Materi
Materi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang menunjang
kualitas pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan berupaya melaksanakan wewenang
dan tanggung jawab berdasarkan standard an etika profesi dengan pertimbangan moral dan
nilai-nilai agama. Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di tegaskan pada undang-undang Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan yaitu pemerintah yang mengatur perencanaan, pengadaan,
penyalahgunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka
penyelengaraan kesehatan. Bidan adalah profesi yang diakui dengan baik secara nasional
maupun internasional. Dalam melaksanakan praktik bidana membutuhkan pedoman yang
komprehensif dan integrative tentang sikap dan prilaku yang harus dimiliki seorang bidan,
pedoman tersebut adalah kode etik bidan. Dan hukum merupakan suatu bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan seorang bidan dalam menjalankan praktik agar memiliki
etika, moral dan norma-norma di dalamnya, hukum berperan sebagai penjaga agar etika dan
moral dapat berjalan dengan baik sehingga bidan dapat terhindar dari pelangaran-pelangaran
dalam menjalankan praktik yang tidak sesuai dengan standar yang telah berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Bagamaina pentingnya landasan hokum dalam menjalankan praktik profesi kebidana
2. Bagamaina peraturan undang-undang yang melandasi
3. Apa sajakah tugas fungsi dan parktik kebidanan
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal dalam praktik kebidanan
2. Mengetahui pentingnya landasan hukum dalam menjalankan praktik profesi kebidanan
3. Mengetahui tugas fungsi dan praktik kebidanan
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
isinya terdiri dari norma dan kaidah tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang
dilarang atau yang diperbilehkan.
Hubungan hukum perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan
adalah “ Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar
hukum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga
kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.
Bidan sebagai suatu tenaga profesional diatur oleh kebijakan dalam suatu Negara. Di
Indonesia, ada beberapa Kebijakan baik itu Undang-Undang hingga SK pemerintah setempat yang
mengatur praktik kebidanan. Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepasa masyarakat;
b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk
maksud profesi yang bersangkutan;
c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah;
d. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesianya dalam
koridor yang telah ditetapkan;
e. Anggota – anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang telah diberikan
f. Memiliki suati organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepasa masyarakat olehanggotanya.
1. Bidan adalah jabatan professional yang memiliki beberapa persayaratan sebagai tenaga
professional antara lain:
3
j. Memiliki standar pelayanan kebidanan
k. Memiliki standar praktek kebidanan
l. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan
m. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
4
Jika bidan memberikan pelayanan diluar kewenangan bisa dikenai sanksi hukum:
5
e. Keyakinan tentang tujuan asuhan : untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi
kesakitan dan kematian). Asuha kebidanan berfokus pada;
1) Pencegahan dan promosi kesehatan yang bersifat holistic, diberikan dengan cara kreatif
dan flexible, supportif, peduli.
2) Bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan.
3) Asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan
perempuan.
f. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan : praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner denganpemahaman holistic terhadap perempuan,
sebagai salah satukesatuan fisik, psikis, emosonal, social, budaya, spiritual yang unik,
merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
g. Keyakinan profesi, Bidan mempunyai pandangan hidupa Pancasila : seorang menganut
filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah
mahkluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan suatu kesatuan jasmani
dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
h. Bidan meyakini bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu
berhak menentukan nasib sendiri, danmendapatkan informasi yang cukup dan untuk
berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat. Untuk itu, maka setiap wanita usia
subur ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
j. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluaraga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.
k. Keluarga-keluarga yang berada dalam suatu wilayah / daerah membentuk masyarakat
kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun dalam suatu kesatuan Bangsa Indonesia.
Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam suatu
lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang teroganisir.
6. Hak & Persetujuannya Untuk Bertindak
a. Hak dan kewajiban pasien antara lain:
1) Hak pasien:
6
a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan perturan yang berlaku di
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
b) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
c) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
d) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya
e) Pasien berhak mendapatnkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan
f) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung
g) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan perutan yang berlaku di rumah sakit
h) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menetukan pendapat kritis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
i) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya.
j) Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
k) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi: penyakit yang diderita, tindakan
kebidanan yang akan dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognosanya, perkiraan biaya
pengobatan.
l) Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukannya oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
m) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya
n) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
o) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
p) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah
sakit
7
q) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
r) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek
2) Kewajiban pasien antara lain:
a) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
b) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya
c) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan dokter, bidan dan perawat.
d) Pasien dan atau penanggungnnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
b. Hak bidan dan Kewajiban Bidan
1) Hak Bidan
a) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
b) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan
c) Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang betentangan dengan
peraturan perundangan, dan kode etik profesi
d) Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien, keluarga maupun profesi lainnya
e) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan
f) Berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai
g) Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai
1) Kewajiban bidan
a) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
8
b) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien
c) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
d) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga
e) Bidan wajib untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya
f) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien
g) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukannya
serta risiko yang mungkin dapat timbul
h) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.
i) Bidan wajib medokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
j) Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal
k) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik
dalam memberikan asuhan kebidanan
7. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Bidan Dalam Praktik Kebidanan
a. Tanggung Jawab Dalam Praktek Kebidanan
1) Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat
a) Setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya
b) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak-hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
9
f) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2) Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a) Setiap bidan senantiasa pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat
b) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau
rujukan.
c) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang didapat atau dipercayakan
kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan
klien.
3) Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
b) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun lainnya
4) Tanggung jawab bidan terhadap profesinya
a) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
b) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan IPTEK.
c) Setiap bidan senantiasa berperans serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
5) Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
a) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan
pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam KIA/KB dan kesehatan keluarga
dan masyarakat
10
b) Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama KIA/KB
dan keluarga
b. Tanggung Gugat Dalam Praktek Kebidanan
Tanggung gugat terjadi karena beberapa hal :
1) Mal episiensi, keputusan yang diambil merugikan pasien
2) Mal praktek/ lalai :
a) Gagal melakukan tugas
b) Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar
c) Melakukan kegiatan yang mencederai klien
d) Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas
3) Mal praktek terjadi karena :
a) Ceroboh
b) Lupa
c) Gagal mengkomunikasikan
8. Standar Praktek Kebidanan
Aspek dalam praktek kebidanan yaitu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan melalui;
1) Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2) Pengembangan ilmu dan teknologi kebidanan
3) Akreditasi, sertifikasi, registrasi, uji kpmpetensi, dan lisensi.
11
C. Tugas Fungsi dan Praktik Bidan
1. Tugas Fungsi
a. Tugas Bidan
Tugas pokok bidan merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh seorang
bidan. Tugas pokok tersebut berkaitan dengan ruang lingkup bidan dalam mengerjakan
tugasnya sehari-hari. Dimana tugas pokok bidan yang dikerjakan mencerminkan
kompetensi yang dimiliki oleh bidan tersebut. Berikut adalah tugas pokok bidan yang
antara lain adalah:
8) Mengupayakan diskusi Audit Maternal Perinatal (AMP) bila ada kematian ibu dan
bayi
Tugas pokok bidan harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab agar terhindar
dari kesalahan dalam melakukan tugas pokok bidan tersebut.
2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka
sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
12
4. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien / keluarga
6. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien /
keluarga
7. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana
8. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause
9. Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan
pelaporan asuhan.
b) Tugas Kolaborasi
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
3. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
5. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
6. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
13
7. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
c) Tugas ketergantungan
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.
6. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain
yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
14
3) Tugas Bidan sebagai Pendidik
2. Fungsi Bidan
a. Fungsi Pelaksana
1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.
15
10) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
11) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan dilingkungan unit kerjanya.
12) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
13) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
14) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
b. Fungsi Pendidik
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
4. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
c. Fungsi Peneliti
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Praktik Kebidanan
Praktik kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya , di dasari etika dank ode etik
bidan. Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan kepada
klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
16
Sesuai dengan UU No 4 tahun 2019 tentang kebidanan ada beberapa pasal yang
mengatur izin dan praktik bidan yaitu sebagai berikut :
Bagian Kesatu
Registrasi
Pasal 21
a. Setiap Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki STR.
b. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil kepada Bidan yang
memenuhi persyaratan.
c. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
1) memiliki ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
4) memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
5) membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Pasal 22
a. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi
persyaratan.
b. Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) memiliki STR lama;
2) memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
4) membuat pernyataan tertulis mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi;
5) telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi; dan
6) memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau
kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 23
17
Konsil harus menerbitkan STR paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak pengajuan
STR diterima.
Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi dan Registrasi ulang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 23 diatur dalam Peraturan Konsil.
Bagian Kedua
Izin Praktik
Pasal 25
a. Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki izin praktik.
b. lzin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPB.
c. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Bidan
menjalankan praktiknya.
d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menerbitkan
SIPB paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak pengajuan SIPB diterima.
e. Untuk mendapatkan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bidan harus memiliki:
1) STR yang masih berlaku; dan
2) tempat praktik.
f. SIPB berlaku apabila:
1) STR masih berlaku; dan
2) Bidan berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPB
Pasal 26
18
2) 2 (dua) Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan selain di Tempat Praktik
Mandiri Bidan.
Pasal 27
a. Setiap Bidan harus menjalankan Praktik Kebidanan di tempat praktik yang sesuai dengan SIPB.
b. Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di tempat praktik yang tidak sesuai dengan SIPB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
1) teguran tertulis;
2) penghentian sementara kegiatan; atau
3) pencabutan izin.
Pasal 29
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin praktik Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 sampai
dengan Pasal 28 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 30
19
c. Ketentuan lebih laniut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnaya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat dan
memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan yang etis, sehingga antara hokum
dan etika juga memiliki keterkaitan. Digunakan sebagai pedomen bagi bidan dalam
menjalankan tugas profesinya. Hukum merupakan peraturan mengikat atau memaksa ,
Merupakan aturan (Perintah arau Larangan) Mengikat atau Memaksa (Harus dipatuhi) Peran
kekuasaan Negara atau penguasa, Melindungi kepentingan, kebebasan anggota masyarakat
yang bertujuan untuk Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas dan Sebagai landasan
untuk standarisasi dan perkembangan profesi.
Hubungan hukum perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga
kesehatan adalah “ Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik
dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini
mempunyai dasar hukum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa
kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban.
Adapun peraturan perundang-undangan tersebut yang melandasi praktik kebidanan di Indonesia
adalah:
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga
Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 Tentang
Registrasi Dan Praktik Bidan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/Sk/III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/149/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktek
Bidan.
21
Tuga Fungsi dan praktik bidan Tugas pokok bidan merupakan tugas utama yang
harus dijalankan oleh seorang bidan. Melaksanakan asuhan kebidanan Anc, Inc, Pnc,BBL,
pelyanan KB, menjalin kemitraan dengan dukun bersalin,(AMP) bila ada kematiaan ibu dan
bayi, mekanisme pencatatan, yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Sesuai dengan fungsi bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Dan Praktik kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang
bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya , di dasari etika dank ode
etik bidan. Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan
kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan UU No 4 tahun
2019 tentang kebidanan ada beberapa pasal yang mengatur izin dan praktik bidan.
B. Saran
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak
pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan kebidanan. Sebagai tenaga
kesehatan hendak nya kita bisa memahami lebih dalam apa yang jadi dasar pada aspek hukum
praktek kebidanan serta kaitan hukum terhadap etika dan moral disini gunanya kita untuk
menindak lanjuti pasien.
22
DAFTRA PUSTAKA
https://moudyamo.wordpress.com/2017/12/10/pentingnya-landasan-hukum-dalam-praktik-
kebidanan/
23