Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UJIAN

INTENSIVE CARE UNIT

Disusun oleh :

Ranny Ayu Farisah

NPM 1102014221

Penguji :

dr. Aflah Eddin, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI


RSUD PASAR REBO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan
perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek
fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan
keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya
dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan
fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namunlelah menjadicabang ilmu sendiri yaitu intensive care
medicine' Ruang lingkup petayanannya meliputi dukungan fungsi organ-organ vitat
sepertpi ernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainnya,
baik pada pasien dewasa atau pasien anak.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di rumah sakit, ICU digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ICU


Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera
atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel. ICU menyediakan
kernampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-
fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman yang berpengaiaman dalam pengelolaan, keadaan_ keadaan
terseb
Ruang Perawatan Intensif (Intensive Care Unit=ICU) adalah bagian dari
bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan
instalasi gawat darurat. Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang
sedang mengalami keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis
dan masa krisis. Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk pasien yang
sedang mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan
pelayanan yang komprehensif dan pemantauan terus-menerus. Pelayanan kritis atau
intensif biasanya dilakukan pada Intensive Care Unit atau ICU, untuk anak-anak
biasanya disebut Paediatric Intensive Care Unit atau PICU.1
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di rumah sakit, ICU digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel.2
2.2 Ruang Lingkup ICU
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimburkan kematian.
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan tindakan yang segera diperlukan untuk kelangsungan hidup.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit.
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien dan keruarga yang
kehidupannya sangat tergantung pada obat, alat, dan mesin.

2.3 Klasifikasi ICU


Pelayanan di ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. ICU Primer
Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang
memerlukan perawatan ketat (high care). ICU primer mampu melakukan resusitasi
jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam. Kekhususan yang dimiliki
ICU primer adalah:
a. Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruang rawat pasien lain;
b. Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar;
c. Memiliki seseorang anestesiologi sebagai kepala;
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru;
e. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil;
f. Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat
pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift;
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi.
2. ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus yang mampu
memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain
tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:
a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat, dan
ruang rawat lain;
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan;
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan;
d. Memiliki seorang kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensive
care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang
bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal
mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup lanjut);
e. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan
minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3
tahun;
f. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan
dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha – usaha
penunjang hidup;
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi.
3. ICU Tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek intensif, mampu
memberikan pelayanan tinggi termasuk dukungan atau bantuan hidup multi sistem
yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan
bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasif dalam jangka
waktu terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier adalah:
a. Tempat khusus tersendiri dalam rumah sakit;
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan;
c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap
saat bila diperlukan;
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensive care atau
dokter ahli konsultan intensive care yang lain, yang bertanggung jawab
secara keseluruha. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi
jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
e. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun;
f. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan intensif
baik invasif maupun non invasif;
g. Mampu dengan cepat melayani pemerikaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi;
h. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medik dan
perawat agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien;

2.4 Kategori Pasien ICU


Terdapat tiga kategori pasien yang termasuk pasien kritis yaitu: kategori
pertama, pasien yang di rawat oleh karena penyakit kritis meliputi penyakit jantung
koroner, respirasi akut, kegagalan ginjal, infeksi, koma non traumatik dan
kegagalan multi organ. Kategori kedua, pasien yang di rawat yang memerlukan
profilaksis monitoring oleh karena perubahan patofisiologi yang cepat seperti
koma. Kategori ketiga, pasien post operasi mayor. Apapun kategori dan penyakit
yang mendasarinya, tanda-tanda klinis penyakit kritis biasanya serupa karena
tanda-tanda ini mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular,
dan neurologi. Tanda-tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia,
hipotensi, gangguan kesadaran (misalnya letargi, konfusi / bingung, agitasi atau
penurunan tingkat kesadaran).3
Adapun pasien yang layak dirawat di ICU antara lain:
1. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care;
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan terus menerus dan metode terapi titrasi;
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera
untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

