Anda di halaman 1dari 8

Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003 Sari Pediatri, Vol. 5, No.

3, Desember 2003: 103 - 110

Poliuria pada Anak


Sudung O. Pardede

Poliuria terjadi karena gangguan pengaturan cairan dan solut dengan penyebab dan
patofisiologi yang berbeda-beda. Poliuria dapat terjadi karena diuresis solut, diuresis air
(water diuresis), atau kombinasi keduanya dan dapat menyebabkan sakit berat. Terdapat
berbagai definisi poliuria, tetapi secara umum, poliuria diartikan dengan jumlah urin >
2 ml/kgbb/jam. Poliuria biasanya dihubungkan dengan kelainan neurologis, kelainan
ginjal, atau kelainan metabolik dan dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan
ekstraselular dan intraselular. Meskipun dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik telah
dapat diperkirakan penyebab poliuria, tetapi diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan
laboratorium. Urin yang isoosmolar atau hiperosmolar terdapat pada diuresis solut atau
anak normal, dan urin yang hipoosmolar terdapat pada diuresis air. Uji deprivasi air
sangat perlu dilakukan jika evaluasi awal tidak dapat menentukan penyebab poliuria.
Tata laksana poliuria dengan melakukan balans cairan, memperbaiki kelainan elektrolit,
dan mencari penyebab.

Kata kunci: poliuria, vasopresin, uji deprivasi air, uji pitresin

A
nak sehat dapat mengatur atau mem- air dan elektrolit dapat disebabkan oleh kelainan
pertahankan volume cairan tubuh total dan hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan ginjal. 1,2
osmolalitas urin tetap dalam keadaan normal Poliuria terjadi karena gangguan pengaturan cairan
dengan mengatur masukan cairan dan solut. dan solut dengan penyebab dan patofisiologi yang
Usaha ini dilakukan oleh hipotalamus dan kelenjar berbeda-beda dan dapat menyebabkan sakit berat. 2
hipofisis. Hipotalamus mengatur masukan cairan Setiap keadaan yang menyebabkan poliuria dapat juga
melalui stimulasi atau penekanan rasa haus dan kelenjar menyebabkan enuresis sehingga pasien diabetes
hipofisis mengontrol ekskresi cairan dengan mengatur mellitus atau insufisiensi ginjal kadang-kadang datang
pengeluaran ADH (anti diuretic hormone) atau ke dokter dengan keluhan enuresis akibat poliuria.
vasopresin. Kemampuan pemekatan urin bergantung Poliuria ringan sering kurang mendapat perhatian
pada vasopresin dan hiperosmolar interstitium medula, pasien, orangtua, maupun dokter; sedangkan pada
sedangkan efektivitas hormon vasopresin tergantung dari poliuria berat dapat terjadi polidipsi, nokturia, episode
kemampuan ginjal memberikan respons. Dalam demam, dehidrasi, dan hipernatremia yang dapat
keadaan normal, anak dapat memekatkan urin hingga berakibat fatal.1,2,3,4,5
mencapai osmolalitas 1.090 + 110 mOsm/l. Berat jenis Dalam makalah ini akan dibicarakan mengenai
urin 1.020 atau lebih dapat menyingkirkan kemung- definisi, penyebab, patogenesis, dan tata laksana
kinan adanya gangguan pemekatan urin. Dengan poliuria.
demikian dapat dimengerti bahwa kelainan metabolisme

Definisi
Alamat korespondensi:
Dr. Sudung O. Pardede, Sp.A.
Staf Subbagian Nefrologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Dalam berbagai kepustakaan, terdapat beberapa
Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. definisi poliuria yang berbeda-beda pada anak.
Telepon: 021-3915179. Fax.: 021-390 7743. Poliuria menurut Leung dkk. 1 (1991) adalah jika

