Anda di halaman 1dari 15

PEMBERIAN SUSU AFKIR DALAM PAKAN TERHADAP NILAI FEED

CONVERTION RATIO (FCR), PERTAMBAHAN BERAT BADAN DAN


MORBIDITAS PADA ANAK BABI ‘CROSS BREED’ JANTAN LEPAS SAPIH
PEMBERIAN SUSU AFKIR DALAM PAKAN TERHADAP NILAI FEED
CONVERTION RATIO (FCR), PERTAMBAHAN BERAT BADAN DAN
MORBIDITAS PADA ANAK BABI ‘CROSS BREED’ JANTAN LEPAS SAPIH
I Gede Pratama Candra Wibawa1, Ida Bagus Komang Ardana2, I Putu Sampurna3

1mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 2rumah Sakit Hewan Universitas Udayana,


Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

Email: Odepratama80@gmail.com

ABSTRAK

Peneilitian ini mengangkat pemberian susu afkir dalam pakan terhadap nilai feed

convertion ratio (fcr), pertambahan berat badan dan morbiditas pada anak babi ‘cross

breed’ jantan lepas sapih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

pemberian susu afkir pada berbagai konsentrasi (5% dan 10%) dalam campuran

pakan terhadap nilai FCR, pertambahan berat badan dan morbiditas anak babi Cross

Breed jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 3

perlakuan dan 9 ulangan, yang diperoleh berdasarkan rumus Federer (t–1) (n–1) ≥ 15.

Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji sidik ragam atau Analysis Of

Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan program statistic SPSS (Statistical Product and

Service Solutions) versi 24.

Kata Kunci : Babi, Lepas sapih, Susu afkir, FCR, Pertambahan berat badan, dan

Morbiditas.
Peneilitian ini mengangkat pemberian susu afkir dalam pakan terhadap nilai feed

convertion ratio (fcr), pertambahan berat badan dan morbiditas pada anak babi ‘cross

breed’ jantan lepas sapih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

pemberian susu afkir pada berbagai konsentrasi (5% dan 10%) dalam campuran

pakan terhadap nilai FCR, pertambahan berat badan dan morbiditas anak babi Cross

Breed jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 3

perlakuan dan 9 ulangan, yang diperoleh berdasarkan rumus Federer (t–1) (n–1) ≥ 15.

Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji sidik ragam atau Analysis Of

Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan program statistic SPSS (Statistical Product and

Service Solutions) versi 24.

Kata Kunci : Babi, Lepas sapih, Susu afkir, FCR, Pertambahan berat badan, dan

Morbiditas.

PENDAHULUAN

Babi merupakan salah satu ternak yang sangat berarti dalam penyediaan protein hewani

bagi sebagian masyarakat di Indonesia dan merupakan penyumbang sumber protein

hewani nomor tiga setelah unggas dan sapi. Peternakan babi diusahakan secara

intensif, terkurung dalam kandang dengan penanganan menggunakan teknologi maju

dan pertimbangan ekonomi agar memberikan produksi yang lebih baik (Agri, 2011).

Upaya meningkatkan produktivitas ternak babi bisa melalui aspek pakan,

karena pakan ternak babi merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak
babi. Pakan yang memiliki kualitas maupun kuantitas yang optimum akan sangat

mempercepat pertumbuhan babi (Ardana dan Harya, 2008).

Ternak babi berdasarkan fase pertumbuhannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu

fase starter, fase grower, dan fase finisher. Fase starter adalah fase hidup anak babi

semenjak menyusui sampai umur 8 atau sampai 10 minggu (Girisonta, 1981). Pada

fase atau periode starter nilai konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) anak

babi yaitu 1,5-2,0, dengan pencapian target berat badan pada umur 11 minggu sebesar

: ± 25 Kg, dan angka Kematian 1% (Ardana dan Harya, 2008). Kebutuhan nutrisi

anak babi starter dengan pemberian ransum yang terdiri dari: komposisi bahan
makanan yang mudah diserap dan mudah dicernaoleh anak babi (creep feeder).

Kandungan serat kasar dari ransum harus rendah, misalnya dari bahan jagung giling

halus dan tepung susu afkir (Sampurna, 2018).

Salah satu manajemen pemeliharaan babi fase starter adalah penyapihan.

Anak babi disapih saat berumur 4-6 minggu, bobot sapih anak babi berkisar antara

13-14 kg/ekor dengan penambahan bobot badan perhari berkisar antara 0,30-0,32

kg/ekor (Sihombing, 1997). Tingkat pertumbuhan yang sangat baik dan konversi

pakan juga dapat dicapai pada periode lepas penyapihan.

