Oleh :
NIM : B1J012036
Kelompok :7
Rombongan :2
1.1 Tujuan
1.2 Manfaat
1.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit jantan/betina
umur minimal 8 minggu, akuabides, larutan monosodium glutamate (5 dan 10 mg),
gluco-stick nomor 8, air minum mencit, pakan pelet 495, dan sekam padi.
Alat yang digunakan adalah kandang mencit ukuran 34x28x14 cm3,
GlucoDR, spuit injeksi 1 ml dengan jarum ukuran 27,5 G, sonde, dan timbangan
digital.
3.1 Hasil
Dosis 0
150
Dosis 1
Dosis 3
100 Dosis 6
Dosis 9
50
0
m0 m1 m2
35
30
25 Dosis 0
Dosis 1
20
Dosis 3
15 Dosis 6
Dosis 9
10
0
m0 m1 m2
Grafik 3.3. Delta gula darah
80
gula darah
60
40
20
0
dosis 0 mg
dosis 1 mg
-20
dosis 3 mg
dosis 6 mg
-40
dosis 9 mg
-60
-80
-100
-120
Δ1-Δ0 Δ2-Δ0
Grafik 3.4. Delta berat badan
berat
15
10
5
dosis 0 mg
0 dosis 1 mg
dosis 3 mg
-5
dosis 6 mg
-10
dosis 9 mg
-15
-20
Δ1-Δ0 Δ2-Δ0
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.2 pada rerata berat badan mencit
dengan perlakuan kontrol naik yakni 25,133, 25,94 dan 31,7 gram. Perlakuan dosis 1
mg juga naik yakni 27,1, 27,15667, dan 29,48333 gram. Perlakuan dosis 3 mg naik
dengan cepat yakni 25,56333, 33,68 dan 34,75 gram. perlakuan dosis 6 mg menurun
yakni 30,38667, 30,88667 dan 29.59 gram. perlakuan dosis 9 mg naik yakni 25,52333,
29,60333 dan 31,02333 gram. Menurut penelitian Muharani (2016), berat badan tikus
Sprague-Dawley naik secara konstan selama 2 minggu setelah diberi MSG. Berat
badan mencit yang fluktuatif pada praktikum bisa disebabkan karena stres lingkungan
sehingga dari minggu ke minggu menjadi tidak konstan naik.
Berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3.2 pada rerata kadar glukosa
darah mencit dengan perlakuan kontrol fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 139
menjadi 201,6667 mg/dl, kemudian pada minggu 2 turun menjadi 128 mg/dl.
Perlakuan dosis 1 mg naik yanki 127, 127,3333 dan 169 mg/dl. Perlakuan dosis 3 mg
naik dengan cepat yakni 115, 141,6667 dan 175,3333 gram. Perlakuan dosis 6 mg
fluktuatif menuju minggu 1 naik dari 119,6667 menjadi 175,3333 mg/dl, kemudian
pada minggu 2 turun menjadi 146 mg/dl. Pada dosis 9 mg naik yakni 132,3333,
157.6667 dan 161.3333 mg/dl. Menurut penelitian Ismawati (2003), pemberian MSG
dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus). Kadar gula
darah yang fluktuatif pada praktikum bisa disebabkan karena saat akan diambil
darahnya mencit stress sehingga kadar gula darah yang terukur oleh GlucoDr menjadi
tidak stabil dari minggu ke minggu.
Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh Ismawati (2003), pemberian MSG
dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus), makin
tinggi dosis MSG yang diberikan, maka makin tinggi pula kadar glukosa darahnya.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muharani (2016), bahwa berat
badan tikus Sprague-Dawley sebelum perlakuan pemberian MSG konstan lebih
rendah dibanding setelah diberi MSG. Selain itu, menurut Nijima (2000) pemberian
MSG dapat menyebabkan penyimpangan perilaku terhadap hewan uji, hal ini
dikarenakan pemberian MSG dapat mengakibatkan kerusakan sel pada bagian
cerebellum.
Berdasarkan hasil penelitian untuk batasan metabolisme (30 mg/kg/hari), rata-
rata dalam sehari dibatasi penambahan MSG maksimal 2,5-3,5 g (untuk berat badan
50-70 kg) dengan perhitungan dosis untuk satu sendok teh pemakaian rata-rata berisi
4-6 gram MSG dan tisak disarankan untuk dikonsumsi dalam dosis tinggi sekaligus
(Prawirohadjono et al., 2000). Peningkatan penggunaan MSG di dunia terjadi dari
tahun 1995 hingga 2007 dengan rata-rata konsumsi 3-4 g/hari (Mahidin et al., 2018).
MSG dapat ditemukan dengan kadar yang cukup tinggi pada daging, brokoli, jamur,
telur, ayam, kentang, kecap, saus, keju, dan masih ada beberapa lainnya termasuk
dalam hal ini penyedap rasa alami seperti vanili atau daun pandan. Makanan cepat
saji tentunya juga tidak terlepas dari peran MSG sebagai pemberi cita rasa enak atau
umami (Sharma dan Deshmukh, 2015).
Asam glutamat berperan sebagai neurotransmiter pada otak serta
mengaktivasi regulasi dari sifat-sifat sel-sel saraf. Peran lainnya adalah dalam
metabolisme energi dan sintesis amino seperti glutation dan protein (Cooper dan
Jeitner, 2016). Selain berperan sebagai neurotransmiter pada sinaps eksitatori di
sistem saraf pusat, glutamate disini juga memodulasi eksitabilitas sel dan transmisi
sinaps melalui second messenger signaling. L-glutamat akan berikatan dengan
mGluR4 (metabotropic glutamate receptors) sebagai reseptor yang ada pada taste
bud, yang akan dipresentasikan sebagai rasa umami dioleh otak (Ardyanto, 2004).
Kadar MSG yang terlalu tinggi berbahaya terhadap kesehatan pankreas.
Dalam patologi pankreas, sedikit atau tidak ada insulin diproduksi, atau sel-sel tubuh
tidak merespon insulin yang dihasilkan mengarah ke akumulasi glukosa dalam darah
atau peningkatan tingkat (hiperglikemia) yang mengakibatkan diabetes mellitus.
Pankreas adalah organ retroperitoneal yang sangat penting untuk pencernaan
makanan usus. Sebagian besar pankreas terdiri dari kelenjar eksokrin yang
mensintesis dan mensekresikan sebagian besar enzim pencernaan ke anak-anak
saluran pankreas dan ke duodenum. Lipase pankreas adalah enzim utama yang
bertanggung jawab untuk pencernaan trigliserida diet. Glukosa adalah sumber energi
utama yang digunakan oleh sel. Namun, glukosa tidak dapat masuk sel kecuali di
hadapan insulin. Dalam fungsi fisiologis normal pankreas, jumlah insulin yang tepat
diproduksi untuk mengangkut glukosa ke dalam sel (Abdulsalam et al., 2018).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya kode tinta pada tubuh mencit
dicek setiap hari agar apabila tinta tersebut pudar dapat langsung dilakukan
penandaan kembali. Perlu dilakukan latihan penyondean agar praktikan dapat
lebih lancar menyonde.
DAFTAR REFERENSI
Abdulsalam, H., Adamu, S., Sambo, S. J., Chiroma1, M. A., Gadzama, J. J.,
Mohzo1, D. L. & Atata, J. A., 2018. Monosodium glutamate-induced
changes on plasma markers of pancreatic function in adult male Wistar
rats. Sokoto Journal of Veterinary Sciences, 16(2), pp. 21-27.
Sharma, V. & Deshmukh, R., 2015. Ajinomoto (MSG): a fifth taste or a bio
bomb. EJMPR, 5(2), pp. 381-400.