2.5 Indikasi Pasien Masuk ICU


Apabila sarana dan prasarana ICU disuatu rumah sakit terbatas sedangkan
kebutuhan layanan ICU yang lebih tinggi, maka diperlukan mekanisme untuk
membuat prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di lCU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang
tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana
yang akan dirawat di lCU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus
dijelaskan secara rinci untuk tiap lCU.2
Kriteria masuk
Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang niemertukan terapi intensif
(prioritas 1) lebih didahulukan dibandingkan dengan pasien yang hanya
memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penitaian objektif atas berat dan
prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
menentukan prioritas masuk ke lCU.
1. Golongan pasien prioritas I
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti dukungan bantuan alat ventilasi, alat penunjang
fungsi organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif/inotropik, obat anti aritmia,
serta pengobatan lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Sebagai contoh antara lain:
a. Pasien pasca bedah kardiotoraksik
b. Pasien sepsis berat
c. Pasien gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa
Institusi setempat dapat juga membuat kriteria spesifik yang lain seperti
derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada
golongan pasien prioritas I (satu) demikian, umumnya tidak mempunyai batas.2
2. Golongan pasien prioritas II
Golongan pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU,
sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arteriar catheter. Sebagai contoh
antara lain:
a. Pasien yang menderita penyakit dasar jantung-paru
b. Pasien gagal ginjal akut dan berat
c. Pasien yang telah mengalami pembedahan mayor
Terapi pada golongan pasien prioritas II tidak memiliki batas, karena
biasanya kondisinya senantiasa berubah.
3. Golongan pasien prioritas III
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oreh penyakit yang mendasarinya, atau
penyakit akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh antara lain
pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi pericardial
tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru
terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan
ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa
pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU
agar fasititas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk golongan pasien
prioritas I (satu), II (dua), dan III (tiga).
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi "perawatan yang aman,, saja. lni tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate).
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin akan mendapat manfaat dari
tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak namun hanya
karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU. Tujuan
perawatan di ICU hanya untuk menunjang fungsi organ sebelum dilakukan
pengambilan organ untuk donasi.2

2.6 Kriteria Pasien Keluar ICU


Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala ICU dan/atau tim yang merawat pasien, antara lain:
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga
tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lenjut.
2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak
bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada
waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti
ventilasi mekanis).
Contoh golongan pasien demikian, antara lain pasien yang menderita
penyakit stadium akhir (misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari
ICU sebaiknya keluarga pasien diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari
ICU.
a. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar
paksa).
b. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada
pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang
lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya diusahakan pindah ke ruang
yang khusus untuk pemantauan secara intensif yaitu HCU.5

2.7 Informed Consent


Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta berbagai tindakan kedokteran
yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU serta prognosa
penyakit yang diderita pasien. Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala ICU atau
dokter yang bertugas. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan atau
keluarganya bisa menerima atau tidak bisa menerima. Pernyataan pasien dan atau
keluarganya (baik bisa menerima atau tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam
formulir yalg ditanda-tangani (inforrned consent)

2.8 Alur Pelayanan


Pasien yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari Kamar operasi atau kamar tindakan lain, seperti: kamar
bersalin, ruang endoskopi, ruang dialisis, dan sebagainya.
4. Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)

Bagan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. 2


2.9 Tatalaksana pasien masuk ICU
Tata laksana penderita masuk ICU:
Sesuai dengan indikasi medis, pasien yang akan masuk dan dirawat di ICU dapat
berasal dari:
a. Kamar bedah
b. Ruang perawatan RS
c. Instalasi gawat darurat
d. Rujukan dari rumah sakit lain
1. Pasien dari kamar bedah ( IBS atau OK cito )
Sudah dibicarakan sebelumnya oleh ahli bedah dan disetujui oleh konsultan
anestesi / ICU atau usul konsulen anestesi / ICU.

2. Pasien dari ruang rawat RS


Dengan sistem konsultasi oleh dokter spesialis yang menangani pasien
tersebut atau oleh dokter jaga ruangan atas nama spesilis yang bersangkutan.

