Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STRUMA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Endokrin 1

DISUSUN OLEH :

ANIK YULAIKHA (15.20.008) MIKE APRILIA (15.20.022)

ARIF PRASETYO (15.20.010) RARA RESTU (15.20.026)

ARISTA ANGGRAINI (15.20.011) RISKI LIDYA (15.20.027)

GALUH MENDUNG (15.20.018) UMIROTIN (15.20.036)

KIKI DWI LESTARI (15.20.019) YUYUN EKA N (15.20.040)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN dan NERS

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SRTUMA”. Makalah ini kami disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sisten
Endokrin 1.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak


kekurangan. Namun demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Meski masih banyak kekurangan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat,


khususnya bagi penulis dan kepada para pembaca.

Kepanjen, 13 Maret 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................1

1.3 TUJUAN PENULISAN .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ..................................................................................................3

2.2 ETIOLOGI ................................................................................................. 3

2.3 KLASIFIKASI ........................................................................................... 3

2.4 MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 6

2.5 PATOFISOLOGI ....................................................................................... 8

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .............................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................11

B. SARAN.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal.
Jika terganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit struma.
Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang
meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari
gemetar atau tremor dan mata menonjol.

Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang


menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika kelenjar kurang aktif
memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu
aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan.

Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil


akhirnya antara lain penyakit gondok .Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar
hampir di seluruh provinsi.

Kekurangan iodium tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok,


bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan
mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola
makan sadar iodium sejak dini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dari Struma ?

2. Apa saja etiologi dari struma ?

3. Apa saja klasifikasi dari struma ?

4. Apa manifestasi klinis dari struma ?

5. Bagaimanakah patofisiologi dari struma ?

6. Apa pemeriksaan diagnostik dari struma ?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui definisi dari struma

2. Mengetahui etiologi dari struma

3. Mengetahui klasifikasi struma

4. Mengetahui manifestasi klinis dari struma

5. Mangetahui patofisiologi struma

6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari struma

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran


kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya
diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid.

Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh


penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid
dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar,
keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).

2.2 ETIOLOGI

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid


merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:

a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering


terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang
mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan seperti : thiocabamide,
sulfonylurea dan litium.

2.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi struma dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi


menjadi 2, yaitu :

1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar


tiroid itusendiri, contohnya :
a) Penyakit grave
b) Functioning adenoma

3
c) Toxic multinodular goiter
d) Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar
kelenjar tiroid, contohnya :
a) Tumor hipofisis
b) Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) Menurut American
society for Study of Goiter membagi :
1. Struma Non Toxic Nodusa
2. Struma Non Toxic Diffusa
3. Stuma Toxic Diffusa
4. Struma Toxic Nodusa

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari
segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid,
sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.

1. Struma non toxic nodusa adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang
berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid.
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah
kekurangan iodium. Akan tetapipasien dengan pembentukan struma yang
sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu :
a. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi
sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi
berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hypothyroidism dan cretinism.
b. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada
preexisting penyakit tiroid autoimun
c. Gaitrogen :
1) Obat : propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethi-
mide, expectorants yang mengandung yodium
2) Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.

4
3) Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak
cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan
goitrin dalam rumput liar.
d. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon
kelejar tiroid
e. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa
kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
2. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi : (Mulinda, 2005)
a. Defisiensi Iodium
b. Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
c. Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
d. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi
hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-
stimulating immunoglobulin
e. Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
biosynthesis hormon tiroid.
f. Terpapar radiasi
g. Penyakit deposisi
h. Resistensi hormon tiroid
i. Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
j. Silent thyroiditis
k. Agen-agen infeksi
1) Suppuratif Akut : bacterial
2) Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa
parasitn.Keganasan Tiroid
3. Struma Toxic Nodusa
Etiologi : (Davis, 2005)
a. Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
b. Aktivasi reseptor TSH
c. Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G

5
d. Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1),
insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast
growth factor.
4. Struma Toxic Diffusa. Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah
grave desease, yang merupakan penyakit autoimun yang masih belum
diketahui penyebab pastinya (Adediji, 2004).

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi


Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja
perangsangan jantung, sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik
akan meningkat. Bila akhirnya penyakit ini menghebat, bias timbul
fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif. Tekanan nadi hampir
selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya terdapat
pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas.
Pembuluh darah di perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi
glomerulus, aliran plasma ginjal, serta traspor tubulus akan meningkat di
ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid dan obat akan
dipercepat.
2. Keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan
metabolisme panas, proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh
tubuh. Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya menyebabkan
pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan mudah berkeringat.
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang
mengakibat kurangnya atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa
diserap oleh usus. Maka dari itu system eliminasi pada penderita struma
terganggung.

6
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan
tertentu, timbul tremor halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan
hiperrefleksia saraf tepi oleh karena hiperaktifitas dari saraf dan
pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan sirkulasi ceberal
juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-
hal yang sepele.
6. Berat badan menurun
Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel
lemak tubuh) menyebabkan berat badan menurun, asam lemak bebas
dihasilkan menuju aliran darah dan bersirkulasi ke tubuh. Lipolisis juga
menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim proteolitik
sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan dengan peningkatan
pembentukan dan ekresi urea.
7. Mata membesar
Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis
yang sekunder, gejala mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak
seberapa jelas. Pada hipertiroidisme imunogenik (morbus Graves)
eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan abnormal di
belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata
yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada
reaksi imun terhadap antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan
reseptor TSH. Akibatnya, terjadi inflamasi retrobulbar dengan
pembengkakan bola mata, infiltrasi limfosit, akumulasi asam
mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar.
8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )

7
9. Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan
eshopagus, jika struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan
bernapas yang akan berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.
10. Suara serak
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara,
sehingga terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara
menjadi serak atau parau.

2.5 PATOFISIOLOGI

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk


pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin
(T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan sidik tiroid


Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada
pemeriksaan ini pasien diberi NaI peroral dan setelah 24 jam secara
fotografik ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang ditangkap oleh
tiroid.

8
Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu :
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang
dibandingkan sekitarnya.Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain. Pemeriksaan
ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair,
dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan
pasti apakah suatu nodul ganas atau jinak.
Pemeriksaan ini dibandingkan pemeriksaan sidik tiroid lebih
menguntungkan karena dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu persiapan,
lebih aman, dapat dilakukan pada orang hamil atau anak-anak, dan lebih
dapat membedakan antara yang jinak dan ganas.
c. Biopsi aspirasi jarum halus
Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Biopsy aspirasi jarum halus tidak nyeri, hamper tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan
dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative palsu karena
lokasi biopsy kurang tepat, teknik biopsy kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi aleh
ahli sitologi.
d. Termografi
Termografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu
kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography.
Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan panas dengan sekitarnya
> C dan°0.9 dingin > C. pada penelitian Alves dkk, didapatkan bahwa
pada°0.9 yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling
sensitive dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.

9
Khususnya pada penegakan diagnosis keganasan, menurut Gobien,
ketepatan diagnosis gabungan biopsy, USG, dan sidik tiroid adalah 98 %.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet
iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Adanya gangguan
fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tiroid.
B. SARAN
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi
sempurnanya makalah ini

11

Anda mungkin juga menyukai