Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT TERHADAP KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT

Oleh :

Nama : Wildan Mukholladun

NIM : B1J012036

Kelompok :7

Rombongan :2

LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULATS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan praktikum pengaruh monosodium glutamate terhadap kadar glukosa


darah mencit adalah mengevaluasi pengaruh monosodium glutamate terhadap
aktivitas kelenjar pancreas mencit dengan indikator kadar glukosa darah.

1.2 Manfaat

Manfaat praktikum pengaruh monosodium glutamate terhadap kadar glukosa


darah mencit adalah:
1. Mengetahui efek pemberian monosodium glutamate terhadap kadar glukosa darah
mencit.
2. Mengetahui efek pemberian monosodium glutamate terhadap berat tubuh mencit.
Menambah pengetahuian mengenai memelihara mencit dan menyonde yang baik dan
benar.
II. MATERI DAN PROSEDUR KERJA

1.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit jantan/betina
umur minimal 8 minggu, akuabides, larutan monosodium glutamate (5 dan 10 mg),
gluco-stick nomor 8, air minum mencit, pakan pelet 495, dan sekam padi.
Alat yang digunakan adalah kandang mencit ukuran 34x28x14 cm3,
GlucoDR, spuit injeksi 1 ml dengan jarum ukuran 27,5 G, sonde, dan timbangan
digital.

1.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:


a. Persiapan mencit:
Mencit sehat dipilih dengan kriteria tidak cacat, peka terhadap stimulus, responsif,
aktif bergerak, dan nafsu makan normal. Mencit ditimbang untuk diketahui berat
tubuhnya. Mencit yang telah ditimbang ditempatkan dalam kandang berukuran
34x28x14 cm3 sesuai dengan kode perlakuan yang ditutup dengan kawat kasa dan
telah diberi alas sekam padi serta dilengkapi dengan tempat minum,
b. Persiapan monosodium glutamate (MSG):
Dosis MSG yang diberikan 0, 1, 3, 6, dan 9 mg/g berat badan. Larutan stok MSG
(A) dibuat dengan konsentrasi 30 mg/ml sebanyak 30 ml. Larutan stok MSG (B)
dibuat dengan konsentrasi 15 mg/ml sebanyak 15 ml.
c. Pemberian MSG:
MSG diberikan setiap tiga hari sekali menggunakan sonde dengan volume 0,3 ml
dari stok A dan 0,3 ml dari stok B. Mencit kontrol diberi 0,3 ml akuabides.
d. Pemeliharaan mencit:
Mencit diberi pakan sebanyak 10-15 g/hari dan minum secara ad libitum. Pakan
diberikan setiap hari dan air minum diganti setiap dua hari bersamaan dengan
waktu sekam alas kandang diganti.
e. Pengukuran kadar glukosa darah dan penimbangan:
Mencit ditimbang pada minggu ke 0, 1, dan 2 kemudian diukur kadar glukosa
darahnya. Darah diambil dari vena kaudal dengan menusuk vena, darah yang
keluar diambil dengan gluco-stick dan diukur dengan GlucoDR. Angka yang
muncul pada layar LCD GlucoDR merupakan kadar gula darah. Luka bekas
tusukan jarum diberi betadine untuk mencegah terjadinya infeksi pada mencit.
f. Tabulasi data:
Data kadar glukosa darah dan berat tubuh pada minggu 0, 1, dan 2 ditabulasi dan
disajikan dalam bentuk tabel.
g. Penyusunan laporan:
Laporan bersifat individual dan diserahkan satu minggu setelah pelaksanaan
praktikum.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1. Data kelompok

Berat badan (gram) Glukosa darah (mg/dl)


Perlakuan
M0 M1 M2 M0 M1 M2
3/1 32,12 36,92 34,77 123 130 146
6/3 24,33 25,8 32,08 137 176 152
9/1 24,57 25,84 27,27 136 151 164
Grafik 3.1. Rata – rata data Glukosa darah
250
Grafik 3.2. Glukosa darah ulangan 1
200

