Anda di halaman 1dari 14

ETIKA KOMUNIKASI DALAM AL‐QUR’AN

Muhammad Khoiruddin

ABSTRACK
Communication models used Allah in the Qur'an is a diversified communications model that is
considered capable of affecting humans in general and applies all time therefore how we again
take the example of the values of communication that exist in the Qur'an that messages in the
Qur'an can be socialized to the maximum level of communication furthermore those values
become basic need of human characters in whole life. The methodology utilized is text
interpretation, since the basic language in the Holy Qur’an is Arabic, so then the interpretation
and understanding would be compared to the Arabic system and the deep meaning of Arabic
language, in order to encompass the core values and the contextual relationship of the objective
in each word of the text. Therefore, this humble paper should be connected to the further
research to gain the level of kindness in this worldly life and hereafter insya Allah.

Keyword; communication, ethics, attitude

PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluq sosial


menduduki posisi yang sangat penting dan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT disamping strategis, sebab manusia adalah satu‐satunya
sebagai mahluq beragama juga berperan mahluk yang di karuniai bisa berbicara,
sebagai mahluk sosial, yaitu makhluq yang dengan kemampuannya berbicara itulah
senantiasa mempunyai hubungan interaksi manusia mampu membangun hubungan
antara yang satu dengan yang lainnya. sosialnya. Kemampuan berbicara manusia
Kedudukan manusia sebagai mahluq sosial merupakan salah satu alat untuk
yang diperintahkan oleh Sang Pencipta adalah berkomunikasi antara sesama manusia
saling berinteraksi tanpa membedakan suku, dalam membangun interaksi sosial, dalam
ras, bahasa, kebudayaan, bahkan ideologi. sebuah penelitian dibuktikan hampir 75%
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT sejak bangun tidur manusia berada dalam
dalam Al‐Qur’an surat Al‐Hujurat ayat: 13 kegiatan komunikasi. Dengan komunikasi
yang berbunyi; manusia dapat membentuk saling

□□□□□□□□□□□□ □□□□□ □□□ □□ □□□□□□□□□□ □□□ □□□□□ □□□□□□□ pengertian dan menumbuhkan persahabat‐
an, memelihara kasih sayang, menyebarkan
□□ □□□□ □□□□□□□ □□ □□□□□□□□□□□□ □□□□□□□□□ □□□□□ pengetahuan dan melestarikan peradaban.
Akan tetapi dengan komunikasi pula
□□□□ □□□□ □□□□□ □□ □□ □□□□□□□□□ manusia dapat menumbuh suburkan
perpecahan, menghidupkan permusuhan,
Artinya; “Hai manusia sesungguhnya kami menanamkan kebencian, merintangi
menciptakan kamu dari seorang laki‐laki dan kemajuan, dan menghambat pemikiran
seorang perempuan dan menjadikan kamu (Rahmat : 1996).
bersuku‐suku dan berbangsa‐bangsa supaya Kenyataan ini sekaligus memberi
kamu saling mengenal, Sesungguhnya orang gambaran, betapa kegiatan komunikasi
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan
adalah orang yang paling bertaqwa diantara oleh setiap manusia. Dengan demikian
kamu, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui berkomunikasi secara efektif merupakan
lagi Maha Mengenal” (Q.S Al‐Hujurat : 13) suatu perbuatan yang paling sukar dilakukan
oleh manusia, karena komunikasi yang
terpenting bukan hanya sekedar Hovland sebagaimana yang dikutip oleh
menyampaikan informasi tetapi yang paling Onong Uchana Effendy, bahwa komunikasi
penting adalah mengatur hubungan sosial di bukan hanya terkait dengan penyampaian
antara komunikator dan komunikan. informasi, akan tetapi juga bertujuan
Pentingnya komunikasi bagi pembentukan pendapat umum (Opinion
kehidupan sosial, budaya dan pendidikan public) dan sikap publik (Public attitude).
sudah disadari oleh para cendikiawan sejak (Effendy : 1999)
Aristoteles yang hidup ratusan tahun Untuk itu, demi terciptanya suasana
sebelum masehi. Akan tetapi studi kehidupan yang harmonis antar anggota
Aristoteles hanya berkisar pada retorika masyarakat, maka harus dikembangkan
dalam lingkungan kecil. Baru pada bentuk‐bentuk komunikasi yang beradab,
pertengahan abad 20 ketika dunia dirasakan yaitu sebuah bentuk komunikasi dimana
semakin kecil akibat revolusi industri dan sang komunikator akan menghargai apa
revolusi tekhnologi elektronik maka para yang mereka hargai. Pengetahuanya tentang
cendikiawan pada abad sekarang menyadari khalayak bukan untuk menipu, tetapi untuk
betapa pentingnya komunikasi di tingkatkan memahami mereka dan bernegoisasi dengan
dari pengetahuan (Knowledge) menjadi ilmu mereka, serta bersama‐sama saling
(Science). (Effendy : 1999) memuliakan kemanusiaannya.(Rahmat :
Pada masa awal Rasulullah SAW 1992)
membangun peradaban di Madinah, adalah Al‐Qur’an secara jelas dan gamblang
bukti konkret keberhasilan beliau dalam menjelaskan pedoman dan garis besar
berdakwah, digambarkan hubungan sosial haluan kehidupan manusia, yang berisi
masyarakatnya sangat hangat dan indah, tentang aturan kehidupan antara manusia
saling menghargai dan menghormati di dengan Sang Pencipta (Hubungan Vertikal)
tengah‐tengah perbedaan, tidak saling dan aturan yang berhubungan dengan
memaksakan kehendak dan pendapat sendiri. kemanusiaan (Hubungan Horisontal).
Keberhasilan ini tidak lepas dari kemampuan Konsep yang ada dalam Al‐Qur’an yang
Rasulullah SAW dalam mengkomunikasikan disampaikan melalui Nabi SAW, kemudian
ajaran‐ajaran Ilahi dengan baik dan ditopang disyarah (diperjelas) melalui hadist, adalah
dengan keluhuran budi pekerti (Shihab : bukti yang sangat kuat tersosialisasinya
1996). Al‐Qur’an mengakui secara tegas nilai‐nilai Al‐Qur’an sebagai pedoman
bahwa Nabi Muhammad SAW. memiliki ahlaq kehidupan. Model komunikasi yang
yang sangat agung, bahkan dapat dikatakan digunakan Allah dalam Al‐Qur’an merupakan
bahwa konsideran pengangkatan beliau model komunikasi yang beragam. Yang
adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini dianggap mampu mempengaruhi manusia
dapat dipahami dari Al‐Qur’an yang secara umum dan berlaku sepanjang masa.
menyatakan; Bahasa sebagai alat utama dalam
melakukan komunikasi antar sesama,
□□□ □□□□□ □□□ □□□□□□□ □□□□□□
menjadi kekuatan penting dalam melakukan
Artinya; Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbagai macam kegiatan. Apalagi dalam
berada di atas ahlaq yang agung (QS Al‐ Qalam dunia pendidikan bahasa menjadi faktor
[68]:4). utama, karena bahasa merupakan media
Para pakar komunikasi juga penghantar. Dengan keanekaragaman
menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya bahasa yang ada, beserta dialek dan variasi
bersifat informatif, yakni agar orang lain berbahasa lainnya menimbulkan ragam
mengerti dan faham, tetapi juga bersifat tindak tutur menjadi berwarna.
persuasif, yaitu agar orang lain mau Keberwarnaan menggunakan bahasa saat ini
menerima ajaran atau informasi yang ternyata terdapat sikap kesantunan dan
disampaikan, melakukan kegiatan atau ketidaksantunan dalam menggunakannya,
perbuatan dan lain‐lain. Bahkan menurut seperti tidak santun dalam menggunakan
kosa kata dan tak santun dalam dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni
menempatkan bahasa baik tempat ataupun kegiatan menyampaikan dan menerima
lawan bicara. pesan, yang mendapatkan distorsi dari
gangguan‐gangguan, dalam suatu konteks,
METODOLOGI & PEMBAHASAN yang menimbulkan efek dan kesempatan
untuk arus balik. Oleh karena itu, kegiatan
Istilah Komunikasi atau dalam bahasa Inggris komunikasi meliputi komponen‐komponen
Communication berasal dari bahasa latin sebagai berikut: Konteks, sumber, penerima
Communicatio, dan bersumber dari kata pesan, saluran, gangguan, proses
Communis yang berarti sama‐sama, sama penyampaian atau proses enconding,
disini maksudnya adalah sama penerimaan atau proses dekonding, arus balik
makna.(Effendy : 1999) Jadi, kalau dua orang dan efek. (Effendy : 1999) Unsur‐unsur
terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam tersebut agaknya paling esensial dalam
bentuk percakapan, maka komunikasi akan setiap pertimbangan mengenai kegiatan
terjadi atau berlangsung selama ada komunikasi. Ini dapat dinamakan kemestaan
kesamaan makna mengenai apa yang komunikasi, unsur‐unsur yang terdapat pada
dipercakapkan. setiap kegiatan komunikasi, apakah intra‐
Pengertian komunikasi yang persona, antar‐persona, kelompok kecil,
dipaparkan di atas sifatnya hanya dasariah, pidato, komunikasi massa atau komunikasi
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal antar budaya.
harus mengandung kesamaan makna antara Pada definisi di atas adalah
dua pihak yang terlibat, dikatakan minimal keseluruhan dari pengertian komunikasi,
karena kegiatan komunikasi tidak hanya unsur‐unsur komunikasi, serta hasil akhir
informatif, yakni agar orang lain mengerti dan dari proses komunikasi. yang pada akhirnya
tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain jika komunikasi berjalan dengan baik tanpa
bersedia menerima suatu paham atau ada gangguan, maka akan menjadikan tujuan
keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau dari proses komunikasi yang dilakukan oleh
kegiatan. Jadi komunikasi adalah proses seseorang tercapai, akan tetapi, seseorang
penyampaian pesan oleh komunikator kepada tidak akan dapat mengubah sikap, pendapat,
komunikan melalui media yang menimbulkan atau perilaku orang lain apabila
efek tertentu. komunikasinya itu memang tidak komuni‐
Proses komunikasi pada hakikatnya katif seperti di uraikan di atas.
adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) a. Etika Komunikasi dalam Al‐Qur’an
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa Term ayat yang diasumsikan sebagai konsep
merupakan gagasan, informasi, opini, dan komunikasi dalam Al‐Qur’an, maka akan
lain‐lain yang muncul dari benaknya. diuraikan sebagaimana tersebut dibawah ini
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, yaitu:
keragu‐raguan, ke‐khawatiran, kemarahan, 1. Qaulan Balîgha
keberanian, kegairahan, dan sebagainya

yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi □□□ □□□□□ □□□□□□ □□ □□□ □□ □□□□□□ □□□□□ □□□□□□□□
akan berhasil apabila pikiran yang
disampaikan dengan menggunakan perasaan □□□□ □□□□□□ □□□□ □□□□□□□ □□ □□□ □□ □□□□□□

yang disadari. sebaiknya komunikasi akan Artinya: “Mereka itu adalah orang‐orang
gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa
perasaan tidak terkontrol. yang ada di dalam hatinya. Karena itu
Joseph A. Devito dalam bukunya berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
Communicology; An Introduction to the Study mereka nasihat, dan katakanlah kepada
of Communication yang dikutip Unong mereka perkataan yang membekas pada
Uchana menggambarkan tentang pengertian jiwanya.” (Q.S. An‐Nisa'/4: 63)
komunikasi secara luas yaitu; kegiatan yang
Ayat ini membantah dalih dan orang yang menyampaikan berita yang
keterangan mereka (orang‐orang munafiq) cukup kepada orang lain.(Shihab: 2002)
yang diuraikan oleh ayat sebelumnya, sambil Ayat di atas mengibaratkan hati
memberi petunjuk bagaimana menghadapi‐ mereka sebagai wadah ucapan, sebagaimana
nya. Mereka itu adalah orang‐orang yang pada kata fi anfusihim wadah tersebut harus
Allah mengetahui apa yang di dalam hati diperhatikan, sehingga apa yang dimasukkan
mereka, yakni kemunafikan serta ke dalamnya sesuai, bukan saja dari segi
kecenderungan kepada kekufuran, dan ini kuantitasnya, tetapi juga dengan sifat wadah
mengakibatkan ucapan mereka berbeda itu. Ada jiwa yang harus diasah dengan
dengan isi hati mereka. Karena itu ucapan‐ucapan halus, ada juga yang harus
berpalinglah dari mereka, yakni jangan dihentakkan dengan kalimat‐kalimat keras
hiraukan dan jangan percaya ucapan atau ancaman yang menakutkan, walhasil
mereka. Dan berilah mereka pelajaran yang cara penyampaian dan waktunyapun harus
menyentuh hati mereka semoga mereka diperhatikan.
insyaf kembali ke jalan yang benar. Dan Ada juga sebahagian ulama yang
katakanlah kepada mereka, perkataan yang memahami kata anfusihim dalam arti
berbekas dalam diri mereka, yakni kalbu dan menyangkut diri mereka, yakni sampaikan
jiwa mereka. kepada mereka menyangkut apa yang
Kata fa a’ridh ‘anhum (berpalinglah mereka rahasiakan, sehingga mereka
dari mereka), terambil dari akar kata yang mengetahui bahwa hakikat keadaan mereka
berarti samping. Ini berarti, perintah itu telah disampaikan Allah kepadamu, wahai
adalah perintah untuk menampakkan sisi Muhammad. Dengan demikian mereka
samping manusia, bukan menampakkan diharapkan malu dan takut, sehingga
muka atau wajahnya. Biasanya, sikap yang menginsyafi kesalahannya. Bisa juga
demikian mengandung makna meninggalkan dipahami dalam arti; sampaikan nasehat
yang bersangkutan, dan makna ini kemudian kepada mereka secara rahasia, jangan
berkembang sehingga ia bermakna tidak permalukan mereka dihadapan umum,
bergaul dan berbicara dengan yang karena nasehat atau kritik secara terang‐
ditinggalkan itu, ia juga dipahami dalam arti terangan dapat melahirkan antipati, bahkan
“tinggalkan dan biarkan, jangan jatuhkan sikap keras kepala yang menimbulkan
sanksi atasnya, atau maafkan dia”. pembangkangan lebih besar lagi.
Dari sini, perintah tersebut dapat
dipahami dalam arti meninggalkan mereka 2. Qaulan Karîma
dengan memaafkannya, atau meningalkan
□□□ □□□□□□□□ □□□□□□□□□□□ □□□□ □□ □□□□□ □ □□□□□ □□□□□□□
mereka tanpa sedih dengan kelakuan

mereka, atau jangan hiraukan keengganan □□ □ □□□□□□ □ □□□□□□□□□ □□□□□□□ □□□□□□ □□□□□□□
dan kedurhakaan mereka, karena Allah yang
akan membalas mereka. □□□□ □□□□□ □□ □□□□□ □□ □□□□□□□□ □□□ □□ □□□□□
Kata Balighan terdiri dari huruf‐huruf

Ba, lam dan Gain. Pakar‐pakar bahasa Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerin‐
menyatakan bahwa semua kata yang terdiri tahkan agar kamu jangan menyembah selain
dari huruf‐huruf tersebut mengandung arti Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
sampainya sesuatu ke yang lain. Ia juga bapak. Jika salah seorang di antara keduanya
bermakna “cukup”, karena kecukupan atau kedua‐duanya sampai berusia lanjut
mengandung arti sampainya sesuatu kepada dalam pemeliharaanmu, maka sekali‐kali
batas yang dibutukhan. Seseorang yang janganlah engkau mengatakan kepada
pandai menyusun kata sehingga mampu keduanya perkataan “ah” dan janganlah
menyampaikan pesannya dengan baik lagi engkau membentak keduanya, dan
cukup dinamai Balîgh. Muballigh adalah ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik." (Q.S. al‐Isra'/17: 23)
Ayat di atas menyatakan Dan Allah tidak menghendaki adanya jarak,
Tuhanmu yang selalu membimbing dan walau sedikit dalam hubungan antara anak
berbuat baik kepadamu, telah menetapkan dan kedua orang tuanya. Anak harus selalu
dan memerintahkan supaya kamu, yakni dekat dan selalu berusaha mendekat dengan
wahai engkau Nabi Muhammad dan seluruh kedua orang tuanya, bahkan kalau bisa
umat manusia jangan menyembah selain Dia, seorang anak hendaknya melekat kepada
dan hendaklah kamu berbakti kepada kepada kedua orang tuanya, oleh karena itu
kedua orang tua yakni ibu dan bapak dengan digunakan kata (bi) yang mengandung arti
kebaktian yang sempurna, jika salah seorang ilshaq yakni kelekatan. Karena kelekatan
diantara keduanya atau kedua‐duanya itulah maka bakti yang dipersembahkan oleh
mencapai ketuaan, yakni berumur lanjut seorang anak terhadap kedua orang tuanya,
atau dalam keadaan lemah sehingga mereka pada hakikatnya bukan kepada ibu dan
terpaksa disisimu yakni dalam bapak melainkan untuk diri sang anak sendiri.
pemeliharaanmu, maka sekali‐kali janganlah Itu pula sebabnya tidak dipilih kata
engkau mengatakan kepada keduanya penghubung (li) yang mengandung makna
perkataan “ah” atau suara dan kata‐kata peruntukkan.
yang mengandung makna kemarahan, atau Ayat di atas menyebut secara tegas
pelecehan atau kejenuhan walau sebanyak kedua orang tua atau salah satu diantara
dan sebesar apapun pengabdian dan keduanya imma yablughonna ‘indaka al‐
pemeliharaanmu terhadapnya, dan kibara ahadahuma auw kilahuma/ jika salah
janganlah engkau membentak keduanya seorang diantara keduanya atau kedua‐
menyangkut apapun yang mereka lakukan, duanya mencapai ketuaan disisimu,
apalagi melakukan yang lebih buruk dari walaupun kata mencapai ketuaan (usia
membentak, dan ucapkanlah kepada lanjut) berbentuk tunggal. Hal ini untuk
keduanya sebagai ganti membentak bahkan menekankan apapun keadaan mereka,
dalam setiap percakapan dengannya berdua atau sendiri, maka masing‐masing
perkataan yang mulia yakni perkataan yang harus mendapatkan perhatian anak. (Shihab:
lembut dan penuh kebaikan serta 2002)
penghormatan. Ayat di atas menuntut agar apa yang
Ayat ini dimulai dengan menegaskan disampaikan kepada kedua orang tua bukan
ketetapan yang merupakan perintah Allah saja yang benar dan tepat, bukan saja yang
SWT. Untuk mengesakan Allah dalam sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat,
beribadah, mengikhlaskan diri dan tidak tetapi harus yang terbaik dan termulia, dan
mempersekutukan‐Nya. Keyakinan akan ke‐ kalaupun seandainya orang tua melakukan
Esaan Allah serta kewajiban mengikhlaskan kesalahan terhadap anak, maka kesalahan
diri kepada‐Nya adalah dasar yang padanya itu harus dianggap tidak ada / dimaafkan
bertitik tolak segala kegiatan, kewajiban (dalam arti dianggap tidak ada, dan terhapus
pertama dan utama adalah mengesakan dengan sendirinya) karena tidak ada orang
Allah SWT, dan beribadah kepada‐Nya tua yang bermaksud buruk terhadap anak‐
adalah berbakti kepada kedua Orang tua. anak‐nya.(Shihab:2000)
M. Quraish Shihab juga Kata Kariman biasa diterjemahkan
mengemukakan bahwa Al‐Qur’an mulia, kata ini terdiri dari huruf‐huruf Kaf, ra
menggunakan kata penghubung (bi) ketika dan mim yang menurut pakar‐pakar bahasa
berbicara tentang berbakti kepada ibu dan mengandung makna yang mulia atau terbaik
bapak, wa bil walidaini ihsana, padahal bahasa sesuai obyeknya. Bila dikatakan rizqun karim,
membenarkan penggunaan (li) yang maka yang dimaksud adalah rizqi yang halal
berarti untuk, dan (ila) yang berarti kepada dalam perolehan dan pemanfaatannya serta
untuk penghubung kata itu. memuaskan dalam kualitas dan
Menurut pakar‐pakar bahasa, kata kuantitasnya. Bila kata karîm dikaitkan
(ila) mengandung makna jarak, sedangkan
dengan ahlaq menghadapi orang lain, maka dengan mengucapkan kata‐kata yang mudah,
ia bermakna pemaafan. sehingga ayat ini bagaikan menyatakan,
katakanlah kepada mereka ucapan yang
3. Qaulan Maysura mudah untuk memperoleh rahmat dari
Di dalam Al‐Qur’an hanya di temukan sekali Tuhanmu. (Shihab: 2000)
yaitu dalam surat Al‐Isra’ ayat 28;

□□ □□□□□□□□ □□□□ □□ □□□□□□ □□□□□□□□ □□□ □□□□□□ □□□ 4. Qaulan Ma’rûfa


Di dalam Al‐Qur'an term ini disebutkan
□□□□ □□□□□□ □□□□ □□□ sebanyak empat kali, yaitu;
Q.S. Al‐Baqarah/2: 235
Artinya: “Dan jika engkau berpaling dari
□□□□□□□ □□□□□ □□ □□□ □□□□□□ □□□□□ □□□□□ □□□□□□ □□□
mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang engkau harapkan, maka
□□□□□□□□□□ □□□□□ □□ □□□ □□□□□□ □□ □□□□□□□□ □□□
katakanlah kepada mereka ucapan yang
lemah lembut." (Q.S. al‐Isra'/17: 28)
□□□□□□□ □□□□ □□□□□□□ □ □□ □□□ □□□□□□□□□ □ □□□□□□□
Memang seseorang tidak selalu
memiliki harta atau sesuatu yang □□□□□□□□□ □□□□□□□ □□□□ □□ □□□□□□□ □□□□□ □□□□□ □□□
dipersembahkan kepada keluarga mereka
yang butuh, namun paling tidak rasa □□□□□□□□ □□□□□ □□ □ □□□□ □□ □ □□□□□□□□□
kekerabatan dan persaudaraan serta

keinginan membantu harus selalu menghiasi □□□□□ □□□ □□□□□ □□ □□□ □□□□□□□□□
jiwa manusia, karena itu ayat di atas

menuntun dan jika kondisi keuangan atau Artinya: “Dan tidak ada dosa bagimu
kemampuanmu tidak memungkinkanmu meminang wanita‐wanita itu dengan
membantu mereka, sehingga memaksa sindiran, atau kamu menyembunyikan
engkau berpaling dari mereka, bukan karena (keinginan kawin dengan mereka) dalam hati
enggan membantu, tetapi berpaling dengan kamu. Allah mengetahui bahwa kamu akan
harapan suatu ketika engkau membantu menyebut‐nyebut mereka kecuali sekedar
setelah berusaha dan berhasil, untuk mengucapkan (kepada mereka) perkataan
memperoleh rahmat dari Tuhan. Maka yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azzam
katakanlah kepada mereka ucapan yang (berketepatan hati)untuk ber akad nikah,
mudah yang tidak menyinggung sebelum sampai ketepapan (menyangkut
perasaannya dan yang melahirkan harapan ‘iddah wanita itu)pada akhir masanya. Dan
dan optimis. ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui
Kata tu’ridhonna terambil dari kata apa yang ada dalam hati kamu; maka
al‐‘urdh yakni samping. Dengan demikian takutlah kepada‐Nya,dan ketahuilah bahwa
kata tersebut berarti memeberi sisi samping Allah Maha Pengampun lagi Maha
bukan menghadapnya. Sementara ulama Penyantun”
berpendapat bahwa ayat ini turun ketika Pada ayat sebelumnya menguraikan
Nabi SAW, atau kaum muslimin menghindar tentang masa tunggu bagi wanita yang
dari orang‐orang yang meminta bantuan disusul dengan larangan kawin, maka pada
karena merasa malu tidak dapat ayat ini dijelaskan batas‐batas yang
memberinya. Allah SWT memberi tuntunan dibenarkan dalam konteks perkawinan. Ayat
yang lebih baik melalui ayat ini, yakni ini menjelaskan tentang diperbolehkannya
menghadapinya dengan menyampaikan meminang wanita‐wanita yang telah
kata‐kata yang baik serta harapan bercerai dengan suaminya, dengan
memenuhi keinginan peminta dimasa perceraian yang bersifat ba’in, yakni yang
mendatang. Kata ibtigha’a rahmatin min telah putus hak bekas suaminya untuk rujuk
rabbika/untuk memperoleh rahmat dari kepadanya, kecuali dengan akad nikah baru
Tuhanmu, bisa juga dipahami berkaitan
sesuai syarat‐syaratnya. Tidak ada dosa bagi
seorang laki‐laki yang ingin meminang
wanita tersebut pada masa tunggu (‘iddah) agama dan adat mengucapkanya dihadapan
mereka, dengan syarat pinangan tersebut umum.
disampaikan dengan sindiran, yakni tidak Ayat ini tidak secara mutlak melarang
tegas dan terang‐terangan menyebut para pria mengucapkan sesuatu kepada
maksud menikahinya. wanita‐wanita yang menjalani masa ‘iddah,
Kalau tidak berdosa meminang tetapi kalau ingin mengucapkan kata‐kata
dengan sindiran pada masa ‘iddah, maka itu kepadanya, ucapkanlah kata‐kata yang
berarti berdosa meminang wanita yang ma’ruf, sopan, dan terhormat, sesuai dengan
perceraiannya bersifat ba’in dengan terang‐ tuntunan agama, yakni sindiran yang baik.
terangan, dan berdosa pula meminang (Shihab: 2002)
wanita‐wanita yang dicerai raj’i itu masih Q.S. An‐Nisa'/4:5
dalam status dirujuk oleh suaminya,
□□□□□□ □□ □□ □□□□□ □□□□ □□□□□□□□ □□□□□□□□□□ □□□□□ □□□
sehingga meminangnya baik secara sindiran
maupun terang‐terangan, dapat berkesan □□□ □□□□□□ □□□□ □□□□ □□□□□□□ □□□□□□□□ □□□□□ □□□□□□□□□
dihati mereka yang pada gilirannya dapat
berdampak negatif dalam kehidupan rumah Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan
tangga jika ternyata suaminya rujuk kembali. kepada orang‐orang yang belum Sempurna
Terhadap wanita yang dicerai wafat akalnya, harta (mereka yang ada dalam
suaminya dan sedang dalam masa tunggu, kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
tidak juga diperkenankan dipinang secara pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
terang‐terangan, baik langsung maupun Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
tidak, karena wanita‐wanita itu dituntut kepada mereka kata‐kata yang baik”.
untuk berkabung, sedangkan perkawinan
adalah suatu kebahagiaan. Ayat ini melarang kepada kepada
Setelah membenarkan sindiran, seorang wali, suami, atau siapa saja untuk
dibenarkan pula menyembunyikan memberikan harta kepada pemilik harta
keinginan mengawini mereka dalam hati, yang belum mampu mengelola hartanya
Allah mengetahui detak‐detik hati manusia, dengan baik, yaitu; anak yatim, anak kecil,
mengetahui pula kecenderungan kepada orang dewasa, pria atau wanita. Harta ini
lawan seks adalah naluri yang terbawa sejak harus dipelihara dan tidak boleh boros
lahir serta dorongan yang sukar dibendung dalam penggunaanya, atau bukan pada
setelah dewasa. Membicarakan kecantikan tempatnya. Di perintahkan pula untuk
atau kelemah lembutan wanita adalah memelihara dan mengembangkan harta
sesuatu yang sulit dibendung, apalagi jika tersebut tanpa mengabaikan kebutuhan
hati telah jatuh cinta kepadanya. Karena itu, yang wajar dari pemilik harta yang belum
lanjutan ayat tersebut, tidak ada dosa juga mampu mengelolanya dengan baik. (Shihab:
menyembunyikan keinginan mengawini 2002)
mereka dalam hati kamu. Allah mengetahui Firman Allah warzuqûhum fîha,
bahwa kamu akan menyebut‐nyebut mereka. bukan minha, menurut pakar tafsir
Demikian tuntunan Islam sangat bertujuan untuk member isyarat bahwa
realistis. Ia mengakui naluri dan tidak harta hendaknya dikembangkan. modal yang
memasungnya, membenarkan bisikan hati ada hendaknya tidak dibiarkan begitu saja,
dan tidak melarangnya. Hanya saja agar tetapi harus produktif dan menghasilkan
desakan dan keinginan cinta itu tidak keuntungan, sehingga biaya hidup mereka
berakibat negatif, ditetapkanya batas yaitu, yang belum mampu mengelola hartanya
janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan baik diambil dari keuntungan
dengan mereka secara rahasia, misalnya pengelolaan bukan dari modal, seandainya
dengan memintanya untuk tidak kawin ayat itu menggunakan kata minha yang
denganmu, atau mengucapkan kata‐kata berarti darinya maka biaya hidup berasal
yang kamu malu atau dinilai buruk oleh
dari modal dan isyarat tersebut di atas tidak oleh yang menerima adanya orang‐orang
akan tergambar. yang butuh, maka berilah mereka sebagian,
Pada prinsipnya pandangan Al‐Qur’an yakni walau sekedarnya dari harta itu dan
tentang modal tidak boleh menghasilkan ucapkanlah kepada mereka itu perkataan yang
dari dirinya sendiri, tapi hasilnya harus dari baik, yang menghibur hati mereka karena
usaha manusia. Karena itu riba dan sedikitnya yang diberikan kepada mereka,
perjudian dilarang, dan itu pula salah satu atau bahkan karena tidak ada yang dapat
hikmah ditetapkanya kadar tertentu dari diberikan kepada mereka.
zakat terhadap uang (walau tidak Q.S. Al‐Ahzab/33: 32.
digunakan) agar mendorong aktifitas □ □□□□□□□□□ □□□□□□□□ □□□ □□□□□□ □□□□□ □□□□□ □□□□□□□□□
ekonomi, perputaran dana, serta sekaligus

mengurangi spekulasi dan penimbunan. □□□□ □□□□□ □□□□ □□ □□□□ □□□□□□□□□ □□□□□□□ □□□□□□□
Kendati uang merupakan modal dan

salah satu faktor produksi yang penting, □□□□ □□□□□□ □□□□


tetapi ia bukan yang terpenting, manusia
menempati posisi tertinggi. Hubungan
harmonis antar warga harus selalu Artinya: “Hai istri‐istri nabi! Kamu tidaklah
terpelihara, dan karena itu pula dalam seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa,
penutup ayat ini ditutup dengan perintah maka janganlah kamu (bersikap) lemah lembut
ucapkanlah kepada mereka kata‐kata yang dalam berbicara sehingga berkeinginan orang
baik. yang ada penyakit dalam hatinya, dan
Q.S. An‐Nisa'/4:8 ucapkanlah perkataan yang baik”
Ayat di atas mengulangi panggilan
□□□□□□□□□□□□ □□□□□□□□□□ □□□□□□□ □□□□□ □□□□□□□□ □□□□□□ □□□□□□ kepada istri‐istri Nabi untuk mengundang
perhatian kepada mereka terhadap pesan‐
□□□ □□□□□□ □□□□ □□ □□□□□□□ □□□ □□□□□□□□□
pesan ayat ini, ketinggian kedudukan istri
Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu Nabi mereka peroleh karena kedekatan
hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, mereka kepada Nabi, kedekatan ini
maka berilah mereka dari harta itu menjadikan mereka mendapatkan
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka bimbingan khusus langsung dari Nabi, serta
perkataan yang baik.” (an‐Nisa'/4: 8) kesempatan lebih banyak untuk mengenal
Nabi dan meneladani beliau.
Dalam ayat ini adalah anjuran untuk Disisi lain walaupun Nabi
memberikan kesaksian terhadap pembagian memperlakukan mereka melebihi wanita‐
rizqi (warisan), memang bukanlah sesuatu wanita lain, dalam kedudukan beliau sebagai
yang terpuji bila ada yang hadir atau suami.
mengetahui adanya pembagian rizqi, lalu Walaupun semua istri Nabi
yang hadir dan mengetahui tidak diberi, mendapatkan kedudukan yang sama, namun
apalagi jika diketahui oleh yang mendapat antara mereka terjadi perbedaan peringkat,
bagian bahwa mereka adalah kerabat dan bukan saja akibat kedekatan mereka dengan
kaum lemah yang membutuhkan uluran Nabi, tetapi juga akibat perbedaan
tangan. pengabdian dan ketaqwaan mereka. Istri
Pokok permasalahan ayat tersebut Nabi yang paling utama adalah Khadijah,
pertama adalah; apabila sewaktu pembagian yang melahirkan semua putra dan putri beliau
itu hadir, yakni diketahui oleh kerabat yang (kecuali putra beliau Ibrahim), Khadijah
tidak berhak mendapat warisan, baik mendampingi dan mencurahkan segala yang
mereka dewasa maupun anak‐anak, atau dimilikinya untuk nabi Muhammad SAW.
hadir anak yatim dan orang miskin, baik ‘Aisyah adalah satu‐satunya gadis
mereka kerabat atau bukan, bahkan baik yang beliau nikahi, dan beliau memiliki
mereka hadir atau tidak, selama diketahui
banyak pengetahuan, sampai‐sampai berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata‐
dinyatakan dalam satu riwayat bahwa kata yang lemah lembut, mudah‐mudahan
setengah tuntunan agama diperoleh melalui dia sadar atau takut." (Q.S. Thaha/20: 44)
‘Aisyah ra.
Firman Allah inittaqaitunna/ jika Ayat ini menerangkan ajakan Allah
kamu bertaqwa bertujuan mendorong melalui dua nabi‐Nya yang mulia yaitu nabi
mereka untuk lebih meningkatkan Musa dan nabi Harun untuk beriman dan
ketaqwaan, bukannya isyarat bahwa ada kebenaran.
diantara mereka yang belum bertaqwa. Firman Allah faqula lahu qoulan
Kata takhdha’na terambil dari kata layyinan/ maka berbicaralah kepada mereka
khudhu’ yang pada mulanya berarti tunduk, berdua dengan lemah lembut, menjadi dasar
kata ini bila dikaitkan dengan ucapan, maka tentang perlunya bijaksana dalam
yang dimaksud adalah merendahkan suara. berdakwah yang antara lain ditandai dengan
Wanita menurut kodratnya memiliki suara ucapan‐ucapan yang tidak menyakitkan hati
lemah‐lembut, atas dasar itu, maka larangan sasaran dakwah. Karena Fir’aun saja, yang
disini harus dipahami dalam arti membuat‐ demikian durhaka masih harus dihadapi
buat suara agar lebih lembut lagi melebihi dengan lemah lembut.
kodrat dan cara berbicara. Cara berbicara Dakwah adalah upaya utuk
demikian bias dipahami sebagai menyampaikan hidayah yang terdiri dari
menampakkan kemanjaan kepada lawan huruf ha, dal dan ya’ maknanya antara lain
bicara, yang pada gilirannya dapat adalah menyampaikan dengan lemah lembut.
menimbulkan sesuatu hal yang tidak direstui Dari sini lahir kata hidayah yang merupakan
oleh agama. Larangan ini tertuju kepada penyampaian sesuatu dengan lemah lembut
mereka jika berbicara kepada yang bukan guna menunjukkan simpati. Ini tentu saja
mahram, adapun jika berbicara didepan bukan berarti juru dakwah tidak melakukan
suaminya maka tidak terlarang. kritik, hanya saja itu harus disampaikan
Kata yathma’a digunakan untuk dengan tepat bukan saja pada kandungannya
menggambarkan keinginan pada sesuatu tetapi juga waktu dan tempatnya serta
yang biasanya akibat dorongan nafsu. susunan kata‐katanya, yakni dengan tidak
Kata ma’rufan disini dipahami dalam mencaci atau memojokkan.
arti yang dikenal oleh kebiasaan masyarakat. Kata la’alla biasa di terjemahkan
Perintah mengucapkan kata ma’ruf, mudah‐mudahan yang mengandung makna
mencakup cara pengucapan, kalimat‐kalimat harapan terjadinya sesuatu tentu saja yang
yang diucapkan, serta gaya pembicaraan. mengharap itu bukannya Allah SWT, karena
Dengan demikian, ini menuntut suara harapan tidak sesuai dengan kebesaran dan
yang wajar, gerak‐gerik yang sopan,dan keluasan ilmu‐Nya, oleh kerena itu ada
kalimat‐kalimat yang diucapkan baik, benar ulama yang memahami kata ini dalam arti
dan sesuai sasaran, tidak menyinggung agar supaya atau bahwa harapan yang
perasaan ataupun mengundang rangsangan. dikandung dalam ayat itu terarah kepada
(Shihab: 2002) manusia. Dalam konteks ayat ini adalah nabi
Musa AS. dan nabi Harun AS. Yakni “wahai
5. Qaulan Layyina Musa da Harun, sampaikanlah tuntunan
Di dalam al‐Qur'an hanya ditemukan sekali Allah kepada Fir’aun sambil menanamkan
saja, Q.S. Thaha/ 20: 44 yaitu berbicara dalam hati kamu berdua harapan dan
dengan lemah lembut. optimisme kiranya penyampaianmu
bermanfaat baginya”.
□□□□ □□□□□□ □ □□□□□□ □□□□□□ □□□□ □□ □□ □□□
Perintah Allah ini menunjukkan
Artinya: “Pergilah kamu bedua kepada Fir'aun, bahwa manusia hendaknya selalu berusaha,
sesungguhnya dia benar‐benar telah dan tidak mengandalkan takdir semata‐
melampaui batas; maka berbicaralah kamu mata. Allah SWT telah mengetahui
penolakan Fir’aun terhadap nabi Musa AS. yakni setelah kematian mereka, anak‐anak
Kendati demikian Yang Maha Kuasa itu tetap yang lemah, karena masih kecil atau tidak
memerintahkan nabi‐Nya untuk memiliki harta, yang mereka khawatir
menyampaikan ajakan, ini karena Allah tidak terhadap kesejahteraan atau penganiayaan
menjatuhkan sanksi dan ganjaran atas mereka, yakni anak‐anak lemah itu.
berdasarkan pengetahuan‐Nya yang azali, Jika keadaan serupa mereka alami,
tapi berdasarkan pengetahuan‐Nya serta apakah mereka akan menerima nasehat‐
kenyataan yang terjadi dalam pentas nasehat seperti yang mereka sampaikan itu?
kehidupan dunia ini. Disisi lain, perintah Tentu saja tidak! Karena itu, hendaklah
tersebut bila telah dilaksanakan dan ditolak, mereka takut kepada Allah, atau keadaan
maka penolakan itu akan menjadi bukti yang anak‐anak mereka dimasa depan.
memberatkan sasaran dakwah, karena jika Oleh sebab itu hendaklah mereka
tidak ada ajakan, maka boleh jadi dihari bertakwa kepada Allah dengan
kemudian kelak mereka akan berkata “kami mengindahkan segala perintah‐Nya dan
tidak mengetahui tuntunan‐Mu, karena tidak menjauhi larangan‐Nya, dan hendaklah
ada yang pernah menyampaikan kepada mereka mengucapkan perkataan yang benar
kami” lagi tepat.
Kata sadîdan terdiri dari huruf Sin
6. Qaulan Sadîda dan Dal yang menurut pakar bahasa Ibnu
Di dalam Al‐Qur'an qaulan sadîda disebutkan Faris, menunjuk kepada makna
dua kali, pertama, Q.S. An‐Nisa'/4: 9 yaitu meruntuhkan sesuatu kemudian
berbicara dengan benar: memperbaikinya. Ia juga berarti isiqamah/

□□□□□□ □□□□ □□□□□□ □□ □□□□□□□ □ □□□□□ □□□□□□ konsistensi. Kata ini juga ditunjuk untuk
menunjuk kepada sasaran. Keadaan anak
□□□ □□□□ □□ □□□□□□□□ □□ □□□□□□□□□ □□□□□ □□□□ yatim pada hakikatnya berbeda dengan anak
kandung, dan ini menjadikan keadaan
Artinya:"Dan hendaklah takut (kepada Allah) mereka lebih peka, sehingga membutuhkan
orang‐orang yang sekiranya mereka perlakuan yang hati‐hati dan kalimat‐
meninggalkan keturunan yang lemah di kalimat yang terpilih, bukan saja yang
belakang mereka yang mereka khawatir atas kandungannya benar, tetapi juga yang tepat,
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, oleh karena itu jika menegur atau memberi
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, informasi jangan sampai menimbulkan
dan hendaklah mereka berbicara dengan kekeruhan dalam hati mereka, tetapi teguran
tutur kata yang benar. (Q.S. al‐Nisa'/4: 9) yang disampaikan hendaknya meluruskan
Ayat mengingatkan kepada mereka kesalahan sekaligus membina mereka.
yang berada di sekeliling para pemilik harta Dari kata sadîdan yang mengandung
yang sedang menderita sakit. Mereka sering makna meruntuhkan sesuatu kemudian
kali memberi aneka nasehat kepada para memperbaikinya, diperoleh pula petunjuk
pemilik harta yang sakit itu, agar yang sakit bahwa ucapan yang meruntuhkan, jika
itu mewasiatkan kepada orang‐orang disampaikan harus pula dalam saat yang sama
tertentu sebagian dari harta yang memperbaikinya, artinya kritik yang
ditinggalkannya. Sehingga anak‐anaknya disampaikan hendaknya merupakan kritik
sendiri terbengkelai. yang membangun, atau dalam arti informasi
Dan hendaklah orang‐orang yang yang disampaikan harus mendidik.
memberi aneka nasehat kepada pemilik Ayat‐ayat di atas dijadikan juga oleh
harta agar membagikan harta agar sebagian ulama sebagai bukti adanya
membagikannya kepada orang lain, sehingga dampak negatif dari perlakuan kepada anak
anak‐anaknya terbengkelai, hendaknya yatim yang dapat terjadi dalam kehidupan
mereka membayangkan seandainya mereka dunia ini. Sebailiknya amal‐amal yang saleh
akan meninggalkan dibelakang mereka,
dapat mengantarkan terpeliharanya harta informasi dan memberi pengaruh yang tidak
anak yatim. kecil bagi jiwa dan pikiran manusia.
Dan kedua, Q.S. al‐Ahzab/33: 70 Kalau ucapan itu baik, maka baik pula
pengaruhnya, dan bila buruk, maka buruk
□□□□ □□□□□□ □□ □□□□□□□ □□ □□□□□ □□□□□□ □□□□□□ □□□□□□□
pula pengaruhnya. Dan karena itu pula ayat
Artinya: “Hai orang‐orang yang beriman, di atas menjadikan dampak dari perkataan
bertakwalah kamu kepada Allah dan yang tepat adalah perbaikan‐perbaikan amal.
katakanlah perkataan yang benar.” (Shihab: 2002)
Pada ayat ini Allah SWT Thabâthabâ’i berpendapat bahwa
memerintahkan untuk mengucapkan ucapan dengan keterbiasaaan seseorang
yang benar dan mengena sasaran, Allah mengucapkan kalimat‐kalimat yang tepat,
berfirman; Hai orang‐orang yang beriman, maka ia akan menjauh dari kebohongan dan
bertaqwalah kepada Allah yakni hindarkan juga tidak mengucapkan kata‐kata yang
diri kamu dari siksa Allah dengan jalan mengakibatkan keburukan atau tidak
melaksanakan perintah Allah sekuat bermanfaat. Seseorang yang telah mantap
kemampuanmu, serta menjauhi larangan‐ sifat tersebut pada dirinya, maka perbuatan‐
Nya dan ucapkanlah menyangkut Nabi perbuatannya pun akan terhindar dari
Muhammad dan Zainab binti Jahsyn bahkan kebohongan dan keburukan, dan ini berarti
dalam setiap ucapan kamu perkataan yang lahirnya amal‐amal shaleh yang
tepat. bersangkutan.
Kata qoulan sadîdan menurut Thahir Ketika itu ia akan menyadari betapa
ibn ‘Asyur menggaris bawahi kata qoul/ buruknya amal‐amalanya yang pernah ia
ucapan merupakan pintu yang sangat luas lakukan, sehingga ia menyesali amal yang
baik berkaitan dengan kebajikan maupun pernah ia lakukan, dengan penyesalan
keburukan. Sekian banyak hadist yang mendorong dirinya untuk bertaubat, dan ini
menekankan pentingnya memperhatikan mengantar kepada Allah untuk
lidah dan ucapan‐ucapanya “manusia tidak memeliharanya dan menerima taubatnya.
disungkurkan wajahnya ke neraka kecuali
akibat lidah mereka” “Allah merahmati 7. Qaul al‐Zûr
seseorang yang mengucapkan kata‐kata Di dalam Al‐Qur'an, qaul al‐Zûr hanya
yang baik sehingga dia memperoleh ditemukan sekali, Q.S. al‐Hajj 22:30

keberuntungan atau seseorang yang diam □□□□ □□□□ □□□ □□□ □□□ □□ □□□□□□ □□□□□ □□□ □□□□□□
sehingga memperoleh keselamatan” “barang

siapa percaya kepada Allah dan hari □□□□□□□□ □□□□□□□□ □□□□□ □□□ □□ □□□□□□□ □□ □□□□□□
Kemudian, maka hendaklah dia berucap

yang baik atau diam” demikian Ibnu ‘Asyur □□□□ □□□□□□□□□ □□□□□□□□ □□□□□□□ □□□□□□□□
mengemukakan tiga hadist nabi SAW. dan

yang selanjutnya menyatakan bahwa Artinya: "Demikianlah (perintah Allah). Dan


“perkataan yang tepat” mencakup sabda barang siapa mengagungkan apa yang
para nabi, ucapan para ‘ulama dan para terhormat di sisi Allah (hurumat) maka itu
penutur hikmah. Membaca Al‐Qur’an dan lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan
meriwayatkan hadist termasuk dalam hal ini. dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak,
Demikian juga tasbih, tahmid, adzan dan kecuali yang diterangkan kepadamu
iqamat. (keharamannya), maka jauhilah olehmu
Dengan perkataan yang tepat, baik (penyembahan) berhala‐berhala yang najis
yang terucapkan dengan lidah dan didengar itu dan jauhilah perkataan dusta.
orang banyak, maupun yang tertulis Ayat ini memberikan perintah dan
sehingga terucapkan oleh orang yang petunjuk dengan menyatakan; Demikianlah
membacanya, maka akan tersebar luas petunjuk dan perintah Allah yang sungguh
jauh dan tinggi kedudukannya. Dan barang
siapa yang mematuhi perintah dan larangan jelas, terang, dan tepat. Ini berarti bahwa
Allah dalam ibdah haji serta mengagungkan bicaranya efektif.
apa yang disisi Allah maka dia yakni 2 Qaulan Karima, yaitu pada surah al‐Isra':
penghormtatan dan memotivasinya untuk 23 yaitu berbicara mulia yang
melaksanakan perintah dan menjauhi menyiratkan kata yang isi, pesan, cara
larangan‐Nya itu adalah baik baginya disisi serta tujuannya selalu baik, terpuji penuh
Tuhannya yakni mendatangkan baginya hormat, mencerminkan akhlak terpuji
kebaikan dunia dan akhirat. dan mulia.
Ayat ini dapat dipahami, bahwa 3. Qaulan Maysura, yaitu pada surah al‐
ketika seseorang mengagungkan masya'ir Isra'/17: 28, yaitu berbicara dengan baik
haram dan memakan binatang yang dan pantas, agar orang tidak kecewa.
dihalalkan, akan tetapi tidak menjauhi syirik 4. Qaulan Ma’rufa, dalam al‐Qur'an
dan perkataan dusta (zur), maka disebutkan empat kali, yaitu Q.S. al‐
pengagungan tersebut tidak memiliki Baqarah/2: 235, qaul ma'rufa disebutkan
dampak spiritual apapun bagi dirinya. Atau dalam konteks meminang wanita yang
juga bisa dipahami bahwa perkataan dusta telah ditinggal mati suaminya. Sementara
(zur) hakikatnya sama dengan menyembah di dalam Q.S. an‐Nisa'/4: 5 dan 8, qaul
berhala, dalam hal sama‐sama mengikuti ma'ruf dinyatakan dalam konteks
hawa nafsu. Atau lebih konkritnya, sama‐ tanggung jawab atas harta seorang anak
sama menuhankan hawa nafsu. yang belum memanfaatkannya secara
Asal makna kata zûr adalah benar Sedangkan Q.S. al‐Ahzab/33: 32,
menyimpang/melenceng (ma`il). Perkataan qaul ma'ruf disebutkan dalam konteks
zûr dimaknai kizb (dusta), karena istri‐istri Nabi Saw.
menyimpang/melenceng dari yang 5. Qaulan Layyina, yaitu Q.S. Thaha/ 20: 44.
semestinya atau yang dituju. Qaul al‐zûr juga berbicara dengan lemah lembut.
ditafsirkan mengharamkan yang halal atau 6. Qaulan Sadida, disebutkan dua kali,
sebaliknya; serta saksi palsu. Rasulullah saw, pertama, Q.S. an‐Nisa'/4: 9 yaitu
sebagaimana dikutip oleh al‐Razi, bersabda, berbicara dengan benar. Dan Q.S. al‐
"saksi palsu itu sebanding syirik. Menurut al‐ ahzab/33: 70 yaitu diawali dengan
Qurthubi, ayat ini mengandung ancaman seruan kepada orang‐orang beriman. Hal
bagi yang memberikan saksi dan sumpah ini menunjukkan bahwa salah satu
palsu. Ia termasuk salah satu dosa besar, konsekwensi keimanan adalah berkata
bahkan termasuk tindak pidana. dengan perkataan yang sadid.
7. Qaulan Zur, pada Q.S. al‐Hajj: 30. Tentang
C. Kesimpulan dan Implikasi seseorang yang mengagungkan masya'ir
Ada tujuh term‐term khusus term‐ haram dan memakan binatang yang
term khusus yang diasumsikan sebagai dihalalkan, tapi tidak menjauhi syirik dan
penjelasan dari prinsip‐prinsip komunikasi perkataan dusta (zur), hal tersebut tidak
yakni: menimbulkan dampak sedikit pun. Atau
1. Qaulan Baligha, yaitu pada surah an‐ perkataan dusta (zur) hakikatnya sama
Nisa': 63, yaitu berbicara dengan dengan menyembah berhala, dalam hal
menggunakan ungkapan yang mengena, sama‐sama mengikuti hawa nafsu. Atau
mencapai sasaran dan tujuan, bicaranya lebih konkritnya, sama‐sama menuhan‐
kan hawa nafsu
Daftar
Pustaka
Al‐Qur’an Al‐Karim dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus
A Khalafullah, Muhammad, 2002. “Al‐Qur’an bukan kitab sejarah” seni, sastra dan moralitas
dalam kisah‐kisah Al‐Qur’an/ Muhammad Ahmad Khalafullah; penerjemah, Zuhairi
Misrawi dan Anis Maftukhin Jakarta: Paramadina
Kementerian Agama RI, 2009. Tafsir tematik, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan
Berpolitik
Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al‐Qur’an. cet.
Ke.1
Effendy, Onong Uchana, 1986. Dinamika Komunikasi, Bandung: CV Remaja Rosyda Karya
, 1999. Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet.ke.12
Rahmat, Jalaluddin, 1992. Islam Aktual Bandung: Mizan, cet. Ke.4
, 1996.Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.ke.10
, 2000. Rethorika Modern: Pendekatan Praktis,Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet.ke.5
Shihab, M.Quraish, 2002. Tafsir Al‐Mishbah; pesan,kesan dan keserasian Al‐Qur’an Jakarta:
Lentera Hati, cet. Ke.1 Vol. 1
, 1998. Membumikan Al‐Qur’an Bandung: Mizan, cet. Ke.6
, 2006.Menabur Pesan Ilahi; Al‐Qur’an dan Dinamika kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera hati, cet. Ke.2
, Wawasan Al‐Qur’an Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke.18

Anda mungkin juga menyukai