103
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

jumlah urin > 900 ml/m 2LPB/hari, menurut Bock5 Diuresis air terjadi karena solut diekskresi dalam
(1994), jika jumlah urin > 2 ml/kgbb/jam, menurut jumlah normal (30-40 mOsm/jam) dalam urin dengan
Tune dkk.6 (1994), jika jumlah urin > 2000 ml/1,73 osmolalitas <300 mOsm/l. Tiga penyebab utama
m2 LPB/24 jam, dan menurut Manalaysay7 (1994) diuresis air yaitu (1). defisiensi sekresi vasopresin yang
jika jumlah urin > 3 ml/kgbb/jam atau > 2000 ml/ disebut sebagai diabetes insipidus sentral (diabetes
24 jam. Menurut Savage dan Postletwhaite4 (1994), insipidus neurogenik, diabetes insipidus kranial atau
dikatakan poliuria jika jumlah urin > 1 liter/24 jam hipotalamik), (2). menurunnya respons ginjal atau
pada anak prasekolah, > 2 liter/24 jam pada anak ginjal tidak responsif terhadap vasopresin dalam
umur sekolah, dan > 3 liter/24 jam pada dewasa. sirkulasi yang disebut sebagai diabetes insipidus
Menurut Baylis dan Cheetham 8 (1998), poliuria nefrogenik (diabetes insipidus renal, diabetes insipidus
pada anak besar dan dewasa adalah jumlah urin > 2 resisten ADH), dan (3). defisiensi vasopresin fisiologis
l/m2LPB/24 jam atau 40 ml/kgbb/24 jam. Meskipun seperti pada polidipsi primer atau diabetes insipidus
banyak definisi poliuria, tetapi pada umumnya dipsogenik, dan pemberian cairan hipotonik dalam
poliuria diartikan dengan jumlah urin > 2 ml/kgbb/ jumlah banyak.2,6,8,10 Kombinasi diuresis solut dan
jam. diuresis air dapat terjadi pada terapi cairan dan solut
yang berlebih, gagal ginjal kronik, dan obstruksi salurah
kemih kronik yang mengalami perbaikan.2
Penyebab poliuria Berdasarkan jenis diuresis, penyebab poliuria terdiri
dari:1,2,4
Poliuria dapat disebabkan diuresis air (water I. Diuresis air (water diuresis)
diuresis), diuresis osmotik atau solut (osmotic or 1. Polidipsi primer atau diabetes insipidus dipsogenik
solute diuresis), atau diuresis campuran (mixed a. Polidipsi psikogenik atau compulsive water
diuresis). 1,9 Pada poliuria karena diuresis air, urin drinking
mengandung solut yang relatif sedikit dan b. Iatrogenik: terapi cairan dalam jumlah banyak
osmolalitas urin < 150 mOsm/l. Pada poliuria c. Kelainan pusat haus atau polidipsi hipotalamik
karena diuresis solut, urin mengandung solut yang d. Hiperangiotensinisme, hiperreninemia
relatif banyak dengan osmolalitas urin 300-500 2. Diabetes insipidus
mOsm/l, dan pada diuresis campuran osmolalitas a. Diabetes insipidus sentral
urin antara 150-300 mOsm/l. 2 • Primer : idiopatik dan familial
Pada diuresis solut, osmolalitas urin biasanya • Sekunder : - trauma kepala, fraktur basis
mendekati osmolalitas plasma dengan berat jenis kranii
urin > 1.010.6,10 Diuresis solut dapat disebabkan - tindakan bedah saraf, pasca
elektrolit dan non elektrolit. Diuresis solut elektrolit hipofisektomi
(inorganik) dapat disebabkan oleh garam Na, K, - infeksi intrakranial
garam amonium dengan anion klorida atau - tumor otak, tumor infra atau
bikarbonat seperti pada pemberian NaCl intravena, supraselar, leukemia
pemberian garam dalam jumlah banyak, pemberian - penyakit granulomatosa
loop diuretic, dan penyakit ginjal sodium wasting. susunan saraf pusat
Diuresis solut non elektrolit (organik) dapat - perdarahan intrakranial
disebabkan oleh glukosa, ureum, dan manitol. - hipoksia
Diuresis solut karena glukosa sering ditemukan pada - obat-obatan
ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperosmolar b. Diabetes insipidus nefrogenik
hiperglikemik. Diuresis solut oleh ureum dapat • Kongenital
terjadi pada pemberian protein atau asam amino • Didapat: - hipokalemia
dalam jumlah banyak, obstruksi saluran kemih yang - hiperkalsemia
mengalami perbaikan, dan nekrosis tubular akut - obat-obatan
stadium penyembuhan. Diuresis solut oleh manitol - kelainan parenkim ginjal
dapat terjadi pada pemberian manitol sebagai - penyaki sickle cell
diuretik.1,2 c. Excessive vasopressinase

104
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

II. Diuresis solut atau osmotik Poliuria dapat terjadi karena menurunnya produksi
atau sekresi vasopresin sedangkan tubulus ginjal tidak
1. Diuresis solut organik responsif terhadap vasopresin. Vasopresin bekerja pada
a. Glukosa : diabetes melitus, glukosuria renal, tubulus koligens kortikal dan medula dengan
pemberian glukosa intravena dalam jumlah mereabsorbsi air. Vasopresin berikatan dengan reseptor
banyak, sindrom hiperosmolar vasopresin V2 yang spesifik pada membran basolateral
hiperglikemik, enteral tube feeding sel epitel dan meningkatkan aktivitas adenil siklase yang
b. Ureum: masukan protein atau asam amino menghasilkan c-AMP. c-AMP mengaktivasi protein-
yang banyak, keadaan hiperkatabolisme kinase dan menyebabkan pembentukan mikrotubulus
misalnya luka bakar, pemberian ureum dalam dan mikrofilamen yang mengakibatkan meningkatnya
jumlah banyak (urea loading), permeabilitas air akibat meningkatnya jumlah pori-
postrabdomiolisis, reabsorbsi hematom masif pori air. 1 Jika terjadi gangguan pada sistem ADH - c-
atau perdarahan saluran cerna, fase diuresis AMP yaitu c-AMP tidak memberikan respons terhadap
pasca nekrosis tubular akut, diuresis vasopresin karena terbatasnya reseptor vasopresin V2
obstruktif, gagal ginjal kronik, sebagai yang memediasi efek antidiuretik pada ginjal, maka
kelanjutan transplantasi ginjal vasopresin tidak dapat bekerja dan terjadilah poliuria.
c. Alkohol gula: pemberian manitol dan Keterlibatan reseptor V2 ekstrarenal yang memediasi
gliserol efek hormon lain masih belum jelas.11, 13 Kalsium dan
c-AMP akan meningkatkan permeabilitas membran sel
2. Diuresis solut inorganik tubulus terhadap air dan ureum terutama pada duktus
a. Natrium klorida: koligens medula. Meningkatnya pengeluaran solut dan
- pemberian per oral atau intravena air ke dalam duktus koligens medula dan menurunnya
- penyakit ginjal salt losing reabsorbsi ureum akan mempengaruhi aktivitas
- defisiensi mineralokortikoid vasopresin yang menimbulkan menurunnya kon-
b. Kalium klorida sentrasi solut dalam interstitium medular. Dengan
c. Amonium klorida (dengan asidosis metabolik demikian, hiperkalsemia akan meningkatkan per-
kronik) meabilitas sel tubulus sehingga pengeluaran solut dan
d. Bentuk anion: air ke lumen tubulus meningkat dan reabsorbsi ureum
- klorida: - pemberian loop diuretic dan aktivitas vasopresin menurun dan menyebabkan
- sindrom Bartter poliuria. Dilaporkan juga bahwa prostaglandin ginjal
- bikarbonat: - loading bikarbonat dapat mempengaruhi mekanisme kerja vasopresin.11
- penghambat karbonik Diabetes insipidus sentral terjadi karena ketidak-
anhidrase mampuan kelenjar hipofisis memproduksi atau
- ketoanion: - ketoasidosis diabetik mensekresi vasopresin. Kadar hormon vasopresin dalam
darah rendah atau tidak terdeteksi sama sekali yang
menyebabkan fungsi pemekatan urin menurun dan
Patogenesis mengakibatkan poliuria. Poliuria dapat disertai kehilangan
Na melalui urin, sehingga terjadi hiponatremia berat, dan
Secara umum poliuria terjadi karena peningkatan dehidrasi berat. 4,12
filtrasi glomerulus, penurunan reabsorbsi di tubulus Diabetes insipidus nefrogenik terjadi karena
proksimal, ansa Henle (diuresis solut), tubulus distal, tubulus ginjal tidak memberikan respons yang adekuat
dan duktus koligens (diuresis air), atau peningkatan terhadap vasopresin dan mengakibatkan gangguan
osmolalitas urin. 1,2 Peningkatan osmolalitas urin fungsi pemekatan urin yang dapat bersifat partial atau
bergantung pada permeabilitas dan reabsorbsi pasif Na komplit. Diabetes insipidus nefrogenik dapat terjadi
di ansa Henle pars asendens lapisan tipis, transport aktif kongenital dan didapat, jenis didapat lebih sering
NaCl di ansa Henle pars asendens lapisan tebal, dijumpai daripada kongenital. Diabetes insipidus
reabsorbsi ureum di tubulus koligens, dan adanya vasa nefrogenik kongenital sangat jarang, lebih sering
rekta yang utuh untuk mencegah wash out hiper- ditemukan pada laki-laki, dan umumnya diturunkan
osmolar regional. secara sex linked recessive traits. 1,13 Pada diabetes

