Anda di halaman 1dari 12

Nyeri Lutut pada Usia Lanjut

Ravelia Samosir
102016191
A3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat
Email: ravelia.2016fk191@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak:
Salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada wanita lanjut usia adalah osteoarthritis.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang bersifat kronik progresif dan berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi dan sering menyerang sendi-sendi penyangga tubuh.
Penyebabnya ada beragam, diantaranya obesitas, trauma ringan berulang, perubahan struktur
skelet, peningkatan usia, operasi pada struktur sendi, kelainan hormonal, dan sebagainya. Sendi
yang paling sering terkena osteoarthritis adalah sendi lutut (genu), kemudian tulang belakang
bagian lumbal (pinggang) dan servikal (tengkuk). Perlu diberikan edukasi dan penanganan yang
tepat untuk mencegah bertambahnya rasa nyeri pada penderita osteoartritis.
Kata kunci : Osteoartritis, radang sendi, terapi osteoartritis.

Abstract
One of the most common diseases in elderly women is osteoarthritis. Osteoarthritis is a
degenerative joint disease that is chronic and progressive and is associated with joint cartilage
damage and often affects body buffer’s joints. There are a few causes that that lead to
osteoarthritis, which is obesity, repetitive minor trauma, changes in skeletal structure, the increase
in age, joint operations, hormonal disorders, and so on. The joints that most commonly affected
by osteoarthritis are knee joint (genu), lumbar spine (lumbar) and cervical (nape). The
osteoarthritis patients need to be educated and get proper handling to prevent further pain.
Keywords : Osteoarthritis, arthritis, osteoarthritis therapy.
Pendahuluan
Semakin bertambah tua usia, tubuh semakin mengalami penurunan, mulai dari kualitas sel
hingga fungsi tubuh. Demikian juga, semakin bertambahnya usia, tubuh kita akan menjadi lebih
rentan terhadap penyakit, terutama penyakit degeneratif. Osteoarthritis (OA) hasil dari kegagalan
tulang rawan artikular yang disebabkan oleh interaksi yang rumit dari genetik, metabolisme,
biokimia, dan faktor biomekanik dengan komponen sekunder peradangan. Proses ini melibatkan
degradasi dan perbaikan interaktif proses tulang rawan, tulang, dan sinovium.
Penyebabnya ada beragam, diantaranya obesitas, trauma ringan berulang, perubahan
struktur skelet, peningkatan usia, operasi pada struktur sendi, kelainan hormonal, dan sebagainya.
Namun, penyebab yang paling sering adalah trauma ringan berulang dan obesitas yang
menyebabkan kerja sendi terganggu, terutama pada sendi penyangga tubuh. Sendi yang paling
sering terkena osteoarthritis adalah sendi lutut (genu), kemudian tulang belakang bagian lumbal
(pinggang) dan servikal (tengkuk).

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga
membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan
penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:


1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
6. Riwayat pribadi
Riwayat sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit. Sebagaimana biasanya
diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula faktor pemberat
penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi keluhan pasien.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik yang biasanya
dilakukan atau ditemukan pada tersangka osteoartritis adalah sebagai berikut :
1. Inspeksi
 Gaya berjalan
 Posisi lutut saat berdiri
 Warna kulit
 Pembengkakan / massa di bagian anterior-posterior dan lateral-medial
2. Palpasi
 Massa / pembengkakan sendi
 Nyeri tekan
 Deformitas
 Dislokasi patella
 Tanda-tanda peradangan
3. Pergerakkan
 Fleksi, ekstensi dengan ROM: 0-120o
 Rotasi internal dan eksternal
4. Krepitasi
Dapat didengar karena gesekan kedua permukaan tulang pada saat sendi digerakkan atau
secara pasif di manipulasi.1
5. Pemeriksaan TTV
Suhu, denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, kesadaran, berat badan, dan tinggi
badan.

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan artosentesis sebagai suatu indikasi
untuk memastikan diagnosis. Namun perlu diperhatikan kontraindikasi yaitu pada sendi
yang tidak stabil. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat ostearthritis yang lebih tinggi dimana
terjadi deformitas. Selain itu pada osteoarthritis yang sudah parah juga dapat ditemukan
gangguan sendi celah sendi menyempit dan jumlah cairan sendi berkurang. Pengambilan
cairan sendi akan semakin memperburuk keadaan pada kondisi ini.2
Cairan sendi normal adalah ultra filtrate atau dialisat dari plasma. Dengan demikian
kadar ion-ion dan molekul-molekul kecil ekuivalen dengan kadarnya di dalam plasma,
sedang protein kadarnya lebih rendah. Protein plasma yang berpindah dari plasma ke cairan
sendi bergerak melalui difusi dengan tingkat kecepatan yang terbalik dengan ukurannya.2
Pada artrosentesis dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, tes
mikrobiologi, tes kimia serta tes imunologi.Pada pemeriksaan makroskopik yang dapat
dilihat ialah warna cairan sendi, tes musin, tes viskositas dan melihat bekuan dalam sendi.
Diantara keempat jenis tes tersebut hanya tes warna yang masih bisa digunakan untuk kasus
osteoarthritis. Pada tes warna umumnya didapatkan perubahan warna cairan sendi dari
bening menjadi warna kuning jernih. Tes yang lain umumnya tetap terlihat seperti keadaan
normal.2
Hasil pemeriksaan laboratorium lain pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal.Pemeriksaan
imunologi (ANA, factor rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai
peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang,
peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.3

 Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA cukup
memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografi yang
menyokong diagnosa OA adalah:3
1. Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih berat di bagian yang
menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
3. Kista tulang.
4. Osteofit pada pinggir sendi.
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Diagnosis Banding

1. Gout Arthritis
Arthritis Gout merupakan suatu peradangan sendi yang kebanyakan disebabkan oleh
deposit kristal urat di jaringan lunak dan sendi. Ciri khasnya ialah umumnya kadar asam
urat dalam darah yang meningkat diatas 7 mg/dl.4
Etiologi
Makanan yang mengandung tinggi purin dapat memicu terjadinya serangan gout seperti
jeroan, kacang-kacangan, bayam, jamur, kol dan minum alcohol karena alcohol dapat
meningkatkan produksi asam urat. Sehingga kadar laktat darah akan meningkat akibat
metabolism normal alcohol. Asam laktat akan menghambat eksresi asam urat sehingga
terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.

Gejala Klinis
 Arthritis gout akut, timbul secara tiba-tiba pada malam hari selama 2-10 hari.
Timbulnya rasa panas, kemerahan, nyeri, kekeringan pada kulit akibat pelebaran
vena pada sendi yang kemudian akan menjadi normal jika beristrirahat.
 Gout tofus kronis, nyeri sendi makin sering terasa, ada pembengakakan yang
ireguler, serta sedikit derfomitas.
 Gout atipik, jika bagian tangan yang terkena akan terjadi arthritis kronis yang
menyerupai atritis rheumatoid, tetapi disertai adanya sejumlah nodul akibat
pembentukan tofus. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari, cairan sendi
terlihat keruh dan mengandung Kristal urat.
2. Rheumatoid Arthritis
Rematoid artritis merupakan penyakit inflamasi kronik yang dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya dan merupakan manifestasi utama poliartritis progresif. Penyakit ini
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik.
Selain karena penyakit autoimun, rematoid artritis juga disebabkan karena kelainan
genetik, hormon seks dan infeksi. Gangguan sendi ini biasanya mengenai sendi perifer
pada tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris. Sebagian besar pasiennya
menunjukkan gejala hilang timbul yang bila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan
yang lebih parah pada sendi dan disabilitas. Rematoid artritis biasanya lebih sering
dijumpai pada wanita dibandingkan laki-laki. Pada pemeriksan darah rutin didapatkan
peningkatan pada LED, CRP, ANA, RF, dan anti-CCP.

Working Diagnosis

Berdasarkan gejala-gejala yang didapatkan, working diagnosis-nya adalah osteoartritis


genu bilateral. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dan menyerang
sendi-sendi penyangga tubuh seperti lutut, lumbal, sacral, dan sebagainya. Gangguan ini lebih
sering diderita oleh wanita daripada laki-laki dan banyak dijumpai pada orang berusia diatas 40
tahun. Ada dua macam osteoartritis, yaitu osteoartritis primer dan sekunder.6 Osteoartritis primer
merupakan osteoartritis yang tidak diketahui penyebabnya, namun sering dikaitkan dengan
meningkatnya usia. Sedangkan, osteoartritis sekunder merupakan osteoartritis yang disebabkan
karena obesitas, trauma ringan berulang, operasi sendi, diabetes, gout, dan kelainan hormonal.
Secara makroskopis, osteoartritis ditandai dengan menipisnya kartilago sendi yang
menyebabkan masuknya cairan sendi ke tulang dan terbentuknya kista subchondral. Kista ini
menyebabkan rusaknya tulang dan sendi tidak berfungsi. Akibatnya, dapat terbentuk mikrofraktur
dan rasa nyeri yang hebat pada penderita osteoarthritis.6

Etiologi
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi teruma pada sendi penopang tubuh. Dahulu,
penyakit ini dianggap sebagai proses penuaan normal. Namun, sekarang telah ditemukan beberapa
faktor yang menjadi penyebab osteoartritis, diantaranya:6
1. Usia
Peningkatan usia merupakan faktor terkuat penyebab terjadinya osteoartritis. Semakin tua
seseorang, maka semakin rentan dia terkena penyakit radang sendi ini, semakin berat pula
osteoartritis-nya. Osteoartritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada usia
40 tahun, dan sering pada usia 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pada usia 50 tahun keatas, osteoartritis lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Hal ini berkaitan dengan terjadinya penurunan hormon estrogen pada wanita akibat
menopause.
3. Genetik
Seseorang yang lahir dari ibu dengan osteoartritis memiliki resiko yang lebih tinggi
dibandingkan seseorang yang lahir dari ibu normal.
4. Kegemukan
Kegemukan dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis baik pada sendi penyokong tubuh
dan sendi lainnya, karena menyebabkan kerja sendi menjadi lebih berat.
5. Cedera sendi
Osteoartritis dapat disebabkan karena adanya trauma sendi. Contohnya, cedera akibat
olahraga. Biasanya, pada lansia, osteoartitis terjadi akibat trauma sendi ringan berulang
seperti sering jatuh.

Epidemiologi
Penyakit ini tidak terkonsentrasi pada wilayah tertentu di belahan bumi. Namun penyakit
ini sangat umum dijumpai pada usia lanjut. Data yang dimiliki di Indonesia adalah data OA pada
sendi lutut. Didapat prevalensi OA pada pria 15,5% dan wanita 12,7%. Angka yang cukup tinggi
ini membuat osteoarthritis mempunyai dampak yang cukup besar. Diperkirakan 1-2 juta orang
lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis.7

Patofisiologi
OA akan mengenai seluruh bagian dari persendian, termasuk kartilago, tulang
subchondral, synovial, dan otot sekitarnya. Secara umum berdasarkan patogenesisnya OA dibagi
menjadi dua, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu jenis
OA yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungan dengan penyakit sistemik serta
perubahan lokal yang terjadi pada sendi. Sedangkan yang disebut sebagai OA sekunder ialah OA
yang didasari pada kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro
dan makro serta imobilisasi yang terjadi dalam waktu yang lama.

OA ditandai fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan


terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. OA
terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang, dan inflamasi
cairan sendi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa tulang rawan sendi dapat memperbaiki diri
sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses ini
dipengaruhi faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat
(DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah
IGF-1, growth hormone, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors
(CSFs). Namun pada keadaan inflamasi terjadi suatu kondisi dimana sensitivitas sel terhadap
faktor pertumbuhan menurun. Selain faktor-faktor pertumbuhan tadi, hormon seperti testosteron,
β-estradiol dan kalsitonin juga memiliki peranan dalam sintesis komponen kartilago.8,9

Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi.


Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan
menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.
Pada rawan sendi pasien juga terjadi peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas
fibrinolitik dan menyebabkan gangguan suplai darah. Ini menyebabkan penumpukan thrombus
dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadi iskemia dan
nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini menyebabkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti
prostaglandin dan interleukin yang menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang diketahui
mengandung ujung saraf sensible yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab sakit juga dapat
berupa akibat dari dilepaskannya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglansin yang
menyebabkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot
ekstraartikuler akibat kerja berlebih. Sakit pada sendi juga bisa karena osteofit yang menekan
periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intrameduler akibat stasis vena intermedular karema proses remodeling pada trabekula dan
subkondrial. Peran makrofag dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh jejas
mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin-sitokin yang
merangsang kondrosit untuk memprosuksi CSFs yang sebaliknya akan mendegradasi rawan sendi
secara langsung. Interleukin-1 (salah satu sitokin) mempunyai efek multiple: meningkatkan
sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi, menghambat sintesis dan perbaikan normal
kondrosit.8,9

Pada saat terjadi jejas yang menyebabkan nekrosis sel, material hasil nekrosis (yang
dikenal sebagai CSFs) akan memproduksi suatu sitokin aktivator plasminogen yang disebut
sebagai katabolin. Sitokin ini terdiri dari interleukin, tumor necrosis factor dan interferon. Sitokin
ini akan merangsang pembentukan CSFs tambahan yang akan mempengaruhi monosit untuk
mendegradasi rawan sendi secara lebih lanjut. Selain itu adanya sitokin ini juga akan mempercepat
proses resorpsi matriks rawan sendi. Adanya interlekuin-1 juga memiliki efek yang banyak
terhadap cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi seperti
stromelisin dan kolagenosa. Selain mendegradasi rawan sendi, enzim ini juga menghambat proses
sintesis dan perbaikan normal kondrosit. Efek antagonis dapat terlihat antara sitokin terhadap
faktor pertumbuhan. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi,
sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis. Namun yang menjadi permasalahan adalah
pada penderita OA seringkali didapatkan penurunan kadar faktor pertumbuhan seperti insulin-like
growth factor 1/IGF-1.8,9

Gejala Klinis
Gambaran klinis yang tampak pada pasien osteoarthritis umumnya ialah sebagai berikut:7
 Nyeri sendi
Keluhan ini yang umumnya disampaikan oleh pasien saat pertama kali bertemu dengan
dokter. Pasien biasanya merasa bertambah nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang
nyerinya saat beristirahat. Nyeri pada osteoarthritis juga dapat berupa penjalaran maupun
akibat radikulopati misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. OA lumbal dapat
menimbulkan stenosis spinal yang berujung pada rasa nyeri di daerah betis yang disebut
sebagai claudicatio intermitten.
 Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini umumnya semakin bertambah parah seiring bertambahnya rasa nyeri.
 Kaku pagi
Kaku biasanya timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi dalam waktu yang lama
maupun setelah bangun tidur.Setidak-tidaknya didapati 20 menit keadaan kaku sebelum
sendi dapat digerakan lagi.
 Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
 Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali di lutut atau tangan)
pelan-pelan membesar.
 Perubahan gaya berjalan
Gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut,
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan atau fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien OA yang umumnya tua.

Penatalaksanaan
Pengelolaan osteoartritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan
berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal, diantaranya:7
1. Terapi non farmakologis
- Edukasi dan penerangan
Pertama, penderita osteoartritis harus mengerti dulu apa yang terjadi pada sendinya,
mengapa timbul rasa sakit dan apa yang perlu dilakukan, sehingga pengobatan dapat
berhasil.
Edukasi yang diberikan bagi penderita osteoartritis adalah:
 Menjaga berat badan ideal
Jika berat badan berlebih harus diturunkan sampai berat badan ideal. Berat badan
yang berlebih akan menjadi beban bagi sendi-sendi yang menopang tubuh,
sehingga semakin nyeri.
 Diet yang seimbang
 Perubahan gaya hidup
Hindari posisi atau keadaan yang menimbulkan trauma pada sendi seperti
jongkok, lompat, lari, terlalu sering naik-turun tangga atau berdiri terlalu lama.
Usahakan untuk tetap menjalani aktivitas sehari-hari. Jika timbul nyeri
istirahatlah sejenak, atasi nyerinya dan kembali beraktivitas.
 Olahraga
Olahraga yang dianjurkan untuk penderita osteoartritis disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing penderita. Untuk penderita osteoartritis ringan,
dapat dilakukan olahraga seperti berenang dan bersepeda. Namun untuk
osteoartritis berat, dapat dilakukan olahraga dengan berjalan pada tempat yang
datar.
- Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
2. Terapi farmakologis
- Analgesik oral non-opium
Asetaminofen digunakan sebagai pilihan obat pertama untuk penderita osteoartritis.
Asetaminofen merupakan obat analgesik-antipiretik yang digunakan untuk nyeri ringan
dan sedang. Obat ini memiliki efek anti-inflamasi yang sangat rendah sehingga tidak
digunakan sebagai antirematik. Dosis yang digunakan berkisar antara 350-650 mg dan
digunakan 4 kali sehari. Pemberian dalam dosis toksis dapat menyebabkan nekrosis
hati dan tubuler ginjal.10
- Analgesik topikal
Analgesik topical yang diberikan pada penderita osteoartritis adalah ektrak cabai
merah. Ekstrak ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri pada pemberian regular.
Efeknya terlihat setelah 2 minggu penggunaan obat ini. Ekstrak cabai merah juga dapat
dikombinasikan penggunaannya bersama analgesik / NSAID.
- NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs)
Terapi dengan NSAID hanya dilakukan bila terapi menggunakan asetaminofen gagal.
Semua NSAID memiliki efektivitas yang setara. Namun, karena NSAID menghambat
COX 1 (siklo oksigenase-1) dan COX 2 (siklo oksigenase-2) yang menyebabkan efek
perdarahan lambung, dapat diberikan penghambat selektif COX 2 yang memiliki efek
perdarahan lambung lebih kecil. Penghambat tersebut berupa selecoxib dan
valdecoxib. Selecoxib dapat diberikan dengan dosis 100-200 mg per hari.
- Steroid intra-artikular.
Injeksi kortikosteroid intraartikular berguna untuk mengurangi inflamasi sendi atau
efusi sendi. Namun terapi jangka lamanya masih kontroversi. Pemberian steroid intra-
artikular dilakukan 3-4 kali per tahun untuk mengurangi efek sistemik.
3. Terapi bedah
Pembedahan hanya dilakukan apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sangat
hebat. Terapi bedah yang dilakukan, diantaranya:
- Malalignment untuk deformitas lutut valgus-varus
- Arthroscopic debridement dan joint lavage
Arthroskopi merupakan prosedur pembedahan tanpa operasi terbuka untuk
membersihkan tulang rawan yang rusak dengan memasukkan alat kecil berupa kabel
serat optik ke dalam rongga sendi. Indikasi dilakukannya artroskopi ialah bila ada
peradangan tiba-tiba serta keluhan terkunci (locking), tertahan (catching), dan
sempoyongan (giving way). Umumnya pascaoperasi, nyeri dapat hilang hingga 2-5
tahun pada 50-85% pasien. Ada dua bentuk artroskopi yang dipakai saat ini yaitu
lavage dan debridement. Lavage merupakan proses pencucian cairan sendi dengan
memakai larutan garam yang kemudian dikeluarkan lagi bersama benda asing dari
dalam sendi beserta dengan cairan sendi yang berlebihan. Sedangkan debridement
merupakan proses yang sama namun ditambah dengan proses penipisan dan
pelembutan kartilago sendi yang telah keras dan meradang serta pengambilan serpihan
tulang rawan yang ada dari sendi.
- Osteomi
Osteomi adalah operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang sehingga
posisi dan letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi rasa nyeri pasien.
- Total joint replacement
Total joint replacement merupakan operasi penggantian permukaan sendi yang rusak
dengan metal dan plastik. Operasi ini diindikasikan pada penderita osteoartritis derajat
3 dan 4.

Komplikasi
Komplikasi pada osteoarthritis adalah osteonekrosis (matinya jaringan) spontan sendi lutut,
bursitis, artropati mikrokristal (sendi lutut dan tangan). Osteonekrosis merupakan salah satu
komplikasi dari OA karena patah tulang. Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi
segera, komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada
saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari
setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah patah tulang. Pada ketiganya
dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi lokal dan umum. Komplikasi segera (lokal) pada
kulit: abrasi dan laserasi sedangkan pada pembuluh darah akan robek. Komplikasi segera (umum)
yaitu shock hemoragik dan neurogenik. Pada komplikasi dini (lokal) terjadi ekrosis kulit, gangren,
sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi sendi, osteomielitis umum. Komplikasi lama
(lokal) yaitu pada sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal; tulang: gagal taut, distrofi refleks,
osteoporosis pascatrauma, gangguan pertumbuhan, osteomielitis, patah tulang ulang; otot/tendo:
ruptur tendon; komplikasi lama (umum): batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur).4,7

Prognosis
Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat ditangani dengan obat-obat konservatif. Hanya
pada kasus yang berat dan sangat mengganggu aktivitas pasien saja baru dilakukan operasi.
Operasi yang dilakukan pun memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Kuncinya bergantung
kepada penanganan yang cepat dan tepat terhadap penyakit ini.11

Pencegahan
Secara umum pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terkena osteorarthritis
adalah:12
 Mengatur diet dan pola makan sehingga berat badan tetap stabil dan tidak terjadi obesitas.
 Menghindarkan diri sebisa mungkin dari kemungkinan trauma yang dapat terjadi.
 Konsumsi suplemen yang bersifat chondroprotective agents’ seperti kondroitin sulfat dan
glikosaminoglikan.
 Aktivitas fisik teratur namun hindari aktivitas fisik yang memberi beban terlalu berat pada
tubuh, apalagi bila sudah berusia lanjut.
Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang bersifat kronik progresif dan berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi dan sering menyerang sendi-sendi penyangga tubuh. Perlu
diberikan edukasi dan penanganan yang tepat untuk mencegah bertambahnya rasa nyeri pada
penderita osteoartritis.

Daftar Pustaka

1. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.
h.365-9.
2. Prince SA, Wilson FM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Dalam:
Michael AC, penyuting. Oateoartritis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005.p.1380-3
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 3197-342.
4. Soemasto AS, Amelz H, Junadi P, dkk. Kapita selekta kedokteran. Ed.4 Vol.2. Jakarta:
Media Aeculapius; 2014.h.833-9.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 3197-342.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Ed 6.
Jakarta: Interna Publishing; 2015. h.3099-105.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 3197-342.
8. Soemasto AS, Amelz H, Junadi P, dkk. Kapita selekta kedokteran. Ed.4 Vol.2. Jakarta:
Media Aeculapius; 2014.h.833-9.
9. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, etc. Kelley’s textbook of rheumatology. 8th edition.
Philadelphia: Elsevier Publisher; 2009.p.1525-73.
10. Gunderman RB. Essential radiology. New York: Thieme; 2006. h.220-57.
11. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4 jilid 1. Jakarta:
Media Aeculapius; 2005.h.535-9.
12. Beers MH, Berkow R. The merck manual of geriatrics. 3th edition. New York: Merck &
Co. Inc; 2004.p.489-93.

Anda mungkin juga menyukai