Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI KOMUNIKASI PT.

POS DALAM MENEPIS

PERNYATAAN PUBLIK TERHADAP KINERJA DIREKSI PERUSAHAAN

( Studi Kasus Pada PT. POS INDONESIA )

Dosen Pembimbing:

Yayu Sriwartini S.Sos., M.Si.

Dibuat oleh:

ZAINUL ABIDIN

16311235165015
I. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Rusaknya Citra PT. POS INDONESIA di mata publik

2. Tata kelola PT. POS INDONESIA yang kurang bagus

3. Bangkrutnya PT. POS INDONESIA

II. LATAR BELAKANG

PT Pos Indonesia (persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak di bidang jasa kurir, logistik, dan transaksi keuangan. Berdiri sejak 26

Agustus 1746 di Batavia (sekarang Jakarta) oleh gubernur G.W Baron Van Imhoff.

Untuk mencapai tujuan bisnis, PT Pos Indonesia mempunyai Visi yaitu menjadi

perusahaan pos terpercaya “To be a trusted service company”.

Proses bisnis dalam pengiriman paket di PT Pos Indonesia saat ini dilakukan

melalui aplikasi intranet yang sudah terintegrasi. Proses bisnis dimulai ketika

pelanggan datang ke agen pos terdekat untuk mengirim paket. Petugas mencetak dan

menerbitkan resi pengiriman paket. Resi dicetak dua kali yang diberikan pada pengirim

atau pelanggan dan agen pos. Tahap selanjutnya, semua paket yang sudah terkumpul

di agen pos akan diambil oleh pihak pos dengan pengambilan dua kali dalam sehari

dan dikumpulkan ke gudang pos Juanda. Gudang pos Juanda akan menyortir

berdasarkan tujuan pengiriman yang akan dikirim ke alamat penerima1.

Perkembangan jasa kurir yang pesat di Indonesia membuat PT Pos Indonesia

1
http://repository.dinamika.ac.id/
harus menghadapi persaingan yang ketat. Pengembangan layanan kepada pelanggan

merupakan hal yang harus dilakukan agar PT Pos Indonesia tetap menjadi pilihan

utama pelanggan dalam melakukan pengiriman. Banyaknya masyarakat yang

menggunakan teknologi internet dan smartphone memungkinkan layanan baru untuk

melakukan pengiriman secara online melalui smartphone. Layanan jasa pengiriman

paket secara online berbasis android merupakan pilihan baru bagi pelanggan yang ingin

mengirim paket tanpa harus keluar rumah dan pelanggan hanya membuka aplikasi

pengiriman paket berbasis android yang nantinya akan ada memberikan notifikasi

kepada agen pos untuk mengambil paket.

Namun perjalanan PT. POS tidak selalu mulus belakangan ini, di kabarkan

parah buruh dari perusahaan tersebut tengah menjalankan aksi demo pada 6 Februari

2019 yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka. Mereka menuntut pembayaran gaji

mereka dan Sekretaris Jenderal SPPIKB Hendri Joni mengatakan tuntutan yang bakal

disampaikan dalam aksi tersebut salah satunya menyangkut persoalan kinerja Direksi

PT Pos Indonesia. "Iya (soal direksi)," katanya ketika dikonfirmasi kumparan,

“Keterlambatan pembayaran gaji pada Februari 2019 merupakan salah satu

penyebabnya. Namun [aksi] ini merupakan akumulasi kekecewaan terhadap kinerja

pimpinan” Akhmad Qomarudin bicara cukup lantang saat ia dan kawan-kawannya di

PT Pos menggelar aksi demonstrasi lanjutan di depan kantor Kementerian BUMN,

Jakarta pada Rabu (6/2/2019).2 Sialnya pasca-aksi demo di Bandung, masalah baru

2
https://tirto.id/didemo-serikat-pekerja-ada-apa-dengan-pt-pos-df6h
muncul, gaji Januari telat dibayar. Manajemen beralasan, penundaan pembayaran gaji

karyawan merupakan akibat dari belum cairnya pinjaman dari mitra perusahaan

sebagai dampak dari demo karyawan. “Dengan terjadinya demo, maka perusahaan

terpaksa harus mengatur ulang cashflow (arus kas) dan hal yang tidak bisa dihindari

adalah penundaan gaji yang lazimnya dibayarkan pada tanggal 1 setiap bulannya,”

jelas Gilarsi W Setijono, Direktur Utama PT Pos Indonesia.3

Merujuk pada laporan keuangan tahunan PT Pos Indonesia, laba bersih

memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi

halaman laporan keuangan. Teranyar, pada tahun 2018 Pos mencatat laba bersih

sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 yang sebesar Tapi tunggu dulu.

