Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI KULIT


1. Struktur Anatomi Kulit
Integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan
turunannya termasuk kuku, rambut, dan kelenjar. Kulit adalah lapisan
jaringan yang terdapat pada bagian luar yang mnutupi dan melindungi
permukaan tubuh. Kulit berhubungan dengan selaput lendir yang
melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar
keringat dan kelenjar mukosa. Kulit di sebut juga integumen atau kutis,
tumbuh dari 2 macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan
lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan
lapisan dermis (kulit dalam).
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara
halus, berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba. Kulit
merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung tubuh terhadap
bahaya bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme, dan menjaga
keseimbangan tubuh dengan lingkungan. Kulit merupakan indikator
untuk memperoleh kesan umum, dengan melihat perubahan yang terjadi
pada kulit misalnya pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan. Suhu
kulit meningkat dengan adananya kelainan pada kulit atau gangguan
psikis (misalnya stress, ketakutan atau marah) yang menyebabkan
perubahan pada kulit. Perubahan struktur kulit menentukan usia sudah
lanjut atau masih muda. Wanita atau pria dibedakan dengan penampilan
kulit. Warna kulit juga ditentukan oleh ras atau suku bangsa, misalnya
kulit hitam Negro, kulit kuning Mongolia, kulit putih Eropa,dll.
Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai ketebalan yang
sangat bervariasi. Bagian yang sangat tipis terdapat di sekitar mata dan
yang paling tebal pada telapak kaki dan telapak tangan yang mempunyai
ciri khas (dermatoglipic pattern) yang berbeda pada seriap orang yaitu
berupa garis lengkung dan berbelok-belok, hal ini berguna untuk
mengidentifikasi seseorang.
Dua sel yang ditemukan dalam epitel kulit:
1. Sel Utama (terang), merupakan sel serosa yang menempati bagian
tengah sel. Sitoplasmanya mengandung bentuk lemak dan granula
pigmen. Sel ini mengeluarkan getah encer mengandung bahan
pelarut.
2. Sel Musigen (gelap), bertebaran di antara sel-sel serosa yang
mempunyai retikulum endoplasma granular dan granula sekretori
basofil, menghasilkan glikoprotein mukoid. Kontraksi sel ini
membantu pengosongan getah kelenjar dan berfungsi sebagai
bangun penyangga menahan perubahan tekanan osmotik yang
memungkinkan bahaya pada keutuhan susunan kanali kulit intersel.

2. Lapisan Kulit
Kulit dapat dibedakan menjadi 2 lapisan utama yaitu kulit ari
(epidermis) dan kulit jangat (dermis/subkutis). Kedua lapisan ini
berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantaraan
jaringan ikat bawah kulit (hipodermis/subkutis). Dermis atau kulit
mempunyai alat tambahan atau pelengkap kulit yang terjdiri dari rambut
dan kuku.
a. Epidermis
Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari
lapisan epitel gepeng unsur utamanya adalah sel-sel tanduk
(keratinosid) dan sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus
karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis
terus,lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur.
Epidermis tersusun oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat
kolagen dan sedikit serat elastis. Kulit ari (epidermis) terdiri dari
beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa tingkat
pembelahan sel secara motosis. Lapisan permukaan dianggap
sebagai akhir keaktifan sel kapisan tersebut, terdiri dari 5 lapis yaitu:
1. Stratum korneum: terdiri dari banyak lapisan sel tanduk
(keratinasi), gepeng, kering dan tidak berinti. Sitoplasma diisi
dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin gepeng
seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas
digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin
lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras.
Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya
penguapan air, elastisnya kecil dan sangat efektif untuk
pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
2. Stratum Lucidum: terdiri dari beberapa lapis sel yang sangat
gepeng dan bening. Sulit melihat membran yang membatasi sel-
sel itu sehingga laisannya secara keseluruhan tampak seperti
kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan daerah tubuh yang
berkulit tebal.
3. Stratum Granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang
agak gepeng, inti di tengah, dan sitoplasma berisi butiran
granula keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin.
Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman,dan
bahan kimia ke dalam tubuh.
4. Stratum Spinosum: terdiri dari banyak lapisan sel berbentuk
kubus dan poligonal, inti terdapat ditengah dan stoplasmanya
berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom
(jembatan sel) seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat itu
sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan
ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, sehingga
harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersetuhan
atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal
telapak kaki.
5. Stratum Malfighi: unsur-unsur lapis taju yang mempunyai
susunan kimia yang khas, inti bagian basal lapis taju
mengandung kolesterol dan asam-asam amino. Stratum Malfighi
lapisan terdalam dari epidermis berbatasan dengan dermis
dibawah, terdiri dari selapis sel berbentuk kubus (batang).
Desmosom banyak sekali pada membran sel merupakan sel
induk epidermis. Sel ini aktif bermitosis terus samapai individu
meninggal. Sebanding dengan terkelupasnya sel pada Stratum
Korneum, sel induk inipun menggantinya dengan yang baru dari
bawah. Sejak terbentuk sampai terkelupas umur sel 15-30 hari.

Gabungan stratum malfighi dan stratum spinosum disebut stratum


germinatifum. Gabungan ini terletak bergelombang karena lapisan
dermis di bawahnya membentuk tonjolan yang disebut papila. Batas
germinatifum dengan dermis di bawahnya berupa lapisan tipis
jaringan pengikat yang disebut lamina basalis. Pada startum
malfighi, diantara sel epidermis terdapat melanosit yaitu sel yang
berisi pigmen melanin yang berwarna coklat dan sedikit kuning.
Pada orang berkulit hitam, melanosit menerobos sampai ke dermis,
melanosit ini mempunyai tonjolan banyak, panjang, dan halus
menyelusup diantara sel – sel epidermis stratum germinatifum.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri, karena
kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah dermis
memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melamin
memberikan bayangan coklat. Melanin terletak didalam lapisan basal
dan bagian bawah taju melanosit bertebaran diantara keratinosit lapis
basal, lapis taju, dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis.
Perbedaan warna kulit disebabkan oleh perbedaan jumlah dan
ukuran melanosom didalam keratinosit. Pigmentasi kulit bergantung
pada beberapa pengaruh termasuk faktor keturunan, hormon, dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi ukuran satuan melanin
epidermis, hormon pemacu melanosit MSH (Melanosit Stimulating
Hormone) merangsang perpindahan melanosom kedalam cabang –
cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan
seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit,
meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam
keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
Sel langerhans adalah sel yang berbentuk bintang dengan banyak
bintang mirip dendrit terutama ada pada lapisan taju epidermis. Sel
ini tampak seperti sel bening,sitoplasmanya mengandung inklusi
(suatu sel yang terpendam dalam sel) mirip batang, disebut dengan
birbeck. Sel ini juga terdapat dalam epitel mukosa mulut, esofagus,
vagina, di dalam folikel rambut, sebasea, kelenjar timus, dan
limfonodus.
Sel merkel bertebaran di dalam epidermis terlihat di dekat stratum
germinativum dan berhubungan dengan ujung – ujung saraf
intraepitel. Bentuk intinya tidak teratur sitoplasma mengandung
bekas longgar tonofilamen (filamen halus pada sel) mengandung
granulasi kecil dan padat. Sel merker terletak pada keratinosit,
disekitarnya banyak desmosom, fungsinya sebagai reseptor
mekanisme karena sifat granulannya.
b. Dermis
Batas dermis atau kulit jangat yang pasti sukar ditentukan karena
menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis). Kulit jangat bersifat
ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi bagian yang lebih
dalam. Kulit jangat terdiri dari serat – serat kolagen, serabut –
serabut elastis, dan serabut – serabut retikulin. Serat – serat ini
bersama pembuluh darah dan pembuluh getah bening membentuk
anyaman – anyaman yang memberikan perdarahan untuk kulit.
Lapisan dermis terdiri dari:
1. Lapisan papila, lapisan ini mengandung lapisan pengikat
longgar yang membentuk lapisan bunga karang disebut lapisan
stratum spongeosum. Lapisan papila terdiri dari serat kolagen
halus, alastin, dan retikulin yang tersusun membentuk jaring
halus terdapat dibawah epidermis. Lapisan ini memegang
peranan penting dalam peremajaan dan penggandaan unsur –
unsur kulit.
2. Lapisan reptikulosa, mengandung jaringan pengikat rapat dan
serat kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun
bergelombang, sedikit serat retikulin, dan banyak serat elastin.
Bahan dasar dermis merupakan bahan matri amorf yang
membenam pada serat kolagen, elastin, dan turunan kulit.
Glikosaminoglikans utama kulit adalah asam hialuronat,
dermatan sulfat dengan perbandingan yang beragam di berbagai
tempat, bahan dasar ini sangat hidrofilik. Dalam lapisan ini
ditemukan sel – sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah,
pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut. Unsur
utama sel dermis adalah fibroblas dan makrofag, juga terdapat
sel lemak yang berkelompok. Disamping itu juga sel jaringan
ikat bercabang, berpigmen pada lingkungan epidermis yang
banyak mengandung pigmen (misalnya areola mamae dan
disekitar anus).
c. Hipodermis
Pada lapisan adiposa terdapat susunan lapisan subkutan yang
menentukan lapisan kulit diatasnya. Bila terdapat lobulus lemak
yang merata di hipodermis membentuk bantalan lemak yang disebut
panikulus adiposus. Pada kelopak mata, penis, dan skrotum lapisan
subkutan tidak mengandung lemak. Dalam lapisan hipodermis
terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, anyaman saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit dibawah dermis.

3. Sirkulasi Pada Kulit


Jumlah panas yang hilang dari tubuh pada batas yang luas diatur
oleh perubahan jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Darah dapat
mengalir malalui anastomosis, kapiler subderma, dan pleksus vena dan
reservoar (rongga penyimpanan) darah. Kulit merupakan tempat reaksi
pembuluh darah:
1. Reaksi putih: bila ujung suatu objek ditekan pada permukaan kulit
maka perlahan – lahan pada titik tekan terlihat pucat (reaksi putih).
Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler dan
darah akan terlihat kembali sekitar 15 detik.
2. Tripel respon: bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang
runcing. Makan pada sebagian reaksi putih terdapat kemerahan
ditempat tersebut yang diikuti oleh pmbekakan dan bintik kemerahan
di sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler terhadap tekanan.
Pembengkakan lokal disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
kapiler dan venolus. Kemerahan disebabkan oleh dilatasi arteriola.
Sedangkan denervasi disebabkan oleh hambatan saraf yang
menimbulkan rasa nyeri.
3. Hiperemia aktif: kelainan jumlah darah dalam suatu daerah yang
dihidupkan kembali setelah periode penyembuhan atau tekanan.
Respon pembuluh darah yang terjadi pada organ dalam kulit, darah
mengalir dalam pembuluh darah yang melebar sehingga membuat
kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia yang
dipengaruhi oleh zat kimia.

Kecepatan aliran darah melalui kulit berubah – ubah karena


diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. Sebagai reaksi terhadap
kecepatan kegiatan metabolisme tubuh dan suhu disekitarnya. Pengaturan
aliran darah melalui kulit adalah untuk mengatur suhu tubuh. Aliran
darah melalui kulit diatur oleh mekanisme saraf, bukan oleh pengaturan
setempat. Pusat pengaturan suhu di hipotalamus anterior merupakan
pusat saraf yang dapat mengatur suhu tubuh.
a. Mekanisme Vasokontriksi
Kulit diseluruh tubuh dipersarafi oleh serabut vasokonstriktor
simpatis yang menyekresikan norepinefrin pada ujung – ujungnya.
Pada suhu tubuh normal, faktor simpatis mempertahankan
anasteomosis ini hampir tertutup, tetapi bila tubuh dipanasi secara
berlebihan jumlah impuls simpatis sangat berkurang sehingga
anastomosis tersebut berdilatasi dan sejumlah besar darah hangat
mengalir dalam fleksus venosus, dengan demikian meningkatkan
pengeluaran panas. Pengaturan vasokonstriktor terhadap pembuluh
darah nutritif masih dapat menyebabkan perubahan besar dalam
aliran darah. Bila tubuh dipanaskan secara berlebihan impuls
vasokonstriktor berhenti dan aliran darah ke pembuluh darah kulit
meningkat dua kali lipat.
b. Mekanisme Vasodilatasi
Bila suhu berlebihan dan keringat mulai keluar, aliran darah kulit
lengan bawah dan batang tubuh bertambah 3x lipat karena
vasodilatasi aktif. Serabut simpatis yang menyekresi asetilkolin
meangaktifkan kelenjar keringat, menyebabkan vasodilatasi
sekunder, menyebabkan kelenjar ini melepaskan enzim kalektrin
yang sebaliknya memecah polipeptida bradikinin dari globulin
didalam cairan interstisial. Bila benda dingin ditempelkan langsung
pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi sampai suhu 15
derajat celsius. Saat titik mencapai derajat kontriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatasi ini disebabkan oleh fek
langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri.

4. Kelenjar – Kelenjar Kulit


Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
kelenjar mamae.
a. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea berhubungan dengan folikel rambut yang
bermuara dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar ini tidak
berhubungan dengan folikel rambut tetapi saluran bermuara
langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis,
labium minus, dan kelenjar tarsalia pada kelopak mata. Kelenjar ini
tidak terdapat pada kulittelapak tangan dan kaki dan terletak di
dalam dermis.
Setiap kelenjar berkapsul jaringan ikat tipis berupa kelenjar
alveolar yang membuat lipid. Kebanyakan kelenjar alveolus
bermuara ke dalam sebuah saluran keluarga pendek dan lebar,
tercurah ke dalam leher folikel rambut. Setiap alveolus terisi penuh
dengan epitel berlapis terletak diatas membran basal tipis yang
permukaan dalamnya ditempati oleh sederetan sel kubis kecil yang
berhubungan dengan sel - sel basal epidermis pada leher folikel
rambut.
Sel - sel ini meningkatkan jumlah retikulum endoplasma dan
sitoplasmanya dipenuhi dengan bintik - bintik lemak yang
mengandung kolesterol, fosfolipid dan trigliserida. Intinya berangsur
mengerut dan hilang. Selnya pecah menjadi masa berlemak dan
serpihan sel merupakan getah berminyak (sebum). Pengeluaran
getahnya dibantu oleh kontraksi otot penegak rambut dan tekanan
menyeluruh akibat pembesaran sel - sel ditengah alveolus.
Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea terutama selama
pubertas di bawah kontrol hormon. Sekresi sebum terjadi terus
menerus yang manfaatnya untuk pemeliharaan kesehatan kulit.
b. Kelenjar Keringat
Kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat pada seluruh
kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan gendang
telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki. Bagian sekretori terletak di dalam dermis atau
hipodermis bergabung membentuk massa tersendiri. Duktusnya
keluar menuju epidermis, berjalan berkelok - kelok menyatu dengan
epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit.
Tempat bermuaranya disebut pori keringat.
Terdapat 2 macam kelenjar keringat:
1. Kelenjar keringat ekrin: tersebar di seluruh kulit kecuali kulup
penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki,
dan dahi. Badan kelenjar terdapat antara perbatasan kulit ari dan
kulit jangat. Saluran berbelok - belok keluar berada pada lapisan
jangan, berjalan lurus ke lapisan epidermis, dan bermuara pada
permukaan kulit pada pori - pori keringat.
2. Kelenjar keringat apokrin: kelenjar keringat yang besar hanya
dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat
kelamin, dan dubur. Kelenjar ini terletak lebih dalam, saluran
keluarnya berbelok - belok, kemudian lurus menuju epidermis,
dan bermuara pada folikel rambut.

Secara fungsional kelenjar keringat berperan dalam pengaturan


suhu tubuh dengan membuat lapisan lembap di permukaan untuk
pendinginan dengan penguapan. Kelenjar ini juga peka terhadap
stres kejiwaan terutama kelenjar yang terdapat pada telapak tangan
dan telapak kaki. Kelenjar keringat besar yang terdapat pada ketiak,
areola mamae, labium mayuh, dan sekitar anus mengahasilkan sekret
lebih kental daripada kelenjar keringat kecil.
c. Kelenjar Mamae
Di sekitar papila mamae terdapat areola mamae yang mengandung
kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola mamae) untuk
melindungi dan melicinkan puting susu pada waktu bayi mengisap.
Pada daerah subkutan terdapat lobus - lobus yang berhubungan satu
sama lain oleh jaringan areolar, pembuluh darah, dan duktus
laktiferus.
Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, alveoli nampak
kecil dan padat berisi sel - sel granular. Pada waktu hamil, alveoli
akan membesar dan sel - sel pada pusat alveoli mengalami
degenerasi lemak dan menghasilkan kolostrum. Hormon estrogen
memperbanyak alveoli dan hormon prolaktin yang di hasilkan
kelenjar hipofise merangsang pengeluaran kolostrum.

5. Pembuluh Darah
Suplai darah untuk kulit berasal dari pembuluh dasar besar di
dalam lapisan bawah kulit yang bercabang ke arah permukaan kulit.
Sejumlah pembuluh membentuk jala pada tempat pertemuan antara
dermis dan hipodermis. Dari jala - jala ini, cabang - cabang meperdarahi
jaringan subkutis termasuk kelenjar keringat dan folikel rambut.
Dari jala - jala terkecil menuju papila, tempat percabangan kapiler,
membentuk jaringan kapiler dan memperdarahi papila, kelenjar sebasea,
dan bagian tengah folikel rambut. Vena - vena penghimpun darah dari
daerah subpapilar membentuk jala - jala tepat di bawah kulit. Jala - jala
ini berhubungan dengan jala - jala kedua yang sedikit lebih dalam. Lewat
jala kedua darah mengalir dalam jala ketiga pada tepat pertemuan dermis
dan hipodermis. Ke dalam jala ketiga bermuara hampir seluruh vena dari
lobulus lemak dan kelenjar keringat. Dari jala - jala ketiga vena berjalan
ke jala - jala yang lebih dalam yang terdiri dari vena besar dalam jaringan
subkutis dan bermuara ke dalam vena besar bersama arteri pada dermis
yang paling dalam.
Pembuluh limfe mulai di dalam papila sebagai celah yang dibatasi
endotel dengan jala - jala kapiler limfe di dalam lapisan papilar. Jala -
jala ini bergabung dengan jala - jala kapiler limfe yang lebih besar di
dalam jaringan subkutis yang juga merupakan tempat muara cairan limfe
dari jala - jala yang halus di sekitar kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
dan folikel rambut.

6. Saraf Kulit
Kulit dan kelengkapannya menerima rangsangan dari
lingkungannya karena dilengkapi banyak saraf sensorik. Di dalam
jaringan subkutis terdapat berkas besar serat saraf yang cabang -
cabangnya menuju beberapa pleksus di dalam daerah retikular papilar
dan subepitel. Di dalam semua lapisan kulit dan hipodermis terdapat
banyak badan akhir sel saraf. Folikel rambut dipersarafi secara terpisah
dari ujung - ujung bebas saraf sensoris tidak bermielin yang terdapat di
dalam/dekat epidermis. Selain serat saraf sensorik terdapat saraf eferen
simpatis yang mempersarafi pembuluh darah, otot penegak rambut, dan
sel sekretorik akelenjar keringat.
7. Pelengkap Kulit
a. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung
pembungkus permukaan dorsal falang jari tangan dan jari kaki.
Strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis. Pertumbuhan
kuku terjadi sepanjang garis datar lengkung dan sedikit miring
terhadap permukaan pada bagian proksimalnya.
Kuku berproliferasi membentuk matrik kuku. Epidermis yang tepat
di bawah menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas,
diapit oleh lipatan kulit dinding kuku. Di sini terdapat kelenjar
keringat dan folikel. Sel - selnya banyak mengandung fibril.
Sitoplasma hilang pada tahap akhir setelah sel menjadi homogen
(berstruktur sama), menjadi zat tanduk dan menyatu dengan lempeng
kuku. Tidak pernah dijumpai granular keratohialin di dalam sel matrik
dan keratin kuku. Pada lapisan dalam matrik kuku mengandung
melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen pada rasa kulit
hitam.
Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan
tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan
kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku.
Sel - sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan
lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula.
Dengan bertambahnya sel - sel baru dalam akar kuku menghasilkan
geseran lambat lempeng kuku di atas dasar kuku. Laju pertumbuhan
kuku rata - rata 0,5 mm per minggu. Pertumbuhan ini lebih pesat pada
jari tangan daripada jari kaki dan bila lempeng kuku dicabut paksa,
asalkan matriksnya tidak rusak, kuku akan tumbuh kembali.
b. Rambut
Rambut berupa benang keratin elastis yang berkembang dari
epidermis dan tersebar di sekujur tubuh kecuali telapak kaki, telapak
tangan, permukaan dorsal dalang distal, sekitar lubung dubur, dan
urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akar
yang tertanam di dalam kulit. Akar rambut dibungkus oleh folikel
rambut yang berbentuk tabung terdiri dari bagian berasal dari
epidermis (epitel) dan bagian berasal dari dermis (jaringan ikat). Pada
ujung bawah folikel menggembung membentuk bulbus rambut,
beberapa kelenjar sebasea, dan seberkas otot polos (erektor pilihan).
Kontraksi otot ini menyebabkan tegaknya rambut.
Strukutur rambut:
1 Medula: bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis
sel kubis mengerut satu sama lain, dipisahkan oleh ruang berisi
udara. Buku jalur pendek jenis bulu roma, sebagian rambut kepala,
dan rambut pirang tidak mempunyai medula. Sel - sel nya sering
mengandung pigmen dan keratin. Sel - sel medula termasuk keratin
lunak.
2 Korteks: bagian utama rambut beberapa lapis sel gepeng, panjang
berbentuk, gelondong membentuk keratin keras. Fibril keratin
tersusun sejajar dan granular pigmen terdapat di dalam dan di
antara sel - selnya. Rambut hitam mengandung pigmen. Oksidasi
udara yang terkumpul di dalam ruang antara sel korteks mengubah
warna rambut.
3 Kutikula: terdapat pada permulaan selapis sel tipis jernih, yaitu
kutikula tidak berinti kecuali yang terdapat pada akar rambut. Sel -
selnya tersusun seperti genting dengan ujung menghadap ke atas.
Penampang melintang rambut beragam sesuai dengan ras.

Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung


jaringan ikat bagian luar (sarung akar dermis) yang berasal dari dermis
dan sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Sarung
akar asal dermis:
1 Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan
memanjang sesuai dengan lapisan retikular dermis.
2 Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papila dermis.
Lapisan ini padat sel dan mengandung serat jaringan ikat halus
yang tersusun melingkar.
3 Lapisan dalam berupa sabuk homogen sempit yang disebut glassy
membran basal di bawah epidermis.

Sarung akar asal epidermis (epitel) mempunyai lapisan luar yang


menyambung dengan lapis - lapis dalam epidermis yang sesuai
dengan lapis - lapis permukaan yang sudah berkembang. Sarung akar
rambut luar mempunyai selapisn sel poligonal yang menyerupai sel -
sel stratum spinosum epidermis.
Susunan rambut:
1. Batang rambut merupakan bagian rambut yang terdapat di luar
kulit. Bila dibuat potongan sebuah rambut akan terlihat dari
luar ke dalam:
a. Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling
luar terdiri dari sel - sel tanduk yang tersusun seperti sisik
ikan, dapat diketahui bila rambut disasak dengan baik.
b. Kulit rambut: korteks rambut merupakan lapisan kulit
yang paling tebal, terdiri dari lapisan tanduk berbentuk
kumparan tersusun memanjang mengandung butir - butir
mielin.
c. Sumsum rambut (medula): bagian yang paling dalam
dibentuk oleh sel tanduk.
2. Akar rambut, merupakan bagian rambut yang tertanam miring
dalam kulit, terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut).
Akar rambut ini tertanam amat dalam, dapat mencapai lapisan
hipodermis.
a. Kandung rambut adalah tabung yang menyelubungi akar
rambut mulai dari permukaan kulit sampai bagian bawah
umbi rambut. Pada selubung ini terdapat unsur - unsur:
 unsur dari lapisan dermis
 unsur dari lapisan epidermis
b. Papil rambut: bagian bawah folikel rambut berbentuk
lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka, berisi
jaringan ikat tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk
pembuluh kapiler untuk menyuplai nutrisi ke umbi
rambut. Diantara sel - sel papil terdapat sel - sel melanosit
yang menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna
pada kulit yang disebarkan ke dalam korteks dan medula
rambut.
c. Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar
rambut yang melebar, merupakan sel bening yang terus
menerus bertambah banyak berkembang secara mitosis.

2.2 FISIOLOGI KULIT


Jaras reseptor kulit berada di dalam kulit. Jaran viseral berhubungan
dengan persepsi keadaan intern. Pada organ sensorik kulit terdapat 4 jaras,
yaitu rasa raba,tekan, dingin, panas, dan rasa sakit. Kulit mengandung
berbagai ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin
(selaput). Pelebaran saraf terminal dan ujung yang berselubung ditemukan
pada jaringan fibrosa berakhir sekitar folikel rambut.
Pada pemeriksaan histologis, kulit hanya mengandung saraf telanjang
yang berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respons terhadap
rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan
gerakan rambut yang menimbulkan perasaan (raba taktik).
Indra raba terdapat pada kulit di samping itu juga sebagai pelepas panas
yang ada pada tubuh. Kulit mempunyai banyak ujung - ujung saraf rasa raba
yang menerima rangsangan dari luar, diteruskan ke pusat saraf di otak.
1. Modalitas Rasa Kulit
Rasa mekanik, suhu, dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra lain
yang reseptornya tergabung dalam satu atau dua organ tertentu. Masing
- masing modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar
dari seluruh bagian tubuh. Serat aferen tidak membentuk berkas saraf
khusus terapi tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di
pusat dengan demikian moralitas rasa ini tidak membentuk alat indra
tertentu yang khas.
a. Rasa Mekanik
Beberapa modalitas (kualitas) rasa tekan, rasa raba, rasa getar,
dan rasa geli berada di setiap bagian tubuh tertentu. Dengan
menggunakan aestesiometer dapat mengetahui bagian kulit yang
paling peka terhadap rangsangan pada permukaan kulit. Hal ini
merupakan manifestasi adanya reseptor tekan pada kulit di
bawahnya.
1. Ambang diskriminasi spasial (ADS), merupakan kemampuan
untuk membedakan dua titik berdekatan sebagai titik yang
terpisah yaitu ambang diskriminasi spasial suksesif (pengganti)
dan ambang diskriminasi spasial simultan. ADS suksesif lebih
kecil dibandingkan dengan ADS simultan, hal ini disebabkan
ADS suksesif dihantarkan oleh saraf yang sama sedangkan
ADS simultan (bersamaan) dihantarkan oleh dua saraf yang
hubungannya dengan korteks sensoris melalui serat yang
berbeda.
2. Reseptor raba, merupakan pengindra yang kecepatan dan
reseptor akar rambut bila pada punggung tangan di raba akan
timbul rasa raba.
3. Reseptor getar: rangsangan berbentuk gelombang siku yang
kuatnya sama dan beberpa kali lebih kuat dari rangsangan
abang, menghasilkan satu impuls saja da reseptor ini sangat
cepat beradaptasi.
4. Reseptor geli: melalui ujung saraf bebas yang merupakan
ujung saraf pengindra, ambang rangsangan hanya dapat
mengethaui adanya rangsang untuk reseptor. Rangsangan
mekanik ringan bergerak seperti gerakan serangga kecil di
kulit. Gatal ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah
yang berulang pada serabut-serabut saraf kulit dengan
rangsangan lemah yang dihasilkan oleh sesuatu yang bergerak
pada kulit.
b. Rasa Suhu
Kulit mempunyai 2 submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa
panas. Reseptor ini berfungsi mengindra rasa dingin/panas dan
refleks pengaturan suhu tubuh, dengan pengukuran waktu reaksi
dapat dinyatakan kecepatan rasa dingun lebih cepat dibandingkan
kecepatan hantaran rasa panas.
Rasa suhu kulit tetap (statis) bila seseorang berada dalam air
hangat mula-mula akan timul rasa hangat, kemudian rasa hangat
tidak dirasakan lagi dan bila keluar dari air, rasa hangat akan
kembali. Hal ini karena tubuh secara penuh beradaptasi terhadap
suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini hanya terjadi pada suhu
netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan di
atas 36o C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17oC.
Terdapat 3 parameter tertentu, yaitu suhu awal, kecepatan
perubahan suhu, dan luas kulit yang terpapar terhadap rangsangan
suhu. Kecepatan perubahan suhu dan luasnya daerah kulit yang
terpapar berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas atau dingin.
Titik-titik rasa dingin dan panas. Permukaan kulit yang peka
terhadap rasa panas dan dingin berlokasi pada titik-titik tertentu.
Kulit wajah merupakan daerah yang paling peka terhadap rasa suhu
dan kepadatan titik-titik rasa dingin yang paling tinggi.
Sifat reseptor suhu:
1. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan dan
frekuensinya bergantung pada suhu kukit itu sendiri.
2. Pada penurunan/peningkatan suhu akan terjadi perubahan
frekuensi impuls.
3. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
4. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia
terhadap rangsangan suhu di kulit.
5. Mempunyai daerah reseptif yang sempt. Setiap serat eferen
hanya menyarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
c. Rasa Propriosepsi
Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh, disebut juga rasa
dalam. Rasa ini tidak terdapat pada kulit tetapi bagian yang lebih
dalam, misalnya otot, tendo, dan sendi. Impuls berasal dari
kumparan otot berbentuk urat golgi, organ sensorik dalam, dan
sekitar sendi.
Terdapat 3 submodalitas yaitu:
1. Rasa posisi: mengindrai bagian-bagian tubuh dalam ruang atau
posisi ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang
berdekatan.
2. Rasa gerakan: timbulnya menghindari gerak pada setiap sendi
dan beberapa besar perubahan sudut dan kecepatan gerak pada
sendi yang bergerak.
3. Rasa kekuatan: seberapa besar kekuatan atau tahanan yang
dikerahkan untuk gerak otot itu.
d. Rasa Nyeri
Rasa ini berfungsi melindungi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dari jaringan yang terkena. Modalitas rasa nyeri terdiri dari
submodalitas nyeri somatic yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam,
dan nyeri viseral. Zat kimia pada kadarvtertentu dapat
menimbulkan nyeri, misalnya asetilkolin, seratokinin, dan
histamine yang juga menimbulkan rasa gatal. Reseptor nyeri peka
terhadap rangsangan yang kuat sehingga terjadi nyeri visceral yang
disebut kolik. Rasa nyeri terdiri dari:
1. Nyeri proyeksi: nyeri yang timbul bila rangsangan bukan pada
reseptornya tetapi langsung pada serat saraf di salah satu
tempat dalam perjalanan sarafnya.
2. Nyeri alih: rasa nyeri berasal dari alat dalam. Serat saraf yang
terangsang di alat dalam dan serat saraf dari kuliit satu segmen
dengan alat dalam dan bersinaps pada satu neuron yang sama
serta menimbulkan eksitasi (rangsangan) sehingga impuls
diteruskan ke SSP. Rasa nyeri yang timbul diinterpretasikan
datang dari kulit.
3. Hiperalgesia: salah satu bentuk nyeri khusus yang dialami
seseorang yang kulitnya terkena rangsangan nosiseptif.
Misalnya, terik matahari dan luka bakar.
4. Hipoalgesia: menurunnya rasa nyeri (analgesia) akibat
kerusakan saraf atau tindakan analgesia dengan obat atau
tusukan jarum.
5. Nyeri kronis: suatu perubahan pada sistem saraf pusat dalam
pengolahan rasa nyerinya belum diketahui sebabnya. Rasa
nyeri ini sukar diobatai dan timbul karena gangguan sentral
yang prosesnya belum dapat diterangkan.
e. Rasa Gatal
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul
pada kondisi perangsangan tertentu. Rangsangan semakin kuat saat
rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila
rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi maka rasa gatal
yang dialami dapat hilang. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit
permukaan, sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari
kulit.

2. Fungsi Kulit
a. Fungsi Termoregulasi
Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolic dari pergerakan
otot. Panas seperti ini harus dikeluarkan atau suhu tubuh akan naik
di atas batas normal, pada lingkungan suhu dingin panas harus
dipertahankan atau suhu tubuh akan turun di bawah batas normal.
Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui proses
evaporasi air (perubahan molekul air) yang disekresi oleh kelenjar
keringat dan juga melalui proses perspirasi (sekresi keringat), difusi
molekul air melalui kulit. Misalnya:
1. Pada cuaca panas dan lembap, keringat sangat banyak keluar
tetapi tingkat evaporasi sangat rendah sehingga menyebabkan
rasa tidak nyaman.
2. Pengeluaran keringat dikendalikan melalui sistem saraf, yang
merespons pemansan atau pendinginan darah secara
berlebihan.
Retensi panas adalah salah satu fungdi dari kulit dan jaringan
adipose dalam lapisan subkutan. Pembuluh darah berkonstriksi
untuk menurunkan aliran darah ke permukaan kulit dalam upaya
mempertahankan panas tubuh sentral. Dalam pengaturan suhu
tubuh kulit berperan mengeluarkan keringat dan kontraksi otot
dengan pembuluh darah kulit.

b. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
(missal., gesekan, tarikan, gangguan kimiawi) yang dapat
menimbulkan iritasi; gangguan panas (missal., radiasi, sinar
ultraviolet, dan infeksi dari luar [bakteri,jamur]). Melanosit
melindungi kulit dari sinar matahari. Proteksi rangsangan kimia
karena stratum korneum yang impermeable terhadap zat kimia dan
air.terdapat lapisan keasaman pada kulit untuk melindungi kontak
zat kimia dengan kulit
c. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap begitu juga yang
larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbon
dioksida, dan uap air memungkinkan kulit iku mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit memengaruhi
tebal atau tipisnya kulit, hidrasi, kelembapanm dan metabolism.
Penyerapan terjadi melalui celah antar sel. Menembus sel-sel
epidermis, dan saluran kelenjar.
d. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat sisa
metabolisme) dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
ammonia. Lapisan sebum berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebum mengandung minyak untuk melindungi kulit,
menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
e. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis untuk merangsang panas yang diterima oleh dermis dan
subkutis. Sedangkan untuk rangsangan dingin terjadi di dermis.
Perbedaan dirasakan oleh papilla dermis markel renvier yang
terletak pada dermis, sedangkan tekanan dirasakan oleh epidermis
serabut saraf sensorik yang lebih banyak jumlahnya di daerah
erotic.
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosom dibentuk
alat golgi dengan bantuan tiroksinasi yang meningkatkan
metabolism sel, ion Cu, dan oksigen. Sinar matahari memengaruhi
melanosom, pigmen yang tersebar di epidermis melalui tangan-
tangan dendrite, sedangkan lapisan di bawah oleh melanofag.
Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigemen kulit
melainkan juga oleh tebal/tipisnya kulit.
g. Fungsi Keratinasi
Sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Selanjutnya inti sel menghilang dan
keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Keratin memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi melalui mekanisme fisiologis.
h. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Pembentukan vitamin D berlangsung dengan mengubah
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Kebutuhan vitamin D tidak cukup hanya dari psorses tersebut,
pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

2.3 KIMIA, FISIKA, DAN BIOKIMIA TERKAIT SISTEM INTEGUMEN


Pemulihan Luka
Kondisi yang diperlukan untuk penyembuhan luka
a. Faktor sistemik
Faktor ini meliputi status nutrisi dan kesehatan umum yang baik infeksi,
gangguan imunitas, missal diabetes mellitus dan kanker dapat
mengurangi kecepatan penyembuhan luka.
b. Faktor lokal
Faktor lokal yang membantu penyembuhan luka meliputi suplai darah
yang baik untuk memberikan oksigen dan nutrient serta mengeluarkan
prosuk sisa juga bebas dari kontaminasi, missal benda asing atau zat
kimia toksik

 Penyembuhan Primer
Metode penyembuhan ini terjadi setelah perusakan jaringan saat
tepi luka yang rusak tertutup rapat. Terdapat beberapa tahap yang
tumpang tindih dalam proses perbaikan.
a) Inflamasi
Permukaan yang terpotong menjadi terinflamasi dan bekuan darah
serta debris sel mengisi celah diantara permukaan tersebut dalam
beberapa jam. Fagosit dan fibroblast berpindah kebekuan darah :
o Fagosit mulai untuk membuang bekuan dan aktivitas sel debris
dalam menstimulasi fibroblas
o Fibroblas menyekresikan serat-serat kolagen yang nantinya
akan memulai untuk mengikat atau menyatukan kembali
permukaan
b) Proliferasi
Sel epithelium berproliferasi di sepanjang luka melalui bekuan
darah. Epidermis menyatu dan tumbuh ke atas sehingga lapisan kulit
kembali utuh. Bekuan di atas jaringan yang baru menjadi keropeng (
kering) dan berpisah setelah 3-10 hari.
c) Maturasi
Jaringan granulasi diganti oleh jaringan perut fibrosa. Penyusunan
ulang searat kolagen terjadi dan kekuatan luka meningkat.pada saat
pembuluh darah jaringan parut menjadi sedikit, muncul setelah
beberapa bulan sebagai garis halus.

 Penyembuhan sekunder
Metode penyembuhan ini terjadi setelah perusakan sejumblah
besar jaringan atau saat tepi luka tidak dapat menutup rapat. Missal
ulserasi varises dan ulkus dekubitus. Tahap penyembuhan luka sekunder
sama dengan penyembuhan primes dan waktu yang dibutuhkan untuk
penyembuhan bergantung pada penyingkiran penyebab luka yang efektif
serta pada ukuran luka.
a) Inflamasi.
Inflamasi terjadi pada permukaan jaringan yang sehat dan
pemisahan jaringan nekrotik ( pengelupasan luka) dimulai, hal ini
terutama karena kerja fagosit pade eksudat imflamasi.
b) Proliferasi.
Proliferasi dimulai sebagai jaringan granulasi ,terdiri atas kuncup
kapiler, fagosit, dan fibroblast, serta terbentuk di dasar rongga.
Jaringan granulasi tubuh menuju permukaan, mungkin distimulasi
oleh makrofag. Fagosit di dalam suplai darahyang banayk berguna
untuk mencegah infeksi luka dengan menelan bakteri setelah
terpisah dari sel nekrotik.
c) Maturasi.
Maturasi terjadi akibat fibrosis, yakni jaringan perut menggantikan
jaringangranulasi,biasanya setelah beberapa bulan hingga lapisan
kulit kembali utuh.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai