Anda di halaman 1dari 15

Diagnosis Okupasi Pada Pasien

Yang Mengalami Stress Saat Kerja


Joseph John RIvaldo (A)
102016189
Alamat Korespodensi : joseph.2016fk189@civitas.ukrida.ac.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telepon: (021) 5694-2061. Fax: (021) 563-1731

Abstrak
Pada umumnya orang yang bekerja pada suatu tempat memiliki banyak tantangan,
diantaranya mungkin dengan lingkungan atau sesama individunya. Ini memicu terjadinya
risiko terkena penyakit bahkan memperberat suatu kondisi contohnya seperti stress. Stress
akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di tempat
pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang atau kesehatan fisik dan jiwanya.
Stress dalam kesehatan kerja diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara hasil kerja
yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya.

Kata Kunci : Pekerjaan, Stress, Penyakit

Abstract
Generally, people who work in a place have many challenges, maybe with the
environment or fellow individuals. It discusses the risks arising from stress. Stress due to
work is a chronic disease caused by conditions at work that negatively impact a person or his
physical and mental health. Stress in occupational health is caused by an imbalance between
the expected work and the ability to realize it.

Keywords: Job, Stress, Disease

1
Pendahuluan
Pada litertur kan kajian menunjukkan bahwa stres kerja banyak terjadi pada orang
dengan latar belakang pekerjaan, yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang pelayanan yang
berkaitan erat dengan orang banyak atau masyarakat. Setiap aspek dalam pekerjaan dapat
menjadi pembangkit stres. Stres akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan
oleh kondisi-kondisi ditempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang atau
pada kesehatan fisik dan juga jiwanya atau dapat dikatakan, stres akibat kerja timbul
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan
kemampuan untuk mewujudkannya atau mencapainya. Banyak penyebab yang menjadikan
seorang pekerja mengalami stres pada tempat kerjanya,seperti kejenuhan dalam
pekerjaan,beban kerja yang terlalu berlebihan,waktu kerja yang tidak sesuai,jam istirahat
kerja, dan hubungan antar individu dalam pekerjaan tersebut. Demikian juga dibutuhkan
tujuh langkah menentukan diagnosis okupasi dikarenakan kasus ini merupakan salah satu
penyakit akibat kerja. Dalam makalah ini, juga akan dibahas bagaimana penatalaksanaan dan
pencegahan terhadap stres akibat pekerjaan. Efek stres okupasi pada produktivitas dan kualitas
pekerja serta terhadap pekerjaannya telah banyak diteliti. Diketahui berbagai gangguan kesehatan
fisik dan mental dapat terjadi sehingga menurunkan kualitas dan produktivitas pekerja
tersebut. Hal ini akan merugikan perusahaan secara material, baik jangka pendek saat
produktivitas pekerja menurun maupun jangka panjang bilamana stres okupasi diabaikan dan
dibiarkan terus tanpa diatasi.Kepedulian dan pengetahuan mengenai bahaya potensial
psikososial termasuk stres okupasi pada pekerja masih sangat kurang di negara-negara
berkembang, salah satunya Indonesia.Walaupun tidak terlihat, stres ataupun keadaan
psikologi seorang pekerja juga sangat penting dan turut mempengaruhi kualitas kerja pekerja
tersebut. Kesehatan kerja sendiri didefinisikan sebagai peningkatan dan pemeliharaan kaum
pekerja baik secara fisik, mental dan sosial pada derajat tertinggi.

2
Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikannya secara tepat yang terdiri dari tujuh langkah pendekatan klinis.1

Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.1
Anamnesis
Anamnesis mempunyai peran yang sangat penting untuk mengetahui diagnosis awal
suatu penyakit. Anamnesis yang dilakukan dapat berupa autoanamnesis maupun
alloanamnesis dimana dengan anamnesis 80% seorang dokter dapat menegakan diagnosis.
Adapun langkah-langkah tepatnya sebagai berikut :2

Identitas

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Pada skenario didapatkan hasil pasien merupakan
seorang pria berusia 53 tahun yang memiliki pekerjaan sebagai manajer marketing.2

Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari
pertolongan. Pada skenario pasien mengalami keluhan sering suli tidur sejak 1 tahun terakhir
dan makin memberat sejak 1 bulan terakhir.2

Riwayat Penyakit Sekarang

Kronologi penyakit yang sekarang harus kita telusuri minimal pada 3 bulan terakhir
sejak kapan ia mengalaminya. Ini akan berhubungan dengan masa inkubasi pad penyakitnya
atau pajanan yang alami, sehingga kita bisa menggali lebih dalam pada riwayat penyakit
dahulu.2

3
Riwayat Penyakit Dahulu

Kronologi riwayat penyakit yang diderita selama 10 tahun terakhir merupakan unsur
yang amat penting karena dengan ini kita bis menduga penykit yang dengan keluhan yang dia
alami sekarang apakah pernah dialami sebelumnya atau tidak, bahkan bisa kita gali lebih
dalam lagi apakah penykit di masa lalunya berhubungan dengan keluhan yang dia alami.2

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga juga penting dalam anamnesis karena beberapa penyakit disebabkan
oleh genetik sehingga kecurigaan akan penyakit menahun keluarga juga wajib ditanyakan.2

Riwayat Sosial

Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, dan kebiasaan. Perlu ditanyakan
pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah keuangan,
pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti makanannya dan
aktifitas kesehariannyas.2

Riwayat Pekerjaan

Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan
harus ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang
sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah
pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja.3

Riwayat Pribadi

Riwayat pribadi pasien sebisa mungkin kita gali seperti kebiasaannya sehari-hari atau
bahkan sekedarnya masalah yang ia hadapi kita bisa mengetahui, tentunya sebagai seorang
dokter yang terampil kita patut menggunakan kehalian kita dalam melakukan komunikasi dan
empati untuk sampai sedalam ini agar mendapatkan hasil anamnesi yang amat maksimal.
Pada skenario pada pasien diketahui bahwa istrinya meninggal sejak 1 bulan yang lalu karena
menderita Ca paru.3

4
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital meliputi suhu, pernapasan,
nadi, dan tekanan darah. Suhu normal pada orang dewasa berkisar 36 derajat. Naik atau
turunnya suhu dipengaruhi oleh berbegai hal seperti umur, aktivitas tubuh, jenis kelamin, dan
sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di mulut, anus, ketiak, dan
telinga. Pernapasan normal pada dewasa adalah 16-20 x/menit. Menghitung pernapasan lebih
baik dilakukan tanpa diketahui oleh orang yang diperiksa agar tidak membiaskan hasil. Nilai
denyut nadi merupakan salah satu indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Nilai
normal pada orang dewasa adalah 70-80 x/menit. Tekanan darah menunjukkan nilai sistole
dan diastole. Nilai normal pada orang dewasa adalah sekitar 120/80 mmHg.4
Selain melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dilakukan juga pemeriksaan paru
normal. Pemeriksaan paru normal terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada
pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Sklera, konjungtiva : Tidak ikterik, tidak anemis
Tanda-tanda vital : (dalam batas normal)
Pemeriksaan thorax : (dalam batas normal)
Pemeriksaan abdomen : (dalam batas normal)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah pemeriksaan darah rutin untuk
mendeteksi apabila ada kelainan atau tanda-tanda dari penyakit tertentu. Dalam kasus ini,
pemeriksaan penunjang tidak diperlukan. Umumnya ada kasus psikosomatik, hasil pemeriksaan akan
menunjukan hasil yang normal. Namun jika memang memerlukan pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yakni pemeriksaan darah lengkap.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksakan adanya gangguan organik, memeriksakan


komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri, dan menemukan gangguan metabolik. Apabila pasien
menerima pemeriksaan psikologis maka dapat dilakukan pemeriksaan psikologi dan tes
kepribadian dimana selain membantu mendiagnosis serta mencari penyebab gangguan yang
dialami juga dapat membantu pengarahan terapi pada pasien.5

5
Pemeriksaan Tempat Kerja
Evaluasi tempat kerja untuk melihat kemungkinan penyebab penyakit dari tempat atau
situasi tempat kerja. Evaluasi tempat kerja diperlukan apabila terdapat kekhawatiran yang
dikemukakan pasien atau pihak manajemen adanya pengaruh terhadap kesehatan sehubungan
dengan lingkungan kerja tersebut. Evaluasi tempat kerja dapat dilakukan oleh seorang dokter
kesehatan kerja yang dipekerjakan di tempat tersebut. Evaluasi tempat kerja dapat dilakukan
dari bentuk fisik tempat kerja seperti bentuk ruangannya apakah nyaman untuk bekerja di
ruangan tersebut, secara spesifik seperti tinggi atap dan besar ruangan, ruangan berventilasi,
ber-ac, tempat duduk dan lain sebagainya. Selain keadaan fisik tempat kerja, situasi atau
keadaan sosial seperti hubungan antar pekerja dan komunitas juga perlu diperhatikan.
Lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh pada kesehatan, kepuasan dalam bekerja dan
perilaku pekerja.6

Pajanan Yang Dialami


Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup: a) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara kronologis, b) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan, c) Bahan yang
diproduksi, d) Materi (bahan baku) yang digunakan, e) Jumlah pajanannya, f) Pemakaian alat
perlindungan diri (misal: masker), g) Pola waktu terjadinya gejala, h) Informasi mengenai
tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa), i) Informasi tertulis yang ada
mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya).3

Faktor fisik
Meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau luas lantai
kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan
udara, kecepata aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang eltromagnetis.3

Faktor kimia
Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan
salah satu atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan,
dan atau zat padat.3

6
Faktor biologi
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling
sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tikatannya.3

Faktor Ergonomi
Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerja seperti konstrktor
yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek
antropometris dan fisiologis manusia.3

Faktor Psikologi
Reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan
tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain. Stress akibat
kerja dapat menyebabkan gangguan perilaku dan jiwa di lingkungan kerja. Stress akibat kerja
didefinisikan sebagai stress dalam kesehatan kerja akibat ketidakseimbangan antara hasil
kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya. Stress merupakan
problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian
ekonomis. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan kondisi di tempat kerja
yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja. Klasifikasi stress menurut Hans Selye
adalah distress yang destruktif, dan eustress yang positif. Terdapat 3 aspek yang dapat
menjadi dampak stress kerja yaitu gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung, dan
pernapasan serta tekanan darah; gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan marah – marah;
serta gejala perilaku antara lain meliputi perubahan kebiasaan makan, banyak merokok,
gangguan tidur, tidak masuk kerja, dan penurunan prestasi kerja.3

Hubungan Pajanan Dengan Penyakit


Pada ini kita menentukan apa saja pajanan-pajanan dalam pekerjaannya yang memang
dapat menyebabkan penyakit tersebut. Mulai dari pajanan fisik, kimia, biologi, ergonomic,
hingga psikososial. Oleh karena ini ada hubungannya dengan penegakan diagnosis klinis dan
diagnosis okupasi, maka kita butuh tolaknukur yang pasti untuk penegakkan diagnosis klinis
yaitu dengan mencari evidence based medicine yang valid dan yang paling terbaru. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut, maka
tidak dapat ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja. Jika memang ada yang mendukung,
perlu ditinjau lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang diderita.3
7
Jika dihubunngkan dengan skenario. Pajanan yang ada bisa saja menyebabkan pasien
mengeluh mual, pusing, dan susah tidur, dan pasien merasa stress. Pencetus dari keluhan
tersebut bisa dilihat dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dari faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya yang paling mendekati
dengan kondisi pasien saat ini adalah pajanan psikososial yang menyebabkan stress psikis
yaitu dari pekerjaan pasien sendiri dapat menimbulkan keluhan pasien tersbut. Pasien
merupakan seorang manajer marketing dimana pekerjaan itupun cukup membebani
pikirannya. Pada satu bulan terakhir istri pasien meninggal, jelas ini kemungkinan membuat
pasien depresi ditambah lagi dia harus tetap bekerja.3

Penyebab stres dalam pekerjaan ada 2 menurut Cooper dan Davidson, yakni:8

a. Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam
perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu
dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di
dalam perusahaan.
b. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya
tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi
terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta
ketidakjelasan peran.