105
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

insipidus nefrogenik kongenital terjadi gangguan terjadi penurunan fungsi pemekatan urin dan
sistem ADH-cAMP yaitu c-AMP tidak memberikan menyebabkan poliuria.4 Pada gagal ginjal kronik,
respons terhadap vasopresin.11, 13 Manifestasi klinis terdapat peningkatan ekskresi solut setiap nefron dan
biasanya sudah tampak sejak bayi berupa demam gangguan pemekatan urin. Pada gagal ginjal akut
berulang, dehidrasi, dan hipernatremia berulang bentuk nonoligurik dan pada fase diuretik terdapat
dengan penyebab yang tidak jelas. Retardasi gangguan fungsi pemekatan yang menyebabkan
pertumbuhan sering ditemukan karena anak lebih poliuria. 1,11
sering minum dan sedikit makan. Sering disertai
hidroureter dan hidronefrosis.1,13
Diabetes insipidus nefrogenik dapat terjadi karena Manifestasi klinis yang berkaitan dengan
kerusakan pada korteks dan medula ginjal. Pada poliuria
kerusakan korteks, jumlah urin sangat banyak karena
osmolalitas urin lebih rendah daripada plasma; Poliuria atau gangguan fungsi pemekatan urin perlu
sedangkan pada kerusakan medula, vasopresin masih dicurigai pada bayi dengan iritabilitas, gagal tumbuh,
bekerja dan osmolalitas cairan dalam lumen duktus demam, tampak kehausan, dan dehidrasi.6 Gejala yang
koligens korteks dapat mencapai osmolalitas plasma. menyertai poliuria tergantung pada penyebab poliuria
Pada kerusakan medula ginjal, gangguan pemekatan atau penyakit yang mendasarinya, misalnya pada
solut terjadi karena pengeluaran solut dan air dari diabetes insipidus nefrogenik kongenital dapat
tubulus proksimal, kelainan anatomi dan fungsional ansa ditemukan polihidramnion pada masa kehamilan.
Henle, gangguan aliran darah dalam vasa rekta, Demam terutama pada neonatus dan bayi dengan
pengeluaran solut ke tubulus distal dan duktus koligens, penyebab belum jelas, diduga karena meningkatnya
dan biasanya disertai manifestasi klinis lain seperti kebutuhan oksigen oleh pompa natrium sel saat
proteinuria, hematuria, glukosuria, aminoasiduria, terjadinya peningkatan konsentrasi Na ekstraselular.
azotemia, dan kelainan saluran kemih. Gangguan Gangguan pertumbuhan karena poliuria mungkin
pemekatan solut medula ginjal ini dapat terjadi pada disebabkan kurang kalori karena bayi banyak minum
nefropati obstruktif, nefropati pascaobstruktif, nefropati tanpa disertai masukan kalori yang mencukupi. 1,2,11
refluks, penyakit tubulointerstitial seperti pielonefritis, Pada bayi, poliuria sering ditandai dengan
infeksi saluran kemih tanpa kelainan medula, penyakit mengompol, ruam popok yang luas, iritabel, dan
interstitial karena obat, anemia sel sickle, amiloidosis, menangis karena kehausan. Pada anak besar dapat
sindrom Fanconi, penyakit kista medular dan disertai enuresis. Poliuria tanpa enuresis atau nokturia
nefronopthisis, dan gagal ginjal kronik.1,11,13 Untuk merupakan kecurigaan terhadap masukan cairan
membedakan kedua penyebab diabetes insipidus berlebih seperti pada polidipsi primer.1
nefrogenik ini, dapat dilakukan pemeriksaan osmolalitas Poliuria karena diabetes melitus biasanya disertai
urin. Jika osmolalitas urin jauh di bawah osmolalitas polidipsi, polifagia, berat badan turun, nafas berbau
plasma (< 200 mOsm/l) berarti terjadi kerusakan di aseton, dan ada riwayat penyakit diabetes dalam
korteks sedangkan jika osmolalitas urin mencapai 300 keluarga. Pada diabetes insipidus sentral, terdapat riwayat
mOsm/l, maka kerusakan terjadi di medula.1 penyakit diabetes insipidus dalam keluarga, pemakaian
Poliuria pada diabetes melitus merupakan diuresis obat-obat penyebab diabetes insipidus, trauma atau
osmotik karena glukosuria. Glukosuria akan menye- infeksi intrakranial, sakit kepala, gangguan penglihatan,
babkan peningkatan osmolalitas dan berat jenis urin. gangguan pertumbuhan, pubertas prekoks, defisit
Glukosuria dan poliuria yang disertai aminoasiduria neurologis. Pada diabetes insipidus nefrogenik, terdapat
dan sistinuria terjadi pada sindrom Fanconi.4,11 riwayat penyakit diabetes insipidus dalam keluarga,
Hipokalemia atau hiperkalsemia kronik akan me- pemakaian obat-obat penyebab diabetes insipidus
nurunkan respons tubulus ginjal terhadap vasopresin nefrogenik, pielonefritis berulang, penyakit parenkim
dan menyebabkan gangguan pemekatan urin. ginjal, dan gangguan pertumbuhan. Pada polidipsi
Kelainan elektrolit ini mempengaruhi vasopresin yang primer terdapat gangguan perilaku atau kelainan
menginduksi pembentukan c-AMP, tetapi dapat juga psikiatri.1,11,13 Poliuria dapat menyebabkan hipernatremia
mengganggu hemodinamik ginjal dan interstitium sehingga terjadi kerusakan otak. Dilain pihak, poliuria
medula.1.11.13 Pada penyakit ginjal polikistik, dapat dapat terjadi sebagai penyebab atau akibat polidipsi. 1,2,11

106
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan kadar natrium dan osmolalitas


plasma, berat jenis dan osmolalitas urin, pengukuran
Pemeriksaan penunjang pada kasus poliuria adalah jumlah urin, dan berat badan. Selama pemeriksaan,
urinalisis, osmolalitas dan berat jenis urin, biakan urin, anak tidak boleh makan dan minum; berat badan,
ureum dan kreatinin darah, laju filtrasi glomerulus, tanda vital, dan berat jenis urin diperiksa setiap jam.
elektrolit plasma, uji deprivasi air, uji pitresin, dan Pemeriksaan jumlah urin, osmolalitas urin, osmolalitas
pemeriksaan radiologis. Berat jenis dan osmolaltas urin plasma, dan natrium plasma dilakukan setiap 2 jam.
merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk Uji deprivasi air dilanjutkan sampai osmolalitas plasma
menentukan kemampuan pemekatan ginjal, tetapi mencapai 300 mOsm/l atau lebih tinggi dan berat
osmolalitas urin lebih bermakna daripada berat jenis badan turun 3-4% dari berat badan awal pemeriksaan.
sebab berat jenis urin dapat dipengaruhi oleh adanya Uji deprivasi air harus diawasi karena anak dengan
protein, glukosa, dan zat kontras dalam urin. Berat jenis compulsive water drinking akan mencari air untuk
> 1.010 atau osmolalitas urin > 400 mOsm/l didapatkan diminum, sedangkan pada diabetes insipidus akan
pada diuresis solut atau anak normal, sedangkan berat terjadi penurunan volume cairan intraselular. Pada
jenis < 1.010 atau osmolalitas urin < 100 mOsml/l pasien dengan kelainan yang berat, penurunan berat
mengindikasikan diuresis air. 1,11 Jika berat jenis urin > badan ini biasanya terjadi dalam 5-7 jam. 1 Pada akhir
1.020 pada urin sewaktu atau pagi hari, maka biasanya uji deprivasi air, perlu diambil sampel urin dan plasma
tidak ada gangguan pemekatan urin. Peningkatan berat untuk pengukuran osmolalitas. Uji deprivasi air tidak
jenis dan osmolalitas urin disertai glukosuria meng- dapat dilakukan pada keadaan hipernatremia atau pada
gambarkan diabetes melitus.5,6,11 Sedangkan adanya isostenuria dengan peningkatan osmolalitas plasma. Uji
elemen selular pada urinalisis menggambarkan deprivasi air dihentikan jika terdapat penurunan berat
kerusakan parenkim ginjal. badan > 5%, atau berat jenis urin > 1.020, atau
Kadar kalium, kalsium, glukosa, kreatinin, dan osmolalitas urin > 600 mOsm/l, atau Na serum > 145
ureum dalam plasma dapat menggambarkan kelainan mEq/L. 1,10 Jika pada uji deprivasi air didapatkan
tertentu. Poliuria yang disertai kadarglukosa atau jumlah urin berkurang, berat jenis dan osmolalitas urin
ureum plasma yang normal menggambarkan kemung- meningkat, maka didiagnosis sebagai polidipsi
kinan defisiensi atau insensitivitas terhadap vasopresin. psikogenik, tetapi jika jumlah urin tidak meningkat,
Osmolalitas plasma yang rendah dengan urin yang berat jenis dan osmolalitas urin tetap atau tidak
hipoosmolar menggambarkan polidipsi primer, meningkat, maka didiagnosis sebagai diabetes
sedangkan osmolalitas plasma yang tinggi terdapat pada insipidus. 5,6,11
diabetes insipidus, hiperglikemia, atau uremia. 1,11 Jika Sebagai alternatif untuk uji deprivasi air, pernah
dengan pemeriksaan awal belum ditemukan penyebab dilakukan pemberian cairan salin hipertonik per infus.
poliuria, maka dilakukan uji deprivasi air atau uji haus Prosedur ini berisiko tinggi dan hasilnya dapat
untuk membedakan polidipsi psikogenik dengan meragukan akibat efek diuresis osmotik NaCl yang
diabetes insipidus. 5,6,11 menimbulkan urin isotonis. Pemeriksaan ini sudah
Uji deprivasi air bertujuan untuk meningkatkan ditinggalkan karena sulit menginterpretasikannya. 1,11
natrium (> 145 mEq/l) atau osmolalitas plasma ke titik Uji pitresin dilakukan untuk membedakan
tertentu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi diabetes insipidus nefrogenik dengan diabetes
kemampuan pasien memekatkan urin sebagai respons insipidus sentral yaitu dengan pemberian vasopresin
terhadap hipernatremia dan penurunan volume cairan atau analognya (aqueous vasopresin atau DDAVP).
ekstraselular. Hipernatemia dan penurunan volume Vasopresin lisin diberikan subkutan dengan dosis 5
cairan ekstraselular akan meningkatkan sekresi IU/m2 luas permukaan tubuh. Desmopressin (1
vasopresin oleh kelenjar hipofisis dan menyebabkan urin desamino 8-D- arginin vasopresin atau DDAVP)
dengan konsentrasi maksimal. 1,11 Meskipun ada diberikan secara intranasal dengan dosis 5 ug untuk
beberapa protokol cara uji deprivasi air, pada umumnya neonatus, 10 ug untuk bayi, dan 20 ug untuk anak
pemeriksaan ini dilakukan pagi hari selama 6-8 jam. dan dewasa. DDAVP dapat juga diberikan secara
Berikut ini adalah salah satu tata cara uji deprivasi intravena dengan dosis 1/10 dosis intranasal atau
air. Setelah mendapat hidrasi yang adekuat yaitu secara intramuskular dengan dosis 0,25 ml (1 ug) jika
minum air sesuai dengan kebutuhan selama 24 jam, berat badan < 30 kg atau 0,50 ml (2 ug) jika berat

107
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

badan > 30 kg. Selama pemeriksaan anak di- Diagnosis banding


perkenankan makan dan minum; kemudian di-
lakukan pengukuran jumlah urin total 12 jam, berat Poliuria perlu dibedakan dengan frequency atau sering
jenis urin setiap jam sampai 6 jam, serta pemeriksaan berkemih. Poliuria biasanya disertai sering berkemih
osmolalitas urin, osmolalitas plasma, dan Na plasma dan polidipsi sedangkan sering berkemih tidak selalu
setiap 2 jam selama 6 jam. 1,6,11 Pada diabetes insipidus disertai poliuria dan polidipsi. Jika sering berkemih
sentral, akan terjadi penurunan jumlah urin dan terjadi karena poliuria, maka urin biasanya tampak
peningkatan berat jenis dan osmolalitas urin, seperti air (water like urine) sedangkan jika sering
sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik tidak berkemih bukan karena poliuria maka jumlah urin
ada respons atau diuresis tetap banyak dengan berat biasanya sedikit. Sering berkemih biasanya disebabkan
jenis dan osmolalitas urin yang tidak meningkat. 5,6,11 sistitis, uretritis, iritasi uretra, obstruksi uretra, atau
Pada diabetes insipidus partial, hasil uji deprivasi trauma karena kateterisasi, masturbasi, dan sexual abuse.
air sering meragukan dan sulit diinterpretasikan, karena Jika terdapat keraguan terhadap adanya poliuria, maka
terjadi urin yang hipertonik tetapi tidak pernah dapat dilakukan pengumpulan urin 24 jam dan
mencapai normal. Pengukuran kadar vasopresin memeriksa kadar kreatinin urin.1
plasma dapat membantu pada kasus borderline atau
yang meragukan. Vasopresin plasma umumnya
meningkat pada diabetes insipidus nefrogenik, tetapi Tata laksana
tidak terdeteksi pada diabetes insipidus sentral dan
polidipsi psikogenik. 4 Pada kelainan nefrogenik, Secara garis besar tata laksana poliuria terdiri dari
peningkatan osmolalitas urin yang ringan dapat terjadi pemberian cairan yang adekuat untuk mencegah
pada akhir uji deprivasi air. Hal ini mungkin dehidrasi, mengurangi kelebihan solut yang diekskresi
disebabkan pengurangan volume plasma, penurunan ginjal, mengoreksi kelainan elektrolit, mencari
laju filtrasi glomerulus, peningkatan reabsorbsi natrium penyebab dan mengobati penyakit yang mendasarinya,
dan air di tubulus proksimal bersamaan dengan aliran misalnya mengatasi hipokalemia dan hiperkalsemia,
urin yang lambat di nefron distal. 1,10 Pada diabetes mengobati diabetes melitus atau penyakit ginjal, dan
insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik menghentikan obat-obatan yang dapat menyebabkan
partial, terdapat peningkatan osmolalitas urin selama poliuria. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan
penurunan volume cairan ekstraselular dan akan konseling genetik.1,11
meningkat setelah pemberian vasopresin, tetapi Pada diabetes insipidus nefrogenik, pemberian
nilainya tidak sesuai dengan status hidrasi atau diuretik golongan thiazida dapat mengurangi poliuria
hiperosmolalitas. Diagnosis diabetes insipidus sentral hingga 50%. Mekanisme kerja diuretik ini belum
dan diabetes insipidus nefrogenik partial lebih akurat jelas, tetapi diduga melalui peningkatan reabsorbsi
jika dilakukan pemeriksaan kadar vasopresin plasma fraksi NaCl dan air di tubulus proksimal sehingga
selama uji deprivasi air. Perlu diingat bahwa menyebabkan aliran urin di tubulus distal menurun
interpretasi kadar vasopresin plasma harus berhati-hati dan mengurangi jumlah urin. Thiazid juga akan
karena beberapa stimulus non osmotik seperti nausea, menghambat reabsorbsi NaCl di segmen diluting
ketakutan, dan ansietas dapat merangsang kenaikan korteks. Hidroklorotiazid biasanya diberikan 1-2 mg/
kadar vasopresin. 1,11 kgbb/hari. Bersamaan dengan pemberian thiazid
Pada diabetes insipidus sentral, diperlukan dilakukan pembatasan masukan Na atau diet rendah
beberapa pemeriksaan lanjutan seperti foto kepala, garam. Selain thiazid dapat juga diberikan diuretik
CT–scan atau MRI kepala, dan pemeriksaan fungsi lain seperti amilorid dan antihipertensi diazoksid yang
kelenjar hipofisis. Pada diabetes insipidus nefrogenik, akan meningkatkan reabsorbsi NaCl dan air di
perlu dilakukan ultrasonografi ginjal dan mik- tubulus proksimal dan menyebabkan meningkatnya
siosistoureterografi untuk melihat adanya kelainan volume plasma.1,11
obstruktif. 1 Untuk membedakan poliuria primer Obat antiinflamasi non steroid seperti indometasin
dengan polidipsi primer dapat dilakukan pemeriksaan yang menurunkan produksi prostaglandin dapat
osmolalitas relatif plasma dan urin serta respons digunakan dalam terapi diabetes insipidus nefrogenik,
terhadap uji deprivasi air.6,11 tetapi mekanisme kerjanya belum jelas. Perlu diketahui

108
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

bahwa obat ini dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal diberikan melalui semprotan intranasal 2 kali sehari
sehingga hanya diberikan jika terapi lain tidak berhasil.1,11 dengan dosis 5-20 ug ( 5 ug untuk neonatus, 10 ug
Dapat juga digunakan kombinasi hidroklorothiazida untuk bayi, dan 20 ug untuk anak dan dewasa). Dosis
dengan amilorid, atau kombinasi hidroklorothiazida DDAVP ini bersifat individual bergantung pada respons
dengan indometasin. 13 ginjal. Absorbsi DDAVP melalui hidung sangat baik.
Vasopresin dan analognya adalah obat utama untuk Synthetic 8-lysine vasopressin (LVP) merupakan preparat
pengobatan diabetes insipidus sentral dengan hasil yang yang diberikan dengan semprot intranasal dengan onset
memuaskan. Aqueous vasopressin merupakan ekstrak 30-60 menit dan lama kerja 4-6 jam. Meskipun efek
hipofisis posterior yang larut dalam air (water solluble) samping sangat jarang, dapat terjadi nyeri kepala dan
dan dapat diberikan secara intravena, subkutan, dan hipertensi akibat retensi cairan.1,9
intramuskular. Onset obat ini sekitar 30-60 menit Hipokalemia diatasi dengan pemberian kalium.
dengan lama kerja 4-6 jam. Vasopressin tannate Diuresis osmotik dapat menyebabkan penurunan
merupakan larutan dalam minyak yang diberikan secara volume cairan ekstraselular dan memerlukan terapi
intramuskular dengan onset 2-4 jam dan lama kerja 24- cairan NaCl. Polidipsi psikogenik atau compulsive water
72 jam. Desmopressin (1-desamino-8-arginin vasopresin drinking sangat jarang pada anak dan memerlukan
atau DDAVP) mempunyai masa kerja 12-24 jam yang psikoterapi.1

Urinalisis

- berat jenis: normal/turun - berat jenis: meningkat


- osmolalitas: normal/turun - osmolalitas: meningkat
- glukosa: negatif - glukosa: positif

Uji deprivasi air/ uji haus Diabetes melitus

- diuresis tetap banyak - diuresis turun


- berat jenis tetap/turun - berat jenis meningkat
- osmolalitas tetap/turun - osmolalitas meningkat

Uji pitresin Polidipsi psikogenik

Negatif Positif
- diuresis tetap banyak - diuresis turun
- berat jenis tetap/turun - berat jenis meningkat
- osmolalitas tetap/turun - osmolalitas meningkat

Struktur dan fungsi ginjal Diabetes insipidus sentral

Normal Abnormal

Diabetes insipidus nefrogenik - gagal ginjal kronik


(diabetes insipidus resisten ADH) - nefronopthisis
- uropati obstruktif
- sindrom Fanconi

Skema Diagnosis Poliuria (modifikasi dari Trompeter dan Barratt, 1999)15

109
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 3, Desember 2003

Penutup Avner ED, Kogan BA. penyunting, Pediatric Nephrol-


ogy, edisi ke-3, Williams & Wilkins, Baltimore, 1994,
h. 1212-26.
Poliuria pada anak biasanya terjadi karena adanya 7. Manalaysay MT. Urinalysis. Dalam: Alfiler CA, Bonzon
kelainan neurologis, kelainan ginjal, atau kelainan DD, Elises JS. Penyunting. Pediatric Kidney Digest,
metabolik. Penyebab poliuria perlu dicari dengan Kayumanggi Press Inc. Quezon City, 1994. h. 61-4.
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan 8. Baylis PH, Cheetam T. Diabetes insipidus. Arch Dis
Child 1998; 79:84-9.
penunjang. Pengobatan poliuria ditujukan untuk 9. Narins RG, Riley LJ. Polyuria: simple and mixed disor-
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, serta tata ders. Am J Kidney Dis 1991; 17:237-41.
laksana penyebab poliuria. 10. Sterns RH. Hypernatremia. Dalam: Greenberg A,
Cheung AK, Falk RJ, Coffman TM, Jennette JC,
penyunting. Primer on Kidney Diseases,.edisi pertama,
Academic Press, Toronto, 1994, h. 368-72.
Daftar pustaka 11. Stern P. Nephrogenic defects of urinary concentration.
Dalam: Edelmann CM, Bernstein J, Meadow SR. Spitzer
1. Leung AKC, Robson WLM, Halperin ML. Polyuria in A, Travis LB, penyunting, Pediatric Kidney Disease, edisi
childhood. Clin Pediatr 1991; 30:634-40. ke-2, Little, Brown and Co, Boston, 1992, h. 1729-36.
2. Oster JR, Singer I, Thatte L, Grant-Taylor I, Diego JM. 12. Ferry RJ, Kesavulu V, Kelly A, Katz LEL, Mosbang T.
The polyuria of solute diuresis. Arch Intern Med 1997; Hyponatemia and polyuria in children with central dia-
157:721-9. betes insipidus: Challenges in diagnosis and manage-
3. Meadow SR. Enuresis. Dalam: Edelmann CM, Bernstein ment. J Pediatr 2001; 138:744-7.
J, Meadow SR. Spitzer A, Traviis LB, penyunting, Pedi- 13. Knoers NVAM, Monnens LAH. Nephrogenic diabetes
atric Kidney Disease, edisi ke-2, Little, Brown and Co, insipidus. Dalam: Barratt TM, Avner ED, Harmon WE.
Boston, 1992, h. 2015-21. Pediatric Nephrology, edisi ke-4, Lippincott Williams
4. Savage JM, Postlethwaite RJ. Symptoms and signs of & Wilkins, Baltimore, 1999, h. 583-91.
childhood renal tract disease. Dalam: Postletwhaite RJ, 14. Goodyer P, Langlois V, Geary D, Murray L. Champoux
penyunting, Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-2, S, Hebert D. Polyuria and proteinuria in cystinosis have
Butterworth Heinemann, Oxford, 1994, h.75-88. no impact on renal transplantation, A report of the North
5. Bock GH. Acute renal failure. Dalam: Kher KK, Makker American Pediatric Renal Transplant Cooperative Study.
SP, penyunting. Clinical Pediatric Nephrology. Edisi Pediatr Nephrol 2000; 15:7-10.
pertama, McGraw-Hill Inc, New York, 1994, h. 469- 15. Trompeter RS, Barratt TM. Abnormalities of urine vol-
500. ume Dalam: Barratt TM, Avner ED, Harmon WE,
6. Tune BM, Reznik VM, Mendoza SA. Renal complica- penyunting. Pediatric Nephrology, edisi ke-4, Lippincott
tions of drug therapy. Dalam: Holliday MA, Barratt TM, Williams & Wilkins, Baltimore, 1999, h. 318-9.

110

Anda mungkin juga menyukai