A. LATAR BELAKANG
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang, seperti Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama
operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah sakit di
Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan Pasien, namun
upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien.
Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan
spirit Keselamatan Pasien secara utuh.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya: asesmen
resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara
normatif.
Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika
diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat
meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya) dapat
dikurangi semaksimal mungkin.
Perkembangan ilmu Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum dikenal. Padahal ilmu
kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya. Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut
usia (Lansia), Yaitu Gerontologi, Geriatri serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik
(Gerontological Nursing and Geriatric Nursing).
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia sehingga perlu dibedakan
pengertian antara Gerontologi dan Geriatri, walaupun berobjek sama, yaitu Lansia.
Gerontologi berasal dari kata “ GEROS” latin yang artinnya Lanjut Usia dan “Logos” yang berarti
Ilmu.
1. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai masalah/faktor
yang menyangkut lansia.
2. Gerontology is Comprehensive study of Ageing and the Problem of the Aged.
(Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahnya).
3. Gerontologi adalah pengetahuan yang mencakup segala bidang persoalan mengenai
orang berusia lanjut, yang di dasarkan pada hasil penyelidikan ilmu ; antropologi,
antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial, kedokteran geriatrik, psikiatrik geriatrik,
psikologi, dan ekonomi (menurut Pergeri).
4. Gerontologi menurut Kozier, 1987 adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua.
5. Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
6. Gerontic Nursing / Gerontological Nursing, adalah spesialis keperawatan lanjut usia
yang dapat menjalankan perannya pada setiap tatanan pelayanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal
lanjut usia secara komprehensif. Oleh karena itu perawatan lansia yang menderita
penyakit (Geriatric Nursing), dan dirawat di rumah sakit merupakan Gerontic Nursing.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang di maksud dengan patient safety ?
b) Bagaimana penerapan patient safety dalam kebidanan ?
c) Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan patient safety ?
d) Apa yang di maksud dengan lansia dan keperawatan gerontik ?
e) Apa saja mitos tentang lansia?
f) Teori – teori lansia?
g) Batasan – batasan lansia?
h) Masalah fisik sehari – hari ang sering di temukan pada lansia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Menganalisis penerapan patient safetyserta
2. Tujuan Khusus
a. Mencari faktor yang dapat mempengaruhi penerapan patient safety
b. Menganalisis pelaksanaan patient safety
c. Membuat rencana perbaikan pelaksanaan patient safety
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam kode etik kedokteran disebutkan bahwa setiap dokter harus berperilaku profesional
dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan, memahami isu-isu etik maupun
aspek medikolegal dalam praktik kedokteran serta menerapkan program keselamatan pasien.
Kode etik kedokteran yang berhubungan dengan keselamatan pasien adalah :
VII. 6. Aspek keselamatan pasien dalam praktek kedokteran
VII. 6. 1. Menerapkan standar keselamatan pasien:
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
h. keselamatan pasien
VII. 6. 2.Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf
c. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
A. Kasus
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S (padang) umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012,
pasien di rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order
dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak
mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien
tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami kejang-
kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah
parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.
B. Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan keselamatan
pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung jawab untuk
mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan yang akan
dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan sesuai dengan
kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun dalam
hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep patient
safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.
A. Definisi
Keprawatan gerontik adalah salah satu bentuk pelayanan profesionalyang didasarkan lmu dan
kiat keperawatan gerontik yang berbentuk Boipsikososial spiritual yang komperhensip, ditujukan
pada lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkatan individu, keluarga, kelompok/pantiatau
masyarakat. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap
berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.
WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab I
pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R.
Boedhi Darmojo dan Dr.H.hadi Martono (1994) mengatakan bahwa “ menua “ (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara bertahap/perlahan mengalami
kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. Proses menua merupakan proses yang
terus menerus /berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain,hingga
tubuh “ mati“ sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama. Adakalanya
seseorang belum tergolong lanjut usia / masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan
yangMencolok (Deskripansi). Adakalanya pula orang telah tergolong lanjut usia, tetapi
penampilannyua masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian harus diakui ada
beberapa penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi, dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritic
dan structural yang disebut sebagai penyakit degeneratif. Misalnya hipertensi, arteriosclerosis,
diabetes mellitus, dan kanker, yang akan menyebabkan berakhir hidup dengan episode terminal
yang dramatis, misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan
sebagainya.
b. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan
sel otak.
Fakta :
1. Banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar
2. Daya pikir masih jernih dan cenderung cemerlang
3. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
c. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya.
Fakta : Tidak demikian. Banyak individu yang mencapai ketenaran, kematangan,
kemantapan, serta produiktivitas mental dan material di masa lanjut usia.
d. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks
dalam hubungan seks menurun.
Fakta :
1. Kebutuhan seks pada lanjut usia berlangsung normal
2. Frekwensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih
tetap tinggi.
c. Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan
regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap
benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang
menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas
tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk
kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan
produk autoantibodi.
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan
duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu
memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
f. Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan
persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel
tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna
stres dan hormon tubuh yang berkurang
g. Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan
regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap
benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang
menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas
tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk
kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan
produk autoantibodi.
h. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
i. Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan
duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu
memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
j. Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan
persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel
tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna
stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis
diberbagai organ tubuh.
3. Teori Lingkungan
a. Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
b. Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel
mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
c. Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia,
yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
d. Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah.
Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat
e. proses penuaan.
D.Batasan Lansia
a. Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun.
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.
1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Ruben, 1996).
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik:
c. gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan
sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh
benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.
2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme,
dehidrasi, dsb
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan
sistem respiratorius, overweight, anemia
6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin
B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb
8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu
ginjal, dsb.
9. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit
c. 10.Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor
sosio-ekonomi
10. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan
syaraf, faktor psikologis
11. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum
12. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak,
glaukoma, infeksi mata
13. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental
14. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi,
irritabilitas)
15. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb
16. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi darah lokal,
ggn syaraf umum dan lokal
17. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis,
alergi
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena
terganggunya produksi vitamin D.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.
4. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula
darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas
atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126
mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75
tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak
berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan
luka yang lambat sembuh.
5. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang
paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut,
penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi),
trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga
kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
7. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat.
Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa
lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami
beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari
keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua
setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua
pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko
untuk timbul kanker meningkat.
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun
1976, nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata
geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia
yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi
merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam
proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi
merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin
terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis
yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan,
jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-
tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah
sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi
bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir
hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga
kematiannya berlangsung dengan tenang).
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati
hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan,
dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner
(mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.
Peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit dapat dirumuskan antara
lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang
telah ditetapkan; menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan;
memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan; menerapkan
kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan
komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya, peka, proaktif dan melakukan
penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar
semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
B. SARAN
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit agar selalu
mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham Gary F. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Cunningham Gary F, Gant
Norman F, dkk, editor. Williams Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC; 2005. hal 624-73.
Dr. Erwin Santosa, Sp.A. 2015. Kuliah Manajemen Risiko.S2 Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah
Yogyakarta.