Salah satu permasalahan utama dari babi yang disapih adalah perubahan cepat

dari susu induk menjadi diet berbasis sereal pellet padat. Semua ini terjadi pada saat

yang sama ketika babi dimasukkan ke lingkungan baru, dicampur dengan babi lain,

dan dikeluarkan dari induk babi. Efek gabungan dari transisi ini dan stresor ini adalah

bahwa babi yang baru disapih sering kehilangan berat badan yang cukup tinggi

(hingga 10% dari bobot hidup) selama 2 hari pertama lepas penyapihan dan mungkin

tidak mendapatkan kembali berat ini hingga 7 hari lepas penyapihan. Efek ini lebih

jelas pada babi muda dan kecil (Power et al., 1996). Perpindahan anak babi yang baru

disapih akan mengalami stress dengan tempat baru, pakan, lingkungan yang tidak

sama dengan di kandang melahirkan . Hal ini bisa terlihat dari tingkah lakunya, yakni

: tidur tumpuk karena dingin atau angina kencang, tidak makan, berteriak, menggigit

ekor, berkelahi dengan temannya akibatnya pertumbuhan lambat dan sakit mencret

(Leman et al., 1996). Gejala penyakit anak babi berupa lesu, anoreksia, tubuh

gemetar, mencret bahkan terjadi kematian (Ardana, 2012).


Komposisi bahan makanan berupa susu yang diberikan pada babi starter

ataupun lepas sapih seringkali dijumpai pada perternakan babi. Komponen-komponen

susu afkir adalah zat nutrisi makro dan zat nutrisi mikro. Zat nutrisi makro meliputi

protein, lemak dan laktosa. Kandungan zat nutrisi makro rata-rata susu afkir per 100

gram adalah protein 25,8 %, lemak 0,9 %, laktosa 4,6 %. Kadar zat nutrisi mikro pada

susu bubuk afkir sangat komplit, seperti vitamin, mineral dan asam amino. Vitamin

yang terdapat di dalam lemak susu yaitu vitamin A, D, E, K, sedangkan vitamin yang

larut di dalam susu yaitu vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin A dan vitamin D

(Widodo, 2002). Vitamin yang larut di dalam susu yang terpenting ialah vitamin B1,

B2, asam nikotinat, dan asam pantotenat (vitamin B5). Mineral yang terkandung dalam

susu bubuk adalah kalsium, magnesium, fosfor (Poedjiadi, 2006).

Pluske et al., (1996) menunjukkan bahwa babi yang disapih berumur 28 hari

dan diberi makan susu setiap dua jam selama lima hari tumbuh lebih dari 500 g/hari.

Dunshea et al., (1999) berusaha untuk mengurangi penurunan pertumbuhan lepas

penyapihan dengan memberikan susu tambahan sekitar waktu penyapihan. Babi yang

diberi pengganti susu cair, selain pakan starter kering, naik 1,2 kg selama minggu

pertama lepas menyapih sedangkan babi yang hanya menerima pakan starter kering

naik 0,4 kg pada periode yang sama (Pluske et al., 2015).

Namun, seringkali produk susu afkir yang diberikan pada ternak, merupakan

pemamfaatan susu afkir yang sudah tidak dipakai atau dikonsumsi lagi oleh manusia.

Pemanfaatan susu afkir merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya pakan

pada ternak dengan ditambahkan pada pakan anak babi lepas sapih, dengan

pemeberian susu afkir yang oleh peternak dianggap mampu meningkatkan


pertumbuhan anak babi lepas sapih. Sampai saat ini sudah banyak peternak yang

memanfaatkan susu afkir, namun belum banyak penelitian tentang hal tersebut.
MATERI DAN METODA

Bahan- bahan Penelitian

a. Bahan perlakuan: susu afkir MJ Milk, Pakan CP-550 produksi PT. Charoen

Pokphand Indonesia Tbk.

Tabel 2. Kandungan Nutrsi Susu MJ MILK

Nutrisi Kandungan per 10 kg susu bubuk


Protein 25%
Lemak 12%
Karbohidrat 60,1316%
Kalori 248.7409 kal/100 gr

b. Bahan Pemeriksaan: 27 ekor babi Crossbreed jantan lepas sapih dengan bobot

awal sekitar 5-11 Kg, dan sisa pakan harian babi.

Peralatan Penelitian

a. Peralatan:

- Timbangan berkapasitas 40 kg dengan kepekaan 2 g merek fleco, untuk

menimbang bobot badan ternak dan ransum.

- Timbangan berkapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g merek star home untuk

menimbang susu afkir.

- Wadah mencampur pakan dan susu

- Plastik sebagai pembungkus pakan harian dan menampung sisa pakan

harian.

