Anda di halaman 1dari 9

TOILET TRAINING

ITU

PENTING

BUNDA

Annisa Salsabila

201910230311035
Mengajari anak untuk memakai toilet sendiri atau toilet training sangatlah
penting. Namun perlu diingat bahwa sebelum memutuskan untuk memberikan toilet
training, Anda harus tahu kesiapan Si Kecil.

Toilet training merupakan proses ketika anak belajar untuk buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet selayaknya orang dewasa. Pada tahap ini,
anak diajari untuk tidak lagi mengeluarkan urine dan tinja pada popok. Kemampuan
memakai toilet juga berguna untuk mengetahui apakah anak Anda tumbuh dan
berkembang dengan normal atau tidak.

Untuk mengetahui tanda awal seorang anak siap untuk diberikan toilet
training adalah dengan melihat kesiapan fisik dan emosionalnya. Tanda-tanda anak
siap secara fisik adalah ketika dia mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan
BAB. Hal ini jarang terjadi sebelum usia 1 tahun 6 bulan. Anda bisa mengetahui
kesiapan fisik ini jika:

 Anak memperlihatkan ekspresi saat menahan BAK atau BAB.


 Popok kering saat bangun tidur atau setelah dua jam pemakaian.
 Tidak BAB di popok saat malam hari.
 BAB terjadi pada waktu yang sama tiap harinya atau pada waktu yang tidak
bisa diprediksi.
 Anak mampu melepas dan memakai pakaian serta mampu berkomunikasi
dengan Anda tentang pemakaian toilet.

Berbeda dengan kesiapan fisik, kesiapan secara emosional butuh waktu yang
lama. Berikut ini adalah tanda-tanda anak Anda sudah mencapai kesiapan emosional.

 Anak akan memberitahu Anda ketika popoknya kotor dan meminta untuk
diganti dengan yang baru.
 Dia lebih memilih memakai celana dalam ketimbang popok.
 Menunjukkan ketertarikannya ketika Anda memakai kamar mandi.
 Memberitahu Anda ketika dia ingin buang air.
 Bersemangat mengikuti semua proses toilet training.
Meski telah menunjukkan kesiapan fisik dan emosional, bukan berarti anak
siap diberi toilet training. Ada sebagian anak yang belum siap melakukannya,
terutama jika dia berada pada tahap ketika kata ‘tidak’ menjadi respons utamanya
untuk tiap permintaan. Langkah terbaik adalah dengan berkonsultasi kepada dokter
atau berbagi pengalaman dengan orang tua atau teman yang pernah mengalaminya.

Hindari memaksakan kehendak Anda ketika anak belum siap melakukannya.


Hal itu bisa memicu stres yang bisa memperlambat kesiapannya melepas popok. Anda
pun akan merasa frustrasi jika memaksa memberikan toilet training pada anak yang
belum siap.
Analisa

Jaman sekarang penggunaan toilet training sudah bukan hal yang tabu lagi
dikalangan masyarakat menengah ke atas. Tapi, masih banyak ibu-ibu diluar sana
yang menyepelekan penggunaan toilet training untuk anaknya. Masih banyak ibu-ibu
yang memaksa penggunaan toilet training pada anak untuk dilaksanakan secepatnya
dan ada juga yang menunda-nunda pelaksanaan toilet training pada anaknya. Padahal
jelas hal tersebut dapat mengganggu emosi dan perkembangan anak. Untuk
pelaksanaan toilet training pun perlu penyesuaian dengan kesiapan anak.

Ciri – ciri siap atau tidaknya anak sudah tertera dari artikel diatas. Lalu, apa
kaitannya penggunaan toilet training dengan perkembangan anak? Secara teoritis,
menurut Sigmund Freud (1856 – 1939), seorang tokoh psikolog, tahap ini merupakan
tahap yang penting dalam perkembangan anak karena anak mengasosiasikan kegiatan
ekskresi sebagai hal yang penting, seolah mereka memproduksi sesuatu dan merasa
bahwa hasil ekskresinya merupakan sebuah hadiah dari mereka dan untuk mereka.
Ibarat kata, jika kita membuat sesuatu dan diberikan respon yang kaku atau negatif,
maka kita akan kecewa bukan? Sama seperti toilet training, respon yang kurang sesuai
akan memberikan dampak pada keberhasilan toilet training.

Diperlukan adanya perhatian khusus dalam proses toilet training ini untuk
mengubah pengertian tersebut (ekskresi merupakan produksi) menjadi proses ekskresi
adalah hal yang dilakukan setiap orang dengan memperhatikan kebersihan dan juga
menumbuhkan rasa malu untuk melakukanya di depan umum. Konflik yang terjadi
pada tahap ini ada pada tuntutan dari orangtua yang menginginkan anak
mengendalikan keinginan BAK dan BAB, sementara anak ingin mengeluarkan begitu
terasa (kebelet) ingin BAK dan BAB (Chung, 2007; Carol, 2009 dalam Musfiroh,
2014).

Kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB dan BAK akan menimbulkan
hal-hal yang buruk pada anak dimasa mendatang. Dapat menyebabkan anak tidak
disiplin, manja, dan yang terpenting adalah anak akan mengalami masalah psikologi,
anak akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri mengontrol buang air besar
dan buang air kecil (Anggara, 2006).

Tahap ini juga menentukan aspek kemandirian pada anak. Anak yang sudah
berani menggunakan toilet cenderung lebih percaya diri sehingga lebih mandiri dalam
melakukan berbagai aktivitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
toilet training adalah keterlibatan aktif dari orangtua. Manfaat yang didapatkan apabila
orangtua berhasil mendampingi dengan proses yang baik adalah menumbuhkan
kepribadian yang kompeten, produktif, dan kreatif. Tahap ini juga penting bagi
hubungan anak dengan pihak-pihak otoritas ke depannya (Gee, 2016).

Lalu ketika Ibu merasa anaknya sudah siap fisik dan mental untuk pelaksanaan
toilet training, tetap saja anak merasa kesulitan dan enggan untuk melakuan toilet
training. Mengapa terjadi demikian? Masalah yang terjadi pada anak ketika
melakukan toilet training adalah anak merasa takut dengan toilet. Sebagian orangtua
tidak membiasakan untuk buang air sebelum tidur atau membangunkan anaknya pada
malam hari untuk buang air sehingga anaknya mengompol. Anak menolak untuk
pergi ke toilet dan memilih menggunakan popok. Pun dewasa ini, seiring dengan
semakin mengingkatnya kesibukan orangtua, mereka lebih memilih anaknya
menggunakan popok daripada membiarkan anak pergi ke kamar mandi (Gilbert,
2006).

Selain kesiapan Anak untuk melaksanakan toilet training diperlukan juga


kesiapan sang Ibu, bagaimana orangtua memberikan pendampingan selama proses
tersebut juga menjadi kunci penting keberhasilan tahap ini. Apabila pelatihan ini tidak
sesuai dan terjadi fiksasi, dapat menyebabkan permasalahan pada tumbuh kembang
anak. Terdapat dua bentuk fiksasi yang terjadi pada toilet training, pertama ketika
orang tua terlalu ketat dalam mengarahkan anak dan melakukanya sangat dini, pada
model ini kecenderungan kepribadian anak tersebut nantinya menjadi kaku, terlalu
mengontrol segala hal, hingga obsesif. Kedua adalah ketika orang tua memberikan
pengarahan terlalu longgar maka anak akan menjadi pribadi yang tidak beraturan,
pemalas, dan berperilaku merusak.
Menurut Freud cara yang baik untuk mendampingi anak melakukan tahap toilet
training adalah dengan pujian dan hadiah. Ia percaya dengan menggunakan
reinforcement positif setelah anak menggunakan toilet pada waktu yang sesuai dapat
memunculkan hasil yang lebih positif.

Nah, setelah dirasa Ibu dan Anak sudah siap melakukan toilet training
sekarang adalah bagaimana mengenalkan apa itu toilet training pada anak. Langkah-
langkah awal yang harus Anda lakukan untuk menunjang proses toilet training pada anak
antara lain:

 Kenalkan anak kepada toilet.

Mulailah menjelaskan penggunaan toilet untuk BAK dan BAB. Katakan kepada anak ketika
mulai memakai toilet, berarti dia harus melepas popoknya dan menggantinya dengan celana
dalam. Jelaskan pula bahwa anak sudah tidak bisa BAK dan BAB pada popok atau celana
dalam.

 Pilih pispot.

Gunakan pispot atau tempat duduk kloset khusus untuk anak-anak. Anda bisa meletakkan
pispot di kamar mandi agar Si Kecil bisa terbiasa dengan fungsi toilet. Bisa juga di
kamar atau area bermain Si Kecil agar bisa langsung dia gunakan saat BAK atau
BAB. Anda bisa mengatakan kepadanya bahwa selagi masih anak-anak, pispot ini
akan menjadi tempatnya untuk BAK atau BAB.

 Ajak anak saat Anda beraktivitas di toilet.

Untuk memudahkan proses toilet training, melihat aktivitas secara langsung di toilet
sangatlah penting. Contohnya, Anda bisa mengajak anak ketika Anda ingin memakai
toilet, itu pun jika Anda merasa nyaman. Jelaskan apa saja yang Anda lakukan saat
itu.
Kini saatnya Ibu membiasakan anak untuk BAK atau BAB di kamar mandi
memakai pispot atau tempat duduk kloset. Untuk mempermudah proses ini, pakaikan
baju yang mudah dilepas dan dipakai oleh anak seorang diri. Selanjutnya ajari dia tata
cara saat memakai toilet seperti:

 Mengajari cara duduk yang benar saat memakai pispot atau tempat duduk
kloset.
 Setelah selesai BAK atau BAB, ajari dia untuk membersihkan alat kelaminnya.
Untuk anak perempuan, ajari untuk membasuh alat kelaminnya memakai
tangan kiri dimulai dari arah depan vagina, kemudian ke bagian anus. Hal ini
bertujuan untuk mencegah berpindahnya bakteri dari anus ke vagina.
 Untuk anak laki-laki, ajari untuk mengarahkan penisnya ke bawah pispot atau
toilet agar air seni tidak menyiprati bagian depan tempat duduk pispot atau
kloset. Ajari juga anak Anda untuk membersihkan penisnya dengan air usai
melakukan BAK.
 Anak-anak di bawah usia 4-5 tahun biasanya tidak bisa membersihkan alat
kelaminnya dengan benar, terutama setelah BAB. Pada saat inilah Anda bisa
membantu membersihkannya.
 Bantu anak untuk menekan tombol flush pada toilet usai BAK atau BAB. Jika
menggunakan pispot, ajak Si Kecil untuk melihat proses pembuangan air seni
atau tinja dari pispot ke kloset. Hal itu berguna agar Si Kecil tahu tempat
pembuangan terakhir air seni atau tinja adalah di kloset.
 Setelahnya, ajari Si Kecil untuk mencuci tangan yang benar usai memakai
toilet.

Pada tahapan ini, cobalah untuk sering memberi Si Kecil pujian. Puji tiap
aktivitas yang berhasil dia lakukan untuk menambah kepercayaan dirinya di masa
mendatang. Ingat selama proses ini, jangan pernah meninggalkan anak sendirian tanpa
pengawasan di dalam kamar mandi atau toilet demi menghindari kecelakaan, seperti
terpeleset atau memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam mulut.
Mengajari anak menggunakan toilet memang butuh kesabaran. Hari ini
mungkin dia mau mengikuti semua proses toilet training, namun hal itu bisa saja
berbeda pada keesokan harinya. Intinya, jangan memaksa jika memang anak tidak
mau melakukannya. Bersabarlah hingga anak benar-benar terbiasa tanpa popoknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/anak-anda-sudah-siap-diberikan-toilet-training

https://www.kompasiana.com/siapa-sangka-toilet-training-ikut-berperan-bagi-
kepribadian-anak?

Anda mungkin juga menyukai