Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MANAJEMEN Agustus 2018

POS BINAAN TERPADU


(POSBINDU) LANSIA

Disusun Oleh :
Tiara Nopianti

Pembimbing :
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med, Ed
dr. Nurul Eksan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia berdampak
terhadap terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka
kematian serta peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir.
Meningkatnya UHH saat lahir dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi
69,8 tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik 2005), dan menjadi 70,8
tahun pada tahun 2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan
Pusat Statistik 2013) dan selanjutnya diproyeksikan terus bertambah,
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan
di masa yang akan datang.1
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak
di dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk.
Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia
(60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020,
menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035.1
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan
membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain,
besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah
penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak
adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk
lansia. Khusus di Indonesia, Berdasarkan data proyeksi penduduk,
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19
juta).2

2
Pada tahun 2016 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Biromaru berjumlah 44.688 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 22.761 jiwa
(50,9%) dan jumlah penduduk perempuan 21.927 jiwa (49,1%). Hal ini
menunjukan bahwa rasio jenis kelamin penduduk diwilayah kerja puskesmas
biromaru adalah sebesar 103,80 hal ini menggambarkan bahwa jumlah
penduduk dan perempuan relatif sama (seimbang).3
Pada tahun 2017 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Biromaru berjumlah 44.734 jiwa. Presentase penyakit terbanyak yang
menyerang lansia pada wilayah kerja Puskesmas Biromaru yaitu ISPA,
Hipertensi, dan Gastritis. Posbindu di wilayah Puskesmas Biromaru
sebanyak 18 Posbindu pada tiap desa yang berjumah 18 desa. Posbindu
dilaksanakan ditiap desa dengan tempat pelaksanaan yang menyesuaikan
keadaan penduduk saat pelaksanaan kegiatan. Posbindu diharapkan dapat
terlaksana tiap bulan setiap desa sesuai jadwal. Kegiatan Posbindu yang
dilaksanakan adalah pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan penyuluhan.4

1.2. Gambaran Umum Puskesmas Biromaru


Puskesmas Biromaru adalah salah satu Puskesmas yang terletak di
sebelah selatan Kota Palu yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi
Tengah, terletak di desa Mpanau Kecamatan Sigi Biromaru, mempunyai
luas wilayah kerja ± 289,60 km2, yang terdiri dari 18 desa dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :3
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah
(Kota Palu)
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Palolo (Kab.Sigi) dan
kabupaten Parigi Moutong
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanambulava (Kab.Sigi)
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dolo dan Kecamatan
Marawola (Kab.Sigi)
Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Kecamatan Sigi
Biromaru, suhu udara untuk dataran tinggi berkisar antara 22,3°C - 23,8°C

3
dan dataran rendah berkisar antara 31,1°C - 35,3°C dengan kelembaban
udara rata-rata berkisar antara 72% - 82%. Rata-rata suhu maksimum
berkisar antara 32,90°C sedangkan rata-rata minimum sekitar 22,90°C.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dan pelatihan dalam manajemen program
Posbindu Lansia Puskesmas Biromaru
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Kedokteran Komunitas
3. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program Posbindu Lansia di
Puskesmas Biromaru.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.5
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang : 5
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi : 5
a. Paradigma sehat; puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan
untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah; puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat; puskesmas mendorong kemandirian hidup
sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan; puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya dan kepercayaan.

5
e. Teknologi tepat guna; puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak
buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan. Puskesmas mengintegrasikan dan
mengoordinasikan penyelenggaraan ukm dan ukp lintas program dan
lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan
manajemen puskesmas.

2.2. Posbindu
Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap lansia di tingkat desa dalam wilayah kerja puskesmas (Departemen
Kesehatan RI, 2005). Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu pralansia 45-
59 tahun, lansia 60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70
tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana
lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial yang
bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang
melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas. 2
Manfaat dari Posbindu adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga
lebih percaya diri dihari tuanya. Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan
proaktif untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia
lanjut yang mengutamakan aspek proaktif dan preventif.2

2.3. Tujuan Posbindu Lansia


Tujuan diadakan Posbindu lansia adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan

6
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.6
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk
menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara
sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah
berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia.1
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah
satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah
kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola
penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas)
tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama adalah penyakit
tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). 1

2.4. Sasaran Posbindu Lansia


Sasaran langsung meliputi kelompok virilitas/pra senilis adalah usia
45-59 tahun dan kelompok Lansia yaitu berusia 60-69 tahun dan kelompok
Lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Adapun sasaran
kelompok tidak langsung adalah, keluarga yang mempunyai Lansia,
masyarakat di lingkungan Lansia berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan Lansia,petugas kesehatan usia lanjut, dan masyarakat. 6

2.5. Bentuk Kegiatan Posbindu Lansia Biromaru


Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap Lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja
Puskesmas. Keterpaduan dalam Posbindu berupa keterpaduan pada
pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia yang memiliki
berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia.6

7
Menurut Notoatmodjo pada tahun 2007, Posbindu lansia merupakan
wahana pelayanan bagi kaum lansia, yang dilakukan dari, oleh dan untuk
kaum usia yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif,
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Sementara menurut
Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, pelayanan
kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas.6
Menutut pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:7

8
a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia,
serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Menurut
Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan, hal yang
perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari meliputi : makan /
minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar / kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan diluar rumah
seperti : berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiunan, arisan,
pengajian dan lain-lain.
c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental
d. Tahap keempat: laboratorium sederhana
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
meliputi pemeriksaan Hemoglobin untuk deteksi anemia menggunakan
metode Sahli, atau Talquist, atau Cuprisulfat, dan pemeriksaan urin untuk
deteksi gangguan ginjal, dan Diabetes.
e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
Penyuluhan dan konseling diberikan berdasarkan hasil pada tahap 1
sampai 4.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Input
a. SDM (Man)
Pemegang program bertugas mengkordinasi semua kegiatan
posbindu dan bertanggung jawab dalam pelaporan manajemen. Tiap
kegiatan pobindu terdapat 2 orang anggota pelaksana dan didampingi
seorang dokter. Semua anggota cukup aktif dalam kegiatan.
Sesuai pedoman posbindu seharusnya tiap posbindu memiliki 5
orang kader. Namun di lapangan hanya 2-3 orang kader yang dipilih
karena mempertimbangkan jumlah lansia tiap posbindu memiliki sedikit
kunjungan. Permasalahan lainnya adalah beberapa kader kurang aktif
dan tidak datang saat kegiatan.
Sesuai pedoman, posbindu sebaiknya di dampingi oleh dokter agar
lebih dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan tepat. Pada
tahap ini telah tercapai dikarenakan tiap kegiatan terdapat dokter
penganggung jawab yang ikut turun ke lapangan.

b. Saran dan Prasarana (Material)


 Terdapat 18 lokasi posbindu
 Tempat posbindu berada di sebuah gedung mandiri yang dapat
dijangkau masyarakat. Hal ini sesuai pedoman dimana posbindu
seharusnya memiliki gedung mandiri.
 Terdapat alat dan bahan yang digunakan saat dilapangan berupa
tensi meter, timbangan, dan alat pemeriksaan darah .
 Akomodasi untuk menuju ke tempat pelaksanaan Posbindu adalah
kendaraan mobil.
 Ketersediaan obat tertentu kadang kosong. Hal ini disebabkan
apotik masih mengutamakan stok obat dalam puskesmas.
Permasalahan ini sudah di kordinasikan dengan petugas apotik

10
namun kadang stok obat yang diberikan Dinas Kesehatan Kota Palu
tidak mencukupi.

c. Metode
Terdapat 5 tahapan dalam kegiatan Posyandu
 Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan
pelayanan
 Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
lansia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan, hal yang perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari
meliputi : makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar / kecil dan sebagainya. Kegiatan
melakukan pekerjaan diluar rumah seperti : berbelanja, mencari
nafkah, mengambil pensiunan, arisan, pengajian dan lain-lain.1
 Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan
dan pemeriksaan status mental
 Tahap keempat: laboratorium sederhana. Menurut Pedoman
Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan, meliputi
pemeriksaan Hemoglobin untuk deteksi anemi menggunakan
metode Sahli, atau Talquist, atau Cuprisulfat, dan pemeriksaan urin
untuk deteksi gangguan ginjal, dan Diabetes.
 Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling. Penyuluhan
dan konseling diberikan berdasarkan hasil pada tahap 1 sampai 4.

d. Akses (Mechine)
Mudah diakses. Perjalanan ke tempat posbindu tersebut tergantung
daerah tersebut.

e. Pendanaan (Money)
Sumber pembiayaan Posbindu Biromaru berasal dari pemerintah
(Dinas Kesehatan Palu) dan tidak ada dana sukarela.

11
3.2 Proses
1. Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. Dalam perencanaan telah dilakukan
rapat setiap bulan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.
Selain itu, koordinasi dengan lintas sektor dan kader lebih ditingkatkan
lagi dalam promosi mengenai posbindu.
2. Organizing
Pelaksanaan program dipimpin langsung oleh penanggung jawab
program yang berkoordinasi dengan anggota pelaksana dan kader.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala seperti rendahnya
kesadaran dari masyarakat terutama lansia untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin tiap bulan diposbindu. Hal ini disebabkan
masih kurangnya kualitas promosi tentang posbindu yang dilakukan.
Masalah yang muncul pada proses program ini adalah mekanisme
pelaksanaan kegiatan tidak semuanya dilakukan sesuai pedoman.
Menurut pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan sistem 5 tahapan/5 meja.
a) Tahap pertama : Pendaftaran
Tahap pertama dilaksanakan oleh 1 kader yang bertugas
memanggil nama peserta dan mengisi daftar hadir. Pada posbindu
Wilayah kerja Biromaru kader di setiap posbindu biasanya ada yang
tidak datang ke posbindu karena kader merupakan ibu-ibu rumah
tangga usia produktif dan mempunyai kesibukan mengurus rumah
tangga, sehingga tidak menyempatkan diri untuk datang ke
Posbindu oleh karena itu kader yang seharusnya berada di pos
pendaftaran merangkap tugas di pos-pos yang lainnya.
b) Tahap kedua : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan lansia, wawancara sederhana tentang faktor resiko
PTM, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, penentuan IMT.

12
Pada Posbindu Puskesmas Biromaru tahap kedua yang
dilaksanakan hanyalah penimbangan berat badan dan kadang
sempat ditanyakan sekilas tentang kegiatan sehari-hari dan faktor
resiko kemudian hasil wawancara dicatat ke dalam buku KMS
lansia, sehingga pada tahap ini belum sepenuhnya dilakukan
dengan baik.
c) Tahap ketiga : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
kesehatan dan pemeriksaan status mental
Pada Posbindu Puskesmas Biromaru, tahap 3 yang dilakukan
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter
yang ikut dalam kegiatan Posbindu).
d) Tahap keempat : laboratorium sederhana
Pada Posbindu Puskesmas Biromaru dilakukan pemeriksaan
darah seperti gula darah, asam urat, dan kolesterol tiap 6 bulan.
Pada pelaksanaannya biasanya strip hanya sedikit yang tersedia.
Menurut wawancara, jumlah lansia akan lebih banyak dari biasanya
saat jadwal pemeriksaan darah dilakukan di posbindu, sehingga
menjadi daya tarik lansia untuk datang. Hasil pemeriksaan di catat
dalam buku KMS lansia masing-masing.
e) Tahap Kelima : Pemberian penyuluhan, konseling, aktifitas
fisik bersama, dan rujukan ke puskesmas
Pada Posbindu Puskesmas Biromaru konseling belum
dilaksanakan dengan baik oleh petugas puskesmas (bidan atau
perawat). Terkadang kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh
dokter atau tenaga kesehatan sebelum kegiatan posbindu dimulai,
namun kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan tiap kegiatan
posbindu. Pada puskesmas Biromaru juga dilakukan pengobatan
sederhana sesuai keluhan lansia yang datang. Kendala yang
dihadapi adalah kurangnya ketersediaan obat tertentu dan tidak
adanya tenaga dokter yang mendampingi.

13
3. Controlling
Kontrol pelaksanaan kegiatan posbindu di puskesmas Biromaru sudah
cukup baik namun masih membutuhkan peningkatan kerjasama dengan
kader dan lintas sektor dalam hal promosi kegiatan posbindu agar dapat
memotivasi kesadaran lansia dan keluarganya untuk datang pemeriksaan
tiap bulan ke posbindu.

