Disusun Oleh :
4. Roisatulchusna (P07125216010)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Nikmat, Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Penatalaksanaan Alat dan Bahan Prostodonti
dengan topik “Pengelolaan Alat dan Bahan Perawatan Gigi Tiruan Cekat”.
Tugas ini terwujud atas bimbingan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi
dan mulut akan memengaruhi kesehatan tubuh keseluruhannya. Seiring
bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan
gigi. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut
seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis
maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis.
Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan
(Vargas CM, 2001).
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengunyah, berbicara, memberikan dukungan untuk otot wajah, dan
meningkatkan penampilan wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan tetap dan gigi tiruan lepasan.
Gigi tiruan lepasan/removable denture (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh
pasien) dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan
sebagian, dan gigi tiruan cekat (Pongibidan, 2013).
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang kuat dan retentif berguna untuk
menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi
hilang dengan gigi penyangga dilekatkan bersama-sama dengan gigi pengganti
(Barclay dkk., 2011). Tujuan pembuatan gigi tiruan cekat adalah mempertahankan
dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik (Sharma dkk., 2012).
Salah satu alasan pembuatan gigi tiruan cekat dikarenakan kehilangan gigi
yang dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan secara alami.
Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh
perawatan, karena bidang prostetik sudah maju. Meskipun kemajuan dalam bidang
estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari gigi tiruan itu sendiri
didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang
4
dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan
kemampuan seseorang untuk makan dan berbicara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gigi tiruan cekat?
2. Apa indikasi dan kontra indikasi gigi tiruan cekat?
3. Bagaimana penatalaksanaan Alat dan Bahan perawatan gigi tiruan cekat?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gigi tiruan cekat
2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi gigi tiruan cekat
3. Mengetahui penatalaksanaan alat dan bahan perawatan gigi tiruan cekat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
j) Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek.
k) Kesehatan umum dan sosial indikasi pasien baik.
l) Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal.
2. Kontra indikasi GTC menurut Ewing (1959) :
a) Pasien terlalu muda atau tua
b) Struktur gigi terlalu lunak
c) Hygiene mulut jelek
d) Gigi yang harus diganti banyak
e) Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.
f) Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.
g) Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.
h) Oklusi abnormal.
i) Kesehatan umum jelek.
j) Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.
k) Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).
l) Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.
C. Jenis-jenis Gigi Tiruan Cekat
a. Inlay
Menutupi sebagian permukaan gigi bagian oklusal dan proksimal
b. Onlay
c. Menutupi permukaan proksimal gigi dan sebagian besar atau seluruh
permukaan oklusal
d. Veneer porselen
e. Lapisan pelindung yang tipis yang digunakan untuk memperbaiki
penampilan dari gigi anterior
f. Mahkota penuh
g. Mahkota yang menutupi keseluruhan mahkota anatomis dari satu gigi
h. Mahkota ¾
Menutupi mahkota anatomis gigi kecuali pada bagian fasial
i. Mahkota porcelain-fused-to-metal
7
Mahkota penuh yang terbuat dari metal dan dilapisi porselen pada
permukaan luarnya
j. Mahkota jaket porselen
Terdiri dari lapisan metal yang tipis yang dilapisi lapisan porselen
k. Jembatan cekat
Gigi tiruan cekat yang digunakan untuk mengganti satu atau lebih gigi yang
hilang pada lengkung rahang yang sama
l. Jembatan yang dilekatkan dengan resin (jembatan Maryland)
Disertai dengan sambungan seperti sayap yang berasal dari sisi proksimal
D. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan GTC
a. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan :
1. Pengetahuan yang cukup dari operator
2. Operator mempunyai keahlian, kemahiran, dan keterampilan
3. Kesediaan penderita menerima perawatan
4. Sikap/watak penderita
5. Bahan yang tepat
b. Faktor yang mempengaruhi kegagalan :
1. Ketidakmampuan dari operatornya
2. Kurangnya keahlian, kemahiran serta keterampilan dari operator
3. Penyampaian informasi yang tidak bias diterima pasien.
4. Sikap pasien yang tidak kooperatif
8
E. Komponen GTC
Bagian-bagian dari GTC adalah (Shillingburg, 1997):
a. Pontic/dummy, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting
adalah reability, yaitu ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam
mulut). Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam
pontic. Facing pontic dapat dibuat dari akrilik atau porselin.
b. Connector/joint, yaitu bagian GTC yang menghubungkan retainer dan
pontic. Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic
atau retainer-retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan
perlekatan kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) sebagai stress
breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus diterima
abutment).
c. Retainer, yaitu bagian GTC yang merupakan bangunan logam tuang yang
disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau
membantu suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan
abutment. Fungsi retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada
tempatnya.
d. Abutment, yaitu mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk
penempatan retainer dan mendukung bridge. Abutment harus merupakan
gigi yang sudah erupsi penuh agar retainer tidak terangkat, akibatnya
timbul daerah yang tidak tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi
karies.
Syarat-syarat gigi abutment :
a) Harus terdapat permukaan akar yang besar dan fungsional.
Permukaan akar diliputi jaringan periodontium yang sehat.
b) Penyangga akar fungsional harus memenuhi perbandingan total gigi,
setidaknya ½ dari gigi memiliki permukaan akar yang fungsional.
Namun dapat juga dilakukan indikasi untuk jembatan dengan
perbandingan yang kurang menguntungkan, asal periodontium sehat
dan dipelihara kesehatannya.
9
c) Unsur penyangga harus mempunyai kedudukan tertentu terhadap
lengkung gigi dan satu sama lain, supaya dapat dipreparasi untuk
jembatan. Hal ini umumnya mungkin, bila sudut yang dibentuk oleh
poros unsur-unsur gigi satu sama lain adalah lebih kecil dari 300.
d) Untuk dapat menahan pembebanan dari jembatan, unsur penyangga
harus kuat. Lebih baik dipakai gigi yang vital, walaupun gigi yang
nonvital bila cukup diperkuat dapat juga dipakai. (Kayser dkk.,
1984)
e. Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic.
Tipe GTC menurut konektornya, antara lain (Allan dan Foreman,
1986):
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat
digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan
konektor lain bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi
posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang
mengutamakan estetis. Keuntungan spring bridge jika digunakan
untuk gigi yang diastem adalah (1) konektor tidak tampak
sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2) ukuran gigi geligi
tetap tampak alami.
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada
retainer sedang ujung lainnya bebas/menggantung.
5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe
bridge.
10
F. Persyaratan GTC
a. Persyaratan Mekanis gigi abutment: mempunyai sumbu panjang yang
sejajar satu sama lain tanpa membahayakan vitalitas pulpa. Bentuk dan
ukuran cukup sehingga dapat dipreparasi. Bentuk pontic: serupa gigi asli
dan kuat.
b. Persyaratan Fisiologis GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi
abutmen dan jaringan pendukung lainnya (lidah, gusi, pipi, bibir)
c. Persyaratan Hygiene tidak boleh ada bagian yang menimbulkan sisa
makanan. Diantara pontic-pontic atau retainer-retainer harus ada sela
(embrasure) yang cukup sehingga dapat dibersihkan dengan mudah oleh
arus ludah atau lidah. Diantara pontic-gusi harus dapat dilalui seutas
benang untuk membersihkan. GTC harus dipolis mengkilat supaya kotoran
tidak mudah melekat.
d. Persyaratan Estetik GTC harus menyerupai gigi asli, tetapi tidak boleh
mengorbankan kekuatan dan kebersihan GTC.
e. Persyaratan Fonetik suara (voice) dan bicara (speech) pada GTC tidak
banyak dipersoalkan.
G. Instruksi kepada pasien untuk merawat GTC setelah insersi
a. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
b. Pasien diinstrusikan untuk mengkontrolkan gigi setiap 6 bulan sekali atau
sesegera mungkin jika terdapat keluhan.
11
Penatalaksanaan Alat dan Bahan GTC
a. Alat dan Bahan yang digunakan
Diagnostik set
Crowmess
Spiritus
Macam-macam bur (fisur, tapered bur, chamfer bur, dan wheel bur)
Malam merah
Kapas
b. Prosedur Kerja
Persiapan di Dalam Mulut / Mouth Preparation
Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan
sebagian, meliputi :
a) Perawatan periodontal / periodontal treatment, misalnya
pemeriksaan gigi, gusi, dan tulang pendukungnya serta perawatan
scalling.
b) Perawatan konservasi / konservatif treatment, misalnya restorasi gigi
yang karies. Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari
bidang bimbing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu
menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis.
c) Perawatan bedah / surgical treatment, misalnya pencabutan gigi
yang tidak mungkin dipertahankan
c. Tahap Perawatan GTC
a) Kunjungan I
(Cetak model gigi)
Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : elastomer (aquasil)/nama dagang (exaflect)
Metode : double impression
Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga
mulut pasien.
12
Bahan cetak putty yang terdiri dari base dan katalis dengan
perbandingan 1 : 1 diaduk/diuleni dengan tangan kemudian
setelah mencapat konsistensi tertentu (homogen), kemudian
bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak. Selanjutnya, bahan
cetak aquasil injection (base dan katalis jadi satu dalam pistol)
diletakkan di atas sendok cetak yang sudah diberi putty.
1. Pencetakan Rahang Atas :
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga
kepala dan punggung terletak pada satu garis lurus,
dataran oklusal sejajar lantai. Mulut pasien setinggi siku
operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisis adonan alginat
dimasukkan kemulut pasien dengan menempelkan
bagian posterior lebih dahulu lalu sedikit demi sedikit ke
arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
Selanjutnya pasien diinstruksikan mengucapkan “U”
lalu dilakukan muscle triming di bagian bukal dan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2. Pencetakan Rahang Bawah :
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di
sebelah kanan depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Hasil cetakan diisi dengan glass stone, kemudian
dilakukan model malam pada hasil cetakan tersebut
sesuai dengan bentuk gigi yang hilang menggunakan
malam biru. Selanjutnya model kerja dikirim ke
laboratorium untuk pemrosesan bridge.
