Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK KEPADA ORANGTUA : NORMA ETIS DAN TEKNIS

BIRRUL WALIDAIN

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH ILMU AKHLAK

DOSEN : RIDHWAN, M.A.

RUANG : UIN 132 01 – FEBI di LDC 03

DISUSUN OLEH :
WAHYU ARIGA (180602090)
ARAFAH AINI (180602079)
INDAH MAULIDAR (180602025)

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Azza Wa Jalla yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Akhlak Kepada Orangtua : Norma Etis dan Teknis
Birrul Walidain.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul Akhlak Kepada
Orangtua : Norma Etis dan Teknis Birrul Walidain dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, 3 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Pengertian Akhlak Kepada Kedua Orang Tua .................................................. 2
B. Bir Al-Walidain ( Berbakti kepada Kedua orang Tua ) .................................... 3
C. Norma Etis Melaksanakan Birrul Walidain....................................................... 3
D. Keutamaan Birrul Walidain ................................................................................ 9
BAB III............................................................................................................................. 11
PENUTUP........................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap
orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah
orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa.Dan setiap
orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi
anak yang sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan
sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita
selalu berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh
orang tua, dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap
kewajiban kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita
harus memiliki akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini
mengandung poin-poin penting bagaimana menjadi seorang anak yang berbakti
terhadap orang tuanya. Maka selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas
akhlak, saya berharap bahwa tugas makalah ini juga dapat dijadikan sebagai
pengingat bagi setiap orang muslim yang membacanya akan pentingnya akhlak
terhadap orang tua.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua ?


2. Bagaimana Makna Birrul Walidain ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Akhlak Kepada Orang Tua


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Makna Birrul Walidain

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Kepada Kedua Orang Tua

Kata Akhlak. berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.1 Tabiat atau watak
dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam bahasa
Indonesia; moral, ethnic. Dalam bahasa Inggris sering disebut ethos
sedangkan ethios dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan
makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Senada dengan hal ini Abd Hamid Yunus
mengatakan bahwa akhlak ialah Sikap mental yang mengandung daya dorong
untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.2
Menurut Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan akhlak
dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.3
Dengan demikian dari definisi akhlak dan kedua orang tua di atas dapat
disimpulkan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran
dan pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat di dalam jiwa
seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya
mulai dari di dalam kandungan maupun setelah dewasa.

1
A Mustafa, Akhlak Tasawuf, 1999. Pustaka Setia: Jakarta, Cet. III,h.11
2
Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo,h436
3
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, 1987. Darur Riyan,, Jilid. III,h.58

2
B. Bir Al-Walidain ( Berbakti kepada Kedua orang Tua )

Makna "Al-Birr"
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam "Al Birr” adalah baiknya akhlaq. Al-Birr merupakan haq
kedua orang tua dan kerabat dekat. Sedangkan lawan dari Al-Birr adalah
Al-‘Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq. Al Birr adalah
mentaati kedua orang tua didalam semua apa yangmereka perintahkan
kepada kita semua, selama tidak bermaksiat kepada Allah,sedangkan Al-
‘Uquuq dalam aplikasinya adalah menjauhi mereka dan tidak berbuat baik
kepadanya. Menurut Urwah bin Zubair tentang "Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al-
Isra’:24). Dalam ayat ini menurut beliau jangan sampai mereka berdua tidak
ditaati sedikitpun. Sedangkan menurut Imam Al Qurtubi yang dimaksud
dengan kalimat ‘Uquuq adalah durhaka kepada orang tua adalah
menyelisihi atau menentang keinginan-keinginan mereka dari perkara-
perkara yang mubah, sedangkan kalimat Al-Birr atau berbakti kepada
keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh
karena itu,apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, maka
wajib mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, sekalipun apa yang
mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya,begitu pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara
yang mandub yaitu disukai atau disunnahkan maka diwajibkan juga. Seiring
dengan pernyataan diatas Ibn Taimiyyah yang dikutipnya dari Abu Bakar di
dalam kitab Zaadul Musaafir yaitu barang siapa yang menyebabkan kedua
orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan
keduanya kepada suasana yang semula agar mereka bisa tertawa dan senang
kembali.4

C. Norma Etis Melaksanakan Birrul Walidain

Semasa Mereka Masih Hidup


1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan
bagaimana konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa
Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari

4
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, 1987. Darur Riyan,, Jilid. III, hal. 58

3
Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti
kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar
dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-
kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai
Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun
gantinya atau risikonya”.5
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:

‫ك َو إ ِ ن‬َ ‫ك أ َن عَ ل َ ى َج ا هَ د َ ا‬ َ ‫س َم ا ب ِ ي ت ُش ِر‬ َ ‫ف َ َل ِع ل م ب ِ هِ ََ ل َ ك ل َ ي‬
ِ ُ ‫اح ب هُ َم ا ۖ ت‬
‫ط ع هُ َم ا‬ ِ ‫ص‬ َ ‫َم ن س َ ب ِ ي َل ا ت َّب ِ ع ََو ۖ َم ع ُر و ف ً ا ال د ُّن ي َ ا ف ِ ي َو‬
َ ‫ي أ َن َا‬
‫ب‬ َّ َ ‫ت َع َم ل ُ و َن ك ُ ن ت ُم ب ِ َم ا م َُ ف َ أ ُن َب ِ ئ ُك َم ر ِج ع ُك ُ م إ ِ ل‬
َّ َ ‫ي ث ُمَّ ۚ إ ِ ل‬
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat


baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut
sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

‫اْل ن سَ ا َن َو َو صَّ ي ن َا‬ ِ ِ‫ض ع َ ت ه ُ ك ُ ر ه ً ا أ ُ ُّم ه ُ َح َم ل َ ت ه ُ ۖ إ ِ ح سَ ا ن ً ا ب ِ َو ا لِ د َ ي ه‬


َ ‫َو َو‬
َ ِ ‫أ َش ُ د َّه ُ ب َ ل َ َغ إ ِ ذ َ ا ى ََ َ َح ت ۚ ش َه ًر ا ث َ َل ث ُو َن َو ف‬
‫ص ا ل ُ ه ُ َو َح م ل ُ ه ُ ۖ ك ُ ر ه ً ا‬
‫ك ش ك ُ َر ََأ أ َن أ َو ِز ع ن ِ ي َر ب ِ ق َ ا َل سَ ن َ ة ً أ َر ب َ ِع ي َن َو ب َ ل َ َغ‬ َ َ ‫ال َّ ت ِ ي ن ِ ع َم ت‬
َ ‫ي أ َن ع َ م‬
‫ت‬ َّ َ ‫ي َو عَ ل َ ى عَ ل‬ َّ َ ‫ص ا ل ِ ًح ا أ َع َم َل َو أ َن َو ا لِ د‬ َ ‫َو أ َص لِ ح ت َر‬
َ ُ ‫ض اه‬
‫ت إ ِ ن ِ ي ۖ ذ ُ ِر ي َّ ت ِ ي ف ِ ي لِ ي‬ َ ‫ال ُم س ل ِ ِم ي َن ََ ِم ن َو إ ِ ن ِ ي إ ِ ل َ ي‬
ُ ‫ك ت ُب‬
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan

5
Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794

4
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan,...”(QS. Al-Ahqaaf: 15)

‫َو ب ِ ِذ ي إ ِ ح سَ ا ن ً ا َو ب ِ ال َو ا لِ د َ ي ِن ۖ ش َي ئ ًا ب ِ ِه ت ُش ِر ك ُ وا َو َل ّللاَّ َ َو اع ب ُ د ُوا‬


‫ار َو ال َم سَ ا ِك ي ِن َو ال ي َ ت َا َم ى ال ق ُر ب َ ى‬
ِ ‫ار ال ق ُر ب َ ى ِذ ي َو ال َج‬ ِ ‫َو ال َج‬
ِ‫ج ن ُ ب‬
ُ ‫اح ب ِ ال‬ ِ َّ‫َو م ال س َّ ب ِ ي ِل َو اب ِن ب ِ ال َج ن بِ َو ال ص‬َ َ ‫ۗ أ َي َم ا ن ُ ك ُ م َم ل َ ك َ ت ا‬
‫ب َل ّللاَّ َ إ ِ َّن‬ ً َ ‫خ و ًر ا ُم خ ت‬
ُّ ‫ال كَ ا َن َم ن ي ُِح‬ ُ َ‫ف‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS.
An-Nisaa’: 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.6
Abu Bakar As Siddiq Radhiallahu Anhu. adalah sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut ditauladani dalam berbaktinya
terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang
sangat udzur, beliau masih melayan bapanya dengan lemah lembut dan
tidak pernah putus asa untuk mengajak ayahnya beriman kepada Allah.
Penantian beliau yang cukup lama berakhir apabila ayahnya menerima
tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS.Ibrahim : 40 – 41 ayat yang do’a agar
anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang
yang muqiimas Shalat (mendirikan Shalat) dan diampuni dosa-dosanya.
Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah Azza wa Jalla
kepada keluarga Abu Bakar As Siddiq Radhiallahu Anhu.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

6
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2005.