Dosis 0
150
Dosis 1
Dosis 3
100 Dosis 6
Dosis 9
50

0
m0 m1 m2

Grafik 3.2. Rata – rata data berat badan


40

35

30

25 Dosis 0
Dosis 1
20
Dosis 3
15 Dosis 6
Dosis 9
10

0
m0 m1 m2
Grafik 3.3. Delta gula darah

80
gula darah

60

40

20

0
dosis 0 mg
dosis 1 mg
-20
dosis 3 mg
dosis 6 mg
-40
dosis 9 mg

-60

-80

-100

-120
Δ1-Δ0 Δ2-Δ0
Grafik 3.4. Delta berat badan

berat
15

10

5
dosis 0 mg
0 dosis 1 mg
dosis 3 mg
-5
dosis 6 mg
-10
dosis 9 mg
-15

-20
Δ1-Δ0 Δ2-Δ0
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.2 pada rerata berat badan mencit
dengan perlakuan kontrol naik yakni 25,133, 25,94 dan 31,7 gram. Perlakuan dosis 1
mg juga naik yakni 27,1, 27,15667, dan 29,48333 gram. Perlakuan dosis 3 mg naik
dengan cepat yakni 25,56333, 33,68 dan 34,75 gram. perlakuan dosis 6 mg menurun
yakni 30,38667, 30,88667 dan 29.59 gram. perlakuan dosis 9 mg naik yakni 25,52333,
29,60333 dan 31,02333 gram. Menurut penelitian Muharani (2016), berat badan tikus
Sprague-Dawley naik secara konstan selama 2 minggu setelah diberi MSG. Berat
badan mencit yang fluktuatif pada praktikum bisa disebabkan karena stres lingkungan
sehingga dari minggu ke minggu menjadi tidak konstan naik.
Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.2 pada rerata kadar glukosa
darah mencit dengan perlakuan kontrol fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 139
menjadi 201,6667 mg/dl, kemudian pada minggu 2 turun menjadi 128 mg/dl.
Perlakuan dosis 1 mg naik yanki 127, 127,3333 dan 169 mg/dl. Perlakuan dosis 3 mg
naik dengan cepat yakni 115, 141,6667 dan 175,3333 gram. Perlakuan dosis 6 mg
fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 119,6667 menjadi 175,3333 mg/dl, kemudian
pada minggu 2 turun menjadi 146 mg/dl. Pada dosis 9 mg naik yakni 132,3333,
157.6667 dan 161.3333 mg/dl. Menurut penelitian Ismawati (2003), pemberian MSG
dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus). Kadar gula
darah yang fluktuatif pada praktikum bisa disebabkan karena saat akan diambil
darahnya mencit stress sehingga kadar gula darah yang terukur oleh GlucoDr menjadi
tidak stabil dari minggu ke minggu.
Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh Ismawati (2003), pemberian MSG
dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus), makin
tinggi dosis MSG yang diberikan, maka makin tinggi pula kadar glukosa darahnya.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muharani (2016), bahwa berat
badan tikus Sprague-Dawley sebelum perlakuan pemberian MSG konstan lebih
rendah dibanding setelah diberi MSG. Selain itu, menurut Nijima (2000) pemberian
MSG dapat menyebabkan penyimpangan perilaku terhadap hewan uji, hal ini
dikarenakan pemberian MSG dapat mengakibatkan kerusakan sel pada bagian
cerebellum.
Berdasarkan hasil penelitian untuk batasan metabolisme (30 mg/kg/hari), rata-
rata dalam sehari dibatasi penambahan MSG maksimal 2,5-3,5 g (untuk berat badan
50-70 kg) dengan perhitungan dosis untuk satu sendok teh pemakaian rata-rata berisi
4-6 gram MSG dan tisak disarankan untuk dikonsumsi dalam dosis tinggi sekaligus
(Prawirohadjono et al., 2000). Peningkatan penggunaan MSG di dunia terjadi dari
tahun 1995 hingga 2007 dengan rata-rata konsumsi 3-4 g/hari (Mahidin et al., 2018).
MSG dapat ditemukan dengan kadar yang cukup tinggi pada daging, brokoli, jamur,
telur, ayam, kentang, kecap, saus, keju, dan masih ada beberapa lainnya termasuk
dalam hal ini penyedap rasa alami seperti vanili atau daun pandan. Makanan cepat
saji tentunya juga tidak terlepas dari peran MSG sebagai pemberi cita rasa enak atau
umami (Sharma dan Deshmukh, 2015).
Asam glutamat berperan sebagai neurotransmiter pada otak serta
mengaktivasi regulasi dari sifat-sifat sel-sel saraf. Peran lainnya adalah dalam
metabolisme energi dan sintesis amino seperti glutation dan protein (Cooper dan
Jeitner, 2016). Selain berperan sebagai neurotransmiter pada sinaps eksitatori di
sistem saraf pusat, glutamate disini juga memodulasi eksitabilitas sel dan transmisi
sinaps melalui second messenger signaling. L-glutamat akan berikatan dengan
mGluR4 (metabotropic glutamate receptors) sebagai reseptor yang ada pada taste
bud, yang akan dipresentasikan sebagai rasa umami dioleh otak (Ardyanto, 2004).
Kadar MSG yang terlalu tinggi berbahaya terhadap kesehatan pankreas.
Dalam patologi pankreas, sedikit atau tidak ada insulin diproduksi, atau sel-sel tubuh
tidak merespon insulin yang dihasilkan mengarah ke akumulasi glukosa dalam darah
atau peningkatan tingkat (hiperglikemia) yang mengakibatkan diabetes mellitus.
Pankreas adalah organ retroperitoneal yang sangat penting untuk pencernaan
makanan usus. Sebagian besar pankreas terdiri dari kelenjar eksokrin yang
mensintesis dan mensekresikan sebagian besar enzim pencernaan ke anak-anak
saluran pankreas dan ke duodenum. Lipase pankreas adalah enzim utama yang
bertanggung jawab untuk pencernaan trigliserida diet. Glukosa adalah sumber energi
utama yang digunakan oleh sel. Namun, glukosa tidak dapat masuk sel kecuali di
hadapan insulin. Dalam fungsi fisiologis normal pankreas, jumlah insulin yang tepat
diproduksi untuk mengangkut glukosa ke dalam sel (Abdulsalam et al., 2018).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


pemberian monosodium glutamate berpengaruh terhadap aktivitas kelenjar
pankreas yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah mencit. Semakin
tinggi kadar monosodium yang diberikan, semakin tinggi pula kadar glukosa
darah mencit.

4.2 Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya kode tinta pada tubuh mencit
dicek setiap hari agar apabila tinta tersebut pudar dapat langsung dilakukan
penandaan kembali. Perlu dilakukan latihan penyondean agar praktikan dapat
lebih lancar menyonde.
DAFTAR REFERENSI

Abdulsalam, H., Adamu, S., Sambo, S. J., Chiroma1, M. A., Gadzama, J. J.,
Mohzo1, D. L. & Atata, J. A., 2018. Monosodium glutamate-induced
changes on plasma markers of pancreatic function in adult male Wistar
rats. Sokoto Journal of Veterinary Sciences, 16(2), pp. 21-27.

Ardyanto, T. D., 2004. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek, Kontroversinya.


INOVASI, 1(16), pp. 52-60.

Ismawati, I., 2003. Pengaruh Monosodium Glutamate terhadap Kadar Glukosa


Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) [skripsi]. Surabaya: Universitas
Airlangga.

Mahidin, Maulana, A. M. & Susiyadi, 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol


Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Jumlah Sel
Spermatogenik Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Jantan yang
Diinduksi Monosodium Glutamat. Herb-Medicine Journal, 1(1), pp. 19-
30.

Muharani, E., 2016. Pengaruh Pemberian MSG (Monosodium glutamate) pada


Tikus Sprague-Dawley Betina Usia Reproduktif Selama 2 minggu
terhadap Kadar Enzim Penanda Kerusakan Sel Hati (AST/ALT) [skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri.

Niijima, A., 2000. Reflex Effects of Oral, Gastrointestinal and Hepatoportal


Glutamate Sensors on Vagal Nerve Activity. Journal of Nutrition,
Volume. 130, pp. 971S-973S.

Sharma, V. & Deshmukh, R., 2015. Ajinomoto (MSG): a fifth taste or a bio
bomb. EJMPR, 5(2), pp. 381-400.

Anda mungkin juga menyukai