Dalam catatan arus kas, sejatinya kinerja PT Pos tidak bagus-bagus amat. Tengok saja

arus kas perusahaan kerap kali tercatat negatif. Sepanjang periode 2012-2018,

perusahaan pos nasional tersebut hanya mampu membukukan arus kas positif sebanyak

tiga kali. Sisanya berwarna merah alias negatif.

3
https://tirto.id/didemo-serikat-pekerja-ada-apa-dengan-pt-pos-df6h
Sebagai informasi, arus kas merupakan catatan uang riil yang keluar-masuk

perusahaan selama menjalankan aktivitas bisnis selama satu tahun pencatatan. Saat

nilainya negatif, artinya lebih banyak uang keluar daripada yang masuk. Untuk

sebagian industri, arus kas negatif tidak selalu menggambarkan kegiatan bisnis yang

tidak sehat. Contohnya pada sektor konstruksi, dimana pembayaran memang biasanya

dilakukan belakangan dan seringkali berbeda tahun pencatatan. Dampaknya, posisi kas

PT Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi

kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.4 Hal tersebutlah yang

membuat para buruh dari PT. POS geram dengan kinerja direksi PT. POS yang

dianggap tidak profesional dalam mengurus masalah internal perusahaan.

4
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190723205842-4-87041/arus-kas-pt-pos-indonesia-
negatif-apa-mungkin-bangkrut/2
III. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimana Strategi Komunikasi PT. Pos dalam Menepis Pernyataan

Publik Terhadap Kinerja Direksi Perusahaan?”

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja direksi perusahaan POS Indonesia.

2. Mengidentifikasi permasalahan PT POS dengan para pegawai.

Manfaat penelitian:

1. Diharapkan dapat menjelaskan persoalan yang terjadi antara pihak PT POS

Indonesia dengan pegawai mereka, dan mampu menjelaskan serta

mengembalikan citra positif perusahaan di mata publik.

2. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

V. KERANGKA TEORI

5.1 Landasan Konseptual

Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki beberapa teori-teori yang di

gunakan sebagai landasan untuk membantu pemahaman yang lebih dalam atas

permasalahan yang akan di bahas.


5.2 Identifikasi

Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu

dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu. (Menurut JP Chaplin yang

diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro 2008:8).5

5.3 Komunikasi

Para ahli bebas untuk memiliki tanggapan serta artiannya masing-masing

mengenai makna dari Komunikasi, akan tetapi secara garis besar, Komunikasi adalah

suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak

lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat

dimengerti oleh kedua belah pihak.

Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,

komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,

menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat

bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Setelah kita mengenal bahwa

komunikasi terbagi menjadi 2 macam yaitu komunikasi verbal dan komunikasi

nonverbal sebagai mana secara besar artinya sudah di jelaskan pada kalimat di atas.

Menurut Anwar Arifin (1988:17) Komunikasi merupakan suatu konsep yang

multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan komunikasi sebagai

5
http://jurnal.stkippgri-sidoarjo.ac.id/index.php/jpm/article/view/304http://jurnal.stkippgri-
sidoarjo.ac.id/index.php/jpm/article/view/304
proses sosial. Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial, dimana para

ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikasi

yang secara umum memfokuskan pada kegiatanmanusia dan kaitannya terhadap pesan

dengan perilaku.6

5.4 Strategi Komunikasi

Rogers dalam Cangara (2013: 61) memberi batasan pengertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku

manusia dalam skala lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Menurut seorang pakar

perencanaan komunikasi Middleton dalam Cangara (2013:61) juga membuat definisi

dengan menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik dari semua

elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai

pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.

Strategi komunikasi memungkinkan suatu tindakan komunikasi dilakukan

untuk target-target komunikasi yang dirancang sebagai target perubahan. Bahwa

didalam strategi komunikasi pemasaran, target utamanya adalah pertama, bagaimana

membuat orang sadar bahwa dia memerlukan suatu produk, jasa atau nilai dan apabila

perhatian sudah terbangun, maka target terpentingnya adalah agar orang loyal untuk

membeli produk, jasa atau nilai itu (Bungin, 2015: 62).7

6
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/2884
7
https://idtesis.com/teori-lengkap-tentang-strategi-komunikasi-menurut-para-ahli-dan-contoh-tesis-
strategi-komunikasi/
Tujuan Strategi Komunikasi

Dalam dunia bisnis, tujuan strategi pada umumnya adalah untuk menentukan

dan mengkomunikasikan gambaran tentang visi perusahaan melalui sebuah sistem

tujuan utama dan kebijakan. Strategi menggambarkan sebuah arah yang didukung oleh

berbagai sumber daya yang ada. Sementara itu, menurut R. Wayne Pace, Brent D.

Peterson, dan M. Dallas Burnett menyatakan bahwa strategi komunikasi memiliki 3

(tiga) tujuan, yaitu (Effendy, 1984:35-36):

1. To secure understanding – memastikan pesan diterima oleh komunikan.

2. To establish acceptance – membina penerimaan pesan.

3. To motivate action – kegiatan yang dimotivasikan.

Strategi komunikasi yang dilakukan bersifat makro dan proses strategi komunikasi

berlangsung secara vertikal piramidal.8

VI. Teknik Pengumpulan Data

Demi terkumpulnya data yang berkredibilitas dan relevan, penulis membagi

menjadi dua data yaitu primer dan data sekunder yang dimana keduanya memiliki

pendekatan yang berbeda untuk mengumpulkan hasil data.

8
https://pakarkomunikasi.com/teori-strategi-komunikasi
6.1 Data Primer

Dalam memenuhi data di penelitian ini memerlukan data primer sebagai

sumber utama yang didapatkan langsung pada objek penelitian. Data primer ini

merupakan data yang didapatkan dan dikelola sendiri oleh peneliti untuk melengkapi

kebutuhan data agar tujuan penelitian dapat tercapai baik. Ada beberapa teknik

pengumpulan data pada data primer di penelitian ini, yaitu:

6.1.1 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data utama pada penelitian ini akan dilakukan

dengan wawancara semi-terstruktur. Teknik ini dipilih karena paling sesuai dengan

kebutuhan penggalian data atau informasi guna menunjang keperluan analisa yang

lebih mendalam serta adaptif ketika proses wawancara berlangsung. Pertanyaan yang

ada tidak akan terpatok kaku sesuai teks melainkan akan fleksibel dapat berubah saat

proses wawancara berlangsung agar lebih dapat menyesuaikan dengan apa yang

hendak dicari keakuratan data yang baik. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam

kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat

apa yang dikemukakan oleh informan.


Wawancara sendiri dalam pengertiannya menurut Esterberg dalam Sugiyono

(2015) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

dan potensi yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan

pribadi. Jadi, dengan wawancara, maka diketahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal

ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dinyatakan pula bahwa interview/

wawancara merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat jurnal dalam ilmu

sosial, maka akan Anda temui semua penelitian sosial didasarkan pada interview, baik

yang standar maupun yang mendalam (Esteberg dalam Sugiyono, 2016).9

6.1.2 Observasi

Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan adalah observasi dimana

observasi disini akan sebagai pendamping wawancara untuk kepentingan crosscheck

dan validitas data. Jenis observasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

9
Esterberg dalam Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Sugiyono (2015)
observasi non-partisipan. Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti

memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister et al. dalam

Sugiyono, 2015). Cartwright & Cartwright dalam Sugiyono (2015)

mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta

“merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu

kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau

diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan

yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat

langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena

mensyaratkan perilaku yang tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat yang

masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak

dapat diobservasi.

Selain itu, observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu. Pengamatan yang

tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah

untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan

perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang

terlibat tersebut.

Adapun kelebihan metode observasi (Herdiansyah, 2009) adalah data yang

dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi karena


biasanya peneliti sendiri yang mengamati secara seksama setiap detail perilaku yang

batasan perilaku yang diobservasi sudah ditentukan sebelumnya; Dapat melihat

langsung apa yang sedang dikerjakan oleh subjek hingga kepada hal yang detail,

pekerjaan-pekerjaan yang rumit yang kadang-kadang sulit untuk diterangkan tetapi

dengan menggunakan metode observasi, hal tersebut mampu untuk diungkap; Dapat

menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak ruangan

peralatan, penerangan, gangguan suara, dan lain-lain; Dapat mengukur tingkat suatu

pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan

tertentu.10

6.1.3 Dokumentasi

Selain data primer di atas yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini,

diperlukan juga data dokumentasi untuk melihat sekilas atau review dari data yang

berada pada internal PT POS INDONESIA. Dokumentasi ini pertama difokuskan pada

saat pelaksanaan observasi dan wawancara di saat bersamaan. Akan didokumentasikan

mengenai keadaan langsung di lapangan maupun selama subjek penelitian diteliti agar

dapat menjadi sumber data pendukung yang tak kalah pentingnya.

10
(Banister et al. dalam Sugiyono, 2015). Cartwright & Cartwright dalam Sugiyono
(2015)
6.2 Data Sekunder

Selain data primer di atas tersebut yang diperlukan, ada data sekunder juga yang

dapat melengkapi pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Pengertian

dari data sekunder menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, dokumen, dan

kesemua itu merupakan hasil pencarian yang tidak melibatkan diri dengan subjek

penelitian.11

6.2.1 Penelusuran Pustaka

Data sekunder pertama yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

penelusuran pustaka. Penelusuran disini adalah dengan mencari informasi dari buku,

tulisan ilmiah, jurnal penelitian, dan rangkuman lain yang berkaitan dengan topik

penelitian yaitu strategi komunikasi PT POS INDONESIA. Tidak terlepas pula hal-hal

yang berkaitan dengan komunikasi juga akan menjadi penelusuran pustaka dalam

penelitian ini mengingat strategi komunikasi tidak dapat lepas dikaitkan dengan

komunikasi itu sendiri.

Dengan begitu bisa didapatkan sumber pustaka yang semakin kaya untuk

membantu penelitian lebih memiliki informasi yang akurat dan terpercaya sebagai

penguat data. Dengan penelusuran pustaka ini pula membantu mengidentifikasi data-

11
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ,Sugiyono (2015)
data yang pernah ada sebelumnya sehingga berguna saat penelitian berlangsung dapat

mencari apa yang belum pernah tergali dalam penelitian atau tulisan yang pernah ada

sebelumnya.

6.2.2 Penelurusan Internet

Dengan dasar penghematan waktu dan dana maka data sekunder pada

penelitian STRATEGI KOMUNIKASI PT. POS DALAM MENEPIS PENYATAAN

PUBLIK TERHADAP KINERJA DIREKSI PERUSAHAAN ini juga akan didapatkan

melalui pencarian online/internet. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya

mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang

berkaitan dengan sejarah PT POS INDONESIA, dampak, serta refleksi PT POS

INDONESIA terhadap perusahaan BUMN di Indonesia.

Meski melalui internet dikarenakan untuk penghematan waktu dan dana,

sumber data yang diambil tentu akan tetap melalui proses penyaduran yang baik.

Saringan itu adalah melalui melihat siapa yang menerbitkan tulisan, buku, atau

dokumen tersebut guna menganalisis kredibilitas data yang akan dipilih. Selain itu juga

akan dilihat mengenai kapan penerbitan data itu dilakukan, akan ditelaah seberapa

relevan data itu untuk tetap dapat dipakai sebagai data sekunder dalam penelitian ini.

Ini dilakukan juga agar tetap menjaga data yang dipakai untuk analisis nanti tetap

berkredibelitas dan dipercaya agar menghasilkan data analisa yang akurat. Pasalnya
tidak bisa dipungkiri bahwa pada dunia internet memang banyak tersebar informasi,

namun tak jarang informasi tersebut dibuat tanpa dasar yang jelas atau bahkan untuk

kepentingan tertentu saja. Untuk itulah akan dipastikan beberapa kali sebelum data

tersebut bisa naik menjadi sumber data sekunder yang baik untuk membantu analisis.

6.2.3 Dokumentasi

Pada data sekunder, dokumentasi merupakan kumpulan data baik berupa

gambar, tabel, artikel, peraturan, rekaman video dan lain sebagainya yang didapatkan

dari sumber eksternal. Dokumentasi dari eksternal ini akan dapat dijadikan pelengkap

ketika dibutuhkan karena keterbatasan sumber dokumentasi yang diperoleh langsung

dari proses penelitian kali ini. Dengan cara seperti ini juga bisa menjadi jalan dalam

menghemat waktu, tenaga, maupun biaya untuk melakukan dokumentasi langsung

apabila sudah pernah dilakukan dokumentasi yang serupa atau bahkan dapat lebih

mewakili kebutuhan penelitian.

Untuk mendapatkan kelengkapan data atau suatu informasi yang sesuai dan

akurat dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan tehnik pengumpulan data oleh

peneliti adalah tehnik wawancara. Rachmat Kriyantono (2006) dalam buku nya

membagi wawancara menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Wawancara Pendahuluan

b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

c. Wawancara Semistruktur (SemiStructured Interview), dan


d. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Diatas adalah beberapa jenis wawancara menurut Rachmat Kriyantono (2006) yang

bisa dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data, disini penulis lebih memfokuskan

untuk memilih wawancara Semistruktur (Semistructured Interview).12

12
Teknik Praktis , Riset Komunikasi Rachmat Kriyantono (2006)

Anda mungkin juga menyukai