Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu akibat
dari adanya tarik menarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan
terhadap massa air laut di bumi. Meski massa bulan jauh lebih kecil dari massa
matahari, pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada
pengaruh gaya tarik matahari karena jaraknya terhadap bumi yang jauh lebih
dekat.

Gambar 1. Posisi bumi, bulan dan matahari pada saat pasang surut

Pelabuhan sendiri mempunyai pengertian daerah perairan terlindung


terhadap gelombang yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut. Jadi
pelabuhan dibangun pada daerah perairan yang tenang (atau ’sengaja’ dibuat
tenang dengan bangunan pelabuhan, seperti pemecah gelombang). Kondisi
yang paling mendekati adalah di daerah teluk.
Dalam perencanaan pelabuhan ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Faktor faktor ini berpengaruh pada bangunan-nagunan pelabuhan
dan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan. Ada tiga faktor yang harus
diperhitungkan, yaitu angin, pasang surut, dan gelombang.
Pengetahuan tentang pasang surut sangat penting di dalam
perencanaan pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah
(surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan.
Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga dan

1|Page
sebagainya, ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman
alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
Pasang surut terjadi karena adanya gaya tarik benda-benda langit yaitu
matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut
adalah amplitudo total dari variasi muka air tertinggi (puncak air pasang) dan
muka air terendah. Secara garis besar variasi elevasi muka air didefinisikan
sebagai berikut :
1) HWL (High Water Level), yaitu muka air tertinggi yang dicapai pada
saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2) MWL (Mean Water Level), yaitu muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
3) LWL (Low Water Level), yaitu kedudukan air terendah yang dicapai
pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
Permukaan air laut yang sudah berubah berpengaruh terhadap
perencanaan kedalaman alur pelabuhan dan elevasi dasar pelabuhan.
Kedalaman kolam pelabuhan diperhitungkan terhadap keadaan surut
rendah (LWL), draft kapal serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai
dermaga memperhitungkan terhadap keadaaan pasang yang tinggi
(HWL), disamping faktor-faktor yang lain seperti kenaikan air (wave
setup).

Tipe Pasang Surut


Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang air laut dibedakan menjadi
dua, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.

a. Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah.
Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

2|Page
Gambar 2. Pasang Purnama (saat bulan purnama)

b. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik
yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi
pada saat bulan seperempat dan tiga perempat.

Gambar 3. Pasang Perbani

Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a) Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali
pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar khatulistiwa.

3|Page
b) Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
c) Pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila
bulan melintasi khatulistiwa, pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :


1) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata

Grafik 1. Diurnal tide

2) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)


Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga
Laut Andaman.

Grafik 2. Semi diurnal tide

4|Page
3) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide,
Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Grafik 3. Mixed tide prevailing diurnal


4) Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide,
Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa
dan Indonesia Bagian Timur

Grafik 4. Mixed tide prevailing semidiurnal

5|Page
B. Kriteria Perencanaan
Perencanaan pelabuhan yang dipengaruhi oleh pasang surut adalah
elevasi dermaga, kedalaman kolam alur dan pemasangan fender.

1. Elevasi dermaga.
Elevasi dermaga di buat sedemikian rupa sehingga pada saat
pasang tinggi, air tidak melintas kepermukaan dermaga. Penentuan
elevasi dermaga sesuai dengan kondisi pasang surut. Taraf Dermaga
(0,5-1,5) di ukur dari keadaan pasang atau HWL.

Gambar 4. Elevasi Lantai Dermaga

2. Kedalaman kolam alur.


Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di
alur masuk harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada
muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh.
Kedalaman air ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Kedalaman air total adalah:
H = d+G+R+P+S+K

Dengan :

d = Draft kapal
G = Gerak vertikal kapa karena geombang dan squart

6|Page
R = Ruang kebebasan bersih
P = Ketelitian pengukuran
S = Pengendapan sedimen antara 2 pengerukan
K = Toleransi pengerukan
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi. Biasanya muka
air referensi ini ditentukan berdasarkan nilai rerata dari muka air
terendah pada saat pasang besar (spring tide) dalam periode panjang
yang disebut LLWS (lower low water spring tide).
Beberapa definisi terdapat dalam gambar adalah sebagai berikut
ini. Elevasi dasar alur nominal adalah elevasi di atas mana tidak
terdapat rintangan yang mengganggu pelayaran. Kedalaman elevasi ini
adalah jumlah dari draft kapal dan kebebasan bruto yang dihitung
terhadap muka air rencana. Ruang kebebasan bruto adalah jarak
antara sisi terbawah kapal dan elevasi dasar alur nominal, pada draft
kapal maksimum yang di ukur ada air diam. Ruang ini terdiri dari ruang
gerak vertikal kapal karena pengaruh gelombang dan squart dan ruang
kebebasan bersih. Ruang kebebasan bersih adalah ruang minimum
yang tersisa antara sisi terbawah kapal dan elevasi dari alur nominal
kapal,pada kondisi kapal bergerak dan kecepatan penuh dan pada
gelombang dan angin terbesar. Ruang kebebasan bersih minimum
adalah 0,5 m untuk dasar laut berpasir dan 1,0 m untuk dasar karang.

Gambar 5. Kondisi Kedalaman Kolam Dermaga

7|Page
Gambar 6. Elevasi muka air rencana

3. Pemasangan Fender.
Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan
baik yang digerakkan oleh mesinnya sendiri atau ditarik oleh kapal
tunda. Pada waktu kapal merapat akan terjadi benturan antara kapal
dengan dermaga, untuk menghindari kerusakan pada kapal dan
dermaga karena benturan maka di depan dermaga diberi bantalan yang
berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang diletakkan
di depan dermaga tersebut dinamakan fender.
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan
dermaga. Fender akan menyerap energi benturan antara kapal dan
dermaga.
Keadaan lingkungan laut seperti pasang surut air laut, kekuatan
angin yang juga berdampak pada besar kecilnya ombak menjadi faktor
penentu berikutnya dalam pemilihan sistem fender. Jika pasang surut air
laut yang tinggi terjadi pada satu pelabuhan, maka fender yang panjang
menjadi pilihan yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar pada saat air
surut, kapal terkecil yang akan merapat ke dermaga masih bisa
bersandar. Oleh karena itu, posisi pemasangan vertikal dipilih. Sama
halnya dengan keadaan laut yang berombak yang disebabkan oleh

8|Page
angin kencang, air laut akan bergerak naik dan turun. Hal ini membuat
kapal bergoncang dan membentur dinding dermaga.

Gambar 7. Pengaruh pasang surut terhadap posisi pemasangan fender

9|Page

Anda mungkin juga menyukai