Anda di halaman 1dari 8

PROSES PENUAAN

Teori-teori tentang Penuaan

Telah banyak dikemukakan tentang teori penuaan, namun tidak s emua dari
teori yang dikemukakan itu diterima.Teori penuaan dibagi menjadi teori biologis
dan teori psikologis.

Teori Biologis

1. Teori Jam Genetik 


Menurut Hayflick (1965), setiap makhluk hidup memiliki berjuta- juta sel
dalam tubuhnya.Sel tidak hanya dapat melakukan pembelahan secara terus
menerus, tetapi sel juga dapat mengalami kerusakan bahkan kematian dan
akan digantikan dengan sel baru.Secara genetik sudah terprogram bahwa
material di dalam inti sel diakatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait
dengan frekuensi mitosis.Teori ini didasarkan pada kenyataaan bahwa
spesies- spesies tertentu memiliki harapan hidup ( life span ) yang tertentu
 pula.Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110
tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali dan
sesudah itu akan mengalami deteriorasi.Dari teori ini dapat dikatakan
 bahwa sel memiliki batas dalam proses membelah diri.Saat sel- sel itu
sudah tidak dapat memperbaharui dirinya, sel akan mengalami kerusakan
dan kematian yang menandakan proses penuaan pada seluruh jaringan
tubuh.
2. Teori Interaksi Seluler
Teori ini menjelaskan bahwa sel-sel satu dengan yang lainnya saling
 berhubungan, berinteraksi dan mempengaruhi.Keadaan tubuh akan baik-
 baik saja selama sel- sel masih
masi h berfungsi dalam suatu harmoni.Akan tetapi,
 jika keharmonian itu tidak terjadi lagi, maka akan terjadi kegagalan
mekanisme feed back di mana lambat laun sel - sel akan mengalami
degenarasi ( Berger, 1994 ).
3. Teori Mutagenesis Somatik 
Teori ini menjelaskan bahwa begitu terjadi pembelahan sel secara mitosis,
akan terjadi mutasi spontan yang terus menerus berlangsung dan akhirnya
mengarah pada kematian sel.
4. Teori Eror Katastrop
Teori ini menjelaskan bahwa eror akn terjadi pada struktur DNA, RNA,
dan sintesis protein.Masing- masing eror akan saling menambah pada eror 
yang lainnya dan berkulminasi dalam eror yang bersifat katastrop ( Kane,
1994 ).
5. Teori Pemakaian dan Keausan
Teori biologis yang paling tua adalah teori pemakaian dan keausan
( tear and wear ) di mana tahun demi tahun hal ini berlangsung dan lama
kelamaan akan timbul deteriorasi.
Teori Wear and Tear disebut juga teori Pakai dan Lepas. Teori ini
memberi kesan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan
dalam kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel
yang berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga
keseluruhan organisme akan mati.Teori ini memberikan penjelasan yang
 baik mengapa kegagalan jantung dan system saraf sentral merupakan
 penyebab yang sering pada kematian sel-sel yang mempunyai fungsi
 penting pada jaringan ini tidak mempunyai kemampuaan regenerasi.Teori
ini sama sekali tergantung pada pandangan statistik penuaan. Pada teori ini
kita mempunyai harapan hidup yang sama bagi setiap individu, namun
 perubahan panjang umur setiap individu diakibatkan oleh perubahan pola
hidup dari individu itu sendiri.

6. Teori Radikal Bebas


Berdasarkan penelitian Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah
radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil,
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan diorbit
luarnya. Molekul tersebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan
elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi
 berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya
terus bertambah.
Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan
menjadi senyawa yang sangat reaktif , dikenal sebagai senyawa reaktif 
oksigen yang diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu
 bentuk radikal bebas. Peristiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi
oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan enzim
sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini merupakan
konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS
endogen) dan lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan
lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan industri, asbes, asap rokok dan
lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan
zat kimia ( termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi. Ada berbagai jenis
ROS, contohnya adalah superoksida anion, hidroksil, peroksil, hydrogen
 peroksida, singlet oksigen, dan lain sebagainya.
Didalam tubuh manusia sendiri juga dilengkapi oleh system
defensive terhadap radikal bebas tersebut berupa perangkat antioksidan
enzimatis (gluthatione, ubiquinol, catalase, superoxide dismutase,
hydroperoksidase dan lain sebagainya). Antioksidan enzimatis endogen ini
 pertama kali dikemukakan oleh J.M. Mc Cord dan I.Fridovich yang
menemukan enzim antioksidan alami dalam tubuh manusia dengan nama
superoksida dismutase (SOD). Hanya dalam waktu singkat setelah teori
tersebut disampaikan, selanjutkan ditemukan enzim-enzim antioksidan
endogen lainnya seperti glutation peroksidase dan katalase yang mengubah
hydrogen peroksidase menjadi air dan oksigen.
Sebenarnya radikal bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi
kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan,
membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah
dan organ-organ dalam tubuh kita. Namun bila dihasilkan melebihi batas
kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dia akan menyerang sel itu
sendiri. Struktur sel yang berubah turut merubah fungsinya, yang akan
mengarah pada proses munculnya penyakit.
7. Teori Sintesis Protein

Proses penuaan juga mempengaruhi sintesis protein dalam


tubuh.Di mana akibat dari penuaan, protein dalam tubuh terutama kolagen
dan elastin menjadi kurang fleksibel dan elastin. . Hal tersebut juga
mengenai jaringan tertentu misalnya saja kulit, kartilago yang kehilangan
elastisitasnya pada lansia sehingga kehilangan flexibilitasnya dan menjadi
lebih tebal.

8. Teori Sistem Imun


Sistem imunitas ialah kemampuan tubuh dalam merespon segala
sesuatu yang masuk kedalam tubuh serta kemampuan untuk 
mempertahankan keadaan agar tubuh tetap dalam keadaan normalnya.
Sistem yang terbagi menjadi sistem imun spesifik dan non-spesifik ini,
akan mengalami hal yang sama seperti sistem yang lainnya akibat dari
 proses penuaan yaitu kemunduran. Hal itu yang menyebabkan pada
umumnya lansia sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Jika
terjadi kemunduran pada sistem limfatik khususnya sel darah putih maka
merupakan kemunduran yang besar pada proses penuaan.
Hal ini dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi, penyakit
autoimun dan kanker.Namun ada juga orang yang sudah usia lansia tetapi
masih memiliki kesehatan yang hampir sama dengan orang yang berusia
muda.Hal ini disebabkan mungkin perbedaan asupan nutrisi dan pola
hidup orang yang berbeda  –  beda. Perlu diketahui juga bahwa, sistem
imunitas seseorang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi proses
menua. Misalnya saja infeksi yang menyerang organ tertentu, sehingga
mengakibatkan terjadinya penyakit yang kemudian memacu terjadinya
 proses menua. Jadi dapat disimpulkan, bahwa terdapat hubungan timbal
 balik antara sisterm imun dengan proses menua.
Teori Psikososial

1. Disengagement theory
Kelompok teori ini dimulai dari University of Chicago, yaitu
Disengagement Theory yang menyatakan bahwa individu dan masyarakat
mengalami disengagement dalam suatu mutual withdrawl atau menarik 
diri.Memasuki usia tua, individu akan mulai menarik dirinya dari
masyarakat , sehingga memungkinkan individu untuk emnyimpan lebih
 banyak aktivitas- aktivitas yan berfokus pada dirinya dalam memenuhi
kestabilan pada stadium ini.
2. Teori aktivitas
Konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai
 peran.Apabila ini hilang, maka akan berakibat negatif terhadap kepuasan
hidupnya.

Proses Penuaan pada Tingkat Sel

Seperti layaknya manusia yang tumbuh semakin lama akan semakin tua,
 begitu pula dengan sel yang juga akan mengalami pertumbuhan semakin lama
akan semakin tua dan pada akhirnya sel- sel itu mengalami kematian sel.Kematian
sel itu bergantung pada masing- masing jenis sel yang membentuk dan menyusun
 jaringan tubuh.

Sel yang menua memiliki ciri- ciri yaitu bentuknya mengecil, sintesis
 protein yang biasanya berlangsung di dalam sel prosesnya melambat, badan golgi
kemudian akan pecah, mitokondria mengalami fragmentasi, sehingga pada
akhirnya sel yang bersangkutan akan mati bahkan lambat laun sel menghilang
akibat dari proses penyerapan dalam jaringan tubuh.Saat sel- sel menajdi tua juga
terjadi sel- sel parenkim menyusut, ketidakteraturan dalam jumlah dan ukuran sel
 pun nampak.Khusus sel saraf atau ganglion terjadi pengurangan butir Nisl,
 penggumpalan kromatin, penambahan pigmen lipofusin, vakuolisasi protoplasma,
dan organel yang berkurang.jaringan ikat ekstraseluler juga semakin mengeras
yang selanjutnya menghambat sirkulasi dan nutrisi jaringa.Secara mikroskopis
elektron dapat diamati adanya pengurangan kadar RNA yang berfungsi sebagai
 pusat dari metabolisme sel.