- Hand glove

- Masker
- Keranjang besar

- Spidol Waterproof

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap terdiri dari 3 perlakuan dan 9 ulangan, yang diperoleh berdasarkan

rumus Federer (t–1) (n–1) ≥ 15 (Federer,1967), dengan digambarkan pada Tabel 3

berikut ini.

Tabel 3. Rancangan Penelitian

Perlakuan Pengulangan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9

P0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

Total 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27

Keterangan:

P0: Kelompok ternak babi sebagai kontrol yang diberi pakan standar (CP-550)

P1: Kelompok ternak babi yang diberi pakan standar (CP-550) + susu afkir 5%

P2: Kelompok ternak babi yang diberi pakan standar (CP-550) + susu afkir 10%
Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah susu afkir dengan takaran 5% dalam

0,8 Kg pakan dan susu afkir 10% dalam 0,8 Kg pakan.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah Pertambahan berat badan, nilai

FCR, dan kesehatan (morbiditas) dari kelompok anak babi Cross Breed Jantan

lepas sapih.

c. Variabel Kendali

Variabel kendali pada penelitian ini adalah anak babi yang disapih dengan

usia 30 hari, jenis kelamin jantan, jenis babi Cross Breed, berat badan sapih 5-11

Kg, lama perlakuan 30 hari, jenis pakan CP-550 produksi PT. Charoen Pokphand

Indonesia Tbk, cara pemberian pakan, dan manajemen kandang.

Cara Pengumpulan Data

a. Pertambahan Berat Badan

1) Timbang berat badan anak babi Cross Breed pada umur 30 hari (Berat

badan awal)

2) Timbang berat badan anak babi Cross Breed pada umur 65 hari (Berat

badan akhir)

3) Pertambahan Bobot Badan = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟(𝑘𝑔) −

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑘𝑔)


b. FCR

1) Hitung jumlah konsumsi pakan mulai umur 31 hari sampai dengan 65

hari

2) Pertambahan berat badan telah diketahui

Pertambahan berat badan


3) 𝐹𝐶𝑅 =
Jumlah konsumsipakan

c. Morbiditas

Morbiditas adalah presentase anak babi Cross breed jantan lepas sapih

yang sakit mulai umur 30 hari sampai dengan 65 hari

1. Hitung jumlah anak babi Cross breed jantan lepas sapih sakit dalam kurung

waktu 30 hari sampai dengan 65 hari

Jumlah anak babi yang sakit umur 30 hari−65 hari


2. Morbiditas (%) = × 100%
Total anak babi janttan 𝐶𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑏𝑟𝑒𝑒𝑑 𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑝𝑖ℎ
Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan memilih babi yang akan dijadikan objek penelitian.

Babi yang digunakan untuk penelitian pertama akan ditimbang bobot badan awalnya

kemudian ditempatkan di dalam kandang individu yang sudah disediakan dengan

jumlah kandang 6 petak dengan ukuran 4m x 3m. Penelitian dilakukan menggunakan

sebanyak 27 ekor anak babi Cross Beed Jantan lepas sapih dengan 3 perlakuan. Anak

babi perlakuan pertama, diberikan pakan tanpa Susu Afkir (P0) sebagai kontrol,

perlakuan ke-2 pakan dikombinasikan dengan Susu Afkir 5%/0.8kg pakan/ekor/hari

(P1), perlakuan ke-3 pakan dikombinasikan dengan Susu Afkir 10%/0.8 kg

pakan/ekor/hari (P2). Jumlah pakan dan susu yang akan diberikan, ditimbang sesuai

takaran dan dikemas untuk memenuhi kebutuhan pakan harian setiap ekor babi.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dalam rentang waktu pagi (08.00–09.00) dan

sore (15.00–16.00) WITA.

Semua anak babi diberi perlakuan dan pengamatan terhadap pertambahan

berat badan, nilai FCR, dan kesehatan (morbiditas dan mortalitias) selama 5 minggu

(35 hari), perlakuan dimulai saat hari pertama sapih. Penimbangan berat badan untuk

mengetahui pertambahan berat dilakukan seminggu sekali yaitu pada minggu ke- 0

(satu hari sebelum anak babi disapih) , minggu ke-1 (7 hari perlakuan), minggu ke-2

(14 hari perlakuan), minggu ke-3 (21 hari perlakuan), minggu ke-4 (28 hari

perlakuan), dan minggu ke-5 (35 hari perlakuan) pada setiap kelompok perlakuan

dan selanjutnya dilakukan pencatatan.

Konversi Pakan, konversi pakan atau FCR (feed conversion ratio), diawali

dengan menghitung konsumsi ransum harian anak babi , konsumsi ransum dihitung

dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum selama 24

jam (Parakkasi 1990). Konsumsi ransum (g hari-1) = jumlah ransum yang diberikan

(g hari-1) – sisa ransum (g hari). Selanjutnya FCR dihitung dengan membagi jumlah

pakan yang dikonsumsi dengan jumlah bobot badan yang dihasilkan. Perhitungan

FCR dilakukan di akhir masa penelitian.

Kesehatan anak babi dinilai melalui pengamatan secara langsung berdasarkan

perubahan fisik, tingkah laku, dan munculnya gejala klinis seperti lesu, mata bengkak

anoreksia,tubuh gemetar, jalan sempoyongan, mencret, gejala sakit lainnya dan

kematian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan sampai 35 hari lepas penyapihan.


Penghitungan Pertambahan Berat Badan Harian, Konversi Pakan, Kesehatan

(Mortalitas dan Morbiditas)

a. Pertambahan Berat Badan Harian

Penimbangan babi perlakuan dilakukan satu minggu sekali. Penambahan

bobot badan harian (PBBH) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pertambahan Bobot Badan = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟(𝑘𝑔) − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑘𝑔)

b. Konversi Pakan

Konversi pakan atau FCR (feed conversion ratio) dihitung dengan membagi

jumlah bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.

Perhitungan FCR dilakukan di akhir masa penelitian (Villia et al., 2018).

c. Kesehatan (Morbiditas)

Angka Morbiditas dihitung berdasarkan prevalensi (P) yaitu semua populasi

yang menderita penyakit (kasus baru dan lama) dari populasi yang berisikomenderita

penyakit tersebut dalam waktu tertentu (Villia et al., 2018).

Jumlah babi yang menderita sakit umur 30 hari−65 hari


Morbiditas (%) = × 100%
Jumlah populasi yang berisiko sakit pada umur 30 hari−65 hari

Analisis Data

Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji sidik ragam atau Analysis

Of Variance (ANOVA) untuk menganalisis pengaruh perubah bebas terhadap peubah

tak bebas (untuk mengetahui pengaruh perlakuan) Bila terdapat pengaruh perlakuan

dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program statistic SPSS (Statistical

Product and Service Solutions) versi 24.


Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di peternakan babi milik Bapak I Ketut Ardangka yang

terdapat di Banjar Tangkup, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar,

pada bulan April - Mei 2019.


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I. B. K, Putra, D. K. H. 2008. Ternak Babi; Manajemen Reproduksi,


Produksi, dan Penyakit. Cetakan Pertama. Udayana University Press.

Ardana, I. B. K. 2012. Penurunan Angka Morbiditas dan Mortalitas Anak Babi yang
Diberi Vitamin dan Elektrolit Melalui Air Minum Saat Disapih. Buletin
Veteriner Udayana.Vol. 4 No.1: 33-40

Agri F. 2011. Cara Mudah Usaha Ternak. Cahaya Atma. Yogyakarta.

Federer, W. T. 1967. Experimental Design, Theory and Application. Oxford and IBH
Publ. Co, New Delhi.

Leman, A.D., Barbara.E., Straw, William.L. Mengeling, Sylvie.D Allaire and J.


D.Taylor. 1996. Diseases of Swine, & Th.Ed. Iowa State University Press /
Ames, IOWA U.S.A.

Pluske, J. R., Williams, I. H., and Aherne, F.X. 1996. Villous height and crypt depth
in piglets in response to increases in the intake of cow’s milk after weaning.
Animal Science.62:145-158.

Pluske, J. R., Payne H. G., Williams I. H., and Mullan B. P. 2015. Early Feeding For
Lifetime Performances Of Pigs. Animal Science. 67:2698-2708.
Pond, W. G. dan J. H. Maner. 1974. Swine Production in Temperature and Tropical
Environmnets. W. H. Freeman and Company. San Francisco. Disitasi dari
Jurnal Ilmu Ternak, 2010, Vol, 10. No 2, 95-100 oleh Sauland Sinaga.

Power, G. N., Pluske, J. R., Campbell, R. G., Cranwell, P. D., Kerton, D. J., King, R.
H., and Dunshea, F. R. 1996. Effect of sex, weight and age on post-weaning
growth of pigs.Proceedings Nutrition Society of Australia. 20:137 (Abstr).
Poedjiadi, A. 2006. Kajian Pustaka Susu Afkir. UPI. Bandung.
Sampurna . I. P. Menyusun Ransum Babi Dngan Cara Pemeliharaan. 2008. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Udayana
Sihombing D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Widodo, W. 2002.Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan Bioteknologi.
Universitas Muhammadiyah. Malang.

Anda mungkin juga menyukai