan
gejala depresi yang bermakna. Gejala depresi yang teridentifikasi dini dan dapat teratasi lebih
awal dapat mencegah berkembangnya gejala tersebut menjadi episode depresi penuh. Pada
pasien dengan gangguan depresi berat, meskipun gejala mungkin telah ada, umumnya belum
menunjukkan suatu premorbid gangguan kepribadian. Sekitar 50% pasien dengan episode
depresi pertama terjadi sebelum usia 40 tahun biasanya dihubungkan dengan tidak adanya
penyalahgunaan alkohol.
penanganan episode depresi sekitar 3 bulan. Namun karena merujuk kepada prosedur baku
penatalaksaan gangguan depresi maka penatalksaan setidanya dilakukan selama 6 bulan agar
E. TANDA GEJALA
Episode depresi. Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala
utama dari depresi. Pasien juga mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai
harapan, dicampakkan atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda
dengan emosi duka cita atau kesedihan. Selain itu biasanya terdapat pikiran untuk melakukan
bunuh diri pada sekitar dua per tiga pasien depresi dan 10 sampai 15% diantaranya
melakukan bunuh diri. Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami
depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari
keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka
pekerjaanm dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien
mengeluh masalah tidur khususnya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering bangun
dimalam hari karena memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien juga
mengalami penurunan nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menurun berat
Kecemasan adalah gejala tersering dari sepresi dan menyerang 90% pasien depresi.
Perubahan asupan makanan dan istirahat dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain secara
bersamaan seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit
jantung. Gejala lain termasuk haid tidak normal dan menurunnya minat serta aktivitas
seksual.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada orangtua dapat dihubungkan dengan
status ekonomi yang rendah, kehilangan pasanganm berbarengan dengan penyakit fisik dan
isolasi sosial.
Gangguan depresi ditandai oelh rasa lelah yang berkepanjangan dan sulit untuk konsentrasi,
gangguan tidur (terutama bangun pagi cepat dan bangun beberapa kali saat tidur), nafsu
F. KRITERIA DIAGNOSIS
A. Pasien mengalami gangguan mood terdepresi (contoh: sedih atau perasaan kosong)
atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu atau lebih
- Minat: menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir
sepanjang waktu
- Rasa bersalah: perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak
umum (hipotiroidisme).
dua bulan atau ditandai hendaya fungsi yang jelas, preokupasi rasa
retardasi mental.
Skala penilain objektif yang dapat digunakan dalam praktik dokter atau dokumentasi
keadaan klinik pasien depresi adalah The Zung Self Rating depression scale yang
terdiri dari 20 item skala pelaporan. Skor normal kurang dari 34, skor depresi adalah
lebih dari 50. Skala tersebut meliputi indeks global intensitas gejala depresi pasien,
The raskin depression scale adalah suatu skala nilai klinik yang mengukur beratnya
depresi pasien yang dilaporkan oleh pasien dan dokter pengamat, pada 5 point skala
dari 3 dimensi meliputi pelaporan verbal, penampilan prilaku, dan gejala sekunder.
Skala berkisar antara 3-13. Skor normal adalah 3, dan skor depresi adalah 7 atau
lebih.
1. Deskripsi umum:
meskipun agitasi psikomotor juga terlihat terutama pada pasien usia lanjut. Meremas
tangan dan menarik rambut merupakan gejala dari agitasi. Secara sederhana, pasien
depresi memiliki postur tubuh yang dibungkukkan tidak ada gerakan spontan, sedih
keseluruhan gejala dari kemunduran psikomotor yang tampak serupa dengan pasien
skizofrenia katatonik.
Gejala kunci adalah depresi, walaupun sekitar 50% pasien menyangkal perasaan
3. Suara:
Pengurangan jumlah dan volume bicara; mereka merespon pertanyaan dengan satu-
4. Gangguan persepsi:
Gangguan depresi berat dengan cirri psikotik mempunyai waham atau halusinasi.
Bahkan tanpa waham dan halusinasi, beberapa dokter menyebut psychotic depression
untuk kemunduran secara keseluruhan seperti membisu, tidak mandi dan kotor.
Mood congruent adalah suatu kondisi yang pada saat bersamaan pada pasien depresi
ditemukan adanya waham dan halusinasi yang menetap, selain itu juga ditemukan
depresi. Ketidaksesuaian antara isi waham dengan mood pada pasien meliputi tema
berharga sebagai contoh, pasien percaya bahwa seseorang tersiksa karena dia adalah
Messiah.
5. Pikiran:
Pandangan negatif terhadap dunia dan dirinya sendiri. Isi piker mereka sering
meliputi rasa kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri, dan kematian. Sekitar
10% dari semua pasien depresi menunjukkan gejala gangguan pikiran, biasanya
Kebanyakan pasien depresi tidak terganggu orientasinya baik orang, tempat dan
waktu meskipun beberapa dari mereka tidak mempunyai minat untuk menjawab
6. Kontrol impuls:
Sekitar 10 sampai 15% melakukan bunuh diri dan dua pertiganya mempunyai ide
untuk bunuh diri. Pasien dengan cirri psikotik biasanya mempertimbangkan untuk
kurang tenaga atau motivasi untuk mengikuti suara hati untuk melakukan kejahatan.
Pasien dengan depresi berisiko tinggi untuk bunuh diri ketika energi mereka mulai
meningkat.
Penilaian sikap dan perilaku pasien terkini, selama wawancara. Tilikan pasien depresi
gangguannya, dan masalah hidup mereka. Ini menyulitkan untuk meyakinkan pasien
Pada wawancara dan perbincangan, pasien depresi terlalu melebihkan hal buruk dan
I. TERAPI
Terapi pasien dengan gangguan mood harus ditujukan pada beberapa tujuan.
Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, evaluasi diagnostik lengkap pada
pasien harus dilakukan. Ketiga, rencana terapi yang ditujukan tidak hanya pada gejala
saat itu tetapi kesejahteraan pasien dimasa mendatang juga harus dimulai. Walaupun
terapi saat ini yang menekankan pada farmakoterapi dan psikoterapi ditujukan pada
pasien secara individual, peristiwa hidup yang penuh tekanan juga dikaitakn dengan
1. Rawat inap
Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan prosedur diagnosis, risiko
bunuh diri atau membunuh dan kemampuan pasien yang menurun drastic untuk
mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Riwayat gejala yang berkembang cepat
serta rusaknya sistem dukungan pasien yang biasa juga merupakan indikasi rawat
inap.
2. Terapi psikososial
terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka
pendek yaitu:
a. Terapi kognitif
gangguan depresi berat dan sebagian besar studi menunjukkan bahwa terapi ini setara
Beck dan memfokuskan pada distorsi kognitif yang diperkirakan ada pada gangguan
depresi berat. Distorsi tersebut mencakup perhatian selektif terhadap aspek negatif
Contohnya apati dan kurang tenaga adalah pengharapan pasien mengenai kegagalan
disemua area. Tujuan terapi ini adalah untuk meringankan episode depresif dan
kognisi begatif; mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel dan positif serta
b. Terapi interpersonal
Terapi ini dikembangkan oleh Gerald Klerman yang memfokuskan pada satu atau
dua masalah interpersonal pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada dua asumsi.
Pertama, masalah interpersonal saat ini cenderung memiliki akar pada hubungan
yang mengalami disfungsi sejak awal. Kedua, masalah interpersonal saat ini
cenderung terlibat didalam mencetuskan atau melanjutkan gejala depresif saat ini.
Program terapi ini biasanya terdiri dari atas 12 sampai 16 sesi dan ditandai dengan
dan konflik internal, tidak diselesaikan. Perilaku khas seperti tidak asertif,
keterampilan sosial terganggu dan pikiran terdistorsi dapat diselesaikan tetapi hanya
c. Terapi perilaku
didalam terapi diharapkan pasien dapat belajar berfungsi di dalam dunia sedemikian
3. Farmakoterapi
kemungkinan bahwa pasien dengan gangguan depresi berat akan pulih. Meskipun
demikian masalah tetap ada dalam terapi gangguan depresi berat seperti: sejumlah
pasien tidak memberikan respon terhadap terapi pertama; semua antidepresan yang
pengaruhnya lebih dini dan relative sampai saat ini semua antidepresan yang tersedia
Trisiklik dan tetrasiklik adalah antidepresan yang paling mematikan. Efek samping
Kesalahan klinis yang sering terjadi adalah penggunaan dosis yang terlalu rendah
dalam jangka waktu singkat. Kecuali terjadi efek samping, dosis antidepresan harus
tersebut setidaknya selama 4 atau 5 minggu sebelum percobaan obat dapat dinggap
selama episode sebelumnya, bergantung mana yang lebih lama. Terapi profilaksis
perlu dipertimbangkan jika melibatkan gagasan bunuh diri yang bermakna atau
DAFTAR PUSTAKA
Maslim R. (editor). 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya
Elvira, S. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit FK UI
BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2010. Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta : EGC