Setiap jenis sel tubuh memiliki usia berbeda- beda.Misalnya mukosa


saluran pencernaan yang memiliki usia sangat pendek, yaitu hanya sekitar 1,5
hari, sel eritrosit yang hanya bisa mnecapai 4 bulan, dan ada sel yang berusia
sangat lama yaitu sel saraf yang bisa mencapai usia 100 tahun.

Untuk sel- sel imun dalam tubuh semakin bertambahnya usia maka
 jumlahnya akan semakin banyak, namun fungsinya akan berkurang sejalan
dengan usia.Hal ini antara lain berakibat bahwa semakin tua umur seseorang,
maka akan semakin mudah terserang penyakit infeksi dibanding mereka yang
lebih muda.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sel- sel setelah melalui masa dewasa,
maka sel- sel jaringan tubuh ini akan mulai menua.Pada masa dewasa, sel
mengalami maturasi atau pematangan.Sebagai contoh, sel saraf tidak bereproduksi
lagi, sehingga pada masa ini apabila seseorang mengalami cidera atau penyakit
tertentu, maka akan berakibat pada kematian sel saraf itu.Sel saraf yang
mengalami kematian atau pun kerusakan tidak akan tergantikan lagi dan
fungsinya akan diambil alih oleh sel- sel yang tertinggal.Dalam hal ini dapat
dikatakan adanya kerja ekstra dari sel- sel yang tertinggal tersebut sehingga sel  – 
sel yang bersangkutan akan mengalaimi proses penuaan yang lebih cepat
lagi.Kemudian sejalan dengan usia, organ tubuh akan kehilangan sebagian untuk 
 berfungsi secara optimal, sehingga secara keseluruhan fungsi tubuh juga akan
semakin berkurang.

Sel saraf berbeda dengan sel - sel hati dan pankreas yang akan terus
mengalami reproduksi walaupun seseorang telah mencapai usia matur dan hal ini
sangat jauh berbeda dengan sel  –  sel otak dan saraf yang telah dijelaskan di
atas.Dalam kaitan usia biologis, terdapat pada ahli yang mnegemukakan teori
seperti yang telah dibahas di atas bahwa setiap orang yang terlahir memiliki jam
ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar 
mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan
kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan berkelanjutan
merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap
kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan eklusi. Faktor resiko utama
terjadinya resorbsi ini adalah tingkat kehilangan tulang sebelumnya, gaya
oklusal berlebihan selama pengunyahan dan bruxism (Jorgensen, 1999)
Resorbsi residual alveolar ridge sudah banyak dikemukakakn
dalam teori-teori dan hasil penelitian. Resorbsi pada rahang bawah
 besarnya 4 kali rahang atas. Menurut Atwood, kecepatan resorbsi tulang
alveolar bervariasi antar indivudu. Resorbsi paling besar terjadi pada enam
 bulan pertama sesudah pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada
rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil dibandingkan rahang
 bawah.
DAFTAR PUSTAKA

Pederson PS and Loe FA. 1986.Geriatric Dentistry.  A Textbook of Oral 


Gerontology.Copenhagen: Munksgaard.

Ricard E.Walton, Mahmoud Torabinejad.2008.Prinsip dan Praktik Ilnu


endodonsia edisi 3.Jakarta: EGC.

Spackman SS, Janet GB., 2006. Periodontal Treatment for Older Adults,in


(Carranza’s Cl inical Periodontology). 10th ed, St.louis: WB SaundersCompany.

Wilson Thomas G, Kenneth S Kornman, 2003.  Fundamentals of Periodontics. 2nd


ed, Carol Stream: Quintessence Publishing Co.

Roberson M. T. Clinical significant of dental anatomi, histology, physiology, and


occlusion. In: Sturdevant’s art and science of operative dentistry 4th. Roberson M.
T., Heyman O. H., Swift J. E., ed. St. Louis: Mosby; 2002:p.16-31

 Nicholson W.J. Biologic considerations. In: Summitt B.J., Robbins W.J.,


Schwartz S.R., Santos dos J., ed. Fundamentals of operative dentistry a
contemporary approach 2th. Singapur: Quintessence Books; 2001:p.1-15

. Sandam F. Geriodontology. In: Clinical text book dental hygine and therapy,
Ireland R, ed. Philadephia: Blackwell Munksgaard; 2006:p.362, 365

Anda mungkin juga menyukai