Anda di halaman 1dari 2

MEDIA MEMPENGARUHI HUKUM

Yakni, dalam proses hukum yang terjadi dipengadilan media adalah sarana untuk menyebarkan
informasi tersebut kepada publik. Media juga memiliki pengaruh dalam pelaksanaan proses pengadilan.
Sebab liputan media sangat berefek pada persepsi umum namun masalah yang lebih serius adalah
bagaimana cara media meberitakan atau mepublikasikan isi dari berita tersebut seperti dalam cara media
memberitkan sebuah kejahatan.

Salah satu survei gallup (pada tahun 1990-an) melaporkan bahwa orang amerika menilai tindakan
kriminalitas sebagai kepedulian utama mereka. Kriminalitas jelas merupakan tindakan yang seorang pun
tidak ingin mengalaminya tapi belief umum menyatakan bahwa keberadaan dan ancaman kejahatan
kriminal lebih besar dari pada kasus yang sebenarnya ada( Ostrow, 1995) survei menunjukan bahwa
masyarakat amerika yakin tindakan kriminal telah mencapai tingkat epidemi dan cenderung bertambah
buruk (Hull,1995;Jackson, 1996). Namun faktanya dari statistik FBI menunjukan bahwa angka kriminalitas
terus berkurang sejak tahun 1992 (Crime and Punishment...,2001;Ho,2000;Sniffen, 1999).

“mengapa terdapat perbedaan antara fakta dan belief umum?”

Berita yang muncul di radio, TV, surat kabar bahkan media online sekalipun dapat
menitikberatkan pad unsur dramatis-pembunuhan, penyerangan, pemerkosaan, pembakaran dsb. Hal ini
dikarenakan publik menganggap cerita seperti itu lebih diminati dan menarik dari pada cerita orang yang
berbuat kebaikan. Sejumlah faktor tambahan memperbesar pengaruh media masa. Orang cenderung
mempercayai hal-hal yang ditonjolkan oleh media, berbagai kejahatan yang mengidentifikasi dan
menghukum individu yang bertanggung jawab atas perbuatanya. Secara keseluruhan orang lebih memilih
mengambil asusmsi bahwa orang tersebut memang bersalah secara jauh sebelum bukti-bukti yang
berkenan dengan bersalah atau tidaknya dipaparkan dipengadilan.

Bersalah atau tidaknya itu bergantung pada bagaimana cara penyampian isi oleh media, ketika
seorang tersangka kriminal ditangkap seringkali publik akan menjadi juri dalam persidangan, bahkan
media juga akan langsung ikut menyerbu dan mengeksposnya secara luas. Liputan yang semacam ini
dapat menggiring publik untuk berasumsi bahwa memang si tersangka bersalah. Bila juri juga memiliki
asumsi hal semacam ini maka keputusan juga akan mengarah pada tersangka bahwa dia telah melakukan
perbuatan yang melanggar semakin tinggi. Dengan demikian publisitas sebelum persidangan juga akan
memperkuat posisi penuntut dan memperlemah pembela.

Masalah yang paling serius adalah bahwa anggota juri akan diambil dari publik yang sama dengan
merka yang opininya berdasarkan pengaruh media. Akibatnya publisitas sebelum persidangan cenderung
untuk membantu pihak penuntut dan mungkin bisa sepenuhnya dan merugikan pembela, seperti yang
tercatat oleh Moran dan Culter (1991) karena individu berperan sebagai juri sudah membentuk opini
bahkan sebelum pengadilan dimulai, tentunya hal tersebut menjadi keputusan akhir para juri sebelum
dipaparkan bukti-bukti jelasnya.

Solusi untuk mengatasi bias dan manipulasi semacam ini adalah dengan mengubaha undang-
undang. Contoh di Amerika Serikat mengizinkan publisitas atas sebuah kasus sebelum dan saat pengadilan
berlangsung sementara pemerintah Kanada melarang liputan agar juri terhindar dari “polusi” informasi
dari media atau publik lain (Farnsworth, 1995). Maka media seharusnya tidak bertindak dalam
mempengaruhi persepsi karena dari hal tersebut tentunya hasil dari juri hanya akan terpaku dari informasi
berdasarkan media bukan dari kesimpulan atau diskusi yang secara murni dibuat oleh juri berdasarkan
bukti-bukti yang ada.

Anda mungkin juga menyukai