Anda di halaman 1dari 1

DASAR TEORI

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal
ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan asam ditetesi dengan larutan basa atau
sebaliknya, sampai mencapai titik ekivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah
satu larutan (asam atau basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu (asam atau basa) diketahui,
maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan. (Tenzer A dan Setiowati FK, 2016)

Dalam titrasi asam-basa, larutan yang diketahui konsentrasinya ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam larutan yang konsentrasinya belum diketahui dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi
yang belum diketahui tersebut. Titik pada saat reaksi dalam titrasi telah sempurna disebut titik
ekuivalen. (Chang R, 2005)

Untuk mengetahui titik ekivalen dapat digunakan suatu indikator. Indikator itu haruslah berubah
warna di sekitar titik ekivalen. Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna. Oleh karena itu saat perubahan warna indikator, disebut sebagai titik akhir titrasi.
(Tenzer A dan Setiowati FK, 2016)

Larutan baku yang konsentrasinya sudah diketahui biasa ditempatkan dalam buret dan disebut larutan
penitrasi. Konsentrasi larutan penitrasi harus sudah diketahui. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya ditempatkan dalam labu titrasi dan disebut larutan yang dititrasi. Volume larutan yang
akan dititrasi. Volume larutan yang akan dititrasi harus sudah diketahui. Selanjutnya, ke dalam larutan
yang akan dititrasi harus sudah diketahui. Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan
indikator asam-basa. Penempatan larutan dalam buret dan labu titrasi boleh ditukar. Larutan baku
boleh dijadikan larutan penitrasi dan boleh juga dijadikan larutan yang akan dititrasi. (Utami, B dkk,
2009.)

Anda mungkin juga menyukai