Nim : 1801010003
Mata Kuliah : Teknologi Formulasi Obat Tradisional
A. Definisi
Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa
cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk.
Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam
campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah
akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan
menetes sebagai zat murni (destilat).
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya
cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair
sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement),
maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau
destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran
air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke
dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi
uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu
pembangkit uap. Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang
akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut,
karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-
komponennya.
Distilasi uap biasanya digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah
dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran
yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air.
Berikut gambar alat destilasi uap
Keterangan :
A. Pembangkit Uap
B. Labu Sampel
C. Pendingin Leybig
D. Penampung Destilat
E. Adaptor
Prinsip kerja dari destilasi uap yaitu memisahkan suatu campuran yang memiliki
titik didih yang tinggi dengan cara mengalirkan uap kedalamnya. Dimana senyawa
yang memiliki titik didih yang tinggi sebelum mencapai titik didihnya dimurnikan
dengan menggunakan uap atau air mendidih. Campuran substansi yang tidak larut
menunjukkan reaksi yang sangat beda dalam larutan homogen dan deskripsi sifatnya
memerlukan hukum fisik yang berbeda. Dasar aturan dapat dipakai dengan
mempertimbangkan akibat naiknya deviasi pada hukum rault. Satu gejala dari
deviasi positif adalah dalam diagram hubungan antara tekanan dengan temperatur.
Pada batas deviasi positif besar dari hukum rault, dua komponen dapat larut dan
komponen tersebut menguap yang secara matematis memberikan tekanan total yang
merupakan jumlah total dari tekanan masing-masing. Dimana bunyi dari hukum
Raoult adalah: “Tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan
uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”.
Secara matematis ditulis sebagai:
P larutan = Xterlarut . P pelarut
Pada destilasi uap, uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang
akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut,
karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-
komponennya.
Secara matematis dapat dituliskan :
Po = P1 + P2
C. Proses Destilasi Uap
Kelebihan :
Destilasi uap dapat digunakan untuk menguapkan senyawa-senyawa dengan titik
didih yang tinggi sebelum mencapai titik didihnya dengan menggunakan uap atau
air mendidih. Dengan destilasi uap ini senyawa yang dimurnikan tidak dihawatirkan
akan rusak karena senyawa tersebut diuapkan sebelum mencapai titik didihnya,
berbeda dengan destilasi yang lain, misalnya pada destilasi sederhana dan destilasi
bertingkat, dimana senyawa yang akan dimurnikan dipanaskan hingga mendidih (
mencapai titik didihnya ) sehingga hanya dapat dilakukan pada senyawa-senyawa
teretentu yang tidak rusak akibat pemanasan yang berlebih.
Kelemahan:
Destilasi uap adalah metode untuk menyaring senyawa yang sensitif terhadap
panas jadi, Proses ini melibatkan penggunaan uap menggelegak melalui
dipanaskan dengan campuran bahan baku.
A. Definisi
B. Mekanisme Pemisahan
Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu kolom
fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi ini
dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik.
Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur)
sampai dengan suhu 37’C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut
kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya
berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi). Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke
bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke
bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke
atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga
setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen
yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas
petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi
minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi
parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari
20. Salah satu contoh aplikasi dari distilasi fraksionasi adalah Penentuan Bismut,
Kadmium, dan Thalium pada 33 referensi standar batuan internasional dengan
distilasi fraksionasi yang dikombinasi dengan Spektrometri serapan atom tanpa
nyala.
3. Ekstraksi dengan Metode Maserasi
A. Definisi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini
merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut
nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu
sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014). Maserasi
adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal
dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi
yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas
(Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
(Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana
dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan.
B. Prinsip Maserasi
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan cara
penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40–50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan
antara lain:
a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-
lapisan batas.
b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi.
Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
d) Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam
bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak
dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini
dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan
:
a) Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana
penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak
sesuai dengan keperluan.
b) Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian
dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian
yang maksimal.
c) Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d) Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baik
daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Maserasi
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan.
Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
sebesar 50% saja
A. Definisi
Perkolasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lama pada simplisia dalam suatu percolator atau metode ekstraksi cara
dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak
digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk
senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana
yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah. Perbedaan
utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada
maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup
lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator) yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan
secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia
yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara
kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi
sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya,
maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan konsentrasi
tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis
dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai
95%) (Voight, 1995).
B. Prinsip Perkolasi
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan.
(4) Bagian bawah bejana diberi sekat berpori (kapas) untuk menahan serbuk
(8) Kran dibuka, biarkan menetes 1 ml/menit sampai tetesan bening. . Cairan
penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh
(9) Dipekatkan
D. Jenis-Jenis Perkolator
Dasar pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.
Jumlah bahan yang disari tidak boleh lebih dari 2/3 tinggi perkolator. Misalnya,
serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi
pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan
penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif.pada keadaan tersebut,
pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses
perkolasi (Dirjen Pom, 1986).
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
· Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian pelarut yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
· Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut
cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi.
Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana
pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang
cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
· Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong untuk keluar dari sel)
· Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka (Arief
TQ, Mochammad., 2004).
F. Modifikasi perkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari
dengan pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi
dilakukan dengan cara siplisia dibagi dalam beberapa perkolator.
Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia , maka
terjaji aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat
aktifnya. Proses poenyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat
pada tetesanm pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator
biasa. Percolator ini harus dapat diatur sehingga:
a. Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya
b. Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan. Percolator diatur dalam suatu deretan
dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pengatur.
Untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang lebih tuntas digunakan metode perkolasi,
alatnya namanya perkolator yaitu:
Suatu bentuk tabung terbalik, di bagian bawah dipasang keran dan di bagian atas
diletakkan wadah berisi cadangan penyari. Bagian tengah percolator diletakkan
serbuk simplisia yang akan di ekstraksi, direndam dalam penyari yang dipilih selama
beberapa saat, setelah itu keran bawah dibuka sedikit, sehingga cairan penyari akan
menetes ke bawah tetes per tetes, otomatis cadangan penyari di atas perkolator akan
ikut menetes mengganti pelarut yang keluar berupa ekstrak. Dengan cara ini maka
fenomena “jenuh” seperti halnya terjadi pada metode maserasi tidak akan terjadi dan
selama terjadi aliran maka perbedaan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di
luar sel akan selalu terjaga sebesar-besarnya. Sehingga proses ekstraksinya akan
berjalan dengan lebih sempurna dan lebih tuntas tersari sempurna.
A. Definisi
B. Prinsip Soxhletasi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena
pelarut atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping
dan masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak
langsung tapi hanya menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai
penghantar panas. Namun, proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang
masuk ke dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun ke dalam
tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau di sari. Hal tersebutlah yang
mendasari sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan
pelarut atau cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia
dilakukan karena simplisia yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen
POM, 1986).
C. Proses atau Metode Kerja Soxhletasi
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring
sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon),
karena dapat mempengaruhi kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi
keluar dari pipa sifon, dimana jika tinggi sampel melebihi kertas saring (pipa sifon),
maka eluen hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran uap yang berada diatas sampel,
bukan keluar melalui pipa sifon . Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan
penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel
dan diklem dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi sampel dipasang pada
labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk
membasahkan sampel yang ada dalam klongsong. Setelah itu kondensor dipasang
tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan
hingga terjadi proses ekstraksi dimana pada saat pelarut telah mendidih, maka
uapnya akan melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di sini uap akan
didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi tetesan- tetesan cairan yang akan
menetes turun ke klongsong dan membasahi simplisia. Tetesan – tetesan uap air
cairan penyari ini akan ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak
mencapai ketinggian ujung sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke dalam
wadah pelarut secara cepat. Proses ini berulang hingga penyarian yang dilakukan
sempurna dalam hal ini, cairan penyari yang pada awalnya berwarna, di dalam pipa
sifon sudah tidak berwarna lagi atau jika cairan penyari pada awalnya memang tidak
berwarna maka biasanya dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Ditjen POM, 1986).
Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan
karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping.
Kerugiannya adalah jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan
dengan metode maserasi (Ditjen POM, 1986).
6. Ekstraksi dengan Metode Refluks
A. Definisi
Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia
yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar,
batang, buah, biji dan herba (Ditjen POM, 1986).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik
misalnya methanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas
permukaaan simplisia atau 2/3 dari volume labu, kemudian labu alas bulat dipasang
kuat pada statif pada waterbath atau heating mantel, lalu kondendor dipasang pada
labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas (water
bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam
dilakukan penyarian. Filtratnya ditampung pada wadah penampung dan ampasnya
ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan selama 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor,
kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Ditjen POM, 1986).
▪ Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan jika
digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
▪ Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan adanya
pemanasan.
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan alat
– alat yang tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).
DAFTAR PUSTAKA
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendari
Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 566- 567.
Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Ditjen POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Dirjen pom. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Jakarta : Departemen RI.
Anonim, 1995. Materi Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.