SISTEM URINARIA
Kelas F
Nama Kelompok:
1. ANITA FITRI
2. DIOZAH K.R
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa saja organ dari sistem urinaria ?
2. Bagaimana struktur histologis dari organ tersebut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui organ pada sistem urinaria
2. Untuk mengetahui struktur histologis dari organ tersebut
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ginjal
Setiap ginjal memiliki sisi cekung, yakni hilus tempat masuknya saraf, masuk dan keluarnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe serta keluarnya ureter dan memiliki sisi lateral yang cembung.
Ginjal dibagi menjadi korteks dan medula. Pada manusia, medula nya terdiri dari 10-18 struktur
piramid (piramid medula). Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang
paralel, yakni berkas medula, yg menyusup ke dalam korteks.
Setiap ginjal memiliki 1-4 juta nefron. Setiap nefron memiliki : korpus renalis, tubulus kontortus
proksimal, segmen tipis dan tebal ansa (lengkung) Henle, tubulus kontortus distal dan tubulus
dan duktus koligentes. Setiap korpuskel renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri dari
seberkas kapiler, yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang
disebut kapsula Bowman. Kapsula Bowman terdiri dari lapisan parietal dan lapisan viseral.
Diantara keduanya terdapat ruang urinarius, yang menampung cairan yang difiltrasi melalui kapiler
dan dinding viseral. Setiap korpuskel renalis memiliki 2 kutub, yakni kutub vaskuler (tempat
masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen) serta kutub urinarius (tempat tubulus
kontortus proksimal berasal).
4
Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina basalis
dan selapis tipis serat retikulin. Epitelial ini berubah pada kutub urinarius menjadi epitel selapis
kuboid atau silindris rendah (ciri tubulus proksimal). Lapisan viseral termodifikasi. Sel-sel lap
viseral dinamakan podosit dan memiliki badan sel yg menjulurkan cabang pertama (prosesus
primer). Tiap prosesus primer bercabang mnjd prosesus sekunder (pedikel) yang memeluk
glomerulus.
5
P : Pedikel
BL : Basal Laminae
E : Endothelium
Arrowhead : fenestra
“celah filtrasi” lebarnya ± 25 nm.
Di antara sel-sel endotel kapiler glomerulus dan podosit terdapat membran basal yg tebalnya 0,1
µm.
Lapisan ini merupakan sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius.
Membran basal ini terbentuk dari penyatuan lamina basal kapiler dan podosit. Membran basal ini
terdiri dari lapisan tengah padat-elektron (lamina densa) dan pada masing-masing sisi terdapat
lapisan elektron yang lebih lusen (lamina rara).
Partikel yang berdiameter > 10 nm tidak mudah melintasi lamina basal dan protein bermuatan
negatif dengan berat molekul (BM) yang lebih besar dari BM albumin (69.000) sangat jarang
melintasi. Filtrasi glomerulus dibentuk sebagai respon atas tekanan hidrostatik darah (45 mmHg)
terhadap tekanan osmotik koloid plasma (20 mmHg) dan tekanan hidrostatik cairan dalam rongga
6
urinarius (10 mmHg). Komposisi filtrat sama seperti dengan plasma namun hampir tidak ada
protein karena makromolekul tidak mudah melewati saringan glomerulus.
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang melekat pada
dindingnya.
Fungsi sel mesangial yakni :
1. Bersifat kontraktil dan memiliki reseptor angiotensin II, bila teraktivasi maka
aliran glomerulus akan berkurang
2. Terdapat reseptor ANP yang merupakan vasodilator dan merelaksasi sel-sel
mesangial yang menambahkan aliran darah
3. Sel-sel mesangial menambah tunjangan struktural pada glomerulus
4. Mensintesis matriks ekstrasel
5. Mengendositosis dan membuang debris yang terperangkap di membran basal 6.
Penghasil mediator kimia : IL-1, PDGF dan PGE₂
7
Sitoplasma apikal sel-sel ini memiliki banyak kanalikuli di antara pangkal mikrovili yang
meningkatkan kemampuan sel-sel tubulus proksimal untuk menyerap makromolekul (dengan
vesikel pinositotik) yang telah melalui saringan glomerulus. Vesikel ini akan menyatu dengan
lisosom sehingga makromolekul akan terdegradasi dan monomer kembali ke sirkulasi. Terdapat
juga pompa natrium. Tubulus proksimal mengabsorpsi seluruh glukosa, asam amino dan lebih
kurang 85% natrium klorida dan air dari filtrat.
Selain mengabsorpsi, tubulus proksimal mensekresi kreatinin dan substansi asing bagi organisme
seperti asam para aminohippurat dan penisilin ke dalam filtrat.
C. Ansa Henle
Ansa (lengkung) Henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal desendens,
segmen tipis desendens, segmen tipis asendens dan segmen tebal asendens. Segmen tebal desendens
secara histologi sama seperti tubulus proksimal. Segmen tebal asendens secara histologi sama
8
seperti tubulus distal. Di bagian luar medula, segmen tebal desendens (d= 60 µm) tiba-tiba
menyempit (d=12µm) dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumennya lebih lebar karena
terdiri dari epitel selapis gepeng.
1/7 dari semua nefron adalah nefron jukstamedular (terletak di perbatasan korteks dan medula).
Nefron lainnya adalah nefron kortikal. Semua nefron berfungsi untuk filtrasi, absorpsi dan sekresi.
Namun nefron jukstamedular terutama penting untuk mempertahankan gradien hipertonik dalam
interstisium medula yaitu dasar kemampuan ginjal dalam menghasilkan urin hipertonik.
Ansa Henle menciptakan gradien hipertonik di dalam interstisium medula yang mempengaruhi
konsentrasi urin sangat mengalir ke duktus koligentes. Proses ini didasari transpor aktif natrium
klorida dari tubulus utk membentuk gradien hipertonik dlm interstisium medula yang dibutuhkan
untuk pemekatan urin.
9
D. Tubulus Kontortus Distal
Segmen tebal asendens ansa Henle menerobos korteks dan menjadi berkelok-kelok dan dinamakan
tubulus kontortus distal. Seperti segmen asendens, tubulus ini dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Walaupun keduanya terdapat di korteks, namun tubulus distal tidak memiliki brush border, tidak
ada kanalikuli apikal dan ukuran sel yang lebih kecil. Tubulus distal mengadakan kontak dengan
kutub vaskular di daerah korpuskel ginjal. Pada daerah ini, epitel tubulus distal termodifikasi
menjadi nampak lebih gelap karena intinya rapat dinamakan makula densa.
Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan
menghasilkan sinyal molekul yang berakibat pengeluaran renin ke dlm sirkulasi. Di dlm tubulus ini
terjadi pertukaran ion jika aldosteron dalam jlmh cukup. Natrium akan di reabsorpsi dan kalium
disekresi. Tubulus distal juga menyekresikan ion hidrogen dan ammonium ke urin tubulus.
10
Aparat Jukstaglomerular
Dekat korpuskel ginjal, tunika media arteriol aferen memiliki sel-sel otot polos yang termodifikasi.
Sel-sel ini dinamakan sel jukstaglomerulus dan sitoplasmanya memiliki banyak granula
sekretoris. Makula densa tubulus distal dekat dengan arteriola aferen yang mengandung sel
jukstaglomerulus, keduanya membentuk aparat jukstaglomerulus. Bagian lain dari aparat
jukstaglomerulus adalah sel mesangial ekstraglomerulus atau sel lacis. Sel jukstaglomerular
menghasilkan renin yang mengkonversi angiotensinogen menjadi angiotensin I.
11
E. Sirkulasi Darah
Ureter
a. Mukosa : epitel transisional; terdiri dari beberapa lapis sel, kebanyakan kuboid atau
bulat menonjol
b. Lamina propria : jaringan ikat fibroelastik
c. Muskularis :
1. Lapisan longitudinal interna
2. Lapisan sirkular
3. Lapisan longitudinal eksterna
12
d. Adventisia : terdiri dari jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa (fascia
subserosa)
AT : adipose tissue
BV : Blood Vessels
Adv : adventitia
Muc : mucosa
Mus : muscular
Ser : Serous
Vesika Urinaria
1. Mukosa : epitel transisional
2. Lamina propria : jar ikat fibroelastika
3. Muskularis : lap ini tebal, tersusun berlapis-lapis dg arah yg berlawanan
4. Adventisia
13
U : ureter
SM(l) : longitudinale smooth muscle
M : muscularis
A : artery
V : vein
BV : Blood vessels
CT : connective tissue
Ep : epithelial
Ep : epitel transisional
CT : connective tissue
V : vein
Jika vesika urinaria penuh, maka epitel akan
lebih nampak gepeng (terdistensi).
Uretra (pria)
a. Terdiri dari atas 4 bagian : pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa dan pars
pendulosa.
b. Pars prostatika bagian awal urethra melalui prostat yang terletak sangat dekat
dengan kandung kemih dan duktus (ejakulatorius) yang mengangkut sekret prostat
bermuara ke dalam urethra pars prostatika. Dilapisi epitel transisional.
14
c. Pars membranosa panjangnya hanya 1 cm dan dilapisi oleh epitel berlapis atau
bertingkat silindris. Di sekeliling urethra bagian ini terdapat sfingter otot rangka, yakni
sfingter urethra eksterna. Sfingter ini menambah tekanan penutupan oleh sfingter
urethra involunter (dibentuk oleh lanjutan muskular longitudinalis interna di kandung
kemih).
d. Pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen urethra akan
terus melebar ke arah distal, membentuk fossa navikulare. Epitel di daerah ini adalah
epitel bertingkat dan silindris.
e. Terdapat kelenjar Littre yang merupakan kelenjar mukosa yang dapat dijumpai di
sepanjang urethra namun kebanyakan berada di pars pendulosa. Bagian sekresi dari
beberapa kelenjar ini langsung terhubung dengan lapisan epitel urethra; sebagian
kelenjar lainnya memiliki duktus ekskretorius.
Urethra (wanita)
1. Merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang dilapisi dengan epitel gepeng
berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian tengah urethra
dikelilingi sfingter lurik volunter eksterna.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16