3. Pasien dari instalasi gawat darurat


Pasien dapat langsung masuk dibawa oleh keluarganya atau dikirim oleh
dokter spesialis / dokter umum. Pasien akan diperiksa atau dinilai oleh UGd, bila
segera memerlukan tindakan dan perawatan ICU ( Live Saving ) langsung konsul
ke ICU, dokter ICU akan melihat untuk penanganan segera sambil menunggu
konsultasi dari IGD ke SMF yang terkait, atau oleh IGD dikonsulkan ke dokter
spesialis yang bersangkutan. ICU untuk penanganan dan perawatan anestesi.

4. Pasien rujukan rumah sakit lain


a. Dari dokter spesialis melalui IGD, konsultasi ke ICU, Acc mauk ICU.
b. Dari dokter spesialis dapat langsung konsultasi ke ICU tetapi masuk tetap
melalui IGD - ICU.
Pasien dikonsultasikan untuk alih rawat oleh dokter spesialis yang merawat
kepada konsultan ICU secara tertulis. Dalam keadaan mendesak dapat dilakukan
secara lisan mendahului konsultasi tertulis. Konsulen ICU menilai dan memberikan
jawaban tertulis, dapat atau tidaknya pasien dirawat di ICU atas pertimbangan
indikasi dan tempat. Dalam keadaan tertentu misalnya diluar jam kerja (waktu jaga)
konsultasi dapat dilakukan oleh dokter jaga ruangan, atas nama konsulen yang
bersangkutan. Demikian juga jawaban konsultasi dapat diberikan oleh dokter jaga
ICU sesudh konsultasi dengan konsulen ICU. Dalam keadaan gawat yang
mengancam kehidupan, dokter jaga ICU dapat langsung menerima pasien ke ICU
untuk kemudian dilaporkan ke konsulen ICU.
PENGIRIMAN PASIEN KE ICU
 Pasien dikirim apabila pasti dirawat di ICU
 Pengiriman pasien ke ICU minimal disertai seorang perawat yang mampu
resusitasi dasar
 Sarana transportasi yang memadai, termasuk portabel oksigen
 Dokumen medik disertakan
ALUR PASIEN MASUK / KELUAR ICU

 Pasien dapat dinilai oleh konsulen ICU sudah tidak lagi memerlukan
terapi/pemantauan intensif. Kemudian diberitahukan kepada dokter
spesialis yang menangani penyakit primernya untuk kemungkinan
mengembalikan pasien ke ruangan. Dengan persetujuan bersama, pasien
dikembalikan ke ruangan.
 Dokter spesialis yang menangani penyakit primernya/spesialis yang
mengirim pasien, menilai pasien sudah tidak perlu lagi perawatan ICU.
BAB III
KESIMPULAN

Ruang Perawatan Intensif (Intensive Care Unit=ICU) adalah bagian dari


bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan
instalasi gawat darurat. Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk pasien
yang sedang mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan
pelayanan yang komprehensif dan pemantauan terus-menerus. Indikasi pasien
masuk ICU dibagi berdasarkan 3 golongan prioritas, yaitu golongan pasien prioritas
I, golongan pasien prioritas II, dan golongan pasien prioritas III.
Daftar Pustaka

1. Thompson, et al. 2012. Guidelines for Intensive Care Unit Design. Diakses
dari
https://journals.lww.com/ccmjournal/Fulltext/2012/05000/Guidelines_for_
intensive_care_unit_design_.26.aspx pada 24 Agustus 2019
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan ICU di rumah sakit.
3. Depkes RI. 2011. Peraturan Menetri Kesehatan Republik Indonesia. No.
1691 /Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta
4. Indonesian Society of Intensive Care Unit. Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan ICU (online), diakses dari www.perdici.org/pedoman-ICU/ pada
24 Agustus 2019
5. Kariadi DRD. 2013. Panduan Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Ruang
Rawat Intensif. RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Anda mungkin juga menyukai