Anda di halaman 1dari 18

KONSEP BERFIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU : Ns. Esthika Ariyani Maisa, M.kep

Disusun oleh :

Uthari Chintya Dewi (1711311007)

Mukhlisin Putra (1711311025)

Ilda Yunanda (1711312011)

Ulfha Putri Rahmi (1711312021)

Nia Sandra (1711312027)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “KONSEP BERFIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN”.

Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga
mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Ns. Esthika Ariyani Maisya, M.kep selaku dosen mata
kuliah Konsep dasar Keperawatan II.
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan


bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................

1.3 Tujuan .................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................

2.1 Definisi Berfikir Kritis……………………………………………….

2.2 Komponen-komponen dari Berfikir Kritis………………………….

2.3 Tinjauan Proses Keperawatan……………………………………….

2.4 Contoh Kasus dalam Berpikir Kritis………………………………...

2.5 Pembahasan Kasus……………………………………………………

2.6 Fungsi dan Manfaat Berpikir Kritis dalam Keperawatan…………...

BAB III : PENUTUP.........................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di Keperawatan, peran perawat adalah untuk membantu individu sakit


atau sehat dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan
pemulihannya atau pada kematian yang tenang (International Council of Nurses,
1973). Definisi ini mencakup kompleksitas dari keperawatan. Ketika diberi
tanggung jawab untuk membantu individu dalam mencapai kembali atau
meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu untuk berpikir secara kritis
dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik
untuk kebutuhan klien.

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir
kritis merupakan proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasi dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. Konsep
dasar dalam berpikir kritis ini terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang, selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan
kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan


kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki.
Ketika perawat mengarahkan berpikir kearah pemahaman dan menemukan jalan
keluar dari masalah kesehatan klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi
pada tujuan. Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah relektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-
Yahiro dan Saylor, 2004). Berpikir secara kritis menantang seorang perawat untuk
menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan serta
mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai simpulan suatu perspektif baru
(Strader, 1992).

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari berfikir kritis?


2. Apa saja komponen dari berfikir kritis?
3. Apa saja tinjauan proses keperawatan ?
4. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
5. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?
6. Sebutkan fungsi dan manfaat pada berpikir kritis ?

1.3 Tujuan

a) Mengetahui definisi dari berfikir kritis


b) Mengetahui komponen-komponen dari berfikir kritis
c) Mengetahui tinjauan dari proses keperawatan
d) Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis
e) Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut
f) Mengetahui fungsi dan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berfikir Kritis

Berfikir Kritis atau Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna
mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada
hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir
kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-
prinsip, argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktivitas. Pengujian ini berdasarkan argumen ilmiah, pengambilan keputusan, dan
kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses
kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap
semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa argumen :

1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


2. Penerapan profesionalisme.
3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam argumen asuhan
keperawatan.
4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam
menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas.

Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.

Sebagai perawat professional, perawat harus selalu melihat dan berpikir ke


depan. Perawat tidak dapat membiarkan berpikir menjadi sesuatu yang rutin atau
standar. Praktik keperawatan harus selalu berubah. Sehingga dapat dikatakan
dengan tersedianya pengetahuan baru, perawat professional harus selalu
menantang cara-cara tradisional dalam melakukan sesuatu dan mencari apa yang
paling efektif, yang mempunyai bukti-bukti mendukung secara ilmiah, dan
memberikan hasil yang lebih baik untuk klien. Untuk berpikiri secara kritis
membuat perawat mampu belajar dan utnuk secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untu
menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang
menguntungakan bagi klien juga bagi profesi.

2.2 Komponen-komponen dari Berfikir Kritis

Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para


ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi,
analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990).

Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :

1. Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud


suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan,
konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.
2. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang
benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi
atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan kepercayaan,
keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.
3. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian
lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman,
situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan
inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara
pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk representasi yang lain.
4. Inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang
diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.
5. Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning
seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar
bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang
masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang
berupa argumentasi yang meyakinkan.
6. Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi
dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang
dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam
menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil
kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi
terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).

2.3 Tinjauan Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahaan masalah


yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang
memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan
nalar. Proses adalah serangkaian tahapan atau komponen yang mengarah pada
pencapaian tujuan. Tiga karakteristik dari Proses adalah tujuan, organisasi, dan
kreativitas(Bevis. 1978). Tujuan adalah maksud spesifik atau tujuan dari proses.
Proses perlu digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respons manusia
terhadap sehat dan sakit (Americaan Nurses Assosiation 1980). Organisasi adalah
satu rangkaian tahap atau komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
mencakup. Proses keperawatan mencakup lima tahapan :

1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawaan
3. Perencanaan
4. Implementasi,
5. Evaluasi
Ringkasan Proses Keperawatan

KOMPONEN TUJUAN TAHAPAN

Pengkajian Untuk mengumpulkan, 1. Mengumpulkan


memperjelas, dan riwayat kesehatan
mengomunikuisikan keperawatan
data tentang klien 2. pemeriksaan fisik
sehingga terbentuk 3. Mengumpulkan data
dasar data laboraorium
4. Memvalidasi data
5. Mengelompokan data
6. Mencatatkan data

Diagnosa Untuk mengidentifkasi 1. Menganalisis data


keperawatan kebutuhan perawatan dan menginterpretasi
kesehatan, untuk data
merumuskan diagnosa 2. Mengidentifikasi
keperawatan masalah klien
3. Merumuskan
diagnosa
keperawatan
4. Mendokumentasikan
diagnosa
koperawatan

Perencanaan Untuk mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi


tujuan klien;, untuk tujuan keperawatan
menentukan prioritas 2. Menetapkan hasil
asuhan, untuk yang diperkirakan
menentukan hasil yang 3. Memilih tindakan
diperkirakan, untuk keperawatan
merancang strategi 4. Mendelegasikan
untuk mencapai tujuan tindakan
perawatan. 5. Menuliskan rencana
asuhan keperawatan
6. Mengonsulkan

Implementasi melengkapi tindakan 1. Mengkaji kembali


keperawatan yang klien
diperlukan untuk 2. Menelaah dan
menyelesaikan rencana memodifikasi
asuhan rencana perawatan
yang sudah ada
3. Melakukan tindakan
keperawatan

Evaluasi Untuk menentukan 1. Membandingkan


seberapa jauh tujuan respons klien dengan
asuhan telah dicapai kriteria
2. Menganalisis alasan
untuk hasil dan
Konklusi
3. Memodifikasi
rencana asuhan

Kreativitas adalah perkembangan bersinambungan dari Proses itu sendiri.


Proses keperawatan adalah dinamik dan berkelanjutan. Proses Keperawatan
memberikan cetak biru untuk berfikir kritis sehingga perawat dapat
mengindividualisasikan asuhan dan berespon terhadap kebutuhan klien dengan
tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan
tingkat kesehatan klien.

Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang


kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan, Namun proses keperawatan juga
cukup fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari
proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, menentukan
prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan
mengomunikasikan rencara asuhan yang berpusat pada klien, memberikan
intervensi klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam hasil
dan tujuan klien yang diharapkan.

Perbandingan Langkah Pemecahan Masalah Metode Ilmiah dan Proses


keperawatan

PEMECAHAN TUJUH LANGKAH PROSES


MASALAH METODE ILMIAH DARI KEPERAWATAN
COPY dan COHEN

Menghadapi masalah Masalah hipotesis awal Mengkaji

Mengumpulkan data Mengumpulkan fakta -


fakta tambahan

Mengidentivikasi sifat Merumuskan hipotesis Merumuskan diagnosa


yang pasti dari keperawatan
masalah

Menentukan rencana Menyimpulkan Merencanakan


tindakan konsekuensi selanjutnya

Menjalankan rencana Menguji konsekuensi Implementasi

Mengevaluasi rencana Penerapan Evaluasi


dalam situasi baru

Rencana tindakan - -

2.4 Contoh Kasus dalam Berpikir Kritis

Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipotensi


dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah
dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter. Sementara dokter tidak ada di
tempat.
2.5 Pembahasan Kasus

Rumusan Masalah :
Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien
menormalkan tekanan darahnya atau tidak?

1. Argumen
Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah yang biasanya
ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan pembuluh darah
pasien biasanya mengendur.
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan
pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak
segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat
fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin menghubungi dokter agar
mendapatkan perintah untuk melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.

2. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya perawat melakukan
memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik pasien (suhu,
tekanan darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, pasien
ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal
agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, dan setelah melakukan pertolongan dasar
kepada pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter.

3. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah,
dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan dengan posisi
kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke
otak lebih lancar, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan
keadaan hipotensi serta tak lupa segera menghubungi (menelepon) dokter jika
dokter tidak ada di tempat setelah melakukan pertolongan dasar.

4. Evaluasi
- Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter
Positif :

 Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang diderita
pasien tidak akan bertambah parah
 Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi dengan cepat
dan tepat
 Tidak akan membahayakan jiwa pasien

Negatif :

 Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang


dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah)

- Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter

Positif :

 Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi pada


pasien
 Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan yang
dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan melalui
perintah dokter lewat telepon
 Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau
ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter
 Mempercepat memulihkan kondisi pasien

Negatif :

 Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi
masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat tertunda
 Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter
- Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien

Positif :

 Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski itu


melalui telepon

Negatif :

 Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum dilakukan
perawat pada pasien tersebut
 Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

- Menunggu kedatangan dokter

Positif :

 Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat


 Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan untuk
mengatasi hipotensi yang dialami pasien

Negatif :

 Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang, maka
kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera ditangani
 Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien tidak
tertolong) jika masih menunggu dokter

- Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter

Positif :

 Pasien tertangani dengan baik


 Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi yang
terjadi pada pasien
Negatif :

 Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi tanpa


menunggu dokter
 Perawat tidak menghargai wewenang dokter
 Perawat melanggar undang-undang

5. Keputusan
Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu dengan
pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), lalu pasien
diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah
misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar.
Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera
menghubungi (menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga perawat tersebut
dapat segera menerima perintah dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan
atau penanganan yang lain.

2.6 Fungsi dan Manfaat Berpikir Kritis dalam Keperawatan

FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN:

1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari – hari.


2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam keperawatan.
3) Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing indkasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5) menganalisis argumentasi dan isu – isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6) Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7) Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.
10) Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran,
keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan.
11) Memberikan alasan – alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
12) Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam keperawatan.
13) Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, dan aktivitas nilai – nilai keputusan.
14) Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

MANFAAT BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN:

1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.


2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13) Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berfikir Kritis atau Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna
mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada
hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Untuk berpikir kritis dalam
keperawatan melalui beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa
keperawatan, penerapan proses keperawatan serta pengkajian,sehingga berpikir
kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawat.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu berpikir


kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada tugas dan peran
perawat itu sendiri. Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam
keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar
dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah
keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga
saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak
merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Potter&Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Volume 1 edisi 4.Jakarta: EGC

http://syafirayanuari10.blogspot.co.id/2013/10/berfikir-kritis-dalam-
keperawatan.html diakses tanggal 25 Januari 2018 jam 10.33

Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses


Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

http://myblogrosalindamuklis.blogspot.co.id/2016/02/berpikir-kritis-dalam-
keperawatan.html diakses tanggal 30 Januari 2018 jam 23.57

Anda mungkin juga menyukai