Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

November 2019

DEPRESI BERAT DENGAN CIRI PSIKOTIK

Maria Aprilla Weking


10.2019.018

FAKULTAS KEDOKTERAN

Penyaji : Maria Aprilla Weking


Narasumber : dr.Meiliana Windrawaty, SpKJ
Pembimbing : dr. Zulvia Oktaviandi Syarif , SpKJ

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKRIDA


RSUD Tarakan
2019
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa makalah ini saya
susun tanpa tindakan plagiarism sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Kristen Krida
Wacana.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarism, saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Kristen Krida Wacana kepada
saya.

Jakarta, 07 November 2019

(Maria Aprilla Weking)


ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. Hb
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia :
 Suku Bangsa : Afghanistan
 Bahasa : Bahasa Inggris
 Agama : Islam
 Pendidikan : Kelas 3 SD
 Pekerjaan : Pasien tidak bekerja saat ini
 Alamat : Bogor (tinggal sendiri)
 Status pernikahan : Cerai Hidup
 Pembiayaan :
 Rekam Medik :
 Pasien dating ke Poli Jiwa dengan Keluhan : Depresi Berat, Kebingungan,
tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Data Diperoleh dari :
1) Autoanamnesis
 Tanggal 31 oktober 2019, di Poli Jiwa

a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh sulit masuk kedalam tidur, tidak nafsu makan, selalu sedih, lebih
suka menyendiri dirumah, selalu mendengar suara-suara seperti anak kecil menangis,
suara peperangan menjelang tidur, dan sering mimpi buruk
b. Riwayat Ganguuan Sekarang
Pasien merupakan Warga Negara Asing yang berasal dari Afghanistan. Pasien
merupakan salah satu pengungsi dari negara lain dan menetap di Indonesia di bawah naungan
Lembaga UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees). Pasien juga di sarankan
oleh salah satu pengurus dari lembaga tersebut unutk di konsultasikan ke dokter spesialis kesehatan
Jiwa di RSUD Tarakan.

Pasien datang ke Poli Jiwa RSUD Tarakan pada tanggal 31 Oktober 2019 sendiri
dengan keluhan susah tidur, tidak nafsu makan dan selalu merasa sedih. Pasien mengaku
mengalami gejala ini sudah setahun terakhir namun semakin hari semakin memburuk beberapa
bulan terakhir. Pasien mengaku selalu merasa sedih dan menyalahkan diri sendiri, dia mengatakan
mengapa kondisi hidupnya dari lahir hingga hari ini tidak pernah merasa bahagia.

Pasien juga tidak nafsu makan, namun pasien tetap menyadari bahwa ia harus tetap
makan meskipun ia tidak merasa lapar Karena beberapa minggu lalu pasien pernah mengalami
pingsan dan di temukan oleh teman-teman pasien didalam kamarnya setelah dua hari pingsan.
Pasien mengaku susah masuk kedalam tidur, diperlukan waktu 2 jam sampai 2,5 jam untuk bisa
tidur dan sering terbangun karena mimpi buruknya, pasien bermimpi terjatuh dari suatu ketinggian
atau mimpi tertabrak oleh mobil dan hal ini kerap sering terjadi setiap dia tidur. Pasien juga
mengatakan ketika dia sedang merasa sedih mendalam, sendirian dirumah atau bahkan menjelang
tidur pasien sering mendengar suara-suara anak kecil menangis, suara orang-orang teriak-teriak
dan suara tembakan bersahut-sahutan seperti sedang dalam situasi perang. Pasien bercerita di masa
kecilnya ketika pasien berumur 9 tahun situasi di negaranya sedang terjadi perang, pasien
menyaksikan kematian orang-orang disekitar pemukiman rumahnya mati terbunuh, termasuk
beberapa dari saudara-saudaranya. Sejak perang itu terjadi pasien melarikan diri lalu sekolahnya
pun berhenti dan tidak dilanjutkan, pasien tinggal berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain
hingga akhirnya saat ini pasien tinggal di bogor, Indonesia. Pasien tinggal sendirian di rumah
tersebut dan pasien mengaku tidak memiliki pekerjaan dan ketika ditanyakan selama ini
bagaimana pasien melanjutkan hidupnya pasien hanya menjawab perlahan selama ini ia
bergantung dengan temannya.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Pasien mengatakan kondisinya semakin memburuk ketika setahun lalu ibunya


meninggal, pasien dikabari oleh saudaranya bahwa ibunya sedang sakit namun karena
keterbatasan biaya pasien tidak bisa kembali ke negaranya untuk melihat kondisi ibunya.
Namun satu bulan kemudian ibu pasien meninggal dunia, dan juga psien resmi bercerai di
tahun yang sama dengan ibunya meninggal. Dari situ pasien merasa sangat tidak berguna
dan tidak berdaya. Pasien mengaku gejala seperti ini sudah muncul dari 2-3 tahun silam
namun sekamin kesini beberapa bulan terakhir menjadi lebih buruk.
Lima bulan lalu pasien sempat pergi ke dokter ahli jiwa di salah satu rumah sakit di
bogor dan pasien telah menjalani terapi obat untuk dua bulan berupa olanzapine 5mg, dan
klobazam 2,5mg. Namun setelah obatnya habis pasien tidak kembali lagi ke dokter
tersebut, setelah itu kondisi pasien semakin memburuk oleh karena itu pasien datang ke
RSUD Tarakan. Sebelumnya pun beberapa bulan lalu pasien sempat dirawat dirumah sakit
di Bogor karena ditemukan pingsan dengan temannya didalam rumah, pasien mengaku
lemas dan akhirnya jatuh pingsan setelah dua hari pasien tidak makan apapun karena gejala
depresinya yang membuatnya tidak pernah merasa lapar dan ingin makan.
2. Riwayat Gangguan Medik
Keluarga pasien mengatakan, saat kecil pasien tidak pernah jatuh dan pasien tidak
pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau trauma
pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau mengalami penurunan kesadaran.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mengaku memiliki riwayat merokok sejak remaja. Tidak ada riwayat minum
alkohol atau penggunaan narkoba.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Mei 2019 :
Grafik Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mulai membaik,
2016: kondisi gejala-gejala seperti
psikologis pasien mendengar bisikkan dan
Tingkat membaik setelah halusinasi mereda
keparahan pasien menikah Karena pasien pergi
Gangguan dengan wanita asal berobat ke psikiatri dan
Australia mendapatkan terapi

2012-2015 :

Pasien mengatakan sudah


mengalami tingkat depresi
yang ringan, dimulai dari tidak
bekerja, tidak berkumpul 2018:
dengan teman dan lebih suka
kondisi pasien kembali
mengurung diri dirumah.
terpuruk ketika ibu pasien
Okt 2019:
meninggal dan ps bercerai
Pasien kembali
memburuk karena
putus obat

d. Riwayat Kehidupan Pribadi

1) Riwayat Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dan memiliki 3 saudara dari
pernikahan ayahnya yang sebelumnya. Ibu pasien merupakan istri kedua dari
ayahnya. Pasien lahir normal spontan , dalam keadaan sehat. Riwayat komplikasi
kelahiran , trauma, dan cacat bawaan disangkal.
2) Riwayat Perkembangan Kepribadian
 Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak mengetahui tentang proses tumbuh kembang pasien
 Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada saat pasien umur 8-9 tahun terjadi perang di negaranya yang
menyebabkan pasien harus mengungsi pada saat usia nya 9 tahun. Pasien juga
berhenti sekolah dan sampai saat ini tidak pernah melanjutkan sekolahnya
lagi.
 Masa Kanak Akhir (pubertas dan Remaja)
Pasien sangat mudah bergaul dan selama tinggal di negara lain sebagai
pengungsi pun pasien masih sering berkumpul dengan teman-temannya baik
teman dari negara yang sama atau teman dari penduduk asli negara tersebut.

