FAKULTAS KEDOKTERAN
13 Juli 2019
UNIV. ALKHAIRAAT PALU
Disusun Oleh:
Siti Ranisa Fatirahma 14.18.777.14.286
Muhammad Zhafran Natsir 14.18.777.14.295
Nurjannah 13.18.777.14.318
Yustiadi H.T Kasuba 13.18.777.14.320
Gusti Agung Ayu Diah 13.18.777.14.314
Agistiya Magfirah 13.17.777.14.251
Pembimbing:
dr. Isnaniah, Sp. S
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang laki-laki berusia 62 tahun MRS diantar keluarganya dengan keluhan
kejang 1 kali selama kurang lebih 10 menit sejak 1 jam yang lalu, menurut
keluarga pasien kejang ini timbul tiba-tiba saat pasien sedang tidur, saat kejang
posisi kaki dan tangan menekuk dan lurus secara berulang dengan mata yang
tertutup. Setelah kejang, pasien tidak sadarkan diri. Pasien mempunyai riwayat
demam (+) sejak 1 minggu yang lalu, demam naik turun dan tidak menggigil.
Sakit kepala (+) bersamaan dengan demam, pusing (-), batuk (+) sejak 2 minggu
yang lalu, muntah (+) lebih dari 3 kali sejak 1 hari yang lalu, riwayat trauma (-),
riwayat hipertensi (+) namun tidak terkontrol, DM (-), riwayat kejang
sebelumnya (+) kurang lebih 7 bulan lalu tetapi pengobatan tidak terkontrol.
BAB tidak lancar sejak 1 minggu, BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat trauma (-)
Riwayat hipertensi (+) namun tidak terkontrol
Riwayat DM (-)
Riwayat kejang sebelumnya (+) kurang lebih 7 bulan lalu tetapi
pengobatan tidak terkontrol
Anamnesis tentang keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien saat ini.
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya.
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah
WBC : 11,6 mm³
HGB : 13,2 g/dl
HCT : 37 %
RBC : 4,3
MCV : 72
MCH :25
MCHC : 34
PLT : 258 10³/µl
Ureum : 63,5mg%
Kreatinin : 0,9mg%
Elektrolit : Na 135,3 mEq/L
Kalium 4,17 mEq/L
Kalsium 1.10 mEq/L
GDP : 138 mg/%
VI. RESUME
Seorang laki-laki berusia 62 tahun MRS dengan seizure 1 kali selama kurang
lebih 10 menit sejak 1 jam sebelum masuk RS. Menurut keluarga pasien kejang
timbul saat sedang tidur, sifatnya tonik klonik. Setelah seizure, pasien tidak sadarkan
diri. Riwayat febris (+) sejak 1 minggu yang lalu, febris. Cephalgia (+), dizziness (-),
batuk (+) sejak 2 minggu yang lalu, vomittus (+) lebih dari 3 kali, trauma (-),
hipertensi (+) tidak terkontrol, DM (-), riwayat seizure (+) 7 bulan lalu tetapi tidak
terkontrol. Defekasi tidak lancar sejak 1 minggu, miksi lancar.
Pemeriksaan fisik : Tekanan Darah : 140/70 mmH g, lainnya dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis : GCS : E2M2V5
Kesadaran : Somnolen
Kaku Kuduk : (+)
Kernig’s sign : (+) / (+)
Pemeriksaan laboratorium semua dalam batas normal
KATA KUNCI:
Pertanyaan :
8. DD dari kejang?
1. Pengertian kejang
Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba –
tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika
gangguan aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat
menimbulkan kejang yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik
terjadi di seluruh area otak maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat umum.
Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran nilai normal yang
menyeimbangkan eksitasi dan inhibisi didalam susunan saraf pusat, karena terlalu
banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai normal eksibilitas susunan saraf pusat
maka ada banyak penyebab yang dapat menimbulkan kejang.
4. Patomekanisme kejang :
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada
sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang
memudahkan depolarisasi muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi (inhibitif 7
terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang menimbulkan
hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik.
Di antara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat,
norepinefrin dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisiyang terkenal ialah
gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis
melepaskan muatan listrik dan terjadi transmisi impuls .Dalam keadaan istirahat,
membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan
polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan
seluruh sel akan melepaskan muatan listrik. Oleh berbagai faktor, diantaranya
keadaan patologik, dapat mengubah fungsi membran neuron sehingga membran
mudah dilalui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan
mencetuskan letupan depolarisasi membran dan melepaskan muatan listrik
berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepasnya muatan listrik dengan jumlah besar
neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan kejang. Suatu sifat khas
serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses
inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar tempat epileptic.
Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar
neuron-neuron tidak terusmenerus melepaskan muatan. Keadaan lain yang dapat
menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat
habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
Medikamentosa
Diazepam
Diazepam merupakan obat pilihan pertama (level evidence A pada banyak
penelitian). Obat memasuki otak secara cepat, setelah 15-20 menit akan terdistribusi
ke tubuh. Walaupun terdistribusi cepat, eliminasi waktu paruh mendekati 24 jam.
Sangat berpotensi sedatif jika terakumulasi dalam tubuh pada pemberian berulang.
Diazepam dengan dosis 5-10 mg intravena dapat menghentikan kejang pada
sekitar 75% kasus. Diazepam dapat diberikan secara intramuskuler atau rektal. Efek
samping termasuk depresi pernapasan, hipotensi, sedasi, iritasi jaringan lokal. Sangat
berpotensi hipotensi dan depresi napas jika diberikan bersamaan obat antiepilepsi
lain, khususnya barbiturat. Walaupun demikian, diazepam masih merupakan obat
penting dalam manajeman SE karena efeknya yang cepat dan berspektrum luas.
Fenitoin
Fenitoin merupakan salah satu obat yang efektif mengobati kejang akut dan
SE. Disamping itu, obat ini sangat efektif pada manajemen epilepsi kronik,
khususnya pada kejang umum sekunder dan kejang parsial. Keuntungan utama
fenitoin adalah efek sedasinya yang minim. Namun, sejumlah efek samping serius
dapat muncul seperti aritmia dan hipotensi, khususnya pada pasien di atas usia 40
tahun. Efek tersebut sangat dihubungkan dengan pemberian obat yang terlalu cepat.
Di samping itu, iritasi lokal, flebitis, dan pusing dapat muncul pada pemberian
intravena. Fenitoin sebaiknya tidak dicampur dengan dekstrosa 5%, melainkan salin
normal untuk menghindari pembentukan kristal. Fenitoin intravena dosis awal 10 –
20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit).
Bila kejang berhenti, fenitoin diberikan kembali 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam setelah
dosis awal.
Phenobarbital
Midazolam