13
Gambar 1. Prosedur mencetak dengan bahan elastomer
b) KUNJUNGAN II
(Preparasi Gigi Abutment)
1. Preparasi gigi 12 dan 14 sebagai gigi abutment . Preparasi dengan
full cast crown pada elemen 14 dan ¾ crown pada gigi 12 .
2. Occusal/incisal reduction : Bagian oklusal/incisal dikurangi
dengan menggunakan tapered bur sebesar 1-1,5 mm
3. Buccal/lingual reduction : Bagian bukal dikurangi dengan
silindris fissure bur atau bur torpedo kemudian dibuat chamfer
finish line pada daerah cemento-enamel junction.
4. Proximal reduction : Menggunakan flat disc wheel bur makan
sebelah atau bur tapered yang tipis dan kecil dengan pemotongan
sejajar antar dinding proksimal sedikit menutup kearah incisal
sebesar 5o.
5. Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris
tapered bur terutama daerah gingival margin.
14
6. Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan sand paper disc untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan
undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang halus.
7. Pembuatan mahkota sementara dan pontik sementara dengan
acrilic putih SC, guna mempertahankan agar posisi gigi tidak
berubah
8. Pencetakan work model
9. Penyesuaian warna
c) KUNJUNGAN III
(Insersi GTC)
a. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (Luting agent)
b. Retainer menggunakan PFM (Porcelain Fused Metal)
15
d) KUNJUNGAN IV
(Kontrol)
a. Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang
mungkin terjadi setelah pemakaian GTC, dengan cara:
b. Pemeriksaan subjektif, ditanyakan apakah ada keluhan setelah gigi
tiruan cekat dipasang dan dipakai.
c. Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan
lunak di daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan
atau tidak. Retensi, stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan cekat juga
diperiksa.
d. Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
1) Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga
menimbulkan suara pada bagian oklusal
2) Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil
3) Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak
seimbang
4) Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas
artikulating paper
5) Saliva berlebihan : adanya stimulasi pada glandula salivarius
karena gigi tiruan, namun dapat hilang setelah beradaptasi
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gigi tiruan sebagian cekat menjadi suatu pilihan pada pasien dengan
kehilangan satu gigi, karena lebih nyaman bagi pasien sendiri. Gigi tiruan adalah
bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau
seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa
atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak dapat dipasang dan
dilepas oleh pasien. Dalam pembuatan GTC harus di perhatikan setiap tahapnya
agar tidak terjadi kegagalan. Sangat diperlukan keterampilan operator dalam kasus
ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger, Philadelphia.
(dalam mufida, 2015)
Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008))
Kayser, A. F., Plasmans, P. J., Snoek, P. A., 1984, Geligi yang rusak dan
perawatannya dengan cara mahkota dan jembatan, Binacipta. (dalam mufida,
2015)
Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence
Pub. Co., Hanover Park. (dalam mufida, 2015)
Wahjuni, Sri., Sefie Ayu Mandanie. 2017. FABRICATION OF COMBINED
PROSTHESIS WITH CASTABLE EXTRACORONAL ATTACHMENTS
(LABORATORY PROCEDURE). Universitas Airlangga : Journal of Vocational
Health Studies 01 (2017): 75–81
18
SOAL!
3. Menutupi sebagian permukaan gigi bagian oklusal dan proksimal termasuk jenis
gigi tiruan cekat …
A. Inlay
B. Onlay
C. Veneer porselen
D. Mahkota jaket porselen
E. Jembatan cekat
19
D. Ketidakmampuan dari operatornya
E. Kurangnya keahlian, kemahiran serta keterampilan dari operator
5. Tipe GTC menurut konektornya yang salah satu konektor bersifat rigid dan
konektor lain bersifat non rigid adalah …
A. Fixed-fixed bridge
B. Spring bridge
C. Fixed movable bridge
D. Cantilever bridge
E. Compound bridge
6. Tahap perawatan GTC pada kunjungan kedua ialah….
A. Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan lunak di
daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak
B. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (Luting agent)
C. Pencetakan rahang atas
D. Pencetakan rahang bawah
E. Preparasi gigi 12 dan 14 sebagai gigi abutment
7. Menumpulkan sudut-sudut aksial pada GTC digunakan bur….
A. silindris tapered bur
B. Diamond torpedo bur
C. Disk bur
D. Inverted cone bur
E. Cross-cut fissure bur
8. Komplikasi setelah penggunaan GTC dapat berupa, kecuali…
A. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara
pada bagian oklusal
B. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang
C. Saliva berlebihan
D. Marginal Microleakage
E. GTC tidak stabil
9. Pengertian Compound bridge….
20
A. kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan
anterior.
B. kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge
C. salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain bersifat non rigid. Dapat
digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
D. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis. satu
ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang ujung lainnya
bebas/menggantung.
E. Digunakan untuk gigi belum erupsi penuh
10. Menjaga agar GTC tetap pada tempatnya adalah fungsi dari….
A. Abutment
B. Pontic
C. Retainer
D. Bridge
E. Connector
21