Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 3

TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINERAL

CHE – 184473.02

INDIUM

Disusun Oleh:

Marvin Fachry (2016620032)

Robertus Belarminus Alffin Hendrawan (2017620085)

Viandi Heryawan (2017620027)

Stephen Lim (2017620113)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum

Indium adalah suatu senyawa kimia yang berada di golongan IIIA. Indium adalah logam
berwarna silver, yang sangat lunak dan elastis pada suhu ruang. Indium tidak teroksidasi oleh
udara, namun dapat terbakar oleh trioksida. Selain itu, indium pula dapat bereaksi dengan metaloid
(arsen, antimon, selenium), halogen, sulfur, dan fosfor. Secara umum, berikut adalah beberapa
sifat indium.

Secara alami, indium memiliki kelimpahan yang sangat rendah, sekitar 0,1 - 0,24 ppm di
kerak bumi. Indium cenderung sering ditemukan bersamaan dengan logam lainnya, seperti Cu, Pb,
Sn, Zi, Bi, Cd, dan Au. Oleh karena itu, indium sangat jarang ditemukan dalam bentuk mineralnya.
Dalam bentuk mineralnya, indium dapat ditemukan sebagai dzhalindite (In(OH)3), indite
(FeIn2S4), laforetite (AgInS2) dan roquesite (CuInS2). Mineral indium yang pertama kali
ditemukan dan yang paling di teliti adalah roquesite. Hal ini dikarenakan roquesite adalah mineral
indium yang paling banyak ditemukan apabila dibandingkan dengan mineral yang lain. Roquesite
selalu terbentuk di dalam bornite dan kalkopirit. Jumlah indium dalam roquesite berkisar 34-
47%wt. Mineral yang lain, dzhalindite, memiliki kelimpahan indium 61-66%wt. Selain mineral
murni, indium juga ditemukan di sphalerite (ZnS), dengan konsentrasi 0,0001-0,01%wt.

Pada tahun 2013, diprediksi terdapat cadangan logam indium sebanyak 15.000 ton. China
merupakan negara yang memiliki cadangan indium terbesar di dunia, sekitar 69%. Produksi
indium pada tahun 2013 sebanyak 1.380 ton, dengan 770 ton diperoleh dari alam, sedangkan 610
ton diperoleh dari hasil sekunder (recycle ITO). Produsen indium terbesar adalah China dengan
total produksi 560 ton (40% total produksi), sedangkan produsen indium dari hasil recycle terbesar
adalah Jepang. Konsumsi indium pada tahun 2012 diprediksi 1.550 ton. Pada tahun 2018, 750 ton
indium diproduksi, dengan 300 ton berasal dari China. Rata-rata harga indium pada tahun 2018
adalah $380 per kilogram.
1.2 Cara Memperoleh Indium

Di alam, Indium sangat sulit ditemukan dalam bentuk mineralnya, biasanya diperoleh
sebagai produk sampingan dalam mineral lain seperti sfalerit. Selain itu, dapat juga diperoleh
melalui recycling produk yang mengandung Indium. Indium dapat diperoleh melalui proses
pirometalurgi atau hidrometalurgi, tetap pada umumnya (sekitar 90%) dilakukan menggunakan
proses hidrometalurgi.

Lapisan anti reflektif


Indium-tin Electronic Displays - LCD, e-Ink,
oxide
Anti beku untuk kaca pesawat

Logam Plating anti korosi otomotif dan bearing


Indium
Ingot
Indium In-Sn-Ag Solder

In-Ag- Nuclear control

Campuran In-P Semiconductor wafers

Integrated Circuits (IC)