5
‫ضى‬ َ َ ‫ك َو ق‬ َ ُّ ‫إ ِ َّم ا ۚ إ ِ ح سَ ا ن ً ا َو ب ِ ال َو ا لِ د َ ي ِن إ ِ ي َّا ه ُ إ ِ َّل ت َع ب ُ د ُوا أ َ َّل َر ب‬
َ َ ‫أ ُف ل َ هُ َم ا ت َق ُل ف َ َل ِك َل ه ُ َم ا أ َو أ َ َح د ُه ُ َم ا ال ِك ب َ َر ِع ن د‬
‫ك ي َ ب ل ُغ َ َّن‬
‫ك َ ِر ي ًم ا ق َ و ًل ل َ هُ َم ا َو ق ُل ت َن َه ر ه ُ َم ا َو َل‬
َ ‫ك َ َم ا ار َح م هُ َم ا َر ب ِ َو ق ُل ال َّر ح َم ِة ِم َن ال ذ ُّلِ َج ن َا‬
‫ح ل َ هُ َم ا َو اخ فِ ض‬
‫ص ِغ ي ًر ا َر ب َّ ي َ ا ن ِ ي‬
َ
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-
Israa’: 23-24)
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar
yang aqidah-nya menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi tetap
menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya.
Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan
ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang
lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada QS.Maryam: 41-45.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu
dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu
Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur.Akhirnya
Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi
air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu
Jauzi)

6
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan
Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?”
Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?”
Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim
no. 2549, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)7
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka
Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik
ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya
ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang
Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan
berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain
mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim
dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka.Akan
disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu
perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka

7
Urwah bin Zubair . Ad-Darul Mantsur. jilid. 5 hal. 259

7
wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu
termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain
termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para
Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila Mereka Meninggal Dunia (‫)بَ ْع َد َوفَاتِ ِه َما‬


1. Menshalati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)8
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim
Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS.
Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua
4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah
seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman
ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)

8
Ibrahim Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif : Mesir Darul Ma.arif, 1972.h.85

8
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di
kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara
ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggal
ayahnya Abdullah kerana meninggal dunia saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam
pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia enam
(6) tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup
jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya
didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia.Setelah itu Rasulullah
diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia
kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbakti pula kepada
pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.

D. Keutamaan Birrul Walidain

Adapun keutamaan birrul walidain adalah sebagai berikut:


1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud semoga Allah meridhainya dia berkata:
Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah
amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam: "Shalat tepat pada waktunya", Saya bertanya: Kemudian
apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik
kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi? Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan
Allah".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).9
2. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa

9
Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo, hal. 436.

9
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir
ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka
amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-
kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar
yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16).
3. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah semoga Allah meridhai mereka berdua,
Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk
berperang, dan saya datang (kesini) untuk minta nasehat pada anda. Maka
Rasulullah saw bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia :
"Ya". Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Tetaplah dengannya
karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Nasa’I dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya,
Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
4. Merupakan Sebab keridhaan Allah
Sebagaimana hadits yang terdahulu "Keridhaan Allah ada pada
keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua
orang tua". Allah sangat membenci orang yang selalu membuat orang tua
cemberut, marah dan lain-lain. Sebagai seorang anak maka kita berkewajiban
untuk selalu membuat mereka bangga terhadap apa yang akan kita capai.
5. Merupakan Sebab Bertambahnya Umur dan Rizki
Diantarnya hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-
mudahan Allah meridhainya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda : "Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan
Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".
Berbakti kepada kedua orang tua juga merupakan sebab barokahnya rizki.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku,
perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah
berkaitan dengan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
yaitu: “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang
dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan,
sikap dan tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang semuanya
merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menjaga akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh
kasih kepada kedua orang tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh
Allah Subhanahu Wa Ta’ala baik dalam Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa
yang disegerakan hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua
orangtua. Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih
sebaliknya berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal
baik didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan
kedua orang tua.

B. SARAN

Akhir kata, semoga materi tentang akhlak ini dapat berguna bagi kita
semua dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena
sebagai manusia kita tak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak dan kawan semua.

11
DAFTAR PUSAKA

A Mustafa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia: Jakarta, 1999.

Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo.

Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2005.

Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan,, Jilid. III, 1987.

Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794, 2006.

Ibrahim Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif : MesirDarul Ma.arif, 1972.

Urwah bin Zubair . Ad-Darul Mantsur, jilid 5.

https://www.academia.edu/37991306/AKHLAK_KEPADA_ORANG_TUA_NO
RMATIS_DAN_TEKNIS_BIRUUL_WALIDIN

12

Anda mungkin juga menyukai