3) Riwayat Pendidikan
Sejak terjadi peperangan di Negara afganistan ketika pasien berusia 9 tahun , saat
itu pasien sedang duduk di bangku kelas 3 SD. Namun setelah kejadian perang
tersebut orang tua psien mengirim pasien untuk mengungsi di negara lain. Sejak
itu pasien berhenti sekolah dan tidak bersekolah lagi. Padahal menurut pasien , ia
merupakan siswa yang sangat berprestasi.
4) Riwayat Pekerjaan
Pasien mangaku selama di Bogor tidak pernah bekerja, pasien hanya
mengandalkan bantuan dari teman nya saja.
5) Riwayat Beragama
Pasien beragama Islam, pasiem mengaku saat ini sudah tidak melakukan ibadah.
6) Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien pernah menikah dengan wania asal Australia pada tahun 2016 dengan
harapan pasien akan mendapatkan kehidupan baru yang lebih layak di Australia,
ternyata setelah sebulan istrinya tinggal di Bogor bersama psien sang istri lalu
pergi kembali ke Negaranya dan meminta pasien untuk bercerai. Pasien resmi
bercerai pada tahun 2018 lalu. Pasien mengaku saat ini organ genital nya pun
tidak dapat berfungsi/tidak dapat ereksi.
7) Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan apparat penegak hokum dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8) Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik. Pasien merupakan
orang yang sayang dengan keluarga terutama adik perempuannya. Pasien masih
suka berkomunikasi dengan saudaranya, namun pasien sudah tidak tahu ayahnya
saat ini tinggal dimana dnegan istri pertama dan anak-anaknya.

e. Riwayat Keluarga

Keterangan :
Menikah
Meninggal
Anak
Saudara kandung
Laki-laki
Perempuan
Pasien
f. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengaku ada yang salah dengan dirinya dengan demikian pasien datang sendiri
ke dokter ahli jiwa sehingga dapat pengobatan dengan baik.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan 31 Okt 2019)


A. Deskripsi Umum
 Penampilan
Pasien seorang laki-laki dengan usia 36 tahun, tampak sesuai dengan
usianya. Mengenakan kaos lengan panjang bersih, dengan bawahan celana training
hitam dengan memakai sandal. Tampak murung dan sedih. Pasien berambut hitam
pendek dan terpotong rapi.
 Kesadaran
Kesadaran : Compos Mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
 Perilaku dan Aktivitas Motorik
Pasien duduk dengan tenang di kursi yang berhadapan dengan pemeriksa. Pasien
Nampak kooperatif dan sopan dalam melakukan sesi tanya jawab dnegan dokter
dan sesalu berusaha untuk menceritakan apa yang sedang dirasakannya. Dan cukup
terbuka ketika menceritakan kejadian masa lalu serta identitas pasien selama
hidupnya.
 Pembicaraan
Cara berbicara : dengan menggunakan Bahasa inggris pasien Nampak berbicara
dengan lancer tidak terbata-bata dan dengan intonasi yang cukup terdengar,
artikulasi jelas. Tidak ditemukan adanya hendaya atau gangguan bicara.

B. Alam Perasaan
 Mood : Hipotim
 Afek : Sedih
 Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
 Halusinasi : ada, halusinasi auditorik
 Ilusi : tidak ada
 Depersonalisasi: tidak ada
 Derealisasi : tidak ada

D. Proses Pikir
 Arus piker
 Produktifitas : mengelak, menghindar , tidak bekerja
 Kontinuitas : koheren
 Isi Pikir
 Preokupasi : ada
 Waham : ada, waham kejar (pasien merasa orang lain
membicarakan dia)
 Obsesi : tidak ada
 Fobia : tidak ada
E. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SD kelas 3 saja
2. Pengetahuan Umum Pasien tahu bagaimana cara pulang pergi Bogor-Jakarta
3. Kecerdasan Rata-rata
4. Konsentrasi dan Konsentrasi baik (Perhatian baik (pasien fokus kepada
Perhatian pemeriksa pada saat wawancara)
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
hari).
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSUD
Tarakan)
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter
PPDS dan mengenal ditemani juga dnegan dokter muda).
6. Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat menceritakan kembali masa kecilnya).
Panjang
- Jangka Baik (pasien mengingat kegiatan yang dilakukannya sejak
Pendek pagi tadi di RS).
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai).
7. Pikiran Abstrak Tidak diamati

8. Visuospasial Tidak diamati

9. Kemampuan Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).


Menolong Diri

F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan dan bersikap kooperatif)

G. Daya Nilai
 Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama di
ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan mengetahui
bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
 Uji Daya Nilai
Tidak dilakukan
 Daya Nilai Realita
Baik
H. Tilikan
Tilikan derajat 4 menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab penyakitnya.
IV. STATUS FISIK
A. Status Internus
 Keadaan umum : baik, tampak tenang
 Kesadaran : CM
 Ttv : TD 112/69, nadi 78x/menit, suhu tidak diperiksa,
pernafasan 20x/menit
 Kulit : putih langsat, mata tidak ikterik, tidak sianosis, turgor baik,
kelembaban normal, efloresensi tidak ada.
 Kepala : rambut agak keriting berwarna hitam pendek dan rapi.
 Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak ...langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
 Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-
), sekret -/-.
 Telinga : Sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-.
 Mulut : Bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-), trismus (-),
 Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-).
 Gigi geligi : dalam batas normal
 Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
 Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
 Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
 Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar.
Thorax , Paru , Jantung, Abdomen, ekstremitas, genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
lanjutan

B. Status Neurologis : GCS : 15 (E4, M6, V5) selebihnya tidak dilakukan Pemeriksaan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang ke Poli Jiwa RSUD Tarakan sendiri pada tanggal 31 Oktober 2019
dengan keluhan susah tidur, tidak nafsu makan dan selalu merasa sedih serta suka
mimpi buruk. Menurut pasien sendiri semakin hari kondisi perasaan pasien semakin
memburuk, pasien merasa semakin murung, tidak ingin makan dan mals bertemu
dengan orang lain. Bahkan pasien mengakui ada mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya seperti suara tangisan anak kecil , teriakan orang, suara tembakan yang
sangat gaduh , dan suara klakson mobil.
Pasien juga mengeluh selalu merasa sakit pinggang ketika bangun dari tidurnya.
Pasie mengatakan hal ini sudah terjadi 1 bulan terakhir setelah pasien berhenti minum
obat dari dokter. Sebelumnya pasien pernah pergi ke poli jiwa di Bogor dan
mendapatkan terapi selama dua bulan. Namun setelah obatnya habis pasien tidak
segera kembali lagi ke dokter tersebut sehingga gejala muncul kembali bahkan menjadi
lebih buruk sehingga psien pergi ke RSUD Tarakan untuk bertemu dengan dokter lagi.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis 1 : F32.3 Depresi Berat dengan ciri psikotik
 Aksis II : tidak terlihat adanya gangguan kepribadian
 Aksis III : disfungsi Ereksi
 Aksis IV : pasien merasa masalah dengan pendidikannya yang rendah (kelas
3 SD), pasien juga mengaku tidak bias bekerja lagi, pasien merupakan seorang
pengungsi dan juga psien sudah malas berkumpul dengan teman-temannya
melainkan lebih suka menyendiri dirumah.
 Aksis V : GAF saat masuk RS : 70-61

VIII. DAFTAR MASALAH


Organobiologi : Disfungsi ereksi
Psikologik : hipotim, sedih, waham kejar dan halusinasi auditorik
Sosiobudaya : pasien seorang pengungsi.
IX. DIAGNOSA DIFERENTIAL
 Skizoafektif tipe depresi
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien masih bias aktivitas dirumah)
Quo ad sanationam : Dubia (ketidakpatuhan minum obat & tidak ada pengawas
minum obat)

XI. PENATALAKSAAN :
1. Rawat inap : belum diperlukan karena pasien belum ada indikasi seperti : gaduh
gelisah, kesadaran minum obat kurang, untuk observasi lanjut
2. Psikofarmaka
 Sentralin 1x1 25mg (pagi )
 Olanzapine 1x1 5mg (malam)
 Klobazam 1x1 5mg (siang)
3. Psikoedukasi untuk pasien
Dilakukan psikoedukasi pada psien mengenai sakit yang dialami pasien, cara
mengatasi gejala pasien, rencana pengobatan yang diberikan, efek samping obat
dan prognosis penyakit
4. Psikoterapi
Terapi supportif kepada psien
 Sugesti : menanamkan pada psien bahwa gejala yang dialami pasien
akan menghilang perlahan dengan obat yang diminum.
 Reassurance : memberitahukan kepada psien bahwa minum obat sangat
penitng untuk menghilangkan halusinasi
 Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan apa yang
dirasakannya.
XII. DISKUSI

Pada kasus pasien dengan diagnosis depresi berat dengan ciri psikotik ini dokter
menegakan diagnosis berdasarkan keluhan utama yang dialami oleh pasien, beberapa bulan
terakhhir pasien mengaku sangat malas pergi bekerja karena pasien merasa sudah sulit
sekali untuk focus mengerjakan pekerjaannya, pasien tidak ada lagi minat untuk pergi
berkumpul dengan teman-temannya. Setiap keadaannya memburuk atau pasien sedang
sendirian pasien terus menyalahkan dirinya sendiri seperti mengapa pasien tidak bisa
sukses seperti teman sekolah nya ketika SD, pasien mengatakan teman-temannya kini
sudah ada yang menjadi ahli teknik mesin, dokter, bahkan jurnalis.pasien juga mengaku
tidak ada rasa lapar dan tidak ada nafsu makan walaupun pasien belum makan seharian.
Setelah itu pasien juga mengaku bahwa ketika ia sedang sendirian ia sempat berfikir
mengapa dirinya tidak mati saja namun pasien belum pernah melakukan percobaan bunuh
diri.
Hal ini sesuai dengan buku yang dibuat Kaplan dan Saddock pada tahun 2010
dimana didalam buku tersebut tertulis bahwa depresi merupakan gangguan jiwa yang
makin meningkat angka kejadiaanya di berbagai belahan dunia seiring dengan berjalannya
waktu. Pasien dengan mood terdepresi merasakan hilangnya energy dan minat, perasaan
bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan dan pikiran tentang kematian
atau bunuh diri.1
Pada tahun 2018 silam pasien mengatakan bahwa ia resmi bercerai dengan istrinya
yang ia nikahi pada tahun 2016. Menurut pasien setelah menikah sang istri asal Australia
tersebut hanya tinggal bersama pasien selama satu bulan di Bogor setelah itu sang istri
pergi meniggalkan pasien begitu saja setelah akhirnya resmi bercerai pada 2018. Di Tahun
yang sama pasien juga mengatakan bahwa ibunya meninggal dunia dan psien tidak dapat
pulang ke negaranya karena keterbatasan biaya. Disitu pasien sangat merasa down dan
mulai timbul kembali gejala-gejala depresinya.
Menurut jurnal yang dibuat oleh Sosrosumihardjo, Danardi. 2011, kehilangan
obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi,
harta merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi factor biologic,
psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif
munul.2
Pasien mengalami depresi berulang setelah 3 bulan tidak minum obat lagi,
sebelumnya pasien pernah berobat ke psikiatri dan mendapatkan terapi selama 2 minggu
saat itu pasien merasa lebih baik sehingga psien tidak memenuhi anjuran pasien untuk
kembali datang control dan melanjutkan rencana terapi berikutnya. Pasien mengaku tinggal
sendiri dan sudah jarang bertemu temannya sehingga terbukti bahwa psien tidak
mempunyai orang yang dekat dengannya untuk sekarnag ini yang seharusnya bias menjadi
caregiver nya untuk mendorong pasien melakukan lanjutan terapi dengan datang control.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jiwo T dengan judul Pusat Pemulihan
dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa , dan Buku Saku Psikiatri.Edisi 6, disana dijelaskan
bahwa Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa memerlukan
tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit,
umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya. Bila seseorang menderita depresi
berat, maka diperlukan seorang yang dekat dan yang dipercayainya untuk membantunya
selama menjalani pemeriksaan dan pengobatan depresi tersebut.Kadang seorang penderita
depresi berat perlu rawat inap di rumah sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat
jalan.3,4

Pada kasus ini yang menjadi factor pencetus atau stressor dari munculnya gejala
dari pasien tersebut adalah di masa kecilnya ketika ia berusia 9 tahun telah terjadi perang
di negara ia berasal yaitu Afghanistan. Di usianya yang sangat belia ia menyaksikan
kejadian-kejadian yang sangat luar biasa, seperti melihat orang-orang yang tidak bersalah
mati terbunuh akibat perang tersebut, ia juga mengaku snagat mengingat peristiwa dimana
ia di bawa lari-lari oleh orang tuanya untuk menyelamatkan diri dari bahayanya situasi
peperangan saat itu. Ketika itu ia dibawa kabur untuk mengungsi dari 1 negara ke negara
lainnya sampai akhirnya ia menetap di Indonesia seorang diri saat ini. Sehingga timbulah
gejala seperti halusinasi berupa suara tangisan, klakson mobil lalu suara tembakan-
tembakan seperti sedang perang ini bermunculan sebagai halusinasi auditorik karena secara
tidak langsung dibawah alam sadarnya ia mengalami trauma yang sangat hebat di masa
kecilnya. Dan gejala lain berupa tidak percaya diri dan mengurung diri, tidak bisa
bersosialilsasi dengan lingkungannya karena secara tidak sadar ia merasa bahwa dirinya
sudah tidak berguna lagi, karena sejak kejadian perang tersebut ia behrenti sekolah dan
tidak melanjutkannya lagi hingga saat ini.
Proses perjalanan penyakit ini sesuai dengan yang tertulis di Buku Ajar Psikiatri UI
edisi ketiga disana menyatakan bahwa gangguan mood merupakan suatu gangguan yang
berlangsung lana dan cenderung kambuh. Gangguan mood lebih ringan dibandingkan
dengan skizofrenia. Pada gangguan mood lebih sering ditemukan adanya stressor
kehidupan di episode awal dibandingkan episode berikutnya. Kondisi ini menunjukan
bahwa stressor psikososial berperan sebagai penyebab awal gangguan mood. Meskipun
episode awal dapat diatasi, perubahan biologi yang menetap di otak menimbulkan risiko
lebih besar untuk episode berikutnya.5

XIII. DAFTAR PUSTAKA


1.Kaplan and Saddock. Synopsis of Psychiatry. 7th ed. Vol 1. Sans Tache. New York, 1993.

2. Sosrosumihardjo, Danardi. 2011. Kenali Depresi, Tuntaskan Terapi. Dalam Jurnal Farmacia..
Kenali Depresi, Tuntaskan Terapi. Dalam Jurnal Farmacia.

3.Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita GangguanJiwa. Available From URL:
http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com

4.Tomb DA, Buku Saku Psikiatri.Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004

5.Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri edisi ketiga. Jakarta . penerbit FKUI.2017

Anda mungkin juga menyukai