Anda di halaman 1dari 42

PEMERIKSAAN PUPIL DAN PENYAKIT KERATITIS

Disusun oleh:
Lorencye Tuhusula
2010-83-016

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
UJI REFLEKS PUPIL
Tujuan:
Untuk melihat refleks miosis pupil akibat suatu penyinaran pada
mata, baik refleks langsung ataupun tidak langsung
Teknik:
Refleks sinar langsung ->
1. Mata disinari
2. Dilihat keadaan pupil pada mata yang disinari apakah terjadi
miosis pada saat penyinaran
Nilai:
1. Ada periode laten 0,2 detik sesudah rangsangan. Sesudah
pupil berkontraksi kuat akan disusl dilatasi ringan terutama
bila penyinaran tidak keras. Bila terjadi hal ini = refleks pupil
langsung (+)
Refleks sinar konsensual ->
Mata disinari dengan diusahakan sinar tidak
masuk pada mata yang lain. Dilihat keadaan
pupil mata yang tidak disinari apakah terjadi
miosis pada saat penyinaran mata sebelahnya
Nilai:
1. Terdapat periode laten seperti pada mata yang
disinari langsung. Keras kontraksi pupil = mata
yang disinari langsung. Bila terjadi refleks miosis
disebut refleks pupil tidak langsung (+)
Refleks akomodasi dan konvergensi:
Pasien diminta melihat jauh setelah itu melihat jari
pemeriksa yang digerakkan ke arah hidung pasien
Nilai:
Terjadi kontraksi M. Rectus medialis dengan
respons konstriksi pupil
Refleks siliospinal:
Diberikan rangsangan berupa cubitan pada leher
pasien, dan lihat reaksi pupil yang terjadi
Nilai:
Pupil akan dilatasi
Refleks koklear:
Dengan rangsangan garpu nada akan terjadi midriasis setelah
miosis
Refleks orbikular:
Dengan rangsangan menutup kelopak dengan kuat terjadi
monokular miosis
Refleks trigeminus:
Merangsang kornea akan terjadi midriasis yang disusul dengan
miosis
Refleks psikosensorik:
Dengan merangsang psikis/sensorik akan terjadi midriasis
bilateral
Refleks vogotonik:
Dengan rangsangan inspirasi dan ekspirasi maka akan terjadi
midriasis dan miosis
Uji PUPIL CYCLE TIME
Tujuan:
Untuk melihat gangguan visus, dan kemungkinan terdapatnya gangguan
visual ecoked response pada seseorang, dengan melihat waktu terjadinya
miosis pada mata sesudah dirangsang
Alat:
Stopwatch, slitlamp
Teknik:
1. Seberkas sinar difokuskan di tepi pupil, digeser perlahan-lahan dari arah
limbus ke sentral (pupil), dilihat konstriksi pupil
2. Sinar dipertahankan pada posisi ini yaitu posisi sinar terhalang masuk mata
akibat miosis
3. Akibatnya pupil dilatasi
4. Sinar akan mengenai retina lagi & akan terjadi konstriksi pupil
Nilai:
1. Osilasi pupil terjadi setiap 752 mili detik-900 mili detik
2. Bila pupil cycle time memanjang (950mili detik/berbeda 70 mili detik antara
kedua mata berarti ada gangguan pada saraf optik/kelainan pada kiasma
UJI KOKAIN
Tujuan:
Untuk memastikan apakah gejala kerusakan fungsi saraf simpatik
pada pupil betul merupakan kerusakan saraf simpatik tersebut
Alat:
Kokain 2-5%
Teknik:
1. Mata ditetes kokain 2% diulang 1 menit kemudian
2. Dilihat keadaan pupil 20 menit -1 jam, sesudah ditetes kokain
Nilai:
1. Pelebaran normal pada pupil mulain 20 menit -1jam
2. Bila mata miosis disebabkna kerusakan simpatik maka tidak
akan terjadi pelebaran pupil, karena tidak ada pengeluaran
norepinefrin pada ujung saraf simpatik yang terganggu
UJI DEFEK AFEREN PUPIL (MARCUS
GUNN PUPILLARY RESPONSE TEST)
Tujuan:
Untuk mengetahui apakah serabut aferen mata berfungsi baik dengan
melihat reaksi pupil langsung dan tidak langsung
Alat:
Sentolop
Teknik:
1. Mata sehat ditutup sehingga terjadi dilatasi kedua pupil
2. Mata sehat disinari & terjadi refleks konsensual pada mata sakit yang
positif dengan derajat miosis mata sakit = mata sehat
3. Mata sakit disinari langsung & dilihat apakah terjadi dilatasi pupil mata
yang sehat
Nilai:
Bila terdapat dilatasi mata yang sehat waktu mata sakit disinari berarti
fungsi makula dan saraf optik tidak baik / terdapat pupil aferen defek
UJI SWINGING LIGHT (ALTERNATE LIGHT TESTING)
Tujuan:
Untuk mengetahui keadaan fungsi saraf optik dengan melihat reaksi pupil
yang terjadi waktu dilakukan penyinaran
Alat:
Sentolop dengan sinar kecil, loupe
Teknik:
1. Pasien duduk di kamar dengan penerangan ruangan biasa, & diminta melihat
jauh
2. Dilihat lebar pupil kedua mata, apakah besarnya sama, regular & adanya
sinekia
3. Dilakukan pemeriksaan 1 mata dengan sinar digeser dari perifer ke sentral &
kemudian sinar dipindah pada mata sebelahnya
Nilai:
1. Reaksi langsung / tidak langsung pada kedua mata biasanya normal sama
2. Bila pupil sedikit membesar waktu sinar pindah ke mata sebelah berarti ada
lesi pada saraf optik mata yang disinari terakhir.
UJI PAREDRIN
Tujuan:
Untuk menilai kerusakan pada neuron saraf ketiga
saraf simpatik
Teknik:
1. Mata ditetes paredrin
2. Dilihat terjadinya dilatasi pupil sesudah 1 jam
Nilai:
Nilai pupil tidak melebar berarti terdapat kerusakan
pada saraf ketiga karena tidak dihasilkan norepinefrin
sehingga pengangkutan & penyimpanannya terganggu
ANATOMI
Definisi
• Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel
radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea
menjadi keruh. Akibat terjadinya kekeruhan pada media
kornea ini, maka tajam penglihatan akan menurun.