Kondisi-kondisi kerja (on-the-job) yang menyebabkan stress adalah sebagai berikut:8


1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervise yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
7. Frustasi
8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
10. Berbagai bentuk perubahan

8
Di lain pihak, stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi di luar
perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off-the-job” antara lain :
1. Kekhawatiran financial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah perkawinan (misal : perceraian)
4. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
5. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.

Besar Jumlah Pajanan


Berikutnya kita akan menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi
pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada
untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. Hal ini dapat diperkuat juga dengan
mengetahui patofisiologis penyakit serta pemakaian alat pelindung diri.3

Mekanisme respon tubuh terhadap stres

Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya


mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.
Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan
mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai
contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil.
Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan
epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus
mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat
di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang
dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.
Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang
meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk
melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui
aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan
dalam respons fight or flight.

9
Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal
dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon
utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis.
Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh
terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal
Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas.7

Hipotalamus

Sistem neuroendokerin

Simpatis CRF oleh


hipofisis

Medula adrenal
ACTH

Korteks adrenal
Epinefrin Norepinefrin
Stressor

Stress

Adrenalin Tiroksin Kortisol

Bagan 1. Mekanisme kerja stress pada otak.

10
Peranan Faktor Individu
Perlu diketahui status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu diketahui
riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati
peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga.3

Faktor Lain Di Luar Pekerjaan


Hal ini dihubugan dengan segala informasi yang kta dapat mengenai apa saja yang
pasien lakukan di luar pekerjaan yang memungkinan pasien mendapatkan penyakit tersebut
atau bahkan memperberat penyakitnya. Hal ini bisa dihubungkan dengan hobi pasien seperti
adakah pekerjaan lain yang ia lakukan, kebiasaan minum alkohol, merokok, jarang tidur
karena kegiatan tertentu.3

Diagnosis Okupasi
Setelah kita menentukan diagnosis pada pasien tersebut termasuk memahami
kaakteristik pajanan, riwayat pasien, hubungan berdasarkan EBM, hingga jumlah pajanan
yang diterima bahkan mendalaminya sampai mencari faktor lain termasuk dari keluarga
ataupun kebiasaan pribadi, maka kita telah siap untuk melakukan diagnosis okupasi terkait
pakah penyakit yang ia derita apakah ada hubungannya denga pekerjaan atau tidak sama
sekali. Stress diperberat kerja adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di
tempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik
dan jiwanya. Stress dalam kesehatan kerja diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan
antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya.Stres kerja
merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan kondisi di tempat kerja yang berdampak fisik
dan psikososial bagi pekerja. Stress yang diperberat oleh pekerjaan yaitu suatu penyakit yang
terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.3

 Jika poin 2,3,4 positif, sedangkan poin 5,6 negatif  PAK


 Jika poin 2,3,4 negatif, sedangkan poin 5, 6 positif  bukan PAK
 Jika poin 2,3,4 positif dan salah satu dari poin 5 atau 6 positif  diperberat

11
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medika Mentosa
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang
dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan
adalah anti cemas dan anti depresi.8
Tabel 1. Daftar nama obat antidepresi dan anticemas pilihan.8
No Nama Obat Fungsi Obat Kerja Obat Dosis Efek Sampng
1 Fluoxetine Antidepresan Bekerja 20 mg sehari  Sakit kepala
 Mual
(Gol. SSRIs) meningkatkan sekali, sebagai
 Diare
aktivitas zat dosis awal.  Lemas
 Tidak nafsu
alami Dosis dapat
makan
serotonin ditingkatkan  Insomnia
 Kecemasan
dalam otak hingga 80 mg,
Gugup
2 kali sehari  Tremor
 Penurunan
jika diperlukan
kesadaran

2 Clobazam Antianxietas bekerja di Dosis awal  Mengantuk


 Sakit kepala
otak dan saraf adalah 20-30
 Bingung
(sistem saraf mg per hari,  Penglihatan
kabur
pusat) untuk sekali sehari
 Mual
menghasilkan atau dibagi  Diare
 Konstipasi
efek yang menjadi
 Mulut kering
menenangkan beberapa
jadwal
konsumsi.
Waktu
konsumsi obat
adalah malam
hari, selama 2-
4 minggu.

