DISUSUN OLEH :
PUTRI NURMUSLIMAH (J1A016087)
RAUDATUL ALMI (J1A016089)
RIDHO FAJIDWANI ZAIN (J1A016091)
SELA NOVITA SARI (J1A016095)
SRI WULAN ANGGRRAINI (J1A016097)
SUSI APRILIANTI (J1A016099)
YAYIK DWI BALGIS (J1A016103)
ZAHRAH KHAERANI (JIA016105)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“PERAN PENYERAPAN ZINC TERHADAP PENINGKATAN SISTEM
IMMUNITAS PENDERITA HIV”. Penyusunan tugas ini dibuat untuk memenuhi
mata kuliah Biokimia Nutrisi.
Penulis telah berusaha menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin, namun
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan informasi yang baik bagi pembaca.
Mataram, 10 September 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II METODE...................................................................................................3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................4
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
suplementasi zinc pada penderita HIV/AIDS dinilai mampu memberikan pengaruh
positif dalam peningkatan kadar zinc dalam plasma darah, diikuti dengan
perkembangan sistem imunitas dan perbaikan kondisi infeksi oportunistik (Asemota
et al., 2018). Systematic review ini bertujuan menganalisis status zinc pada penderita
HIV/AIDS dewasa serta bagaimana dampak pemberian suplementasi zinc tunggal
maupun dalam bentuk multivitamin dan mineral terhadap status imunitas seperti
kadar CD4+, viral load, dan kondisi infeksi oportunistik.
2
BAB II
METODE
3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
spesifik untuk seng. Makanan yang mengandung kadar seng rendah akan merangsang
mekanisme carrier. Makanan yang mengandung kadar seng tinggi akan memicu
proses difusi menjadi lebih dominan, mekanisme ini terjadi melalui difusi pasif
(Shankar & Prasad, 1998).
Seng diabsorbsi di duodenum dan usus halus proksimal. Di dalam lumen
intestinal, seng dari makanan bercampur dengan seng dari sekresi pankreas dan hasil
deskuamasi usus yang mengandung seng. Setelah diserap oleh sel usus, seng
melintasi permukaan serosa dan secara aktif disekresikan kedalam sirkulasi portal di
mana kemudian seng terikat dengan albumin. Mekanisme ini bersifat reversibel, dan
juga terjadi uptake seng portal oleh sel usus. Pada keadaan kecukupan seng,
peningkatan seng memicu sintesis sel usus yang dapat mengikat kelebihan seng
intraseluler (Wapnir, 2000). Inhibisi kompetitif antara besi, seng dan tembaga juga
mempengaruhi absorpsi seng.
Transpor Zn di dalam darah diatur oleh albumin, antiprotease dan α2
makroglobulin, kemudian dibawa ke berbagai jaringan. Dalam plasma, sekitar
30% Zn berikatan dengan 2 alfa makroglobulin, sekitar 66% berikatan dengan
albumin dan sekitar 2% membentuk senyawa kompleks dengan histidin dan
sistein. Albumin juga turut berperan dalam mengatur penyerapan Zn, karena 66% Zn
dalam plasma berikatan dengan albumin (PRASAD, 1991). Komplek Zn-albumin
disebut ligan Zn makromolekul utama sedangkan liganmikromolekul adalah
kompleks Zn-histidin dan Zn-sistein yang berfungsi untuk membawa Zn ke seluruh
jaringan termasuk ke hati, otak dan sel-sel darah merah (BUCKLEY, 2000). Semakin
menurun kadar albumin dalam darah maka penyerapan Zn dalam plasma juga
menurun yang dapat menurunkan imun tubuh.
Seng dari produk hewani mudah diserap, sedangkan seng dari produk nabati
absorpsinya tergantung pada kandungan seng tanah (Shankar & Prasad, 1998).
Ekskresi seng terutama melalui feses, berasal dari makanan yang tidak terabsorpsi
dan seng endogenous. Sebagian besar seng endogen diabsorpsi kembali. Bila kadar
seng dalam makanan rendah, jumlah seng yang keluar lewat feses <1mg/hr dan bila
5
kadar seng dalam makanan tinggi, jumlah seng yang keluar lewat feses >5mg/hr.
Ekskresi seng juga terjadi melalui urine, haid, ejakulat, keringat, deskuamasi kulit, sel
yang terlepas dan rambut. Ekskresi seng di ginjal melalui proses ultrafiltrasi. Lebih
dari 95% seng yang difiltrasi akan diresorbsi kembali pada tubulus distalis. Jumlah
seng yang dieksresikan melalui urine sesuai dengan produksi urin. Dalam keadaan
normal eksresi seng melalui urine antara 0,4-0,6 mg/hr (Cousins, Liuzzi & Litchen,
2006).
6
zinc dalam plasma juga menyebabkan turunnya reaksi hipersensitivitas terhadap
masuknya penyakit yang disertai dengan menurunnya aktivitas fagositosis dan
produksi sitokin (Sneij et al., 2016). Turunnya produksi sitokin terutama sel T helper
(TH1), interferon, leukosit, serta limfosit B akan memudahkan aktivitas patogen lain
yang masuk dalam menginvasi sistem pertahanan tubuh. Dalam defisiensi zinc jangka
panjang, hal ini dapat merusak sistem pengaturan aktivitas Th1, sehingga resiko
infeksi oportunistik menjadi semakin tinggi bila dibandingkan dengan kondisi tidak
defisiensi. Tingginya laju progresi infeksi oportunistik dapat menyebabkan keparahan
HIV semakin meningkat hingga kematian (Savira, 2017).
7
suplementasi (p=0,005) yang selaras dengan peningkatan rerata serum karoten
(p=0,04). Namun, hasil ini tidak dapat dikorelasikan secara langsung dengan
pengaruh zinc didalam suplemen, karena jumlahnya (7,5 mg per hari) lebih kecil
daripada kebutuhan zinc untuk orang dewasa perhari, yaitu 10-15 mg. Selain itu,
penambahan substansi antioksidan lain berupa β-karoten, vitamin A, vitamin C,
vitamin E, dan Selenium dapat memberikan pengaruh terhadap efektivitas
suplementasi untuk meningkatkan sistem imun.
Suplementasi seng dapat meningkatkan CD4+ pada penderita HIV karena seng
berpengaruh pada transduksi sinyal sel T mulai pada tingkat proksimal (membran sel)
hingga ke tingkat distal (transkripsi pada inti sel). Pada tingkat proksimal, hal ini bisa
dijelaskan karena seng berpengaruh terhadap lymphocyte protein tyrosine kinase
(Lck). Pada tahap transduksi sinyal berikutnya, seng berpengaruh pada protein kinase
C dan akhirnya seng berpengaruh pada extracellular regulated kinase. Jika transduksi
sinyal ini berjalan dengan baik, diharapkan dapat mening-katkan produksi interleukin
2 (IL-2). IL-2 merupakan sitokin yang berperan untuk mengaktifkan pertumbuhan
dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T CD4+ dan sel CD 8+.
Fungsi utama IL-2 ialah meningkatkan respon imun.
8
BAB IV
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R., 2012. Peran Zinc Terhadap Peningkatan Sistem Immunitas. Jurnal
Keperawatan. 5(2):98-104.
Maulia, P.H dan Farapti. 2019. Status Zink dan Peran Suplementasi Zink Terhadap
Sistem Imun Pada Pasien HIV/AIDS: A Systematic Review. Media Gizi
Indonesia. 14(2):115-122.
Widhyari, S. D., 2012. Peran Dan Dampak Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Sistem
Tanggap Kebal. WARTAZOA. 22(3):141-148
10