In-Ga- Sel fotovoltaik (panel

LED dan fotodetektor

Indium- Indium- Layar cathode ray


based boron tube monokrom

Grafik 1.1 Pohon Industri Indium

Pada proses hidrometalurgi, beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah Comminution,
Benefication, Smelting, dan Refining. Comminution merupakan penumbukan bongkahan sfalerit
untuk memperkecil ukuran partikel. Benefication merupakan proses dimana bijih yang diekstraksi
dari pertambangan dipisahkan menjadi mineral. Pada tahap Smelting dengan proses
hidrometalurgi, terdapat 4 langkah yaitu (1) Kalsinasi atau Proses Waelz. Campuran konsentrat
seng dan batubara dipanaskan pada suhu tinggi untuk menghasilkan kalsium oksida seng tidak
murni. (2) Pencucian. Kalsin kemudian dilindi dengan asam sulfat baik dalam proses tunggal atau
ganda untuk menghasilkan larutan seng sulfat. (3) Pemurnian. Larutan dimurnikan dengan debu
seng untuk mengendapkan kotoran dalam larutan. Selama tahap ini indium dan elemen lain seperti
tembaga atau kadmium dapat dipulihkan. (4) Electrowinning. Larutan seng berair terkandung
dalam sel elektrolitik dan arus listrik dari anoda paduan timah-perak digunakan untuk menyimpan
seng ke katoda aluminium. Seng kemudian dapat dilepas dari katoda aluminium dan dilebur dan
dimasukkan ke dalam batangan. Dari hasil pemurnian tersebut, didapat 0,4%wt Indium. Untuk
mendapatkan indium dengan kemurnian tinggi, perlu dilakukan tahap terakhir yaitu Refining. Pada
tahap ini, dilakukan proses leaching dengan H2SO4, HCl, dan NaOH. Lalu dilakukan sementasi
dengan Alumunium sehingga didapatkan indium cement. Setelah itu dilakukan proses pembakaran
dengan klorida untuk membentuk batangan Indium (Indium ingots).

Sedangkan pada proses pirometalurgi, tahapan yang harus dilakukan sama seperti hidrologi
hanya yang berbeda adalah pada tahapan Smelting yang dilakukan dengan 5 langkah yaitu
Roasting&Calcine, Sintering, Sinter, Retoring, dan Molten Zn.

Gambar 1.1 PFD Cara Memperoleh Indium

1.3 Cara memperoleh ITO

Indium tin oxide (ITO) adalah komposisi 3 bagian dari indium, timah dan oksigen dalam
proporsi yang berbeda-beda. Indium tin oxide biasanya ditemukan sebagai komposisi jenuh
oksigen dengan formulasi 74% In, 18% O2, dan 8% Sn berat. Komposisi-komposisi jenuh oksigen
sangat khas, sehingga komposisi-komposisi tidak jenuh disebut ITO yang kekurangan oksigen.
Indium tin oxide biasanya ditemukan di alam dalam campuran antara Indium (III) Oxide (90%)
dan Tin (IV) Oxide (10%). Rekasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 In + 3 O2 => 2 In2O3

Sn + O2 => SnO2
BAB II

ISI

2.1 Penjelasan Tentang Produk Utama (LCD)

LCD atau Liquid Crystal Display adalah suatu jenis media display (tampilan) yang
menggunakan kristal cair (liquid crystal) untuk menghasilkan gambar yang terlihat. Teknologi
Liquid Crystal Display (LCD) atau Penampil Kristal Cair sudah banyak digunakan pada produk-
produk seperti layar Laptop, layar Ponsel, layar Kalkulator, layar Jam Digital, layar Multimeter,
Monitor Komputer, Televisi, layar Thermometer Digital dan produk-produk elektronik lainnya.

Teknologi Display LCD ini memungkinkan produk-produk elektronik dibuat menjadi jauh
lebih tipis jika dibanding dengan teknologi Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube atau CRT).
Jika dibandingkan dengan teknologi CRT, LCD juga jauh lebih hemat dalam mengkonsumsi daya
karena LCD bekerja berdasarkan prinsip pemblokiran cahaya sedangkan CRT berdasarkan prinsip
pemancaran cahaya. Namun LCD membutuhkan lampu backlight (cahaya latar belakang) sebagai
cahaya pendukung karena LCD sendiri tidak memancarkan cahaya. Beberapa jenis backlight yang
umum digunakan untuk LCD diantaranya adalah backlight CCFL (Cold cathode fluorescent
lamps) dan backlight LED (Light-emitting diodes).

Struktur dasar LCD : LCD atau Liquid Crystal Display pada dasarnya terdiri dari dua
bagian utama yaitu bagian Backlight (Lampu Latar Belakang) dan bagian Liquid Crystal (Kristal
Cair). Seperti yang disebutkan sebelumnya, LCD tidak memancarkan pencahayaan apapun, LCD
hanya merefleksikan dan mentransmisikan cahaya yang melewatinya. Oleh karena itu, LCD
memerlukan Backlight atau Cahaya latar belakang untuk sumber cahayanya. Cahaya Backlight
tersebut pada umumnya adalah berwarna putih. Sedangkan Kristal Cair (Liquid Crystal) sendiri
adalah cairan organik yang berada diantara dua lembar kaca yang memiliki permukaan transparan
yang konduktif.

Bagian-bagian LCD atau Liquid Crystal Display diantaranya adalah :

● Lapisan Terpolarisasi 1 (Polarizing Film 1)


● Elektroda Positif (Positive Electrode)
● Lapisan Kristal Cair (Liquid Crystal Layer)
● Elektroda Negatif (Negative Electrode)
● Lapisan Terpolarisasi 2 (Polarizing film 2)
● Backlight atau Cermin (Backlight or Mirror)

Prinsip kerja dari LCD yakni : Backlight LCD yang berwarna putih akan memberikan
pencahayaan pada Kristal Cair atau Liquid Crystal. Kristal cair tersebut akan menyaring backlight
yang diterimanya dan merefleksikannya sesuai dengan sudut yang diinginkan sehingga
menghasilkan warna yang dibutuhkan. Sudut Kristal Cair akan berubah apabila diberikan tegangan
dengan nilai tertentu. Karena dengan perubahan sudut dan penyaringan cahaya backlight pada
kristal cair tersebut, cahaya backlight yang sebelumnya adalah berwarna putih dapat berubah
menjadi berbagai warna.

Jika ingin menghasilkan warna putih, maka kristal cair akan dibuka selebar-lebarnya
sehingga cahaya backlight yang berwarna putih dapat ditampilkan sepenuhnya. Sebaliknya,
apabila ingin menampilkan warna hitam, maka kristal cair harus ditutup serapat-rapatnya sehingga
tidak adalah cahaya backlight yang dapat menembus. Dan apabila menginginkan warna lainnya,
maka diperlukan pengaturan sudut refleksi kristal cair yang bersangkutan.

2.2 PFD Pembuatan LCD


Gambar 2.1 PFD Pembuatan LCD

Penjelasan PFD:
1. Pembersihan dan Pengeringan
Kaca ITO dicuci dengan air deterjen dan deionisasi (air DI) untuk menghilangkan
pengotor. Kemudian Kaca ITO dikeringkan.
2. Plating
Lapisan konduktif kaca ITO dilapisi secara merata dengan lapisan photoresist.
3. Pemanggangan
Kaca berlapis photoresist dipanggang untuk jangka waktu tertentu untuk mengoksidasi
pelarut di photoresist untuk meningkatkan adhesi dengan permukaan kaca.
4. Radiasi
Permukaan photoresist diiradiasi dengan UV oleh masker pola elektroda preformed
sehingga membuat lapisan photoresist bereaksi. Kaca berlapis photoresist ditutupi dengan
reticle photolithographic dalam lampu UV Photoresist diekspos secara selektif.
5. Dekomposisi
Permukaan kaca diperlakukan dengan larutan yang berkembang untuk menghilangkan
lapisan photoresist foto-dekomposisi, dan bagian lapisan photoresist yang tidak terpakai
dicadangkan.
6. Pemanasan
Kaca dipanaskan dalam suhu tinggi agar photoresist lebih padat.
7. ETSA
Dengan larutan etsa asam yang sesuai didapatkan pola elektroda ITO yang dibutuhkan.
8. Rinse
Dengan konsentrasi larutan alkali (larutan NaOH) yang tinggi untuk larutan pengupasan,
photoresist kaca yang tersisa dilucuti, sehingga kaca ITO dan fotokopi melapisi bentuk
pola ITO yang sama.
9. Pembersihan dan Pengeringan
Bilas sisa zat cair, sisa photoresist, dan kotoran lainnya dengan air dengan kemurnian tinggi
dan kemudian dikeringkan.

2.3 Teknologi dalam Pembuatan Produk

Proses pembersihan dalam pembuatan LCD dengan metode pembersihan ultrasonik.


Prinsip dari pembersihan ultrasonikk yaitu dengan membenamkan kaca ITO ke dalam cairan
dengan dibanjiri frekuensi tinggi energi listrik yang dirubah menjadi gelombang suara frekuensi
tinggi (ultrasonik).

Pada proses radiasi digunakan mesin photolithography untuk meradiasikan sinar UV, dan
mentransfer pola TFT presisi tinggi dengan menggunakan mask.

Proses etsa dilakukan menggunakan 2 mesin yaitu mesin etsa kering dan mesin etsa basah.
Pada mesin etsa kering digunakan gas korosif untuk menguraikan dan menghapus film insulasi
serta film semikonduktor. Sedangkan pada mesin etsa basah digunakan bahan kimia cair untuk
melarutkan film logam

Proses rinse dilakukan menggunakan resist stripping machine untuk menghilangkan


photoresist dan zat kimia hasil dari proses etsa.

BAB III

KESIMPULAN

Rancangan proses pembuatan LCD dapat diterapkan di Indonesia karena di Indonesia


sendiri terdapat Indium yang bisa didapatkan dari mineral logam yang ada di Indonesia contohnya
dzhalindite (In(OH)3), indite (FeIn2S4), laforetite (AgInS2), dan roquesite (CuInS2). Selain itu
sudah banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi LCD di Indonesia contohnya
SHARP.

Anda mungkin juga menyukai