12
Penatalaksanaan Nonmedika mentosa

Dalam kasus ini konseling dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami pasien.
Memotivasi pasien dapat membantu pasien meningkatkan kepercayaan diri sehingga pasien
dapat mengatasi stres dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi melalui mekanisme
pertahanan terhadap tekanan dalam pekerjaan dan pelatihan keterampilan, serta menjalin
hubungan harmonis dengan rekan kerja.8

Pencegahan
Sebagai seorang dokter, kita tidak hanya mengobati namun juga mencegah agar
penyakit yang diderita pasien tersebut tidak muncul di kemudian hari, karena pada umumnya
stres dapat kembali kapan saja tergantung stressor yang ia hadapai, semisal seperti pasien pad
skenario yang istrinya meninggal mungkin terkadang ia akan merasa kesepian atau melihat
benda-benda miik istinya, kenangan masa lalunya. Oleh karenaa itu langkah pencegahan
disini merupakan untur terpenting.ada berbagai upaya untuk mencegah terjadinya gangguan
depresi berulang untuk kedepannya seperti istirahat, olahraga, tidak mengonsumsi alkohol,
pengatruran waktu dan hobi.
upaya pencegahan lainnya ialah dengan meningkatkan keterampilan dan peran
pekerja. Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang lebih dalam mengerjakan tugasnya.
Bila ditambahkan keterampilan komunikasi maka saat di lapangan pekerja akan lebih baik
dan percaya diri menyampaikan asiprasinya, baik kepada sesama pekerja maupun atasannya.
Strategi yang dapat dilakukan ialah melakukan pelatihan peningkatan keterampilan,
menggunaan tangga karir untuk memberikan penghargaan pengembangan keterampilan, dan
melakukan rotasi kerja untuk mengembangkan keterampilan.Perusahaan juga perlu
meningkatkan perasaan kepemilikan dan partisipasi pekerja dengan pekerjaannya,
memberikan beban kerja yang sehat, memberikan rasa aman akan pekerjaan yang dimiliki.

13
Kesimpulan
Semua pekerjaan menanggung beban tanggung jawab, masalah-masalah, tuntutan-
tuntutan, kesulitan-kesulitan dan tekanan- tekanan yang mencetuskan timbulnya stres
psikologis pada individu pekerja. Pada akhirnya bila stres berkepanjangan akan menghasilkan
respon tubuh dalam bentuk gangguan faal tubuh, gangguan emosional dan perubahan tingkah
laku serta menurunnya produktivitas kerja. Dengan mencari akar masalah dan membimbing
pasien dengan solusi-solusi cara penanggulangan stres yang benar, besar kemungkinan kasus
ini dapat diatasi dan akibat buruknya pada organisasi tempat kerja dapat dikurangi. Pasien
seperti ini perlu mendapat terapi pendekatan lebih lanjut terkait masalah yang ia hadapi
dibantu dengan terapi antidepresif, kemungkinan prognosis akan lebih baik dan kualitas kerja
secara perlahan dan bertahap dapat kembali. Mungkin pada terapi seperti ini akan cukup
memakan waktu dan relatif karena berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang serta
kondisi lingkungannya baik di rumah maupun lingkungan kerja. Sesuai dengan apa yang
telah kita peroleh maka dapat disimpulkan psaien mengalami stree diperberat kerja.

14
Daftar Pustaka
1. Nasution K, Adi NP. Stres okupasi masalah kesehatan pekerja yang terabaikan. J
Indon Med Assoc 2011 Dec 61:12:471-3.
2. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h.615-19.
3. Suma’mur. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: CV. Sagung
Seto; 2009. h. 74, 396-404.
4. Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia; 1994. h. 178.
5. Maslim R. Gangguan neurotic, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress
dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: FK Unika Atma Jaya. 2003.h.84–6.
6. Leka S, Houdmont J. Occupational health psychology. Chichester: Blackwell.
2010.h.104;236.
7. Smith A. The scale of perceived occupational stress.Jakarta:EGC;2011.h.18.
8. Hawari, D., 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

15

Anda mungkin juga menyukai