3.3 Output
Output yang dicapai dari kunjungan lansia di posbindu secara
keseluruhan pada 18 kelurahan yaitu mpanau, Lolu, Loru, Pombewe,
Ngatabaru, Jono oge, Sidera, UPT, Olo Boju, Solouve, Watunonju,
Maranata, Bora, Kalukubula, Sidondo 1,2,3,4 adalah 51% dari bulan Januari
– Juli 2018. Hal ini menunjukkan masih jauh dari target yang ditetapkan
yaitu 100% karena data tersebut belum sepenuhnya selesai sampai akhir
bulan desember 2018.

Jumlah Jiwa Pencapaian


Bulan Pencapaian
L P L+P L P L+P

Juli 282 374 656 144 189 333 51%

Dari hasil wawancara pemegang program dan pemantauan saat kegiatan


didapatkan beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi adalah :
1. Kurangnya promosi kegiatan posbindu sehingga masyarakat khususnya
lansia masih belum paham dengan benar fungsi dari posbindu. Lansia yang
datang ke posbindu merupakan orang yang merasa dirinya sakit.
2. Beberapa lansia tidak mengetahui jadwal kegiatan di beberapa posbindu
karena kurangnya informasi dari kader sebelum posbindu dilaksanakan.
Permasalahan ini diatasi dengan pemberian informasi melalui mesjid dan
mengajak lansia secara langsung pada hari kegiatan.

14
3. Banyak lansia hanya tertarik datang ke posbindu jika ada pemeriksaan
darah, adanya kehadiran dokter, dan adanya penyuluhan. Permasalahan ini
belum dapat diatasi karena kurangnya dana operasional dan pengaturan
jadwal pelayanan dokter belum maksimal.
4. Kurangnya dukungan keluarga sehingga tidak dapat mendampingi dan
mengantarkan lansia. Padahal banyak lansia yang memerlukan transportasi
karena jarak yang jauh dari rumah.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Permasalahan utama dalam manejemen Posbindu lansia di Puskesmas
Biromaru terdapat pada bagian proses. Beberapa masalah seperti
1. Kurangnya promosi tentang posbindu dari bagian promkes
2. Kurangnya koordinasi pemegang program dengan kader
3. Kurangnya minat dan kesadaran masyarakat yang menjadikan
banyaknya masyarakat yang belum memanfaatkan pelayanan posbindu.

4.2 SARAN
Untuk meningkatkan program ini perlu dilakukan beberapa hal sebagai
berikut :
1) Memberikan penyuluhan rutin setiap kegiatan posbindu dengan
mengoptimalkan peran dari bidang Promkes Puskesmas.
2) Monitoring kader oleh pemegang program dalam pemberian informasi
sebelum kegiatan posbindu dilaksanakan. Dapat juga bekerjasama
dengan lintas sektor seperti pemerintahan setempat untuk memotivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap lansia.
3) Untuk menarik minat masyarakat :
a. Diharapkan ada tenaga dokter yang turun saat pelaksanaan program
serta pembekalan kembali kepada seluruh petugas kesehatan dan
kader yang ikut serta sehingga semua tahap kegiatan posbindu
dilaksanakan dengan optimal.
b. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan pemeriksaan darah ke
Dinas Kesehatan dan melakukan pemeriksaan tiap bulan di
posbindu.
c. Mengusulkan pengadaan tensimeter untuk setiap tempat posbindu
yang dapat di gunakan lansia kapanpun diluar jadwal posbindu.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Jakarta; Menteri Kesehatan
Republik Indonesia; 2017.
2. Depkes RI. 2001. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
3. Puskesmas Biromaru, 2016. Profil Puskesmas Biromaru Tahun 2016
4. Puskesmas Biromaru, 2017. Profil Puskesmas Biromaru Tahun 2017
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta; Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
6. Mengko V.V., Kandou G., Massie R.G. 2015. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU. Viewed 16
agustus 2018 from http://ejournal.unsrat.ac.id

7. Purdiyanti F. 2016. Pemanfaatan pos binaan terpadu penyakit tidakmenular


oleh wanita binaan lansia dalam rangka mencegah penyakit tidak menular di
wilayah kerja Puskesmas Cilongo 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol.4,No.1. Viewed 16 agustus 2018 from http://ejournal-s1.undip.ac.id

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai