Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok

Seminar Perpajakan

“Faktur Pajak Fiktif”

Disusun Oleh :

Kelompok 5 (F)

Wa Ode Endang Jaya B1C1 16 182

La Ode Muhammad B1C1 16 187

I Ketut Ardiyasa B1C1 16 188

Muh. Nurikhsan B1C1 16 191

Riskadewiyanti B1C1 16 192

Muh. Ibrahim B1C1 16 153

Ana Maya Sari B1C1 16 195

Muhammad Ichsan B1C1 16 196

Regina Cahyani B1C1 16 200

Irfan Candra Amsyar B1C1 16 211

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami berupa kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Faktur Pajak Fiktif” untuk tugas
kelompok diskusi mata kuliah Seminar Perpajakan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
terdapat kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
waktu,pengetahuan, dan kemampuan kami. Oleh karena itu saran, pendapat, dan kritikan
sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi atau nilai tambah kepada pembaca.

Kendari, September 2019

Kelompok 5 (F)

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1. Pengertian E-Faktur.................................................................................. 3


2.2. Pengertian Faktur Pajak Fiktif...................................................................... 3
2.3.Indikator Penerbitan Faktur Pajak Fiktif..................................................... 4

2.4. Modus Penerbitan Faktur Pajak Fiktif..................................................... 7

2.5. Kerugian yang ditimbulkan Faktur Pajak Fiktif.......................................... 8

2.6. Sanksi Bagi Para Penerbit Faktur Pajak Fiktif.............................................. 9

BAB III PENUTUP............................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Atau dengan kata lain, ketika

PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur

Pajak sebagai tanda bukti bahwa ia telah memungut pajak dari orang yang telah

membeli barang atau jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa barang atau

jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada

harga pokoknya itu sendiri.

PKP adalah bisnis/ perusahaan/ pengusaha yang melakukan penyerahan

barang kena pajak dan/ atau jasa kena pajak yang dikenai Pajak Pertambahan

Nilai (PPN). Tetapi, untuk menjadi PKP, pengusaha tersebut harus dikukuhkan

terlebih dahulu oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan memenuhi beberapa

persyaratan tertentu.

Kementerian Keuangan telah menerbitkan peraturan yang menetapkan

pengertian bentuk Faktur Pajak terbaru, yang terdiri dari bentuk elektronik (e-

Faktur) dan tertulis (hardcopy) - PMK Nomor 151/PMK.011/2013.

Berikut beberapa peraturan terkait E-Faktur beserta penjelasannya:

a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata

Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tentang

1
Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan

Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara

Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang

Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur

Pajak Berbentuk Elektronik

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja indikator dari penerbitan faktur pajak fiktif?

2. Apa yang menjadi modus penerbitan faktur pajak fiktif?

3. Apa Kerugian yang ditumbulkan dari faktur pajak fiktif?

4. Apa yang sanksi yang diberikan kepada penerbit faktur pajak fiktif?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari E-faktur dan faktur pajak fiktif

2. Untuk mengetahui modus dari penerbitan faktur pajak fiktif

3. Untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan dari faktur pajak fiktif

4. Untuk mengetahui sanksi yang berikan kepada penerbit faktur pajak fiktif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN E-FAKTUR

e-Faktur Pajak adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau

sistem elektronik yang ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat Jendral

Pajak. Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan kemudahan,

kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak. Pengusaha Kena

Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik

ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pemberlakuan e-Faktur dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014

kepada PKP tertentu. PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa

dan Bali wajib menggunakan e- Faktur per 1 Juli 2015. Sedangkan

pemberlakukan e-Faktur secara nasional akan secara serentak dimulai pada 1 Juli

2016. PKP yang telah wajib e-Faktur namun tidak menggunakannya, secara

hukum dianggap tidak membuat faktur pajak sehingga akan dikenakan sanksi

pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2.2 PENGERTIAN FAKTUR PAJAK FIKTIF

Faktur pajak fiktif dapat diartikan sebagai faktur pajak yang dibuat tidak

berdasarkan transaksi sebenarnya atau faktur pajak yang dibuat oleh pengusaha

yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Faktur pajak

fiktif sering dibuat untuk mengambil keuntungan atas sistem, dimana ketika PKP

3
memiliki faktur pajak ia dapat mengurangi kurang bayar yang harus disetor ke

kas negara dan meminta restitusi kepada negara.

ketika PKP atau pengusaha menerbitkan faktur pajak fiktif, maka PKP

tersebut mengurangi kewajiban menyetor pajak ke kas negara atau bahkan bisa

meminta restitusi hanya dengan faktur pajak fiktif tersebut. Ini jelas sebuah

perbuatan yang merugikan negara.

2.3 INDIKATOR PENERBITAN FAKTUR PAJAK FIKTIF

Dalam menyingkap dan menanggulangi permasalahan faktur pajak fiktif,

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah memiliki sejumlah pedoman. Di antaranya

adalah, membuat pedoman untuk melihat indikasi seorang Wajib Pajak (WP)

melakukan tindakan pembuatan faktur pajak fiktif.

Pedoman tersebut antara lain:

 WP belum dikukuhkan sebagai PKP, namun menerbitkan faktur pajak.

 WP melakukan transaksi dengan WP terindikasi atau WP penerbit faktur

pajak fiktif.

 WP yang faktur pajak keluarannya belum atau tidak dilaporkan dalam

Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPN namun sudah dikreditkan oleh

lawan transaksi.

 WP yang akta dan waktu pendiriannya sebagai berikut:

- Akta pendirian disahkan oleh dan dibuat di hadapan notaris yang

sama dengan yang digunakan oleh WP terindikasi atau WP penerbit

4
faktur pajak fiktif atau notaris yang sama dengan yang digunakan oleh

satu atau beberapa WP lain.

- Pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan dengan

satu atau beberapa WP.

- Memiliki alamat kedudukan atau kegiatan usaha yang sama dengan

satu atau beberapa WP.

- Memiliki pengurus yang sama dengan pengurus WP terindikasi atau

WP penerbit faktur pajak fiktif atau pengurus yang sama dengan satu

atau beberapa WP lain.

- WP yang memiliki kegiatan usaha yang tidak wajar, dengan

karakteristik sebagai berikut:

- WP non-efektif tiba-tiba kegiatan usahanya aktif dan melakukan

penyerahan yang terutang PPN dalam jumlah besar.

- WP melakukan penyerahan terutang PPN yang tidak sebanding

dengan jumlah modal atau jumlah harta perusahaan.

- WP melakukan penyerahan terutang PPN yang tidak sebanding

dengan jumlah karyawan yang bekerja pada perusahaan

- WP melakukan penyerahan terutang PPN yang sangat beragam

sehingga tidak diketahui dengan pasti kegiatan usaha utama WP

tersebut.

- WP yang sebagian besar pembeliannya adalah impor namun kegiatan

penyerahannya tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan barang

yang diimpor.

5
- WP yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) namun

tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan barang yang dibeli.

- WP yang memiliki rasio laba usaha bersih sangat kecil.

 WP yang memiliki administrasi pelaporan pajak dengan karakteristik antara

lain:

- WP menyampaikan SPT masa PPN dengan status lebih bayar dan

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya secara terus-menerus,

namun bukan WP yang baru berdiri, tidak sedang berinvestasi pada

barang modal dan tidak terdapat peningkatan persediaan yang

signifikan.

- WP tidak melakukan atau melakukan dengan jumlah persentase yang

kecil, atas penyerahan yang terutang PPN namun tidak dipungut,

penyerahan ekspor dan/atau penyerahan kepada pemungut PPN.

- WP memiliki penyerahan terutang PPN dalam jumlah besar namun

secara konsisten PPN kurang bayar yang dibayar atau disetor kecil.

- WP melakukan pembetulan SPT masa PPN yang mengakibatkan

jumlah pajak keluaran menjadi lebih besar namun diimbangi juga

dengan penambahan pajak masukan yang besar sehingga tidak

mengubah PPN kurang bayar yang telah dilaporkan atau menambah

PPN kurang bayar tetapi nilainya kecil.

- WP rutin menyampaikan SPT masa PPN namun tidak atau kurang

patuh dalam menyampaikan SPT masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal

6
21, Pasal 23 dan/atau Pasal 26, Pasal 25, Pasal 4 ayat (2), dan/atau

SPT Tahunan PPh.

 Terdapat Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan (IDLP) yang

mengindikasikan WP telah atau sedang atau akan menerbitkan faktur pajak

tidak sah.

2.4 MODUS PENERBITAN FAKTUR PAJAK FIKTIF

Modus utama dalam faktur pajak fiktif adalah dengan mengkreditkan

pajak masukan dengan bukti lembar faktur pajak fiktif, yang bukan berdasarkan

transaksi sebenarnya, dalam SPT masa PPN.Faktur pajak fiktif ini pada umumnya

diperoleh dari pihak lain yang sengaja menjualnya. Dengan demikian, terdapat

dua pihak pelaku utama kejahatan ini yaitu pihak penerbit faktur pajak fiktif yang

menjual kepada pihak lain, dan pihak pengguna yang membeli dari penerbit dan

kemudian mengkreditkannya dalam SPT masa PPN. Dengan demikian, pada

umumnya modus pembobolan uang negara dengan cara ini dilakukan melibatkan

beberapa pihak.

Contoh, penerbit/pemasok faktur pajak fiktif menerbitkan faktur pajak

tanpa didasari dengan transaksi yang sebenarnya, dengan berdasarkan pesanan

WP pembeli yang nantinya akan mengkreditkan dalam SPT masa PPN. Pembeli

faktur pajak fiktif tersebut dapat memperoleh faktur pajak masukan dengan nilai

penuh dengan hanya membeli faktur pajak fiktif sebesar 14%-30% dari nilai PPN

yang tertera dalam faktur pajak tersebut.Beberapa tujuan dari pemesanan faktur

7
pajak fiktif tersebut adalah mengaburkan atau menyamarkan asal usul barang dan

untuk memperoleh pajak masukan tanpa melakukan pembelian barang.

Berikutnya si pembeli faktur pajak fiktif memanipulasi laporan keuangan

WP dan SPT WP pembeli dengan cara memanipulasi nilai pembelian atau

kuantitas barang, yang juga membuat ia terlihat melakukan pembelian barang.

Pada akhirnya, pembeli faktur pajak fiktif akan mengkreditkan dalam SPT masa

PPN sehingga dapat mengurangi kurang bayar PPN dan dapat meminta restitusi

2.5 KERUGIAN YANG DITIMBULKAN FAKTUR PAJAK FIKTIF

Ada dua kerugian yang ditimbulkan faktur pajak fiktif, yaitu :

a. Dengan mengkreditkan faktur pajak yang tidak sah atau fiktif, oknum pelaku

dapat mengurangi besarnya pajak yang harus disetorkan ke kas negara.

Misalnya, ketika PKP seharusnya menyetorkan pajak kurang bayar Rp 500

juta. Ketika ditambahkan faktur pajak fiktif senilai Rp 400 juta, maka PKP

tersebut hanya menyetoirkan sebesar Rp 100 juta saja.

b. Negara dirugikan ketika oknum pembuat faktur pajak fiktif sampai bisa

melakukan restitusi dari negara. Misalnya, seorang eksportir yang memiliki

faktur pajak yang seharusnya hanya bisa meminta restitusi Rp 100 juta.

Namun ketika si eksportir tersebut mengreditkan faktur pajak fiktif senilai

Rp 300 juta, maka ia bisa mencairkan restitusi pajak Rp 400 juta.

8
2.6 SANKSI BAGI PARA PENERBIT FAKTUR PAJAK FIKTIF

WP yang terindikasi menerbitkan faktur pajak fiktif akan dijatuhi status

non-aktif (suspend) sehingga wajib pajak yang bersangkutan tidak dapat

menerbitkan faktur pajak secara elektronik hingga ada klarifikasi yang dapat

diterima DJP.

Kriteria yang digunakan DJP untuk menetapkan atau mencabut status suspend

adalah sebagai berikut:

- Identitas WP, pengurus, dan/atau penanggung jawab wajib pajak sah.

- Keberadaan serta kesesuaian atau kewajaran profil WP, pengurus,

dan/atau penanggung jawab WP.

- Keberadaan dan kewajaran lokasi usaha WP.

- Kesesuaian kegiatan usaha WP.

- Jika dalam 30 hari kalender setelah ditetapkan status non-aktif WP

tidak dapat memberikan klarifikasi yang memadai, maka DJP

mencabut sertifikat elektronik sehingga WP tidak dapat lagi

menerbitkan faktur pajak untuk selamanya.

9
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpuan

E-faktur adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem

elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Merupakan sebuah sarana yang sangat efektif dalam penanggulangan dan

pencegahan penggunaan faktur pajak fiktif. Dalam e-faktur terdapat berbagai

macam sistem pengamanan mulai dari e-Nofa, sistem tanda tangan elektronik,

QR Code disetiap cetakan e-faktur, dan setiap e-faktur yang dibuat oleh PKP

akan terintegrasi antara PK dam PM dari masing-masing PKP yang

bertransaksi.

Selain efektif dalam mencegah PKP menggunakan faktur pajak fiktif

penggunaan e-faktur juga sangat berguna dalam meningkatkan green tax di

Indonesia. Penggunaan e-faktur dapat mengurangi penggunaan kertas dalam

pembuatan faktur pajak secara manual. Sehingga kita tidak lagi merusak alam

untuk membuat lagi kertas untuk digunakan sebagai faktur pajak. Dari segi

pemerintah penerapan e-faktur sangat membantu dalam hal pengawasan faktur

pajak oleh Pengusaha Kena Pajak serta mengurangi beban administrasi dari

kantor pajak dalam hal penerbitan faktur pajak

4.2 Kritik dan Saran

Prosedur penerapan e-faktur diindonesia yang telah tergolong baik,

hendaknya ditingkatkan lagi dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak

10
sehingga penerapan e-faktur dapat berjalan dengan baik.Untuk lebih

meningkatkan dan memperlancar dalam penerapan e-faktur, sebaiknya diadakan

lagi pelatihan dan sosialisasi mengenai e-faktur.

Penerapan e-faktur di berbagai KPP sudah dikatakan baik tetapi akan

lebih baik lagi pelayanan mengenai penerapan e-faktur lebih ditingkatkan lagi,

agar wajib pajak lebih mengerti tentang aplikasi e-faktur.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/faktur-pajak-fiktifv

https://www.online-pajak.com/modus-penerbitan-faktur-pajak-fiktif

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=478

12

Anda mungkin juga menyukai