Epidemiologi
• Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang
Amerika terkena keratitis bakteri per tahun
• Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, infeksi
kornea masih menempati urutan tertinggi dari infeksi mata
pada umumnya, dan bahkan masih merupakan salah satu
penyebab kebutaan
ETIOLOGI
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor
yaitu:
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak
5. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata
robek atau tidak cukupnya pembentukan air
mata
Patofisiologi
Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai makrofag,
baru kemudian terjadi dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus
dan tampak sebagai injeksi pada kornea

terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel


plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat,

Sehingga tampak seperti bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea


menjadi tidak licin.
Klasifikasi
• Berdasarkan lapisan yang terkena
1. Keratitis pungtata adalah keratitis dengan infiltrat halus pada
kornea yang dapat terletak superfisial dan subepitel
2. Keratitis Marginal merupakan infiltrat yang
tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
3. Keratitis interstisial adalah kondisi serius dimana
masuknya pembuluh darah ke dalam kornea dan
dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea
• Berdasarkan penyebab
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis jamur
3. Keratitis Viral

Keratits Herpes simpleks Keratitis herpes zooster


4. Keratitis Acanthamoeba
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan oftalmologis
• Pemeriksaan penunjang
Manifestasi Klinik
Secara umum gejala keratitis:

 tajam penglihatan menurun


 mata merah
 silau
 merasa kelilipan
Keratitis Bakterial Keratitis Jamur Keratitis Virus Keratitis
achantamoeba
1. Mata merah 1. Pemakaian 1. Nyeri 1. Sangat nyeri
2. penglihatan silau steroid topikal 2. Fotofobia 2. Mata merah
3. Mata berair lama 3. Mata berair 3. Fotofobia
4. Nyeri pada mata 2. Lesi satelit 4. Mata merah 4. Ulkus kornea
yang terinfeksi 3. Tepi ulkus sedikit 5. Tajam indolen,
5. Adanya sekret menonjol dan penglihatan 5. cincin stroma
dan penglihatan kering, tepi yang turun terutama 6. infiltrat
menjadi kabur ireguler jika bagian pusat perineural.
6. Pada 4. Plak endotel yang terkena
pemeriksaan 5. Hypopyon, 6. Tanda klinis
bola mata kadang-kadang terdapat dendrit
eksternal rekuren
ditemukan 6. Formasi cincin
hiperemis sekeliling ulkus
perikornea, 7. Lesi kornea
blefarospasme, yang indolen
edema kornea,
infiltrasi kornea
Diagnosis Banding

• Konjungtivitis
• Iritis akut
• Glaukoma akut
PENATALAKSANAAN
1. Keratitis Bakteri
• Antibiotik
2. Keratitis jamur (mycotic keratitis)

Topikal:
• Broad spectrum: econazole 1%
• Untuk jamur berfilamen dan keratitis kandida:
natamycin dan imidazole

Oral:
• Itrakonazol atau ketokonazol
3. Keratitis viral
Topikal
• Idoxuridine
• Trifluorotimetidin
• Asiklovir

Debridemant
4. Keratitis achantamoeba
Topikal
• Isetionat propamidin 1%
• Neomisin
• Bikuanid poliheksametilen 0,01-0,02%

Pembedahan
• keratoplasty
Komplikasi
• Gangguan refraksi
• Jaringan parut permanen
• Ulkus kornea
• Perforasi kornea
KESIMPULAN
Keratitis merupakan suatu infeksi pada kornea
yang ditandai dengan adanya infiltrat yang
disebabkan oleh beberapa faktor

Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis


keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik
masing-masing keratitis pun berbeda-beda
tergantung dari jenis penyebab dan tingkat
kedalaman yang terjadi di kornea

Jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka


penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus
yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga
akan menyebabkan gangguan penglihatan bahkan
dapat sampai menyebabkan kebutaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai