tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
JULI
2018
EDISI
98
Laporan Bulanan
Data Sosial Ekonomi
Juli 2018
ISSN: 2087-930X
Katalog: 9199017
No. Publikasi: 03220.1810
id
Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman: xx + 229 halaman
o.
Naskah: .g
ps
Badan Pusat Statistik
.b
Penyunting:
w
Gambar Kulit:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
s:
tp
Dicetak Oleh:
Badan Pusat Statistik
ht
Diterbitkan Oleh:
©Badan Pusat Statistik
HEADLINES
1. Inflasi
Pada Juni 2018 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen. Tingkat inflasi tahun kalender
2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap
Juni 2017) sebesar 3,12 persen.
2. Pertumbuhan PDB
Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh
5,06 persen meningkat dibandingkan capaian triwulan I-2017 sebesar 5,01
persen.
id
Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 dibanding triwulan sebelumnya
.
go
mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen (q-to-q).
s.
p
3. Ekspor
.b
Nilai ekspor Mei 2018 sebesar US$16,12 miliar, naik 10,90 persen jika
w
dibanding ekspor April 2018 dan naik 12,47 persen dibanding ekspor Mei
w
2017.
//w
Nilai ekspor nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar yang terdiri dari
s:
4. Impor
Nilai impor Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, naik 9,17 persen dibanding
impor April 2018 dan naik 28,12 persen jika dibanding impor Mei 2017.
Nilai impor menurut golongan penggunaan barang Mei 2018 mencakup
barang konsumsi sebesar US$1,73 miliar, bahan baku/penolong US$13,11
miliar, dan barang modal US$2,81 miliar.
5. Upah Buruh
Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Mei 2018 naik masing-
masing sebesar 0,36 persen dan 0,14 persen dibanding upah nominal bulan
sebelumnya.
Upah riil harian buruh tani Mei 2018 naik sebesar 0,17 persen dibanding upah
riil bulan sebelumnya, sedangkan upah riil harian buruh bangunan Mei 2018
turun 0,07 persen dibanding upah riil bulan sebelumnya.
6. Nilai Tukar Petani (NTP), Inflasi Perdesaan dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga
Pertanian (NTUP)
NTP Juni 2018 naik 0,05 persen dibanding Mei 2018.
Pada Juni 2018, terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen.
NTUP Juni 2018 naik 0,12 persen dibanding Mei 2018.
7. Harga Pangan
Rata-rata harga beras Juni 2018 sebesar Rp 13.835,- per kg, turun 0,47 persen
dari bulan sebelumnya.
Harga cabai rawit naik 8,12 persen; daging ayam ras naik 2,88 persen; ikan
kembung naik 1,57 persen; daging sapi naik 1,46 persen; sedangkan harga
telur ayam ras turun 3,66 persen; cabai merah turun 2,18 persen.
id
8. a. Indeks Harga Produsen
.
go
Indeks Harga Produsen (Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dan
Industri Pengolahan) pada Indeks Harga Produsen (IHP) triwulan I-2018 naik
s.
1,43 persen terhadap triwulan IV-2017 (q-to-q) dan naik 3,41 persen terhadap
p
.b
IHPB Umum Nonmigas Juni 2018 naik sebesar 0,18 persen dibanding bulan
//w
sebelumnya.
s:
Pada Mei 2018 IHPB Umum naik sebesar 0,70 persen dibanding bulan
tp
sebelumnya.
ht
10. Industri
Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang
(IBS) triwulan I-2018 naik 5,01 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan
mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen dari triwulan IV-2017 (q-to-q).
Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) triwulan I-2018 naik
5,25 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan naik 3,09 persen dari
triwulan IV-2017 (q-to-q).
11. Pariwisata
id
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman selama Januari―Mei
.
go
2018 mencapai 6,17 juta kunjungan atau naik 11,89 persen dibandingkan
dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2017.
s.
TPK Hotel Berbintang pada bulan Mei 2018 mencapai 53,86 persen atau turun
p
.b
2,21 poin dibanding TPK Mei 2017, dan juga mengalami penurunan 3,57 poin
w
12. Transportasi
Jumlah penumpang angkutan udara domestik Mei 2018 turun 8,06 persen
s:
Jumlah penumpang angkutan udara internasional Mei 2018 turun 6,73 persen
ht
13. Ketenagakerjaan
Pada Februari 2018, jumlah penganggur sebanyak 6,87 juta orang dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,13 persen.
Dalam setahun terakhir (Februari 2017−Februari 2018), jumlah penganggur
turun 140 ribu orang.
id
dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun
.
go
2017, IPM Indonesia telah mencapai 70,81, termasuk ke dalam IPM kategori
s.
“Tinggi”. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen
p
dibandingkan dengan IPM Indonesia pada tahun 2016 yang sebesar 70,18.
.b
w
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2017 sebesar 3,71 pada skala 0
//w
sampai 5. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar
s:
3,59.
tp
Indeks Persepsi meningkat dari tahun 2015 ke 2017, dari 3,73 menjadi 3,81
ht
Sementara indeks pengalaman juga meningkat dari 3,39 pada tahun 2015
menjadi 3,60 pada tahun 2017.
IPAK 2017 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan (3,86) lebih
tinggi dibanding di wilayah perdesaan (3,53).
Pendidikan kemungkinan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti
korupsi. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi pendidikan maka
semakin tinggi IPAK, atau semakin tinggi pendidikan semakin anti korupsi.
IPAK 2017 untuk masyarakat berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,58, SLTA
sebesar 3,99, dan di atas SLTA sebesar 4,09.
IPAK masyarakat dengan usia 40 sampai 59 tahun merupakan yang tertinggi
dibandingkan IPAK masyarakat usia kurang dari 40 tahun atau lebih dari 60
tahun. IPAK masyarakat usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,74, IPAK
masyarakat usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,71, sedangkan IPAK
masyarakat usia 60 tahun ke atas sebesar 3,62.
17. Kependudukan
Hasil proyeksi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang.
Piramida Penduduk Indonesia tahun 2017 termasuk tipe expansive dengan
sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda.
id
2015 sebesar 3,88, pada skala 0 -10.
.
Dari 176 negara, posisi Indonesia mengalami peningkatan dari rangking
go
114 pada tahun 2015 menjadi 111 pada tahun 2016.
s.
Indonesia termasuk dalam 10 besar most dynamic country untuk kenaikan
p
nilai IP-TIK dari 3,85 pada tahun 2015 menjadi 4,33 pada tahun 2016
.b
keahlian. Pada tahun 2016, nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks
tp
keahlian sebesar 5,54, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88
ht
Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan
daging ayam ras dari produsen sampai ke konsumen akhir melibatkan dua
hingga tujuh pelaku usaha.
Pola utama distribusi perdagangan di Indonesia:
Beras: Produsen --> Distributor --> Pedagang Eceran --> Konsumen
Akhir.
Cabai merah: Petani --> Pedagang Pengepul --> Pedagang Grosir -->
Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Bawang merah: Petani --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran -->
Konsumen Akhir.
Daging sapi:
o Jalur Produsen: Produsen --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran
--> Konsumen Akhir.
o Jalur Importir: Importir --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Daging ayam ras: Produsen --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras terjadi di Provinsi
Maluku Utara, cabai merah di Sulawesi Tengah, bawang merah di Jawa
Tengah, daging sapi di DKI Jakarta, dan daging ayam ras di Maluku.
Potensi pola terpendek distribusi perdagangan beras di Provinsi Nusa
id
Tenggara Timur, cabai merah di Bali, bawang merah di Bengkulu, daging sapi
.
go
di Sulawesi Utara, dan daging ayam ras di DI Yogyakarta.
Persentase Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) beras secara
s.
nasional berdasarkan Survei Pola Distribusi Perdagangan 2017 sebesar 26,12
p
.b
persen; cabai merah 62,39 persen; bawang merah 43,56 persen; daging sapi
w
KATA
PENGANTAR
Buku Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ini diterbitkan setiap awal bulan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Data dan informasi yang dimuat tetap mengikuti perkembangan
data terbaru yang dihimpun dan dirilis BPS, yang merupakan hasil pendataan langsung
dan hasil kompilasi produk administrasi pemerintah yang dilakukan secara teratur
(bulanan, triwulanan, tahunan) oleh jajaran BPS di seluruh Indonesia.
Buku ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan penyusunan kebijakan dan evaluasi
id
kemajuan yang dicapai baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi. Buku Laporan
.
Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi Juli 2018 ini mencakup antara lain: perkembangan
go
bulanan inflasi (s.d. Juni 2018), perkembangan triwulanan pertumbuhan ekonomi (s.d.
s.
triwulan I-2018), ekspor-impor (s.d. Mei 2018), upah buruh (s.d. Mei 2018), nilai tukar
p
petani dan harga pangan (s.d. Juni 2018), harga produsen (s.d. triwulan I-2018) dan
.b
harga perdagangan besar (s.d. Juni 2018), perkembangan triwulanan indeks tendensi
w
bisnis dan konsumen (s.d. triwulan I-2018), perkembangan triwulanan indeks produksi
w
industri (s.d. triwulan I-2018), pariwisata (s.d. Mei 2018), transportasi (s.d. Mei 2018),
//w
indeks perilaku anti korupsi Indonesia (IPAK) 2017, kependudukan Juni 2017, indeks
ht
Lebih lanjut, keseluruhan data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan statistik
resmi (official statistics) yang menjadi rujukan resmi bagi berbagai pihak yang
berkepentingan.
Apabila masih diperlukan data yang lebih luas dan spesifik untuk sektor tertentu,
dipersilahkan melihat publikasi BPS lainnya atau melalui website BPS:
http://www.bps.go.id.
Dr. Suhariyanto
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR ISI
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR TABEL
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR GAMBAR
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
FOKUS
PERHATIAN
1. Pada Juni 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,59 persen
Pada Juni 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,59 persen. Dari 82 kota, semua kota
mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 2,71 persen
dengan IHK 146,13 dan terendah terjadi di Medan dan Pekanbaru masing-
id
masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 136,47 dan
.
134,60. Inflasi Juni 2018 yang sebesar 0,59 persen lebih rendah dibanding
go
kondisi Juni 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,69 persen. Tingkat inflasi
ps.
tahun kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun
.b
5,06 persen meningkat dibanding capaian triwulan I-2017 sebesar 5,01 persen.
ht
3. Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai US$16,12 miliar, naik 12,47 persen
(year-on-year)
Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai US$16,12 miliar, naik 12,47 persen
jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year),
demikian juga jika dibanding ekspor April 2018 naik 10,90 persen. Nilai ekspor
nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar atau naik 11,58 persen
dibanding ekspor nonmigas Mei 2017. Sementara itu ekspor migas pada Mei
2018 naik 21,47 persen dibanding Mei tahun sebelumnya. Ditinjau menurut
sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2018 naik
sebesar 6,16 persen dibanding ekspor nonmigas hasil industri pengolahan
id
periode yang sama tahun 2017 dan ekspor nonmigas hasil tambang dan lainnya
.
go
naik 32,27 persen, sebaliknya ekspor nonmigas hasil pertanian turun 4,34
persen. s.
p
4. Nilai impor Indonesia Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, naik sebesar 28,12
.b
persen (year-on-year)
w
w
Nilai impor Indonesia Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, atau naik 9,17 persen
//w
dibanding impor April 2018, dan naik 28,12 persen jika dibandingkan dengan
s:
bulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor nonmigas Mei 2018 sebesar
tp
US$14,83 miliar atau naik 7,19 persen dibanding April 2018. Sementara impor
ht
migas Mei 2018 tercatat sebesar US$2,82 miliar, naik 20,95 persen jika
dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar
Mei 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik sebesar US$334,3 juta,
atau naik 15,19 persen dibanding April 2018 (US$2.200,5 juta). Negara asal
barang impor nonmigas terbesar Januari-Mei 2018 ditempati oleh Tiongkok
(US$18,36 miliar) dengan pangsa 27,87 persen.
5. Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Mei 2018 masing-
masing sebesar Rp52.052,00 dan Rp86.104,00
Rata-rata upah nominal buruh tani pada Mei 2018 sebesar Rp52.052,00, naik
0,36 persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil
naik sebesar 0,17 persen. Rata-rata upah nominal harian buruh bangunan
(tukang bukan mandor) pada Mei 2018 tercatat Rp86.104,00, naik 0,14 persen
dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil turun sebesar
0,07 persen.
6. Nilai Tukar Petani (NTP) Juni 2018 tercatat 102,04, naik 0,05 persen dibanding
Mei 2018, inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen, dan Nilai Tukar Usaha
Rumah Tangga Pertanian (NTUP) naik sebesar 0,12 persen dibanding Mei
2018
NTP Juni 2018 tercatat 102,04 atau naik sebesar 0,05 persen dibanding NTP Mei
2018 sebesar 101,99. Kenaikan NTP bulan ini disebabkan naiknya NTP di empat
subsektor penyusun NTP yaitu Tanaman Pangan (0,09 persen), Tanaman
Hortikultura (0,01 persen), Peternakan (0,74 persen), dan Perikanan (0,68
id
persen). Sebaliknya, subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman
.
Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 0,78 persen.
go
s.
Pada Juni 2018 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen dengan Indeks
p
Konsumsi Rumah Tangga 137,99. Pada bulan ini terjadi inflasi perdesaan di 26
.b
w
0,08 persen.
Pada Juni 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi
karena It mengalami kenaikan (0,36 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan
indeks BPPBM (0,24 persen). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di
empat subsektor yaitu Tanaman Pangan (0,17 persen), Tanaman Hortikultura
(0,08 persen), Peternakan (0,71 persen), dan Perikanan (0,91 persen).
Sedangkan NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar
0,68 persen.
7. Rata-rata harga beras pada Juni 2018 sebesar Rp 13.835,00 per kg, turun 0,47
persen
Rata-rata harga beras pada Juni 2018 sebesar Rp 13.835,00 per kg, turun 0,47
persen dari bulan sebelumnya. Dibandingkan Juni 2017, harga beras naik 5,41
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun ke tahun periode yang
sama sebesar 3,12 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah
cabai rawit naik 8,12 persen; daging ayam ras naik 2,88 persen; ikan kembung
naik 1,57 persen; daging sapi naik 1,46 persen; sedangkan harga telur ayam ras
turun 3,66 persen; cabai merah turun 2,18 persen.
id
dan Industri Pengolahan) triwulan I-2018 naik 1,43 persen terhadap
.
go
triwulan IV-2017 (q-to-q) dan naik 3,41 persen terhadap triwulan I-2017 (y-
on-y)
p s.
Indeks Harga Produsen (IHP) gabungan (Sektor Pertanian, Pertambangan
.b
w
persen pada triwulan IV-2017 (q-to-q). Kenaikan terjadi pada IHP Sektor
//w
Dibandingkan terhadap triwulan I-2017 (y-on-y), IHP naik 3,41 persen. IHP
ht
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nonmigas Juni 2018 naik
sebesar 0,18 persen dari bulan sebelumnya
IHPB Umum Nonmigas Juni 2018 naik sebesar 0,18 persen dari bulan
sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada Kelompok Barang Impor
Nonmigas sebesar 0,40 persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian naik
sebesar 0,20 persen, Sektor Industri naik sebesar 0,18 persen, Kelompok
Barang Ekspor Nonmigas naik sebesar 0,18 persen, dan Sektor Pertanian
naik sebesar 0,01 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, IHPB Umum Mei
2018 naik 0,70 persen. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Kelompok
9. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2018 sebesar 106,28 dan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2018 sebesar 103,83.
Secara umum kondisi bisnis triwulan I-2018 membaik, namun optimisme pelaku
bisnis lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
triwulan I-2018 sebesar 106,28, menunjukkan kondisi bisnis secara umum
masih tumbuh walaupun optimisme pelaku bisnis lebih rendah dibandingkan
id
triwulan sebelumnya (ITB triwulan IV-2017 sebesar 111,02). Kondisi bisnis dan
.
go
optimisme pelaku bisnis yang masih baik pada triwulan I-2018 disebabkan oleh
s.
pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 106,62), peningkatan
p
.b
Kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis pada triwulan II-2018 diperkirakan
s:
meningkat dengan nilai ITB sebesar 109,33. Pada triwulan II-2018 kondisi bisnis
tp
pada seluruh kategori lapangan usaha diperkirakan masih tumbuh dengan tingkat
ht
optimisme pelaku bisnis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan optimisme pada
triwulan I-2018, kecuali kondisi pada kategori lapangan usaha Konstruksi yang
diperkirakan masih mengalami penurunan bisnis.
id
dengan nilai indeks sebesar 101,61.
.
go
10. Pertumbuhan produksi IBS naik 5,01 persen dan IMK naik 5,25 persen pada
s.
triwulan I-2018 (year-on-year)
p
.b
2018 naik 5,01 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan mengalami
w
//w
bulanan produksi IBS pada Januari 2018 naik 8,51 persen dari Januari 2017,
tp
Februari 2018 naik 5,55 persen dari Februari 2017, dan Maret 2018 naik 1,13
ht
persen dari Maret 2017. Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK)
triwulan I-2018 naik 5,25 persen dibanding triwulan I-2018 (y-on-y), dan naik
3,09 persen dari triwulan IV-2017 (q-to-q).
11. Jumlah kunjungan wisman Mei 2018 mencapai 1,20 juta kunjungan
12. Jumlah penumpang angkutan udara domestik Mei 2018 mencapai 7,3 juta
orang, turun 8,06 persen (year-on-year)
Pada Mei 2018, jumlah penumpang angkutan udara domestik mencapai 7,3
juta orang atau naik 0,44 persen (year-on-year), angkutan udara internasional
naik 5,31 persen, penumpang pelayaran dalam negeri naik 32,07 persen, dan
penumpang kereta api naik 5,15 persen. Dibandingkan dengan April 2018,
angkutan udara domestik turun 8,06 persen, angkutan udara internasional
turun 6,73 persen, penumpang pelayaran dalam negeri naik 2,27 persen, dan
penumpang kereta api turun 0,76 persen.
13. Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53
id
juta orang, sementara jumlah penganggur turun 140 ribu orang, sehingga TPT
.
go
turun 0,20 persen poin
s.
TPT nasional mengalami penurunan jika dibanding setahun yang lalu, akan
p
tetapi terjadi peningkatan TPT yang cukup berarti pada jenjang pendidikan
.b
Diploma I/II/III (1,57 persen poin) dan Perguruan Tinggi (1,33 persen poin).
w
w
tetapi mereka yang bekerja kurang dari 15 jam perminggu juga meningkat
s:
sebanyak 1,10 juta orang, begitu pula mereka yang masuk kategori setengah
tp
14. a. Jumlah Jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58
juta orang (10,12 persen)
Dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta
orang (10,64 persen), penduduk miskin September 2017 turun sebesar 1,19
juta orang menjadi 26,58 juta orang (10,12 persen). Berdasarkan daerah
tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun
sebanyak 401,3 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi
10,27 juta orang pada September 2017). Sementara itu, di daerah
perdesaan turun sebanyak 786,9 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada
Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017).
Gini Ratio September 2017 tercatat sebesar 0,391 turun 0,002 poin jika
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393 dan turun
0,003 poin dibanding September 2016 yang sebesar 0,394. Berdasarkan
daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September
2017 sebesar 0,404, turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar
0,407 dan Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,409. Sementara itu,
Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 0,320 sama
jika dibandingkan Gini Ratio Maret 2017 , namun naik jika dibanding Gini
id
Ratio September 2016 yang sebesar 0,316.
.
go
15. Sejak tahun 2016, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berstatus “Tinggi”
s.
Pada tahun 2017, IPM Indonesia telah mencapai 70,81. Angka ini meningkat
p
.b
sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan dengan IPM
w
Indonesia pada tahun 2016. Sejak tahun 2016, status pembangunan manusia di
w
hingga 80, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
tp
Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,
ht
Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Bahkan, pada
tahun 2017 Provinsi DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi yang sudah
mencapai status pembangunan manusia “sangat tinggi” dengan IPM sebesar
80,06. Sementara itu, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat merupakan tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan
manusia paling cepat dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 1,79
persen, 1,25 persen, 1,17 persen.
16. Jumlah penduduk Indonesia Juni 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang
id
Perasaan (Affect) sebesar 68,59; dan (3) Indeks Dimensi Makna Hidup
.
go
(Eudaimonia) sebesar 72,23. Seluruh indeks dimensi diukur pada skala 0–100.
s.
18. IP-TIK Indonesia tahun 2016 mencapai nilai 4,34 pada skala 0-10
p
.b
IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 pada skala 0 – 10. Pada tahun 2016,
w
nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks keahlian sebesar 5,54, diikuti
w
//w
sebesar 3,19.
tp
Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta, yaitu 7,41.
ht
19. Pola utama distribusi perdagangan beras tahun 2016 terputus satu rantai.
Perdagangan beras dari distributor ke pengecer tidak lagi melalui agen.
Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan
daging ayam ras dari produsen sampai ke konsumen akhir melibatkan dua
hingga tujuh pelaku usaha.
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
1
s:
tp
ht
INFLASI
JUNI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
persen. Tingkat inflasi tahun kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat
.
go
inflasi tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen..
Gambar 1.1 s.
Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun
p
Gabungan 82 Kota, 2016–2018
.b
w
5.00
w
//w
4.00
s:
3.00
Persen
tp
2.00
ht
1.00
0.00
-1.00
Okt
Mar
Mar
Apr 2016
Mei
Jul
Sep
Des
Feb
Mei
Jul
Sep
Okt
Des
Jan 18
Feb
Mei
Jun 18
Agt
Jun
Nov
Jan 2017
Apr
Jun
Agu
Nov
Apr
3. Dari Inflasi 0,59 persen, andil tarif angkutan udara sebesar 0,15 persen; andil
ikan segar dan tarif angkutan antar kota masing-masing sebesar 0,08 persen;
andil daging ayam ras sebesar 0,03 persen; andil tarif sewa rumah sebesar 0,02
persen; andil ayam hidup, daging ayam kampung, daging sapi, ikan diawetkan,
kacang panjang, petai, tomat sayur, tomat buah, bawang merah, cabai rawit,
kelapa, nasi dengan lauk, rokok kretek, rokok kretek filter dan tarif kereta api
masing-masing sebesar 0,01 persen.
4. Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen, angka tersebut lebih rendah dibanding
kondisi Juni 2017 yang mengalami inflasi 0,69 persen. Tingkat inflasi tahun
kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018
terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen
id
5. Menurut karakteristik perubahan harga, Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen
.
go
dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,24 persen;
s.
kenaikan indeks pada komponen yang harganya diatur pemerintah (administered
p
prices) 1,38 persen; dan kenaikan indeks pada komponen bergejolak (volatile)
.b
0,90 persen.
w
w
6. Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen berasal dari sumbangan inflasi komponen
//w
0,17 persen.
ht
7. Inflasi komponen inti Juni 2018 sebesar 0,24 persen, sedangkan inflasi tahun
kalender 2018 sebesar 1,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018
terhadap Juni 2017) sebesar 2,72 persen.
8. Pada Mei 2018, Singapura menjadi negara yang mengalami Inflasi tertinggi
dibandingkan beberapa negara lain, yaitu 0,60 persen.
Tabel 1.1
Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Juni 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat
Tingkat
Inflasi Inflasi
IHK IHK Inflasi Andil
Kelompok IHK Juni Tahun
Juni Desember Tahun ke Inflasi
Pengeluaran Juni 2018 2018 1) Kalender
2017 2017 Tahun 3) (%)
(%) 2018 2)
(%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum (Headline) 129,72 131,28 133,77 0,59 1,90 3,12 0,59
id
3. Perumahan, Air, 126,84 127,93 129,21 0,13 1,00 1,87 0,03
Listrik, Gas, dan
.
go
Bahan Bakar
4. Sandang 116,40 117,95 120,55 0,36 2,20 3,57 0,02
5. Kesehatan 123,65 125,11
p s.
127,13 0,27 1,61 2,81 0,01
6. Pendidikan, 118,38 121,81 122,40 0,07 0,48 3,40 0,00
.b
Rekreasi, dan
w
Olahraga
7. Transpor, 129,64 129,68 132,14 1,50 1,90 1,93 0,26
w
Komunikasi, dan
//w
Jasa Keuangan
s:
1) Persentase perubahan IHK Juni 2018 terhadap IHK bulan Mei 2018.
tp
Tabel 1.2
Indeks Harga Konsumen, Tingkat Inflasi, dan Andil Inflasi Juni 2018
Menurut Komponen Perubahan Harga
(2012=100)
Tingkat
Tingkat
Inflasi Inflasi
IHK IHK IHK Inflasi Tahun
Juni Tahun Andil Inflasi
Komponen Juni Desember Juni Kalender
2018 ke (%)
2017 2017 2018 2017
(%) Tahun
(%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum 129,72 131,28 133,77 0,59 1,90 3,12 0,59
Tabel 1.3
Tingkat Inflasi Nasional Bulan ke Bulan dan Kalender (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Januari 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62
Februari 0,75 0,26 -0,36 -0,09 0,23 0,17 1,79 1,33 -0,61 0,42 1,21 0,79
Maret 0,63 0,08 0,17 0,19 -0,02 0,20 2,43 1,41 -0,44 0,62 1,19 0,99
April -0,10 -0,02 0,36 -0,45 0,09 0,10 2,32 1,39 -0,08 0,16 1,28 1,09
Mei -0,03 0,16 0,50 0,24 0,39 0,21 2,30 1,56 0,42 0,40 1,67 1,30
Juni 1,03 0,43 0,54 0,66 0,69 0,59 3,35 1,99 0,96 1,06 2,38 1,90
id
Juli 3,29 0,93 0,93 0,69 0,22 6,75 2,94 1,90 1,76 2,60
.
go
Agustus 1,12 0,47 0,39 -0,02 -0,07 7,94 3,42 2,29 1,74 2,53
Oktober 0,09 0,47 -0,08 0,14 0,01 7,66 4,19 2,16 2,11 2,67
.b
w
November 0,12 1,50 0,21 0,47 0,20 7,79 5,75 2,37 2,59 2,87
w
Desember 0,55 2,46 0,96 0,42 0,71 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
//w
s:
Tabel 1.4
tp
Tabel 1.5
Tingkat Inflasi Beberapa Negara, April–Mei 2018 (persen)
id
7. Pakistan 1,80 0,50 3,70 4,20
.
go
8. Afrika Selatan 0,80 0,20 4,50 4,40
9. Inggris 0,38 s. 0,38 2,40 2,40
p
10. Amerika Serikat 0,40 0,40 2,50 2,80
.b
*) revisi
w
Gambar 1.2
ht
2.50 Indonesia
2.00
Malaysia
1.50
Pilipina
persen
1.00
Singapura
0.50
Vietnam
0.00
Cina
-0.50
-1.00 Pakistan
-1.50 Afrika
Selatan
Apr
Sep
Feb
Mar
Agt
Jan 18
Jun 17
Nov
Des
Jul
Mei 18
Okt
Inggris
9.
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
2
s:
tp
ht
PDB DAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
TRIWULAN I-2018
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2017 s.d Triwulan I-2018 (persen)
id
6.00
5.01 5.01 5.06 5.19 5.06
.
go
5.00
4.00
p s.
4.01
3.00
.b
3.19
w
2.00
persen
1.00
//w
0.00
s:
-0.42
ht
-2.00 -1.70
-3.00
q-to-q y-on-y
2. Dari sisi produksi pertumbuhan triwulan I-2018 (y-on-y) terjadi pada semua
lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi
dan Komunikasi sebesar 8,69 persen.
Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real
Estat; Jasa Perusahaan; dan Jasa Lainnya.
Gambar 2.2
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Triwulan I-2018 (persen)
17.50 16.36
12.50
3.31
2.43
2.50
id
1.22 1.301.12 1.37 0.74
0.70 0.46 0.67
.
go
-0.60 -0.45
-1.18
-2.50 -2.47 -2.00
-4.60
p s.
-7.50
.b
-8.92
w
-11.36
w
-12.50
q-to-q y-on-y
//w
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik & Gas
s:
4. Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga
berlaku pada triwulan I-2018 mencapai Rp3.505,3 triliun, sedangkan PDB atas
dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.498,4 triliun.
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)
id
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,46 4,96 0,66
.
go
dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan s. -0,45 8,59 0,35
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,67 5,54 0,17
p
.b
Tabel 2.2
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (triliun rupiah)
4. Pengadaan Listrik dan Gas 38,8 42,5 41,9 24,8 26,3 25,6
id
Pengelolaan Sampah,
.
Limbah dan Daur Ulang
go
6. Konstruksi 329,9 380,9 367,8 233,9 263,2 251,1
Pergudangan
//w
10. Informasi dan Komunikasi 123,7 132,8 134,6 120,9 129,8 131,4
tp
11. Jasa Keuangan dan 138,3 144,1 149,1 97,6 99,4 101,8
ht
Asuransi
12. Real Estat 92,1 96,9 98,7 71,7 73,0 74,0
13. Jasa Perusahaan 56,9 61,9 63,4 41,7 44,5 45,0
14. Administrasi 114,2 139,3 122,7 78,0 90,6 82,5
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 100,8 125,8 108,4 71,5 84,6 75,0
16. Jasa Kesehatan dan 34,5 38,6 37,4 26,6 28,8 28,2
Kegiatan Sosial
17. Jasa lainnya 57,1 62,2 63,8 41,0 43,8 44,5
Tabel 2.3
Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)
id
8. Transportasi dan Pergudangan 5,20 5,56 5,41
.
go
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,92 2,85 2,86
10. Informasi dan Komunikasi
p s.
3,83 3,80 3,84
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,28 4,13 4,25
.b
Gambar 2.3
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Triwulan I-2018 (persen)
16.0 12.75
8.09 7.95
4.95 6.17
6.0 0.10 0.97 2.73
-4.0 (1.03)
(4.86) (3.88)
-14.0
-24.0
-34.0
-44.0
(46.10)
-54.0
id
q-to-q y-on-y
.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT
go
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
Ekspor Barang & Jasa
p s. Dikurangi Impor Barang & Jasa
.b
Barang dan Jasa masing-masing sebesar minus 4,86 persen dan minus 1,03
tp
sebesar 0,97 persen dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,10
persen.
Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Jenis Pengeluaran (persen)
Sumber
Triw I-2018 Triw I-2018
Pertumbuhan
Komponen Terhadap Terhadap
Triw I-2018
Triw IV-2017 Triw I-2017
(y-on-y)
(1) (2) (3) (4)
Tabel 2.5
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Jenis Pengeluaran
(triliun rupiah)
id
5. Perubahan Inventori 98,7 -64,6 119,4 60,4 -31,0 68,8
6. Ekspor Barang dan Jasa 663,4 745,6 740,3 523,5 561,7 555,9
.
go
7. Dikurangi Impor Barang 603,2 744,0 728,8 464,5 544,9 523,7
dan Jasa s.
8. Diskrepansi Statistik -37,5 -58,8 -6,5 20,4 -11,7 27,9
p
.b
Tetap Bruto, Ekspor, dan Impor Barang dan Jasa memberikan kontribusi masing-
ht
Tabel 2.6
Struktur PDB Menurut Jenis Pengeluaran (persen)
Gambar 2.4
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan I-2018 (persen)
6.02 2.50
21.54
8.24
3.03
58.67
. id
go
s.
Sumatera Jawa
p
.b
w
Pulau Sumatera sebesar 21,54 persen, Pulau Kalimantan 8,24 persen, dan Pulau
tp
Tabel 2.7
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional (persen)
2017
Wilayah/Pulau 2016 2017 Triw I-2018
Triw I Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10. Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan I-2018 menurut kelompok
provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total
kontribusi sebesar 53,71 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta,
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masing-
masing sebesar 6,02 persen, 5,50 persen, 6,02 persen, dan 5,41 persen.
Tabel 2.8
Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Indonesia Secara Spasial Triwulan I-2018 (persen)
Pertumbuhan Kontribusi
Provinsi Terhadap
Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 34
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sumatera -0,68 4,37 4,37 100,00 21,54
01. Aceh -1,16 3,34 3,34 4,82 1,04
id
02. Sumatra Utara -0,41 4,73 4,73 22,90 4,93
.
03. Sumatra Barat -0,84 4,71 4,71 7,14 1,54
go
04. Riau -4,56 2,91 2,91 23,19 5,00
05. Jambi -1,96 4,66 s. 4,66 6,46 1,39
06. Sumatra Selatan 1,08 5,89 5,89 12,86 2,77
p
07. Bengkulu 0,45 5,08 5,08 2,06 0,44
.b
11. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2017 meningkat sebesar 5,07
persen terjadi pada semua lapangan usaha ekonomi. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar
9,81 persen, diikuti oleh Jasa Lainnya dan Transportasi dan Pergudangan yang
tumbuh masing-masing sebesar 8,66 persen dan 8,49 persen.
Gambar 2.5
Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2014–2017 (persen)
8.00
7.00
6.00
5.03 5.07
id
5.01 4.88
persen
5.00
.
4.00
go
p s.
3.00
.b
w
2.00
w
12. Tahun 2017, Lapangan Usaha Industri Pengolahan masih memberikan kontribusi
ht
13. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2017 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
13.588,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2010) mencapai Rp
9.912,7 triliun.
14. Pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,07 persen ditopang oleh semua
Komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 9,09 persen, terutama barang nonmigas sebesar 10,65 persen, dan
diikuti oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 6,91 persen, serta
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 6,15 persen
terutama barang modal jenis mesin dan perlengkapan serta barang modal jenis
peralatan lainnya, masing-masing tumbuh sebesar 9,51 persen, dan 9,26 persen.
Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015–2017 (persen)
id
Motor
Transportasi dan
.
H 6,71 7,45 8,49 5,02 5,20 5,41
go
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan 4,31 5,17 5,55 2,96 2,93 2,85
I
Makan Minum s.
J Informasi dan Komunikasi 9,70 8,88 9,81 3,52 3,62 3,80
p
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,58 8,90 5,48 4,03 4,19 4,20
.b
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 4,63 3,19 2,06 3,90 3,87 3,70
//w
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 7,33 3,80 3,66 3,36 3,37 3,29
s:
Jasa Keesehatan dan Kegiatan 6,69 5,15 6,79 1,07 1,07 1,07
Q
Sosial
tp
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 4,17 4,57 4,76 96,85 96,42 96,14
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 32,55 19,20 13,38 3,15 3,58 3,86
PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,88 5,03 5,07 100,00 100,00 100,00
1) Atas dasar harga konstan 2010
2) Atas dasar harga berlaku
Tabel 2.10
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2015–2017 (triliun rupiah)
id
Makan Minum
.
J Informasi dan Komunikasi 406,0 449,2 515,9 421,8 459,2 504,3
go
K Jasa Keuangan dan Asuransi 464,4 520,1 571,1 347,3 378,2 398,9
L Real Estat 327,6 350,5 s. 379,8 267,0 279,5 289,8
M,N Jasa Perusahaan 190,3 211,6 238,2 148,4 159,3 172,8
p
O Administrasi Pemerintahan, 449,4 479,8 502,2 310,0 319,9 326,5
Pertahanan dan Jaminan Sosial
.b
Wajib
w
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 11 163,2 11 963,2 13 064,5 8 699,5 9 097,3 9 530,3
s:
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 363,1 443,6 524,3 283,0 337,3 382,4
tp
Tabel 2.11
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun 2015–2017 (persen)
15. Tahun 2017, Komponen Konsumsi Rumah Tangga masih memberikan kontribusi
terbesar terhadap total perekonomian sebesar 56,13 persen, diikuti Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 32,16 persen, Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 20,37 persen. Sedangkan Komponen Konsumsi Pemerintah
memiliki peran sebesar 9,10 persen.
Tabel 2.12
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran
Tahun 2015–2017 (triliun rupiah)
id
Pengeluaran Konsumsi
2 131,0 144,5 160,6 98,8 105,4 112,6
.
LNPRT
go
Pengeluaran Konsumsi
3 1,123,8 1,183,6 1,236,9 775,4 774,3 790,9
Pemerintah s.
Pembentukan Modal Tetap
4 3,782,0 4,040,2 4,370,6 2,911,4 3,041,6 3.228,7
Bruto (PMTB)
p
5 Perubahan Invenntori 144,2 158,8 174,5 112,8 133,4 115,4
.b
6 Ekspor Barang dan Jasa 2,439,0 2,372,3 2,768,1 2,004,5 1,973,0 2.152,4
w
16. Dalam kurun waktu 2012-2017, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
tp
mengalami peningkatan, dari Rp35,1 juta pada tahun 2012 menjadi Rp51,9 juta
ht
Tabel 2.13
PDB Per Kapita Indonesia Tahun 2012–2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
3
s:
tp
ht
EKSPOR
MEI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB)
id
Mei 2016–Mei 2018
.
go
18 000
16 000
p s.
14 000
.b
12 000
w
juta US$
10 000
w
8 000
//w
6 000
s:
4 000
tp
2 000
0
ht
Mei
Mei
Jan'18
Sep
Jan'17
Feb
Sep
Feb
Nov
Nov
Apr
Apr
Mei'16
Okt
Des
Okt
Des
Mar
Mar
Jul
Jul
Jun
Jun
Agt
Agt
Tabel 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (juta US$) dan Perubahannya (%)
Januari–Mei 2018
. id
go
Nilai FOB Perubahan (%) Peran thd
Mei’18 Mei’18 Jan–Mei’18 total
Uraian Mei Jan–Mei April Mei
s.
Jan–Mei thd thd thd ekspor
Jan–Mei
2017r 2017r 2018 2018* 2018* Mei’17 Apr’18 Jan–Mei’17
p
2018 ( %)
(y-on-y) (m-to-m) (y-on-y)
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
w
w
Total Ekspor 14 333,9 68 335,7 14 537,2 16 121,2 74 931,3 12,47 10,90 9,65 100,00
//w
Migas 1 294,4 6 334,1 1 220,7 1 572,3 6 845,4 21,47 28,80 8,07 9,14
Industri pengolahan
s:
Pengadaan gas 3,0 35,6 19,2 16,0 56,0 442,21 -16,46 57,20 0,08
Pertambangan 1 134,1 5 555,6 1 057,6 1 418,4 6 153,2 25,06 34,12 10,76 8,21
ht
- Minyak mentah 401,0 2 127,8 287,1 522,2 2 033,9 30,21 81,90 -4,41 2,71
- Gas 733,1 3 427,8 770,5 896,2 4 119,3 22,24 16,31 20,18 5,50
Nonmigas 13 039,5 62 001,6 13 316,5 14 548,9 68 085,9 11,58 9,25 9,81 90,86
Pertanian 314,9 1 444,5 298,4 1 381,8 -1,78 3,65 -4,34 1,84
309,3
Industri pengolahan 10 767,9 51 294,7 10 677,9 11 735,3 54 452,7 8,98 9,90 6,16 72,67
Pertambangan dan
lainnya 1 956,7 9 262,4 2 340,2 2 504,3 12 251,4 27,99 7,01 32,27 16,35
Tabel 3.2
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (juta US$) dan Perubahannya (%)
Triwulanan 2017–2018
Perubahan Triwulan (%)
Nilai FOB
II'17 III'17 IV'17 I'18 I'18
Uraian
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I thd thd thd thd thd
2017r 2017r 2017r 2017r 2018 I'17 II'17 III'17 IV'17 I'17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Total Ekspor 40 732,1 39 264,9 43 379,3 45 451,8 44 272,9 -3,60 10,48 4,78 -2,59 8,69
Migas 4 003,4 3 606,9 3 853,6 4 280,4 4 052,5 -9,90 6,84 11,08 -5,32 1,23
Industri
pengolahan hasil 438,5 399,8 415,4 389,3 354,3 -8,82 3,90 -6,28 -8,99 -19,20
minyak
Pengadaan gas 26,9 11,7 15,2 21,8 20,9 -56,34 29,29 43,71 -4,41 -22,46
Pertambangan 3 538,0 3 195,4 3 423,0 3 869,3 3 677,3 -9,69 7,12 13,04 -4,96 3,94
id
-Minyak mentah 1 424,7 1 155,1 1 248,6 1 526,5 1 224,7 -18,93 8,09 22,26 -19,77 -14,04
.
go
-Gas 2 113,3 2 040,3 2 174,4 2 342,8 2 452,6 -3,46 6,57 7,74 4,69 16,05
Nonmigas 36 728,7 35 658,0 39 525,7 41 171,4 40 220,4 s. -2,92 10,85 4,16 -2,31 9,51
Pertanian 851,7 860,3 1 017,2 941,8 774,0 1,03 18,24 -7,41 -17,82 -9,11
p
Industri
30 644,6 29 169,3 32 438,2 32 851,2 32 039,5 -4,81 11,21 1,27 -2,47 4,55
.b
pengolahan
Pertambangan dan
w
5 232,6 5 628,4 6 070,3 7 378,4 7 406,9 7,56 7,85 21,55 0,39 41,55
lainnya
w
//w
Tabel 3.3
Nilai Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit (juta US$) dan Perubahannya (%)
s:
Januari–Mei 2018
tp
Tabel 3.4
Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan (juta US$) dan Perubahannya (%)
Januari–Mei 2018
Nilai FOB (juta US$) Perubahan Nilai FOB (juta US$) Peran thd
Perubahan total ekspor
Negara Tujuan April Mei Jan–Mei Jan–Mei
Nilai (%) (%) Jan–Mei 2018
2018 2018* 2017r 2018* (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Uni Eropa 1 384,6 1 740,1 355,5 25,68 6 839,5 7 411,8 8,37 10,89
4 Jerman 216,2 270,4 54,2 25,09 1 083,1 1 145,7 5,79 1,68
5 Belanda 322,8 403,6 80,8 25,02 1 665,6 1 701,4 2,15 2,50
6 Italia 165,1 188,3 23,2 14,03 832,8 848,0 1,82 1,25
id
Uni Eropa Lainnya 680,5 877,8 197,3 29,00 3 258,0 3 716,7 14,08 5,46
.
go
Negara Utama Lainnya 6 746,1 7 372,8 626,7 9,29 31 051,8 35 005,5 12,73 51,41
7 Tiongkok 1 814,4 2 093,3 278,9 15,37 7 799,9 10 245,5 31,35 15,05
8 Jepang 1 391,8 1 399,1 7,3 0,52
s. 5 661,1 6 871,9 21,39 10,09
9 Amerika Serikat 1 430,6 1 574,0 143,4 10,03 7 172,4 7 425,8 3,53 10,91
p
10 India 1 015,4 1 106,4 91,0 8,97 5 876,0 5 326,3 -9,35 7,82
.b
12 Korea Selatan 638,8 615,4 -23,4 -3,67 2 628,9 2 888,0 9,86 4,24
13 Taiwan 254,3 392,9 138,6 54,47 1 136,9 1 321,9 16,28 1,94
w
Total 13 Negara Tujuan 9 405,3 10 212,1 806,8 8,58 43 447,4 48 399,3 11,40 71,09
//w
Tabel 3.5
tp
(FOB:juta US$)
2016 2017r 2018
Bulan
Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jan 1 108,0 9 473,9 10 581,9 1 278,6 12 119,1 13 397,7 1 323,6 13 229,8 14 533,4
Feb 1 113,3 10 203,4 11 316,7 1 208,6 11 407,4 12 616,0 1 390,9 12 741,7 14 132,6
Mar 1 239,3 10 572,8 11 812,1 1 516,2 13 202,3 14 718,5 1 338,0 14 248,9 15 586,9
Apr 891,7 10 798,0 11 689,7 1 036,2 12 233,5 13 269,7 1 220,7 13 316,5 14 537,2
Mei 957,9 11 559,5 11 517,4 1 294,4 13 039,5 14 333,9 1 572,3* 14 548,9* 16 121,2*
Jun 1 187,4 12 018,8 13 206,1 1 276,3 10 385,1 11 661,4
Jul 998,6 8 650,9 9 649,5 1 165,0 12 446,1 13 611,1
Agt 1 138,6 11 615,3 12 753,9 1 233,6 13 954,4 15 188,0
Sep 1 061,5 11 518,3 12 579,8 1 455,0 13 125,2 14 580,2
Okt 1 055,9 11 687,8 12 743,7 1 488,2 13 764,4 15 252,6
Nov 1 103,0 12 399,9 13 502,9 1 295,7 14 039,0 15 334,7
Des 1 250,2 12 582,2 13 832,4 1 496,4 13 368,1 14 864,5
Total 13 105,5 132 080,7 145 186,2 15 744,4 153 083,8 168 828,2 6 845,4* 68 085,9* 74 931,3*
Tabel 3.6
Nilai Ekspor Indonesia Menurut Provinsi Asal Barang
Pelabuhan Muat
Total Ekspor
No
Provinsi Asal Barang Prov Asal Barang Prov Lain
Urut % % % % %
Nilai Nilai Nilai % Baris
Kolom Baris Kolom Baris Kolom
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 51,5 0,10 59,10 35,6 0,16 40,90 87,1 0,12 100,00
2 Sumatera Utara 3 615,4 6,82 99,74 9,4 0,04 0,26 3 624,8 4,84 100,00
3 Sumatera Barat 561,5 1,06 84,51 102,9 0,47 15,49 664,5 0,89 100,00
4 Riau 6 628,6 12,50 98,64 91,4 0,42 1,36 6 720,0 8,97 100,00
5 Kepulauan Riau 4 751,3 8,96 99,91 4,5 0,02 0,09 4 755,8 6,35 100,00
6 Jambi 490,6 0,93 40,92 708,3 3,23 59,08 1 198,9 1,60 100,00
7 Sumatera Selatan 1 438,4 2,71 79,80 364,0 1,66 20,20 1 802,4 2,41 100,00
8 Kep. Bangka Belitung 788,4 1,49 96,83 25,8 0,12 3,17 814,1 1,09 100,00
9 Bengkulu 40,2 0,08 39,45 61,7 0,28 60,55 101,9 0,14 100,00
id
10 Lampung 1 304,1 2,46 93,84 85,6 0,39 6,16 1 389,8 1,85 100,00
4 127,2 7,78 96,64 143,4 0,65 3,36 4 270,6 5,70 100,00
.
11 DKI Jakarta
go
12 Jawa Barat 117,6 0,22 0,92 12 725,8 58,09 99,08 12 843,4 17,14 100,00
13 Banten 827,5 1,56 16,44 4 206,0 19,20 83,56
s. 5 033,4 6,72 100,00
14 Jawa Tengah 2 649,4 5,00 75,63 853,6 3,90 24,37 3 503,0 4,67 100,00
p
15 DI Yogyakarta 4,1 0,01 2,19 181,2 0,83 97,81 185,2 0,25 100,00
.b
16 JawaTimur 7 850,0 14,80 97,91 167,3 0,76 2,09 8 017,3 10,70 100,00
w
17 Bali 106,6 0,20 42,18 146,2 0,67 57,82 252,8 0,34 100,00
w
18 Nusa Tenggara Barat 201,4 0,38 97,35 5,5 0,03 2,65 206,8 0,28 100,00
//w
19 Nusa Tenggara Timur 7,3 0,01 47,47 8,1 0,04 52,53 15,4 0,02 100,00
20 Kalimantan Barat 389,1 0,73 56,00 305,6 1,40 44,00 694,7 0,93 100,00
s:
21 Kalimantan Tengah 153,0 0,29 18,96 653,9 2,98 81,04 806,9 1,08 100,00
3 051,2 5,75 92,84 235,4 1,07 7,16 3 286,6 4,39 100,00
tp
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur 7 335,8 13,83 98,51 110,8 0,51 1,49 7 446,6 9,94 100,00
ht
24 Kalimantan Utara 422,4 0,80 87,12 62,5 0,29 12,88 484,9 0,65 100,00
25 Sulawesi Utara 324,8 0,61 71,95 126,6 0,58 28,05 451,4 0,60 100,00
26 Gorontalo 24,2 0,05 98,87 0,3 0,00 1,13 24,4 0,03 100,00
27 Sulawesi Tengah 1 880,5 3,55 98,99 19,1 0,09 1,01 1 899,7 2,54 100,00
28 Sulawesi Selatan 405,6 0,77 75,02 135,1 0,62 24,98 540,7 0,72 100,00
29 Sulawesi Barat - - - 177,2 0,81 100,00 177,2 0,24 100,00
30 Sulawesi Tenggara 297,6 0,56 75,88 94,6 0,43 24,12 392,2 0,52 100,00
31 Maluku 0,3 0,00 1,43 18,1 0,08 98,57 18,4 0,02 100,00
32 Maluku Utara 241,3 0,46 99,84 0,4 0,00 0,16 241,7 0,32 100,00
33 Papua 1 878,2 3,54 98,21 34,2 0,16 1,79 1 912,4 2,55 100,00
34 Papua Barat 1 058,8 2,00 99,29 7,5 0,03 0,71 1 066,3 1,42 100,00
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
4
s:
tp
ht
IMPOR
MEI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 4.1
Perkembangan Nilai Impor Migas dan Nonmigas Indonesia (CIF)
Mei 2017–Mei 2018*
. id
16
go
14 s.
12
p
.b
10
Miliar US$
8
w
//w
6
s:
4
tp
2
ht
0
Apr
Jan'18
Mar
Mei'17
Jun
Jul
Agt
Mei
Des
Okt
Sep
Feb
Nov
Migas Nonmigas
2. Impor nonmigas Mei 2018 sebesar US$14,83 miliar, naik 7,19 persen dibanding April
2018 (US$13,83 miliar). Selama Januari–Mei 2018 impor nonmigas naik 25,93 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (US$52,32 miliar).
3. Impor migas Mei 2018 sebesar US$2,82 miliar, naik 20,95 persen dibanding April 2018
(US$2,33 miliar). Selama Januari–Mei 2018 impor migas naik 18,58 persen dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya (US$10,02 miliar).
4. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Mei 2018 adalah golongan mesin dan
pesawat mekanik sebesar US$334,3 juta, atau naik 15,19 persen dibanding April 2018
(US$2.200,5 juta). Impor golongan barang tersebut pada Januari–Mei 2018 mencapai
US$11.076,3 juta, naik 31,97 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
5. Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar periode Januari–Mei 2018
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 45
IMPOR MEI 2018
ditempati Tiongkok 27,87 persen, Jepang 11,53 persen, dan Thailand 6,93 persen.
Impor nonmigas dari ASEAN dan Uni Eropa masing-masing 20,41 persen dan 9,25
persen.
Gambar 4.2
Nilai Impor Nonmigas Indonesia dari Lima Negara Utama Asal Barang (CIF)
Januari–Mei 2017 dan 2018*
20 18.36
15 13.67
id
Miliar US$
.
10
go
7.59
4.56 5.81 s.
4.10 3.87
3.77
p
5
3.16
.b
3.11
w
w
0
Singapura Thailand Jepang Tiongkok Amerika Serikat
//w
Jan-Mei'17 Jan-Mei'18
s:
tp
ht
6. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal
selama Januari–Mei 2018 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya masing-masing sebesar 27,75 persen, 22,59 persen dan 33,73 persen.
7. Neraca perdagangan Indonesia Mei 2018 defisit sebesar US$1,52 miliar.
Tabel 4.1
Ringkasan Perkembangan Nilai Impor Indonesia (Juta US$) dan Perubahannya
Januari–Mei 2017 dan 2018
id
.
go
Tabel 4.2
Perkembangan Impor Indonesia
Januari–Desember 2016 s.d. Mei 2018
p s.
Perubahan
.b
2015
2016
Triwulan I 3 896,8 28 047,5 31 944,3 -25,08 -4,94 -7,96
s:
2017
Triwulan I 6 578,2 30 038,2 36 616,4 32,33 -6,10 -0,93
Triwulan II 5 039,0 30 675,7 35 714,7 -23,40 2,12 -2,46
Triwulan III 5 724,5 34 462,7 40 187,2 13,61 12,35 12,52
Oktober 2 206,9 12 042,3 14 249,2 14,08 10,95 11,42
November 2 204,4 12 909,1 15 113,5 -0,11 7,20 6,07
Desember 2 563,2 12 541,3 15 104,5 16,28 -2,85 -0,06
Triwulan IV 6 974,5 37 492,7 44 467,2 21,83 8,79 10,65
Jan–Des 24 316,2 132 669,3 156 985,5 29,76 13,48 15,73
2018
Januari 2 259,2 13 050,2 15 309,4 -11,86 4,06 1,36
Februari 2 234,8 11 950,7 14 185,5 -1,08 -8,43 -7,34
Maret 2 239,1 12 224,5 14 463,6 0,19 2,29 1,96
April 2 328,2 13 834,1 16 162,3 3,98 15,76 -2,57
Mei* 2 816,0 14 828,8 17 644,8 20,95 7,19 9,17
Jan–Mei* 11 877,2 65 888,4 77 765,6 18,58 25,93 24,75
Ju
Tabel 4.3
Impor Nonmigas Indonesia Beberapa Golongan Barang HS 2 Dgjit dan Perubahannya
Januari–Mei 2017 dan 2018
1. Mesin dan pesawat mekanik (84) 2 200,5 2 534,8 8 392,8 11 076,3 15,19 31,97 16,81
2. Mesin dan peralatan listrik (85) 1 832,9 1 979,4 6 948,1 8 904,9 7,99 28,16 13,52
3. Besi dan baja (72) 954,4 921,4 3 076,3 4 284,6 -3,46 39,28 6,50
4. Kendaraan dan bagiannya (87) 696,9 645,5 2 638,5 3 406,6 -7,38 29,11 5,17
5. Serealia (10) 301,9 396,4 1 114,9 1 442,0 31,30 29,34 2,19
6. Gula dan kembang gula (17) 169,8 295,1 982,2 830,5 73,79 -15,44 1,26
7. Kapal terbang dan bagiannya (88) 238,3 41,8 317,0 618,7 -82,46 95,17 0,94
8. Kapal laut, bangunan terapung (89) 87,8 162,8 578,3 534,4 85,42 -7,59 0,81
id
9. Kopi, teh dan rempah (09) 56,2 29,5 116,8 260,7 -47,51 123,20 0,40
.
10. Sayuran (07) 92,9 69,4 313,1 240,7 -25,30 -23,12 0,36
go
Total 10 Golongan Barang 6 631,6 7 076,1 24 478,0 s. 31 599,4 6,70 29,09 47,96
Barang Lainnya 7 202,5 7 752,7 27 844,9 34 289,0 7,64 23,14 52,04
p
Total Impor Nonmigas 13 834,1 14 828,8 52 322,9 65 888,4 7,19 25,93 100,00
.b
w
w
Tabel 4.4
//w
Tabel 4.5
Nilai Impor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang
Januari–Mei 2017 dan 2018
Negara Asal Nilai CIF (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd
id
8 Jepang 1 641,9 1 620,8 5 812,6 7 594,4 -1,29 30,65 11,53
9 Amerika Serikat 933,0 794,8 3 159,0 3 865,7 -14,81 22,37 5,87
.
go
10 Korea Selatan 630,5 685,9 3 140,3 3 250,9 8,79 3,52 4,93
11 Australia 391,5 468,3 2 122,4 1 995,6 19,62 -5,97 3,03
12 Taiwan 318,8 351,9 1 297,6
s.
1 560,9 10,38 20,29 2,37
13 India 476,9 415,4 1 571,4 1 999,8 -12,90 27,26 3,03
p
Total 13 Negara Utama 11 024,5 11 976,1 42 077,2 52 914,1 8,63 25,75 80,31
.b
Total Impor Nonmigas 13 834,1 14 828,8 52 322,9 65 888,4 7,19 25,93 100,00
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 4.6
Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari 2017 – Mei 2018
(Nilai CIF: Juta US$)
2017 2018
id
November 1 341,1 11 124,4 2 648,0 15 113,5
.
Desember 1 375,4 11 036,7 2 692,4 15 104,5
go
Total 14 075,1 117 851,3 25 059,1 156 985,5 7 172,8 57 960,7 12 632,1 77 765,6
Persentase thd s.
8,97 75,07 15,96 100,00 9,22 74,53 16,25 100,00
Total (%)
p
.b
w
Tabel 4.7
Impor Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang, Januari–Mei 2018
w
(juta US$)
//w
Tabel 4.8
Neraca Perdagangan Indonesia, Mei 2017–Mei 2018
(miliar US$)
2017r
Mei 1,29 13,04 14,33 1,79 11,98 13,77 -0,49 1,07 0,57
Juni 1,28 10,38 11,66 1,60 8,39 9,99 -0,33 1,99 1,66
Juli 1,16 12,45 13,61 1,78 12,11 13,89 -0,61 0,34 -0,28
Agustus 1,23 13,96 15,19 2,01 11,50 13,51 -0,73 2,45 1,72
September 1,45 13,13 14,58 1,93 10,85 12,79 -0,49 2,27 1,77
Oktober 1,49 13,76 15,25 2,21 12,04 14,25 -0,73 1,72 0,99
November 1,29 14,04 15,33 2,20 12,91 15,11 -0,92 1,13 0,21
Desember 1,49 13,37 14,86 2,56 12,54 15,10 -1,05 0,82 -0,23
Jan-Mei 6,34 62,00 68,34 10,02 52,32 62,34 -3,68 9,68 6,00
Jan–Des 15,75 153,08 168,83 24,32 132,67 156,99 -8,58 20,40 11,82
id
2018
.
go
Januari 1,32 13,23 14,55 2,26 13,05 15,31 -0,94 0,18 -0,76
Februari 1,39 12,74 14,13 2,23 11,95 14,18 -0,84 0,79 -0,05
Maret 1,34 14,25 15,59 2,24
s. 12,22 14,46 -0,90 2,02 1,12
April 1,22 13,32 14,54 2,33 13,83 16,16 -1,11 -0,52 -1,63
p
Mei* 1,57 14,54 16,12 2,81 14,83 17,64 -1,24 -0,28 -1,52
.b
Jan–Mei* 6,84 68,09 74,93 11,88 65,89 77,77 -5,03 2,20 -2,83
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 4.9
Ekspor-Impor Beras Indonesia, Triwulan I-2015–Mei 2018
Ekspor Impor
Periode Berat Bersih Nilai FOB Berat Bersih Nilai CIF
(kg) (US$) (kg) (US$)
(1) (2) (3) (4) (5)
2015 519 497 630 391 861 601 001 351 602 090
Triwulan I 39 985 51 936 66 562 915 29 213 209
Triwulan II 160 770 206 334 127 866 410 55 705 088
Triwulan III 152 844 195 941 35 181 781 14 964 060
Triwulan IV 165 898 176 180 631 989 895 251 719 733
id
2016 999 463 864 609 1 283 178 527 531 841 557
.
go
Triwulan I 627 653 261 673 981 992 734 401 346 706
Triwulan II 257 424 438 453
p s. 91 720 535 40 012 930
Triwulan III 84 126 105 820 72 605 748 31 181 924
.b
2018
3 096 108 1 275 975 896 035 709 417 965 014
Januari
28 500 49 750 13 176 000 5 801 609
Februari
2 006 004 752 738 272 898 212 130 081 585
Maret
149 494 97 634 186 44 738 117
April
1 060 000 465 796 165 348 422 76 045 267
Mei*
1 455 7 197 346 978 889 161 298 436
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
5
s:
tp
ht
UPAH
BURUH
MEI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
Gambar 5.1
go
Rata-Rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan
Mei 2016‒Mei 2018
s.
p
90 000
.b
85 000
w
80 000
w
75 000
//w
70 000
65 000
s:
Rupiah
60 000
tp
55 000
ht
50 000
45 000
40 000
35 000
Juni
Juni
Okt
Apr
Okt
Juli
Sept
Jan`17
Juli
Sept
Jan`18
Mar
Feb
Mar
Feb
Agus
Agt
Nov
Des
Mei
Nov
Des
Mei
Mei '16
April
Pada Mei 2018, rata-rata upah nominal harian Rata-rata upah nominal harian
buruh bangunan (tukang bukan mandor) naik buruh bangunan pada periode
sebesar 0,14 persen dibanding upah nominal Mei 2018 sebesar Rp86.104,00,
April 2018, yaitu dari Rp85.983,00 menjadi naik 0,14 persen
Rp86.104,00, sedangkan upah riil turun sebesar
0,07 persen, yaitu dari Rp64.791,00 menjadi
Rp64.745,00.
Tabel 5.1
Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (rupiah)
Mei 2016‒Mei 2018
. id
Upah Buruh Tani Upah Buruh Bangunan
go
Bulan (harian) (harian)
Nominal Riil1)
ps. Nominal Riil2)
(1) (2) (3) (4) (5)
.b
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
6
tp
ht
NILAI TUKAR
PETANI, INFLASI
PERDESAAN, DAN
NILAI TUKAR
USAHA RUMAH
TANGGA
PERTANIAN
JUNI 2018 LBDSE Juli 2018 Edisi 98 57
NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
yaitu Tanaman Pangan (0,09 persen), Tanaman
go
Hortikultura (0,01 persen), Peternakan (0,74 persen), dan Perikanan (0,68
s.
persen). Sebaliknya, subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman
p
Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 0,78 persen.
.b
w
Gambar 6.1
w
105.00
s:
104.50
tp
104.00
ht
Jan'18
Jun'17
Feb
Mar
Agt
Nov
Des
Mei
Jun
Jul
Okt
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Juni 2018 naik 0,36 persen bila
dibanding It pada Mei 2018, yaitu dari 134,56 menjadi 135,04. Kenaikan indeks
tersebut disebabkan naiknya It di empat subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,39
persen), Tanaman Hortikultura (0,36 persen), Peternakan (1,10 persen), dan
Gambar 6.2
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Juni 2017–Juni 2018 (2012=100)
150.00
145.00
id
140.00
.
134.57 134.31 133.99 133.74 134.56 135.04
go
133.35
135.00 131.59 132.34
130.31 130.94
128.78 129.12 s.
130.00
131.62 131.93 132.33
130.76 131.25 131.45
p
129.40
125.00 128.10 128.28 128.25 128.10 128.03 128.41
.b
120.00
w
w
115.00
//w
110.00
Apr
Sep
Feb
Jun'17
Jan'18
Mar
Agt
Mei
Des
Jul
Nov
Jun
Okt
s:
tp
It Ib
ht
4. NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Juni 2018 naik sebesar 0,09 persen
dibanding NTPP Mei 2018. Hal ini disebabkan kenaikan It Tanaman Pangan
(0,39 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan Ib Tanaman Pangan (0,30
persen). NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) naik sebesar 0,01 persen. Hal ini
disebabkan kenaikan It Tanaman Hortikultura (0,36 persen) lebih besar
dibandingkan kenaikan Ib Tanaman Hortikultura (0,34 persen). NTP Tanaman
Perkebunan Rakyat (NTPR) turun sebesar 0,78 persen disebabkan It Tanaman
Perkebunan Rakyat turun (0,57 persen), sebaliknya Ib Tanaman Perkebunan
Rakyat naik (0,21 persen). NTP Peternakan (NTPT) naik sebesar 0,74 persen. Hal
ini disebabkan kenaikan It Peternakan (1,10 persen) lebih besar dibandingkan
kenaikan Ib Peternakan (0,36 persen). Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya
Ikan (NTNP) naik sebesar 0,68 persen. Hal ini disebabkan kenaikan It Perikanan
(1,03 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan Ib Perikanan (0,34 persen).
Tabel 6.1
Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya (2012=100)
Persentase
Subsektor Mei 2018 Juni 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
Gabungan/Nasional
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,99 102.04 0.05
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,56 135.04 0.36
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 131,93 132.33 0.30
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,54 137.99 0.33
- Indeks BPPBM 120,81 121.10 0.24
id
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,40 134.84 0.33
.
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,01 132.41 0.30
go
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,51 137.95 0.33
- Indeks BPPBM
s.
p
120,96 121.25 0.24
1. Tanaman Pangan
.b
2. Tanaman Hortikultura
a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100,68 100.69 0.01
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 133,98 134.45 0.36
- Sayur-sayuran 132,01 132.00 -0.01
- Buah-buahan 136,68 137.56 0.64
- Tanaman Obat 126,77 127.07 0.24
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 133,07 133.53 0.34
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,49 138.00 0.37
- Indeks BPPBM 119,30 119.62 0.27
Persentase
Subsektor Mei 2018 Juni 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
4. Peternakan
a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 106,67 107.46 0.74
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,05 135.52 1.10
- Ternak Besar 136,48 137.94 1.07
- Ternak Kecil 123,39 125.19 1.46
- Unggas 138,35 140.93 1.87
- Hasil Ternak 128,43 128.67 0.19
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 125,66 126.11 0.36
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,50 137.98 0.35
- Indeks BPPBM 115,04 115.48 0.38
id
5. Perikanan
.
go
a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 105,66 106.38 0.68
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan s.136,89 138.29 1.03
pembudidaya ikan (It)
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya
p
129,56 130.00 0.34
Ikan (Ib)
.b
B. Inflasi Perdesaan
1. Pada Juni 2018 terjadi inflasi perdesaan
sebesar 0,33 persen dengan Indeks
Konsumsi Rumah Tangga 137,99. Pada Pada Mei 2018 terjadi
bulan ini terjadi inflasi perdesaan di 26 inflasi perdesaan sebesar
provinsi dan deflasi perdesaan di 7 0,19 persen
provinsi. Inflasi perdesaan tertinggi
terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara
sebesar 1,26 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Bali
sebesar 0,10 persen. Deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera
Barat sebesar 0,66 persen, sedangkan deflasi perdesaan terendah terjadi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 0,08 persen.
id
Gambar 6.3
.
go
Inflasi Perdesaan, Juni 2016–Juni 2018
p s.
.b
1.60
w
1.22
w
1.10 1.04
0.87
//w
0.10 0.19
0.06 0.04 0.04
ht
-0.90
Apr
Apr
Jan'18
Sep
Jan'17
Feb
Mar
Sep
Feb
Mar
Jun'16
Agt
Nov
Jun
Agt
Des
Mei
Nov
Des
Mei
Jun
Jul
Okt
Jul
Okt
2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga pada Juni 2018, terjadi kenaikan indeks
harga di tujuh kelompok pengeluaran yaitu Bahan Makanan (0,27 persen),
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,25 persen), Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,27 persen), Sandang (1,69 persen), Kesehatan
(0,25 persen), Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (0,33 persen), serta
Transportasi dan Komunikasi (0,27 persen).
3. Inflasi perdesaan Juni 2018 sebesar 0,33 persen dipicu oleh naiknya harga
komoditas kacang panjang, daging ayam ras, bayam, buncis, dan mangga.
Tabel 6.2
Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran
Juni 2016–Juni 2018
Makanan
Perumahan, Pendidikan, Transportasi
Jadi,
Bahan Air, Listrik, Rekreasi, dan
Bulan Minuman, Sandang Kesehatan Umum
Makanan Gas dan dan Komuni-
Rokok dan
Bahan Bakar Olahraga kasi
Tembakau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Juni 2016 0,63 1,05 0,28 0,92 0,26 0,17 0,14 0,59
Juli 1,24 0,63 0,23 0,48 0,26 0,47 0,12 0,76
Agustus -0,10 0,14 0,21 0,21 0,29 0,35 0,04 0,06
September 0,44 0,34 0,16 0,23 0,33 0,10 0,09 0,32
Oktober -0,25 0,37 0,28 0,17 0,27 0,24 0,09 0,04
id
November 1,65 0,35 0,27 0,21 0,29 0,07 0,19 0,87
.
go
Desember 0,62 0,35 0,20 0,24 0,27 0,14 0,16 0,42
Januari 2017 0,75 0,90 0,95 0,51
p s. 0,88 0,41 0,70 0,79
Februari 0,37 0,45 0,44 0,22 0,36 0,18 0,47 0,38
.b
4. Tingkat inflasi perdesaan tahun kalender 2018 (Juni 2018 terhadap Desember 2017)
adalah sebesar 2,35 persen dan tingkat inflasi perdesaan year-on-year (Juni 2018
terhadap Juni 2017) adalah sebesar 3,39 persen.
Tabel 6.3
Tingkat Inflasi Perdesaan Juni 2018, Tahun Kalender dan Tahun ke Tahun 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat Inflasi
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Inflasi Perdesaan
(IKRT) Perdesaan Juni 2018 (%)
Kelompok Pengeluaran Juni
2018 Tahun
Juni Desember Juni Tahun
(%) ke
2017 2017 2018 Kalender
Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
id
5. Kesehatan 122,41 124,14 127,23 0,25 2,49 3,94
.
go
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 117,06 118,42 119,90 0,33 1,25 2,43
7. Transportasi dan Komunikasi 122,52 123,65
s. 125,49 0,27 1,48 2,42
p
C. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
.b
1. Pada Juni 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena It
w
mengalami kenaikan (0,36 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks BPPBM (0,24
w
persen). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di empat subsektor yaitu Tanaman
//w
Pangan (0,17 persen), Tanaman Hortikultura (0,08 persen), Peternakan (0,71 persen), dan
s:
2. Dari 33 provinsi yang dihitung NTUP-nya, 20 provinsi mengalami kenaikan dan 13 provinsi
mengalami penurunan. Kenaikan NTUP terbesar pada Juni 2018 terjadi di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sebesar 0,89 persen. Sebaliknya, penurunan NTUP tertinggi terjadi di
Provinsi Riau, yaitu sebesar 2,32 persen.
Tabel 6.4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya,
(2012=100)
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
7
s:
tp
ht
HARGA
PANGAN
JUNI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
Gambar 7.1
.
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas
go
Juni 2017–Juni 2018
s.
6 200
p
6 000
.b
5 800
5 600
w
5 400
5 200
w
5 000
//w
4 800
Rp/kg
4 600
4 400
s:
4 200
4 000
tp
3 800
3 600
ht
3 400
3 200
3 000
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'18 Feb Mar Apr Mei Jun
2. Pada bulan yang sama, harga tertinggi di tingkat petani Rp7.000,00 per kg dan di
tingkat penggilingan Rp7.100,00 per kg. Sedangkan harga terendah di tingkat
petani dan tingkat penggilingan masing-masing Rp3.200,00 per kg dan Rp3.300,00
per kg. Harga tertinggi di tingkat petani berasal dari kualitas gabah kering giling
(GKG) varietas Siam Mayang yang terjadi di Kec. Gambut, Kab. Banjar (Kalsel) dan
GKP varietas Mayang yang terjadi di Kec. Kapuas Timur, Kab. Kapuas (Kalteng),
sedangkan di tingkat penggilingan berasal dari kualitas GKG varietas Siam Mayang
yang terjadi di Kec. Gambut, Kab. Banjar (Kalsel). Sementara itu, harga terendah
di tingkat petani dan tingkat penggilingan berasal dari kualitas rendah varietas
Mekongga yang terjadi di Kec. Tenjolaya, Kab. Bogor (Jabar).
Tabel 7.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Juni 2017–Juni 2018
2017
Jun 18,04 4 528 0,97 13,03 5 564 0,60 25,50 3 934 0,96
Jul 18,85 4 483 -0,99 12,63 5 457 -1,92 25,84 3 908 -0,67
Agt 18,57 4 509 0,58 12,87 5 471 0,24 24,82 4 013 2,67
Sep 17,79 4 655 3,22 12,65 5 502 0,58 26,06 4 276 6,57
Okt 17,99 4 791 2,92 12,71 5 532 0,53 25,69 4 370 2,19
id
Nov 19,00 4 864 1,52 12,78 5 593 1,11 25,19 4 494 2,86
.
go
Des 18,73 4 995 2,69 12,24 5 606 0,22 25,92 4 534 0,88
2018 s.
Jan 17,82 5 415 8,42 12,76 6 002 7,07 24,91 4 922 8,56
p
Feb 18,30 5 207 -3,84 12,90 5 961 -0,68 26,30 4 756 -3,39
.b
Mar 19,50 4 757 -8,65 12,93 5 442 -8,71 26,07 4 367 -8,16
w
Apr 19,11 4 556 -4,22 12,93 5 242 -3,66 25,29 4 309 -1,34
w
Mei 18,56 4 554 -0,04 13,03 5 267 0,47 23,81 4 305 -0,09
//w
Jun 18,37 4 650 2,10 12,84 5 361 1,78 23,73 4 281 -0,55
Perubahan (%)
s:
3. Rata-rata harga GKG di tingkat petani selama Juni 2018 naik 1,78 persen menjadi
Rp5.361,00 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan naik 1,76 persen menjadi
Rp5.468,00 per kg dibandingkan harga gabah kualitas yang sama bulan lalu. Untuk
harga gabah kualitas rendah di tingkat petani dan tingkat penggilingan mengalami
penurunan masing-masing 0,55 persen menjadi Rp4.281,00 per kg dan 0,68
persen menjadi Rp4.367,00 per kg.
4. Selama periode Juni 2017–Juni 2018, rata-rata harga tertinggi di tingkat petani
untuk GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah masing-masing Rp5.415,00 per kg,
Rp6.002,00 per kg, dan Rp4.922,00 terjadi pada Januari 2018. Sebaliknya, rata-
rata harga terendah pada GKP dan gabah kualitas rendah masing-masing
Rp4.483,00 dan Rp3.908,00 per kg terjadi pada Juli 2017, sedangkan GKG
Rp5.242,00 terjadi pada April 2018.
Gambar 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas
Juni 2017–Juni 2018
6 200
6 000
5 800
5 600
5 400
5 200
5 000
4 800
Rp/kg
4 600
4 400
4 200
4 000
3 800
3 600
3 400
3 200
id
3 000
Jun'17 Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'18 Feb Mar Apr Mei Jun
.
go
G KG GKP
Kua lita s Re nda h
s. H P P G KG = R p4600/kg
HP P G KP = R p3750/kg
p
.b
w
Rp5.508,00 per kg, Rp6.099,00 per kg, dan Rp5.011,00 terjadi pada Januari 2018.
s:
Sebaliknya, rata-rata harga terendah pada GKP dan gabah kualitas rendah masing-
tp
masing Rp4.570,00 dan Rp3.989,00 per kg terjadi pada Juli 2017, sedangkan GKG
ht
6. Dibandingkan Juni 2017, rata-rata harga pada Juni 2018 di tingkat petani untuk
GKP dan gabah kualitas rendah mengalami kenaikan masing-masing 2,69 persen
dan 8,82 persen, sedangkan GKG mengalami penurunan 3,65 persen. Demikian
juga di tingkat penggilingan, rata-rata harga untuk GKP dan gabah kualitas rendah
mengalami kenaikan masing-masing 2,69 persen dan 8,96 persen, sedangkan GKG
mengalami penurunan 3,68 persen.
Tabel 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Jun 2017–Jun 2018
2017
Jun 18,04 4 615 0,98 13,03 5 677 0,99 25,50 4 008 1,05
Jul 18,85 4 570 -0,98 12,63 5 549 -2,26 25,84 3 989 -0,48
Agt 18,57 4 591 0,48 12,87 5 579 0,52 24,82 4 104 2,88
Sep 17,79 4 744 3,31 12,65 5 590 0,21 26,06 4 368 6,43
Okt 17,99 4 885 2,98 12,71 5 621 0,55 25,69 4 468 2,31
id
Nov 19,00 4 951 1,36 12,78 5 688 1,20 25,19 4 587 2,65
.
go
Des 18,73 5 081 2,62 12,24 5 689 0,01 25,92 4 615 0,62
2018 s.
Jan 17,82 5 508 8,41 12,76 6 099 7,21 24,91 5 011 8,57
p
Feb 18,30 5 305 -3,70 12,90 6 094 -0,08 26,30 4 843 -3,34
.b
Mar 19,50 4 845 -8,67 12,93 5 555 -8,85 26,07 4 465 -7,82
w
Apr 19,11 4 643 -4,16 12,93 5 367 -3,39 25,29 4 398 -1,49
w
Mei 18,56 4 642 -0,03 13,03 5 373 0,12 23,81 4 397 -0,02
//w
Jun 18,37 4 739 2,08 12,84 5 468 1,76 23,73 4 367 -0,68
Perubahan (%)
s:
9. Dibandingkan Juni 2017, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Juni
2018 untuk semua kualitas mengalami kenaikan yaitu premium sebesar 0,36
persen, medium sebesar 3,88 persen, dan rendah sebesar 6,69 persen.
10. Selama periode Juni 2017–Juni 2018, rata-rata harga beras tertinggi di
penggilingan untuk kualitas premium, medium, dan rendah masing-masing
Rp10.382,00 per kg, Rp10.215,00 per kg, dan Rp9.987,00 per kg terjadi pada
Tabel 7.3
Rata-rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah
(Broken), Juni 2017–Juni 2018
id
Jun 9 444 0,09 7,21 8 794 0,05 15,39 8 380 0,07 22,71
.
go
Jul 9 384 -0,64 7,20 8 744 -0,58 15,44 8 358 -0,27 22,80
Agt 9 437 0,57 6,84 8 823 0,91
s. 15,40 8 436 0,94 22,83
Sep 9 471 0,36 6,81 8 935 1,27 15,14 8 672 2,80 23,05
p
.b
Okt 9 503 0,34 6,78 9 117 2,03 15,58 8 834 1,86 23,23
Nov 9 539 0,38 7,06 9 280 1,79 15,44 9 039 2,33 23,16
w
w
Des 9 860 3,37 6,98 9 526 2,66 15,35 9 309 2,98 23,18
//w
2018*
Jan 10 350 4,96 9,51 10 177 6,83 19,59 9 793 5,20 34,46
s:
Feb 10 382 0,31 9,30 10 215 0,37 19,98 9 987 1,99 35,10
tp
Mar 9 893 -4,71 9,35 9 698 -5,06 20,04 9 554 -4,34 33,18
ht
Apr 9 525 -3,72 9,31 9 221 -4,92 19,92 8 991 -5,89 33,36
Mei 9 524 -0,01 9,84 9 190 -0,33 19,80 9 002 0,11 32,10
Jun 9 478 -0,48 9,87 9 135 -0,60 19,76 8 941 -0,67 33,53
Perubahan (%)
0,36 3,88 6,69
Jun'18 thd Jun’17
Keterangan:
* Permentan No. 31 Tahun 2017:
- Premium : Maksimum beras patah (Broken) s.d 15,00 %
- Medium : Beras patah (Broken) 15,01 – 25,00 %
- Rendah : Beras patah (Broken) di atas 25,00 %
id
2. Harga cabai rawit naik 8,12 persen dibanding bulan Mei 2018 atau turun 2,38
.
persen dibanding Juni 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Sumenep (36 persen),
go
Palopo (31 persen). Harga daging ayam ras naik 2,88 persen dibanding bulan Mei
s.
2018 atau naik 13,23 persen dibanding Juni 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di
p
.b
Kupang (28 persen), Pare-pare (25 persen). Harga ikan kembung naik 1,57 persen
w
dibanding bulan Mei 2018 atau naik 9,42 persen dibanding Juni 2017. Kenaikan
w
tertinggi terjadi di Palu (26 persen), Banda Aceh (23 persen). Harga daging sapi
//w
naik 1,46 persen dibanding bulan Mei 2018 atau naik 0,15 persen dibanding Juni
2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Palopo (19 persen) dan Bulukumba (14 persen).
s:
Sedangkan harga telur ayam ras turun 3,66 persen dibanding bulan Mei 2018 atau
tp
naik 11,00 persen dibanding Juni 2017. Penurunan tertinggi terjadi di Kediri (11
ht
persen) dan Banjarmasin (10 persen). Harga cabai merah turun 2,18 persen
dibanding bulan Mei 2018 atau naik 36,11 persen dibanding Juni 2017. Penurunan
tertinggi terjadi di Meulaboh (33 persen) dan Banda Aceh (31 persen).
3. Komoditas lain seperti gula pasir, minyak goreng, susu kental manis, dan tepung
terigu perubahannya relatif rendah.
Tabel 7.4
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
Mei 2017–Juni 2018 (rupiah)
Susu
Daging Telur
Daging Kental Minyak Gula Tepung Cabai Cabai Ikan
Beras Ayam Ayam
Bulan Sapi Manis Goreng Pasir Terigu Rawit Merah Kembung
(kg) Ras Ras
(kg) (385 (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg) (kg)
gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Mei’17 13 096 39 133 107 647 9 939 14 610 13 402 7 895 52 636 34 973 20 515 31 474
Juni 13 125 40 123 108 734 9 952 14 629 13 306 7 929 44 893 31 731 20 439 31 971
Juli 13 090 39 477 108 256 9 955 14 670 13 277 7 945 42 114 30 725 21 034 32 582
Agustus 13 095 39 868 108 072 10 047 14 575 13 160 8 005 37 208 31 008 21 375 32 295
September 13 215 39 031 107 715 10 084 14 588 13 034 8 159 33 472 31 433 20 811 32 414
Oktober 13 346 37 856 106 713 10 094 14 595 12 910 8 244 31 340 33 190 20 395 32 466
November 13 429 38 132 106 201 10 081 14 542 12 814 8 258 30 870 36 144 20 772 32 583
Desember 13 676 40 454 106 732 10 077 14 522 12 729 8 296 36 559 40 199 23 138 33 776
id
Januari’18 14 531 42 687 106 881 10 130 14 518 12 618 8 303 45 498 43 077 22 990 34 391
Februari 14 697 41 274 106 357 10 110 14 486 12 542 8 352 47 200 44 287 21 808 34 535
.
go
Maret 14 347 40 931 107 314 10 122 14 500 12 488 8 375 50 178 48 366 21 396 34 203
April 14 056 41 922 106 992 10 098 14 483 12 483 8 337 46 224 48 632 21 681 33 823
Mei 13 900 44 161 107 334 10 085 14 428
p s.
12 454 8 219 40 538 44 153 23 550 34 442
Juni ‘18 13 835 45 433 108 901 10 123 14 422 12 442 8 170 43 825 43 190 22 688 34 983
.b
Juni’18 thd
Mei’18 -0,47 2,88 1,46 0,38 -0,04 -0,10 -0,60 8,12 -2,18 -3,66 1,57
w
Juni’18 thd
5,41 13,23 0,15 1,72 -1,41 -6,49 3,04 -2,38 36,11 11,00 9,42
w
Juni’17
(dalam persen)
//w
s:
tp
ht
Gambar 7.3
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
April 2017–Juni 2018 (Rupiah)
14,900
Beras Daging Ayam Ras
46,000
44,000
14,400
42,000
13,900 40,000
38,000
13,400
36,000
12,900 34,000
Okt
Mar
Agu
Feb
Apr'18
Nov
Jun
Jul
Sep
Apr
Des'17
Jan
Jun'18
Mei
Mei
Okt
Mar
Agu
Sep
Nov
Feb
Apr'18
Jun
Jul
Des'17
Apr
Jan
Mei
Mei
Jun'18
Daging Sapi 10,200
Susu Kental Manis
108,800
108,000 10,100
107,200
106,400 10,000
id
105,600
9,900
104,800
.
go
104,000 9,800
Okt
Mar
Agu
Feb
Apr'18
Nov
Jun
Jul
Sep
Apr
Des'17
Jan
Jun'18
Mei
Mei
Okt
Mar
Agu
Nov
Apr'18
Apr
Jun
Jul
Sep
Des'17
Jan
Feb
Jun'18
Mei
Mei
Minyak Goreng
s.
Gula Pasir
p
15,000
15,800
.b
14,500 15,000
14,200
w
14,000 13,400
12,600
w
13,500
11,800
//w
13,000 11,000
Okt
Agu
Mar
Apr'18
Jun
Sep
Nov
Feb
Apr
Jul
Des'17
Jan
Jun'18
Mei
Mei
Okt
Mar
Agu
Sep
Nov
Feb
Apr'18
Apr
Jun
Jul
Des'17
Jan
Mei
Mei
Jun'18
s:
8,430
Tepung Terigu Cabai Rawit
tp
100,000
8,330
80,000
ht
8,230
8,130 60,000
8,030
40,000
7,930
7,830 20,000
Okt
Mar
Agu
Nov
Apr'18
Jun
Jul
Sep
Des'17
Jan
Feb
Apr
Jun'18
Mei
Mei
Okt
Mar
Agu
Sep
Nov
Feb
Apr'18
Apr
Jun
Des'17
Jul
Jan
Jun'18
Mei
Mei
17,000 18,500
Okt
Mar
Apr'18
Agu
Jun
Sep
Nov
Feb
Apr
Jul
Des'17
Jan
Jun'18
Mei
Mei
Okt
Mar
Agu
Sep
Nov
Feb
Apr
Apr'18
Jun
Jul
Des'17
Jan
Mei
Mei
Jun'18
Mar
Feb
Apr'18
Agu
Sep
Nov
Apr
Jun
Jul
Des'17
Jan
Mei
Mei
Jun'18
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
8
s:
tp
ht
INDEKS HARGA
PRODUSEN
TRIWULAN I-2018
DAN INDEKS HARGA
PERDAGANGAN BESAR
JUNI 2018
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 77
INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
gabungan tersebut mengalami kenaikan
.
go
sebesar 1,43 persen dibandingkan IHP
triwulan IV-2017 sebesar 136,46 (q-to-q). Kenaikan IHP tertinggi terjadi di Sektor
s.
Pertambangan dan Penggalian yaitu 3,76 persen. Sedangkan Sektor Pertanian dan
p
.b
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan I-2018 sebesar 132,79 naik 0,15
//w
Sementara itu, IHP Sektor Pengelolaan Air triwulan I-2018 sebesar 120,26 naik
tp
sebesar 0,32 persen dibandingkan dengan IHP triwulan IV-2017 sebesar 119,88
ht
(q-to-q). Adapun IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan I-2018 sebesar 211,32
turun 1,00 persen dibandingkan dengan IHP triwulan IV-2017 sebesar 213,45 (q-
to-q). Sedangkan IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman triwulan I-2018
sebesar 127,21 naik 0,41 persen dibandingkan IHP triwulan IV-2017 sebesar
126,68 (q-to-q).
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-
on-y) mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen, yaitu dari 132,30 pada triwulan I-
2017 menjadi 132,79 pada triwulan I-2018. IHP Sektor Pengelolaan Air naik
sebesar 0,63 persen, yaitu dari 119,51 pada triwulan I-2017 (y-on-y) menjadi
id
2017 2018 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
.
go
Gabungan (1+2+3) 133,86 136,46 138,42 1,60 1,43 4,05 3,41
1. Pertanian 135,92 138,70 141,24 1,99
s. 1,83 1,46 3,92
2. Pertambangan dan
98,70 104,01 107,93 6,89 3,76 24,02 9,35
p
Penggalian
.b
6. Angkutan
210,12 213,45 211,32 0,14 -1,00 -0,56 0,57
//w
Penumpang
7. Akomodasi dan
126,04 126,68 127,21 0,12 0,41 1,20 0,93
Makanan Minuman
s:
Keterangan: 1). Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
tp
2). Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2018 terhadap Triwulan t-2017
ht
Gambar 8.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) Menurut Sektor
Triwulan I-2015 s.d. Triwulan I-2018
230.00
220.00
210.00
200.00
190.00
180.00
170.00
160.00
Indeks
150.00
140.00
130.00
120.00
110.00
100.00
90.00
80.00
70.00
II-17
II-15
II-16
I-15
I-16
I-17
I-18
IV-15
IV-16
IV-17
III-15
III-16
III-17
Triwulan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas
Pengelolaan Air Angkutan Penumpang
1. Sektor Pertanian
IHP Sektor Pertanian pada triwulan I-2018 naik 1,83 persen (q-to-q), yaitu dari
138,70 pada triwulan IV-2017 menjadi 141,24 pada triwulan I-2018. Inflasi harga
produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh naiknya IHP di Subsektor Tanaman
Bahan Makanan (2,72 persen), Subsektor Perikanan (1,60 persen), Subsektor
Kehutanan (1,59 persen), Subsektor Peternakan (1,12 persen), dan Subsektor
Perkebunan (0,08 persen). Apabila dibandingkan dengan triwulan I-2017, Sektor
Pertanian pada triwulan I-2018 mengalami inflasi harga produsen (y-on-y) sebesar
3,92 persen, yaitu dari 135,92 pada triwulan I-2017 menjadi 141,24 pada triwulan
I-2018. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya IHP Subsektor Tanaman Bahan Makanan
sebesar 5,91 persen, diikuti oleh Subsektor Perikanan sebesar 4,41 persen,
id
Subsektor Kehutanan sebesar 2,71 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar
.
2,66 persen. Sementara itu, IHP Subsektor Perkebunan mengalami penurunan
go
sebesar 0,47 persen. s.
p
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
.b
w
IHP Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan I-2018 sebesar 107,93
w
mengalami kenaikan sebesar 3,76 persen dibandingkan IHP pada triwulan IV-2017
//w
sebesar 104,01 (q-to-q). Inflasi harga produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh
naiknya IHP Subsektor Pertambangan dan Penggalian masing-masing sebesar 4,61
s:
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada triwulan I-2018 (q-to-q) sebesar
id
132,79 mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen terhadap triwulan IV-2017 yang
.
sebesar 132,59. Inflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh naiknya
go
IHP Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,17 persen.
s.
Sedangkan terhadap triwulan I-2017, IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
p
.b
mengalami inflasi sebesar 0,37 persen, yaitu dari 132,30 pada triwulan I-2017
w
menjadi 132,79 pada triwulan I-2018 (y-on-y). Inflasi Harga Produsen terjadi di
w
IHP Sektor Pengelolaan Air pada Triwulan I-2018 sebesar 120,26 mengalami
kenaikan sebesar 0,32 persen terhadap triwulan IV-2017 yaitu sebesar 119,88 (q-
to-q). Demikian juga terhadap triwulan I-2017 naik 0,63 persen yaitu dari 119,51
di triwulan I-2017 menjadi 120,26 di triwulan I-2018 (y-on-y).
IHP Sektor Angkutan Penumpang pada triwulan I-2018 sebesar 211,32 mengalami
deflasi sebesar 1,00 persen dibandingkan IHP triwulan sebelumnya yang sebesar
213,45 (q-to-q). Deflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh turunnya
IHP pada semua subsektor, yaitu Subsektor Angkutan Udara Penumpang (1,58
persen), Subsektor Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Penumpang (0,44
persen), Subsektor Angkutan Kereta Api Penumpang (0,22 persen), Subsektor
Angkutan Laut Penumpang (0,17 persen), dan Subsektor Angkutan Darat
Penumpang (0,17 persen).
IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-
y) naik sebesar 0,57 persen, yaitu dari 210,12 menjadi 211,32. Hal ini diakibatkan
oleh inflasi Harga Produsen pada Subsektor Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan Penumpang (1,77 persen) dan Subsektor Angkutan Udara
Penumpang (1,19 persen). Sementara itu, subsektor yang mengalami deflasi
adalah Subsektor Angkutan Laut Penumpang (1,07 persen), Subsektor Angkutan
Kereta Api Penumpang (0,87 persen), dan Subsektor Angkutan Darat Penumpang
(0,34 persen).
id
sebelumnya yang sebesar 126,68 (q-to-q). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan
.
go
IHP Subsektor Penyediaan Makanan dan Minuman sebesar 0,45 persen dan
s.
Subsektor Penyediaan Akomodasi sebesar 0,20 persen.
p
IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman triwulan I-2018 terhadap triwulan
.b
I-2017 (y-on-y) naik sebesar 0,93 persen, yaitu dari 126,04 menjadi 127,21. Hal ini
w
w
Tabel 8.2
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Subsektor
Triwulan I-2018
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP (q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor/Subsektor Triw I- Triw IV- Triw I- (%) (%)
2017 2017 2018
Triw IV- Triw I- Triw I- Triw I-
2017 2018 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pertanian 135,92 138,70 141,24 1,99 1,83 1,46 3,92
1. Tanaman Bahan Makanan 141,02 145,39 149,35 3,31 2,72 -3,37 5,91
2. Perkebunan 130,30 129,59 129,69 2,61 0,08 11,29 -0,47
3. Peternakan 131,60 133,61 135,10 0,00 1,12 3,00 2,66
4. Perikanan 131,41 135,04 137,20 0,52 1,60 3,50 4,41
5. Kehutanan
144,82 146,42 148,75 -0,22 1,59 2,10 2,71
id
Pertambangan dan Penggalian 98,70 104,01 107,93 6,89 3,76 24,02 9,35
1. Pertambangan 92,38 99,16 103,74 8,68 4,61 33,78 12,29
.
go
2. Penggalian
132,43 129,92 130,28 0,14 0,28 -2,49 -1,63
Industri Pengolahan 140,34 142,35
p s.
143,76 0,74 0,99 2,48 2,44
1. Industri Pengolahan dan Pengawetan
Daging, Ikan, Buah-Buahan, Sayuran, 157,74 160,19 160,96 0,50 0,48 8,09 2,04
.b
2. Industri Susu dan Makanan Dari Susu 117,93 118,82 119,17 0,13 0,30 1,31 1,06
w
4. Industri Makanan Lainnya 136,94 139,56 139,92 0,45 0,26 3,67 2,18
5. Industri Minuman dan Rokok 147,03 150,93 153,23 0,55 1,53 4,92 4,22
s:
7. Industri Pakaian Jadi dan Alas Kaki 153,92 156,22 157,41 0,50 0,76 -0,21 2,27
ht
8. Industri Kayu Gergajian dan Olahan 159,94 161,22 161,61 0,34 0,24 0,98 1,04
9. Industri Kertas, Barang dari Kertas
137,13 142,76 143,81 0,61 0,73 4,01 4,87
dan Cetakan
10. Industri Pupuk 124,59 119,39 119,50 -1,34 0,10 -3,26 -4,08
11. Industri Kimia Dasar, Bahan Kimia dan
142,74 145,20 146,38 0,21 0,81 -1,16 2,55
Barang dari Bahan Kimia
12. Pengilangan Minyak Bumi dan Gas 126,11 128,13 128,45 0,60 0,25 1,35 1,85
13. Industri Karet, Plastik, dan Hasil-
124,67 121,59 123,09 1,01 1,23 9,45 -1,27
Hasilnya
14. Industri Barang Mineral Bukan Logam 144,69 145,04 146,03 0,25 0,68 1,28 0,93
15. Industri Logam Dasar 113,10 117,40 118,40 1,53 0,85 3,07 4,68
16. Industri Barang-Barang dari Logam 122,44 126,06 126,82 1,04 0,60 2,85 3,58
17. Industri Mesin, Listrik, Elektronik, dan
141,03 141,35 142,34 0,02 0,70 1,33 0,93
Perlengkapannya
18. Industri Alat Angkutan 133,24 133,50 134,01 0,12 0,38 1,33 0,58
19. Industri Perabot Rumah Tangga dan
Barang Lainnya 149,77 152,16 153,47 0,13 0,86 0,85 2,47
Pengadaan Listrik dan Gas 132,30 132,59 132,79 0,16 0,15 2,07 0,37
1. Ketenagalistrikan 127,15 127,51 127,73 0,18 0,17 2,35 0,45
2. Pengadaan Gas
191,96 191,49 191,49 0,00 0,00 0,00 -0,25
Pengelolaan Air 119,51 119,88 120,26 0,06 0,32 0,51 0,63
id
1. Akomodasi 141,25 141,83 142,12 0,19 0,20 1,38 0,61
.
2. Makanan dan Minuman 123,81 124,46 125,02 0,11 0,45 1,16 0,98
go
Keterangan: 1) Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
s.
2) Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2018 terhadap Triwulan t-2017
p
.b
w
Pada Mei 2018 IHPB Umum naik sebesar 0,70 persen dibandingkan IHPB Umum
bulan sebelumnya. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Kelompok Barang Ekspor
sebesar 2,29 persen. Kelompok Barang Impor dan Sektor Industri naik masing-
masing sebesar 0,78 persen dan 0,41 persen. Sementara Sektor Pertambangan
dan Penggalian dan Sektor Pertanian turun masing-masing sebesar 1,15 persen
dan 0,24 persen.
Tabel 8.3
Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar, Indonesia
April–Juni 2018, (2010=100)
Perubahan
Mei Juni
April Mei Juni terhadap terhadap
Sektor/Kelompok
April Mei
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
4. Impor Nonmigas 141,99 142,67 143,24 0,48 0,40
.
go
Impor 143,98 145,11 0,78
5. Ekspor Nonmigas 157,59 158,88
p s.
159,18 0,82 0,18
Ekspor 159,12 162,77 2,29
.b
Tabel 8.4
s:
Tingkat Inflasi
IHPB Perubahan Perdagangan Besar
Juni
Sektor/Kelompok Tahun Year-on-
Juni Desember Mei Juni terhadap
Mei Kalender Year
2017 2017 2018 2018
Pertambangan
2 121,55 122,48 126,75 127,00 0,20 3,69 4,48
dan Penggalian
Impor
4 139,21 140,22 142,67 143,24 0,40 2,16 2,90
Nonmigas
Ekspor
5 151,75 154,33 158,88 159,18 0,18 3,14 4,89
Nonmigas
Gambar 8.2
Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia
Juni 2015–Juni 2018
180.00
170.00
160.00
150.00
140.00
130.00
id
120.00
.
go
110.00
100.00
s.
Mar
Apr
Apr
Apr
Mar
Mar
Sep
Feb
Sep
Feb
Sep
Feb
Jun
Agt
Nov
Agt
Nov
Agt
Des
Mei
Jun
Des
Mei
Jun
Nov
Des
Mei
Jul
Jul
Okt
Okt
Jul
Okt
Juni
Jan-16
Jan-17
Jan-18
p
.b
w
pada jenis Bangunan Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan
sebesar 0,27 persen. Bahan bangunan/konstruksi yang mengalami kenaikan
harga antara lain Aspal, Perlengkapan listrik, Bak dan Tangki, Besi Lainnya,
dan Pipa dan Assesoriesnya.
Tabel 8.5
Tingkat Inflasi Konstruksi Indonesia Juni 2018
Menurut Jenis Bangunan (2010=100)
Bangunan Tempat
Tinggal dan Bukan 134,81 137,68 140,03 140,08 0,03 1,74 3,91
Tempat Tinggal
Bangunan Pekerjaan
Umum untuk 132,08 135,56 137,93 138,12 0,14 1,89 4,58
Pertanian
id
Pekerjaan Umum
.
untuk Jalan, Jembatan,
go
128,67 132,10 134,74 135,10 0,27 2,27 5,00
dan Pelabuhan
Bangunan dan Instalasi
s.
Listrik, Gas, Air
p
Minum, dan 133,30 135,66 138,41 138,76 0,25 2,28 4,10
.b
Komunikasi
w
seng lembaran, besi profil, besi beton, semen, kaca lembaran, cat tembok,
dan kayu lapis) pada Juni 2018 naik dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan terbesar terjadi pada aspal sebesar 1,42 persen dan terkecil terjadi
pada kayu lapis sebesar 0,06 persen. Pipa pvc naik sebesar 0,28 persen, cat
tembok naik sebesar 0,21 persen, besi profil naik sebesar 0,20 persen, seng
lembaran naik sebesar 0,16 persen, kaca lembaran naik sebesar 0,12 persen,
besi beton naik sebesar 0,11 persen, dan semen naik sebesar 0,10 persen.
Gambar 8.3
Indeks Harga Beberapa Bahan Bangunan Juni 2017–Juni 2018
Apr
Ags
Feb-17
Des
Jun
Okt
Jun-17
Apr
Ags
Feb-17
Jun
Des
Okt
Jun-17
Apr
Ags
Jun
Des
Feb-17
Okt
. id
go
Semen Portland Kaca lembaran Aspal
111.4 150.0
s. 113.0
111.3 148.0
p
112.0
111.2 146.0
.b
111.1 111.0
144.0
111.0
w
142.0 110.0
110.9
w
110.7 108.0
110.6 136.0
110.5 134.0 107.0
s:
Jun-17
Apr
Ags
Feb-17
Jun
Des
Okt
Jun-17
Apr
Jun-17
Apr
Ags
Feb-17
Jun
Ags
Feb-17
Jun
Des
Des
Okt
Okt
tp
ht
Feb-17
Des
Jun
Okt
Jun-17
Apr
Ags
Feb-17
Jun
Des
Okt
Apr
Jun-17
Ags
Feb-17
Des
Jun
Okt
4.
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
9
s:
tp
ht
INDEKS
TENDENSI BISNIS
DAN KONSUMEN
TRIWULAN I-2018
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
1. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan I-2018 Kondisi bisnis triwulan I-2018
sebesar 106,28, menunjukkan kondisi bisnis membaik, namun optimisme
secara umum masih tumbuh walaupun pelaku bisnis lebih rendah dari
optimisme pelaku bisnis lebih rendah triwulan sebelumnya
dibandingkan triwulan sebelumnya (ITB
triwulan IV-2017 sebesar 111,02).
id
2. Kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis yang masih baik pada triwulan I-2018
.
go
disebabkan oleh pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 106,62),
s.
peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 108,71),
p
dan peningkatan rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 103,51).
.b
3. Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme pelaku bisnis tertinggi terjadi pada
w
w
kategori lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai ITB sebesar
//w
125,32. Sementara itu, kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha
Konstruksi dengan nilai ITB sebesar 92,16.
s:
tp
ht
Tabel 9.1
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2018
Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya
id
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
110,13 108,86 100,00 106,33
Limbah, dan Daur Ulang
.
go
6. Konstruksi 85,15 96,78 94,55 92,16
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 104,35 107,25 105,80 105,80
id
negeri, order dari luar negeri, maupun peningkatan harga jual dengan nilai
.
go
indeks masing-masing sebesar 114,01; 101,26; dan 116,31. Perbaikan kondisi
s.
bisnis juga ditunjukkan dengan order barang input yang diperkirakan meningkat
p
(nilai indeks sebesar 105,74).
.b
w
Tabel 9.2
w
Gambar 9.1
Indeks Tendensi Bisnis1) Triwulan IV-2012–Triwulan II-20182)
112.39
110.24 111.63 111.02
109.33
107.89
107.24 106.70
106.12 106.00 106.04
105.29 104.72 105.22
103.88 105.46
106.28
104.07
103.42
102.34 101.95
99.46
96.30
. id
go
I-2013
IV/2012
I-2014
I-2015
I-2016
I-2017
I-2018
III-2016
II-2018 2)
III-2013
III-2014
III-2015
II-2013
IV-2013
II-2014
IV-2014
II-2015
IV-2015
II-2016
IV-2016
II-2017
IV-2017
III-2017
p s.
.b
w
Keterangan:
w
1)
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan
//w
sebelumnya.
b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
s:
c. Nilai ITB > 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding
triwulan sebelumnya.
ht
2. Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada triwulan I-2018 didorong oleh
id
meningkatnya pendapatan dan volume konsumsi rumah tangga dengan nilai
.
go
indeks masing-masing sebesar 101,35 dan 110,04. Selain itu, tingkat inflasi yang
terkendali menurut konsumen rumah tangga tidak banyak berpengaruh terhadap
s.
tingkat konsumsi masyarakat, ditunjukkan oleh indeks sebesar 103,59.
p
.b
3. Nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi Kep. Bangka Belitung sebesar 110,51 dan
w
Tabel 9.3
s:
Gambar 9.2
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2018
Tingkat Nasional dan Provinsi
140
130
110.51
120
110 Nasional: 103.83
100
80.84
90
80
70
60
50
Jambi
Bali
Maluku Utara
Papua Barat
Kalimantan Barat
Riau
Kep. Riau
Banten
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Lampung
Kep. Bangka Belitung
DI Yogyakarta
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Jawa Barat
Gorontalo
Papua
Aceh
Sumatera Utara
Bengkulu
Maluku
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
. id
go
p s.
.b
w
w
Tabel 9.4
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2018
Menurut Komponen Pembentuknya
Perkiraan
Komponen Pembentuk
ITK Triw II-2018
(1) (2)
. id
Gambar 9.3
go
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2018
Tingkat Nasional dan Provinsi
s.
p
140
.b
129.01
130
w
//w
103.94
s:
110
tp
100
ht
90
80
Nusa Tenggara…
Nusa Tenggara…
Kep. Bangka…
Jambi
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Kalimantan Barat
Kep. Riau
Riau
Bali
Banten
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Jawa Timur
Sulawesi Barat
Lampung
Maluku
Gorontalo
Papua
DI Yogyakarta
Aceh
Sumatera Utara
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Tabel 9.5
Indeks Tendensi Konsumen1) Triwulan I-2017–Triwulan II-20182)
Tingkat Nasional dan Provinsi
id
11 DKI Jakarta 100,84 116,97 110,01 111,08 101,09 115,56
.
12 Jawa Barat 104,50 118,59 110,19 105,43 102,96 117,45
go
13 Jawa Tengah 102,05 114,74 110,47 106,63 105,47 118,16
14 D.I. Yogyakarta 104,13 122,35 119,09
s. 115,18 107,16 121,41
15 Jawa Timur 104,30 123,21 110,52 107,76 108,76 122,94
p
16 Banten 108,42 112,85 109,93 108,57 109,70 118,27
.b
Keterangan:
1) ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami
perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
2) Angka perkiraan ITK triwulan II-2018.
PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
10
s:
tp
ht
PERTUMBUHAN
PRODUKSI
INDUSTRI
MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018
.id
go
ps.
.b
10
w
w
//w
s:
tp
ht
X. PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018
A. Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
1. Pertumbuhan produksi IBS triwulan I-2018 Pertumbuhan produksi
naik sebesar 5,01 persen (y-on-y) dari IBS triwulan I-2018 naik
triwulan I-2017, triwulan IV-2017 naik sebesar 5,01 persen (y-on-y)
sebesar 5,13 persen (y-on-y) dari triwulan dari triwulan I-2017
IV-2016, triwulan III-2017 naik sebesar 5,46
persen (y-on-y) dari triwulan III-2016,
id
triwulan II-2017 naik sebesar 3,89 persen (y-on-y) dari triwulan II-2016, triwulan I-
.
2017 naik sebesar 4,46 persen (y-on-y) dari triwulan I-2016, triwulan IV-2016 naik
go
sebesar 2,10 persen (y-on-y) dari triwulan IV-2015, triwulan III-2016 naik sebesar
s.
4,87 persen (y-on-y) dari triwulan III-2015, dan triwulan II-2016 naik sebesar 5,01
p
persen (y-on-y) dari triwulan II-2015.
.b
w
Gambar 10.1
w
12.00
tp
10.00
ht
8.00
Persen
6.00 5.46
5.01 4.87 5.13
5.01
4.46
3.89
4.00
2.10
2.00
0.00
Triw II-16 Triw III-16 Triw IV-16 Triw I-17 Triw II-17 Triw III-17 Triw IV-17 Triw I-18
Triwulan
persen (q-to-q) dari triwulan II-2017, triwulan II-2017 naik 2,46 persen (q-to-q) dari
triwulan I-2016, triwulan I-2017 naik 0,99 persen (q-to-q) dari triwulan IV-2016,
triwulan IV-2016 turun sebesar 0,30 persen (q-to-q) dari triwulan III-2016, triwulan
III-2016 naik sebesar 0,70 persen (q-to-q) dari triwulan II-2016, dan triwulan II-
2016 naik sebesar 3,02 persen (q-to-q) dari triwulan I-2016.
3. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan I-2018 (y-on-y) adalah industri
kulit, barang dari kulit, dan alas kaki naik sebesar 18,87 persen, industri mesin dan
perlengkapan ytdl yang naik 18,48 persen serta pakaian jadi naik 17,05 persen.
4. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan I-2018 (q-to-q) adalah industri
pencetakan dan reproduksi media rekaman naik 13,54 persen, industri kulit,
barang dari kulit, dan alas kaki naik 9,90 persen, dan industri mesin dan
perlengkapan ytdl naik 9,34 persen.
. id
5. Pertumbuhan produksi IBS m-to-m pada Januari 2018 mengalami kenaikan sebesar
go
3,21 persen. Sementara pada Februari 2018 mengalami penurunan sebesar 0,88
s.
persen, dan pada Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 1,87 persen.
p
.b
Tabel 10.1
w
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan 2016–2018 (persen)
w
2010=100
//w
q-to-q y-on-y
Tahun Total
s:
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
tp
2016 -1,29 3,02 0,70 -0,30 4,13 5,01 4,87 2,10 4,01
ht
2017 0,99 2,46 2,22 -0,61 4,46 3,89 5,46 5,13 4,74
2018 0,88 5,01
Tabel 10.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Bulanan 2016–2018 (persen)
2010=100
y-on-y m-to-m
Bulan
2016 2017 2018 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Januari 2,57 3,45 8,51*) -0,27 -1,06 3,21*)
Februari 7,38 3,77 5,55**) 1,58 1,90 -0,88**)
Maret 2,55 6,14 1,13***) 0,13 2,42 -1,87***)
April 0,13 6,41 -1,08 -0,83
Mei 7,04 6,63 3,47 3,69
Juni 7,96 -1,12 3,50 -4,02
Juli 8,77 3,88 -2,47 2,46
Agustus 6,07 4,82 1,35 2,27
September 0,05 7,72 -3,23 -0,56
Oktober 0,06 6,39 1,37 0,11
id
November 2,04 4,97 0,20 -1,14
.
Desember
go
4,28 4,02 -0,12 -1,02
Catatan: s.
*) Angka Sementara
p
**) Angka Sangat Sementara
.b
Tabel 10.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan I-2018
Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)
Pertumbuhan (%)
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y
(1) (2) (3) (4)
10 Makanan -1,23 13,93
id
16 Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) -2,81 5,03
dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya
.
go
17 Kertas dan Barang dari Kertas -0,11 -11,24
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman s. 13,54 12,94
p
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia -4,70 -8,50
.b
id
Triwulan I-2016–Triwulan I-2018
.
go
8.00
6.56
p s.
6.63
5.91 5.75
6.00
.b
5.34 5.25
4.88
w
4.59
w
Persen
4.00
//w
2.5
s:
2.00
tp
ht
0.00
I/16 II/16 III/16 IV/16 I/17 II/17 III/17 IV/17 I/18
Triwulan/Tahun
2. Pertumbuhan produksi IMK triwulan I-2018 naik 3,09 persen (q-to-q) dari triwulan
IV-2017, triwulan IV-2017 turun 0,21 persen dari triwulan III-2017, triwulan III-
2017 naik 0,66 persen dari triwulan II-2017, dan triwulan II-2017 naik 1,64 persen
dari triwulan I-2017.
3. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan I-2018 (y-on-y) adalah industri
bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 33,37 persen, industri logam dasar
naik 31,02 persen, dan industri peralatan listrik naik 27,61 persen. Sementara,
industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan
tembakau, turun 50,87 persen.
4. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan I-2018 (q-to-q) adalah industri
mesin dan perlengkapan YTDL naik 8,71 persen, industri pengolahan lainnya naik
8,58 persen, dan industri barang logam bukan mesin dan peralatannya naik 6,65
persen.
Tabel 10.4
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan
Triwulan I-2015–Triwulan IV-2017 (persen)
q-to-q y-on-y
Tahun Total
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2015 0,64 5,09 -1,31 1,35 5,65 4,57 6,87 5,79 5,71
2016 0,76 5,74 -2,06 0,51 5,91 6,56 5,75 4,88 5,78
id
2017 2,44 1,64 0,66 -0,21 6,63 2,50 5,34 4,59 4,74
.
go
Tabel 10.5
p s.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan IV-2017
.b
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
w
q-to-q y-on-y
//w
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y
(1) (2) (3) (4)
29 Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer -0,40 -10,47
30 Alat angkutan lainnya 0,17 -6,13
31 Furnitur 3,86 1,00
32 Pengolahan lainnya 1,46 2,93
33 Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan 8,58 26,33
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
.id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
11
s:
tp
ht
PARIWISATA
MEI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
s.
Tabel 11.1
p
Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk
.b
w
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
s:
A. Pintu Udara 809 941 846 690 802 827 3 839 112 3 884 664 -0,88 -5,18 1,19
tp
B. Pintu Laut 209 193 236 833 190 853 1 079 900 1 213 876 -8,77 -19,41 12,41
ht
C. Pintu Darat 129 454 216 754 207 135 592 095 1 067 569 60,01 -4,44 80,30
Jumlah 1 148 588 1 300 277 1 200 815 5 511 107 6 166 109 4,55 -7,65 11,89
*) Angka sementara
2. Jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali pada Mei 2018
mengalami kenaikan sebesar 7,69 persen dibandingkan Mei 2017, yaitu dari
488,70 ribu kunjungan menjadi 526,28 ribu kunjungan. Begitu pula, jika
dibandingkan dengan bulan April 2018, jumlah kunjungan wisman ke Bali juga
mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen.
Gambar 11.1
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman menurut Pintu Masuk
Januari 2016–Mei 2018
700 000
600 000
Jumlah Kunjungan
500 000
400 000
300 000
200 000
id
100 000
.
go
0
Apr
Apr
Apr
Jan'16
Feb
Mar
Sep
Jan'17
Feb
Mar
Sep
Jan'18
Feb
Mar
Juli
Agt
Agt
Mei
Nov
Des
Mei
Nov
Des
Mei
Jun
Jul
Juni
Okt
Okt
p s.
Bulan
.b
3. Dari sekitar 1,20 juta kunjungan wisman yang datang ke Indonesia pada Mei
2018, sebanyak 15,11 persen diantaranya dilakukan oleh wisman berkebangsaan
s:
Tiongkok, diikuti oleh wisman Malaysia (15,00 persen), Timor Leste (11,89
tp
B. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang
Gambar 11.2
Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Klasifikasi Bintang di Indonesia,
Januari 2016–Mei 2018
70.00
.id
60.00
go
Persen
s.
50.00
p
.b
w
40.00
w
//w
30.00
Mar
Mar
April
Mar
Agt
Agt
Mei
Juni
Mei
Mei
Juli
Nov
Jul
Nov
Okt
Des
Jun
Okt
Des
Apr
Apr
Jan'16
Jan'17
Jan'18
Feb
Sep
Feb
Sep
Feb
s:
tp
Bulan
ht
3. TPK hotel berbintang di Bali pada Mei 2018 sebesar 67,55 persen, atau naik
sebesar 5,64 poin dibandingkan TPK Mei 2017. Begitu pula, jika dibandingkan
dengan April 2018, TPK Mei 2018 di Bali mengalami kenaikan sebesar 4,02
poin.
4. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang
selama Mei 2018 mencapai 1,84 hari, atau mengalami penurunan 0,15 hari
dibandingkan rata-rata lama menginap selama Mei 2017. Jika dibandingkan
dengan bulan April 2018, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia
pada Mei 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,03 poin.
Tabel 11.2
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Klasifikasi
Bintang, dan Rata-Rata Lama Menginap Tamu Januari 2017–Mei 2018
2017 14 039 799 21,88 5 682 248 17,10 55,83 2,09 62,82 1,19 1,89 0,09
Jan–Mei 5 511 107 24,29 2 294 327 25,56 53,98 1,13 59,41 1,33 1,91 0,09
Mei 1 148 588 -1,95 488 698 2,36 56,07 0,93 61,91 3,37 1,99 0,15
Juni 1 144 001 -0,40 505 976 3,54 51,02 -5,05 66,72 4,81 1,92 -0,07
Juli 1 370 591 19,81 594 238 17,44 57,52 6,50 72,32 5,60 1,89 -0,03
id
Agustus 1 393 243 1,65 601 553 1,23 58,00 0,48 74,86 2,54 1,97 0,08
.
September 1 250 231 -10,26 551 968 -8,24 58,42 0,42 72,64 -2,22 1,97 0
go
Oktober 1 161 565 -7,09 464 703 -15,81 56,93 -1,49 65,93 -6,71 1,92 -0,05
November 1 062 030 -8,57 360 043 -22,52
s.
57,88
p
0,95 54,08 -11,85 1,80 -0,12
Desember 1 147 031 8,00 309 440 -14,05 59,53 1,65 50,66 -3,42 1,72 -0,08
.b
w
2018 6 166 109 11,89 2 316 266 0,96 55,27 1,29 62,22 2,81 1,90 -0,01
w
Januari 1 100 677 -4,04 345 191 11,55 51,91 -7,62 52,97 2,31 2,02 0,30
//w
Februari 1 201 001 9,11 443 805 28,57 56,21 4,30 66,66 13,69 1,92 -0,10
Maret 1 363 339 13,52 484 846 9,25 57,10 0,89 61,19 -5,47 1,95 0,03
s:
April 1 300 277 -4,63 516 143 6,46 57,43 0,33 63,53 2,34 1,81 -0,14
tp
Mei 1 200 815 -7,65 526 281 1,96 53,86 -3,57 67,55 4,02 1,84 0,03
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
12
s:
tp
ht
TRANSPORTASI
NASIONAL
MEI 2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
Gambar 12.1
Perkembangan Jumlah Penumpang Menurut Moda Transportasi
s.
Mei 2017–Mei 2018
p
.b
40
w
35
w
30
//w
25
s:
juta orang
20
tp
15
ht
10
0
Apr
Sep
Feb
Mei'17
Agt
Jan'18
Mar
Mei
Jun
Des
Jul
Nov
Okt
2. Jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) Mei 2018 mencapai 1,4 juta
orang atau turun 6,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya namun naik 5,31
persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2017.
2. Jumlah barang yang diangkut pelayaran dalam negeri Mei 2018 mencapai 24,1
juta ton atau naik 1,71 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 6,36
persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2017.
. id
go
C. Angkutan Kereta Api s.
Jumlah penumpang kereta
1. Jumlah penumpang kereta api Mei
p
api Mei 2018 mencapai 35,5
.b
2. Jumlah barang yang diangkut kereta api Mei 2018 mencapai 4,3 juta ton atau naik
ht
8,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 18,18 persen dibandingkan
bulan yang sama tahun 2017.
Tabel 12.1
Perkembangan Jumlah Penumpang dan Barang Menurut Moda Transportasi
Mei 2017–Mei 2018
id
Agustus 7 993,6 -10,41 1 520,1 2,85 1 606,9 -11,29 22 626,4 7,54 33 791 -1,51 4 012 5,58
.
go
September 7 551,5 -5,53 1 430,9 -5,87 1 510,4 -6,01 22 412,7 -0,94 32 498 -3,83 3 779 -5,81
Oktober 7 523,1 -0,38 1 350,2 -5,64 1 530,9 1,36
s. 22 806,5 1,76 35 070 7,91 4 055 7,30
November 7 503,8 -0,26 1 340,3 -0,73 1 541,0 0,66 23 471,7 2,92 34 361 -2,02 3 869 -4,59
p
.b
Desember 8 335,2 11,08 1 434,7 7,04 1 727,4 12,10 23 215,6 -1,09 36 807 7,12 3 858 -0,28
w
Januari 7 614,1 -8,65 1 349,6 -5,93 1 703,3 -1,40 22 881,3 -1,44 34 741 -5,61 3 981 3,19
Februari 6 907,2 -9,28 1 348,9 -0,05 1 531,1 -10,11 22 699,7 -0,79 31 278 -9,97 3 546 -10,93
s:
Maret 7 728,6 11,89 1 536,5 13,91 1 592,3 4,00 23 144,9 1,96 35 875 14,70 3 851 8,60
tp
April 7 907,9 2,32 1 515,2 -1,39 1 701,7 6,87 23 730,9 2,53 35 754 -0,34 3 994 3,71
ht
Mei 7 270,8 -8,06 1 413,3 -6,73 1 740,4 2,27 24 137,2 1,71 35 482 -0,76 4 316 8,06
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
KETENAGAKERJAAN FEBRUARI
2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
13
tp
ht
KETENAGAKERJAAN
FEBRUARI 2018
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 13.1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2016–2018
(juta orang)
id
2016 2017 2018
Jenis kegiatan
.
go
Februari Agustus Februari Agustus Februari
(1) (2) (3)
s. (4) (5) (6)
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20
w
//w
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Februari 2018 sebesar
69,20 persen mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen poin jika dibandingkan
dengan TPAK Februari 2017 sebesar 69,02 persen.
3. Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada
Februari 2018 sebanyak 39,99 juta orang (31,47 persen dari total penduduk
bekerja). Jika dibandingkan dengan Februari 2017, naik sebanyak 2,45 juta orang
(6,53 persen).
4. Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Februari 2018
sebanyak 11,09 juta orang (8,73 persen dari total penduduk bekerja). Jika
dibandingkan dengan Februari 2017, naik sebanyak 1,10 juta orang (11,01
persen).
5. Pada Februari 2018 terdapat 9,70 juta orang (7,64 persen) penduduk bekerja
berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan
masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Gambar 13.1
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur, 2016–2018
(juta orang)
131.55 133.94
127.67 125.44 128.06
124.54 127.07
120.65 118.41 121.02
. id
go
7.02 7.03 7.01
p s. 7.04 6.87
.b
2. Jumlah Penduduk bekerja pada Februari 2018 sebanyak 127,07 juta orang,
ht
bertambah 2,53 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2017.
3. Pada Februari 2018, jumlah pengangguran mencapai 6,87 juta orang, mengalami
penurunan 140 ribu orang jika dibandingkan dengan Februari 2017.
terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebanyak 1,02 juta
orang (14,41 persen), Industri Pengolahan sebanyak 830 ribu orang (4,86 persen),
dan Jasa Lainnya sebanyak 630 ribu orang (11, 17 persen). Sementara lapangan
pekerjaan yang mengalami penurunan adalah Pertanian sebanyak 980 ribu orang
(2,47 persen), Konstruksi sebanyak 100 ribu orang (1,40 persen), dan Jasa
Pendidikan sebanyak 80 ribu orang (1,25 persen).
Tabel 13.2
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama (17 Kategori), 2016–2018
(juta orang)
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.
go
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 38,30 37,77 39,68 35,92 38,70
B. Pertambangan dan Penggalian 1,31
p s. 1,47 1,36 1,39 1,38
C. Industri Pengolahan 16,47 15,87 17,09 17,56 17,92
.b
id
dan sebanyak 73,98 juta orang (58,22 persen) bekerja pada kegiatan informal.
.
go
Selama setahun terakhir pekerja informal turun sebesar 0,13 persen poin.
Tabel 13.3
p s.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2016–2018
.b
(juta orang)
w
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 21,00 19,45 21,28 18,02 20,94
ht
id
Tabel 13.4
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
.
go
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2018
(juta orang) s.
Pendidikan Tertinggi yang 2016 2017 2018
p
.b
Tabel 13.5
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2018
(persen)
id
Jumlah 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13
.
go
G. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut
s.
Provinsi
p
.b
1. Pada Februari 2018, TPT tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
w
Banten masing-masing sebesar 8,16 persen dan 7,77 persen, sedangkan TPT
w
terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat dengan penurunan sebesar 1,85 persen
ht
Tabel 13.6
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi, 2017–2018
2017 2018
Provinsi
Februari Agustus Februari
Jumlah TPT Jumlah TPT Jumlah TPT
(000 orang) (persen) (000 orang) (persen) (000 orang) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 172,1 7,39 150,3 6,57 154,1 6,55
Sumatera Utara 430,2 6,41 377,3 5,60 404,0 5,59
Sumatera Barat 151,9 5,80 138,7 5,58 152,2 5,55
Riau 180,2 5,76 184,6 6,22 188,4 5,72
Jambi 65,7 3,67 66,8 3,87 67,5 3,65
Sumatera Selatan 161,2 3,80 181,1 4,39 175,5 4,02
Bengkulu 29,0 2,81 36,3 3,74 27,9 2,70
id
Lampung 189,1 4,43 176,3 4,33 190,4 4,33
.
Kep. Bangka Belitung 32,5 4,46 26,4 3,78 27,3 3,61
go
Kepulauan Riau 67,8 6,44 69,2 7,16 68,6 6,43
DKI Jakarta 292,7 5,36
s. 346,9 7,14 290,1 5,34
Jawa Barat 1 922,0 8,49 1 839,4 8,22 1 857,4 8,16
p
Jawa Tengah 755,5 4,15 823,9 4,57 771,1 4,23
.b
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
14
s:
tp
ht
KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN
PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
(10,64 persen). Perkembangan indikator
.
go
kemiskinan menurut daerah tempat tinggal
s.
dapat dilihat pada Gambar 14.1. dan Tabel 14.1.
p
Gambar 14.1
.b
13.93 13.47
s:
10.64 10.12
tp
ht
7.72 7.26
Tabel 14.1
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret–September 2017
Perdesaan
Maret 2017 278 278 83 218 361 496 17,10 13,93
September 2017 284 740 86 169 370 910 16,31 13,47
id
Perkotaan+Perdesaan
.
Maret 2017
go
274 544 99 933 374 478 27,77 10,64
September 2017 283 964 103 196 387 160 26,58 10,12
s.
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) Maret
2017 dan September 2017
p
.b
Beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2017–
w
a. Selama periode Maret 2017–September 2017, inflasi umum relatif rendah yaitu
sebesar 1,45 persen.
s:
b. Nominal rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar
tp
1,50 persen dibanding Maret 2017 (dari Rp49 473,- menjadi Rp50 213,-). Sejalan
ht
dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05
persen dibanding Maret 2017 , yaitu dari Rp37 318,- menjadi Rp37 711,-.
c. Upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78
persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp83 724,- menjadi Rp84 378,-. Akan
tetapi, upah riilnya per hari pada September 2017 turun sebesar 0,66 persen
dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp65 297,- menjadi Rp64 867,-.
d. Pada periode Maret 2017–September 2017, laju pertumbuhan beberapa harga
komoditi pangan cukup terkendali. Harga komoditi beras mengalami kenaikan
0,69 persen dari Rp13 125,- (Maret 2017) menjadi Rp13 215,- (September 2017).
Untuk harga komoditi daging ayam ras naik 4,68 persen dari Rp37 285,-
(Maret 2017) menjadi Rp39 031,- (September 2017). Begitu pula untuk harga
daging sapi, kenaikannya hanya 0,43 persen, yaitu dari Rp107 251,- (Maret 2017)
menjadi Rp107 715,- (September 2017). Akan tetapi, harga eceran gula pasir,
cabai rawit, dan cabai merah mengalami penurunan yang cukup tinggi. Rata-rata
harga gula pasir mengalami penurunan sebesar 9,74 persen, yaitu dari Rp14
441,- per kg pada Maret 2017 menjadi Rp13 034,- per kg pada September 2017.
Harga cabai rawit mengalami penurunan sebesar 57,69 persen (dari Rp79 117,-
per kg pada Maret 2017 menjadi Rp33 472,- per kg pada September 2017). Harga
cabai merah juga mengalami penurunan sebesar 20,53 persen (dari Rp39 551,-
per kg pada Maret 2017 menjadi Rp31 433,- per kg pada September 2017).
Terkendalinya harga beberapa komoditi pokok tersebut selain menekan laju
kenaikan GK juga membantu daya beli masyarakat.
e. Berdasarkan data Susenas September 2017, beras sejahtera (rastra) telah
diterima oleh rumah tangga. Rata-rata setiap bulannya, selama Mei–Agustus
2017 rastra telah disalurkan kepada sekitar 30 persen rumah tangga.
B. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2017─September 2017
id
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
.
go
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2017–
s.
September 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,39 persen, yaitu dari Rp374
p
478,- per kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp387 160,- per kapita per
.b
bulan pada September 2017. Garis Kemiskinan (GK), terdiri dari Garis Kemiskinan
w
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Peranan GKM
w
Tabel 14.2
ht
id
Perumahan 8,79 Perumahan 7,36
.
Bensin 4,24 Bensin 3,18
go
Listrik 3,85 Listrik s. 2,04
Pendidikan 2,14 Pendidikan 1,24
p
.b
2017
tp
id
(Tabel 14.3).
.
go
Tabel 14.3 s.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
p
di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2017–September 2017
.b
w
Perkotaan+
Tahun Perkotaan Perdesaan
w
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
//w
3. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada September
2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar
1,24 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,43. Pada
periode yang sama nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan
adalah 0,30 sedangkan di daerah perdesaan mencapai sebesar 0,65.
Tabel 14.4
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin, September 2017
Perkotaan Perdesaan Total
Jumlah Jumlah Jumlah
Garis Garis Garis
Provinsi Penduduk Penduduk Penduduk
Kemiskinan Kemiskinan Kemiskinan
Miskin P0 Miskin P0 Miskin P0
(Rp/kapita/ (Rp/kapita/ (Rp/kapita/
(000 (000 (000
bulan) bulan) bulan)
orang) orang) orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 479 872 166,77 10,42 442 869 663,03 18,36 454 124 829,80 15,92
Sumatera Utara 438 894 663,27 8,96 407 157 663,30 9,62 423 696 1 326,57 9,28
Sumatera Barat 475 365 114,59 5,11 441 415 245,41 7,94 455 797 359,99 6,75
Riau 474 626 176,98 6,55 457 368 319,41 7,99 465 181 496,39 7,41
Jambi 465 233 118,49 10,53 366 036 160,11 6,66 396 361 278,61 7,90
Sumatera Selatan 417 828 379,72 12,36 356 020 707,04 13,54 378 248 1 086,76 13,10
Bengkulu
id
490 475 97,15 15,41 449 857 205,47 15,67 462 768 302,62 15,59
Lampung 427 072 211,97 9,13 377 049 871,77 14,56 390 183 1 083,74 13,04
.
go
Bangka Belitung 595 031 23,04 3,00 623 111 53,16 7,92 607 927 76,20 5,30
Kepulauan Riau 540 062 96,77 5,39 507 795 s. 31,66 10,49 536 027 128,43 6,13
DKI Jakarta
p
578 247 393,13 3,78 - - - 578 247 393,13 3,78
.b
Jawa Barat 354 866 2 391,23 6,76 353 103 1 383,18 10,77 354 679 3 774,41 7,83
w
Jawa Tengah 339 692 1 815,58 10,55 337 657 2 381,92 13,92 338 815 4 197,49 12,23
w
DI Yogyakarta 413 631 298,39 11,00 352 861 167,94 15,86 396 271 466,33 12,36
//w
Jawa Timur 372 585 1 455,45 7,13 347 997 2 949,82 15,58 360 302 4 405,27 11,20
Banten 421 137 415,67 4,69 373 039 284,16 7,81 406 988 699,83 5,59
s:
Bali 371 118 96,07 3,46 350 826 80,40 5,42 364 064 176,48 4,14
tp
Nusa Tenggara Barat 363 697 368,55 16,23 343 387 379,57 14,06 352 690 748,12 15,05
ht
Nusa Tenggara Timur 409 382 119,04 10,11 329 136 1 015,70 24,59 346 737 1 134,74 21,38
Kalimantan Barat 401 588 83,89 5,25 394 313 304,92 9,09 396 842 388,81 7,86
Kalimantan Tengah 378 311 48,34 5,01 418 861 89,55 5,41 406 836 137,88 5,26
Kalimantan selatan 434 791 66,21 3,59 407 382 128,35 5,60 419 974 194,56 4,70
Kalimantan Timur 564 801 102,39 4,27 554 497 116,28 9,74 561 868 218,67 6,08
Kalimantan Utara 595 802 21,81 5,39 554 548 26,75 9,14 578 305 48,56 6,96
Sulawesi Utara 331 931 59,95 5,03 340 146 134,90 10,59 336 403 194,85 7,90
Sulawesi Tengah 430 728 81,56 10,39 400 639 341,72 15,59 408 522 423,27 14,22
Sulawesi Selatan 303 834 166,50 4,76 287 788 659,47 12,65 294 358 825,97 9,48
Sulawesi Tenggara 308 624 67,96 7,14 295 496 245,19 14,74 300 258 313,16 11,97
Gorontalo 312 931 21,23 4,90 304 353 179,68 24,29 307 707 200,91 17,14
Sulawesi Barat 318 376 30,02 9,50 315 137 119,45 11,70 315 918 149,47 11,18
Maluku 461 552 47,83 6,58 443 565 272,59 26,60 451 214 320,42 18,29
Maluku Utara 413 797 12,93 3,70 390 914 65,35 7,55 397 340 78,28 6,44
Papua Barat 523 381 19,02 5,16 499 086 193,83 35,12 509 861 212,86 23,12
Papua 508 403 41,06 4,55 446 994 869,36 36,56 464 056 910,42 27,76
INDONESIA 400 995 10 272,55 7,26 370 910 16 310,44 13,47 387 160 26 582,99 10,12
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2017
id
pendapatan pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau dikenal juga
.
go
dengan ukuran Bank Dunia.
s.
3. Pada September 2017 Gini Ratio tercatat sebesar 0,391 menurun dibandingkan
p
dengan Gini Ratio pada Maret 2017 yang sebesar 0,393. Angka ini menurun pula
.b
jika dibandingkan Gini Ratio pada September 2016 yang sebesar 0,394. Kondisi ini
w
September 2017 sebesar 0,404, turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang
tp
sebesar 0,407. Angka ini juga turun dibanding Gini Ratio September 2016 yang
ht
sebesar 0,409. Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada September
2017 sebesar 0,320. Angka ini sama jika dibandingkan Gini Ratio Maret 2017,
namun meningkat jika dibanding Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,316.
Gambar 14.2
Perkembangan Gini Ratio, 2010–September 2017
0.440 0,433
0,422 0,425 0,425 0,431 0,424 0,428 0,428
0,419
0.420 0,410 0,409 0,407
0.404
0,396 0,410 0,413 0,413 0,414
0.400 0,410 0,406 0,406 0,408
0,382 0,402
0,397 0,394
0.380 0,393 0.391
0,388
0,378
0.360
0,340
0,336
0.340 0,334
0,329 0,330 0,327 0,324 0,329 0,327
0,320 0,319 0,320 0.320
0,315 0,316
0.320
id
0.300
.
2010 Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
go
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017
Perkotaan Perdesaan s. Perkotaan+Perdesaan
p
.b
terbawah adalah sebesar 17,22 persen. Hal ini berarti berada pada kategori
w
//w
kondisi Maret 2017 yang sebesar 17,12 persen . Pola yang sama jika
tp
Gambar 14.3
Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah
September 2016–September 2017
25.00
20.52 20.36 20.25
20.00
17.11 17.12 17.22
16.02 16.04 16.33
15.00
10.00
5.00
. id
go
0.00
Perkotaan Perdesaan
s. Perkotaan+Perdesaan
p
September 2016 Maret 2017 September 2017
.b
w
w
//w
8. Berdasarkan provinsi, nilai Gini Ratio September 2017 tertinggi berada di Provinsi
DI Yogyakarta yaitu sebesar 0,440 sementara yang terendah adalah Provinsi
Bangka Belitung sebesar 0,276. Terdapat sembilan provinsi dengan nilai Gini Ratio
di atas angka nasional, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (0,440),
id
Sulawesi Selatan (0,429), Jawa Timur (0,415), DKI Jakarta (0,409), Gorontalo
.
(0,405), Sulawesi Tenggara (0,404), Papua (0,398), Sulawesi Utara (0,394), dan
go
Jawa Barat (0,393). s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 14.5
Gini Ratio menurut Provinsi, September 2016–September 2017
11 Aceh 0,362 0,296 0,341 0,347 0,293 0,329 0,334 0,299 0,329
12 Sumatera Utara 0,333 0,270 0,312 0,342 0,256 0,315 0,365 0,264 0,335
13 Sumatera Barat 0,323 0,267 0,312 0,336 0,276 0,318 0,309 0,288 0,312
14 Riau 0,368 0,309 0,347 0,353 0,289 0,325 0,343 0,299 0,325
15 Jambi 0,403 0,292 0,346 0,384 0,284 0,335 0,379 0,295 0,334
16 Sumatera Selatan 0,397 0,306 0,362 0,384 0,317 0,361 0,387 0,328 0,365
17 Bengkulu 0,405 0,296 0,354 0,390 0,305 0,351 0,379 0,317 0,349
18 Lampung 0,384 0,311 0,358 0,364 0,297 0,334 0,360 0,301 0,333
id
19 Bangka Belitung 0,318 0,239 0,288 0,303 0,219 0,282 0,288 0,236 0,276
21 Kepulauan Riau 0,346 0,264 0,352 0,327 0,279 0,334 0,355 0,286 0,359
.
go
31 DKI Jakarta 0,397 – 0,397 0,413 – 0,413 0,409 – 0,409
32 Jawa Barat 0,412 0,310 0,402 0,412
s. 0,324 0,403 0,399 0,326 0,393
33 Jawa Tengah 0,382 0,313 0,357 0,386 0,327 0,365 0,383 0,323 0,365
p
34 DI Yogyakarta 0,423 0,343 0,425 0,435 0,340 0,432 0,447 0,317 0,440
.b
35 JawaTimur 0,433 0,313 0,402 0,418 0,326 0,396 0,442 0,317 0,415
w
36 Banten 0,399 0,248 0,392 0,381 0,267 0,382 0,380 0,270 0,379
w
51 Bali 0,378 0,335 0,374 0,382 0,325 0,384 0,385 0,302 0,379
//w
52 Nusa Tenggara Barat 0,410 0,306 0,365 0,413 0,314 0,371 0,413 0,323 0,378
53 Nusa Tenggara Timur 0,344 0,317 0,362 0,362 0,311 0,359 0,365 0,309 0,359
s:
61 Kalimantan Barat 0,361 0,275 0,331 0,356 0,274 0,327 0,360 0,285 0,329
tp
62 Kalimantan Tengah 0,364 0,326 0,347 0,370 0,310 0,343 0,343 0,303 0,327
ht
63 Kalimantan Selatan 0,363 0,298 0,351 0,365 0,292 0,347 0,358 0,285 0,347
64 Kalimantan Timur 0,314 0,313 0,328 0,323 0,298 0,330 0,340 0,280 0,333
65 Kalimantan Utara 0,308 0,280 0,305 0,298 0,268 0,308 0,294 0,296 0,313
71 Sulawesi Utara 0,388 0,350 0,379 0,405 0,355 0,396 0,389 0,346 0,394
72 Sulawesi Tengah 0,372 0,308 0,347 0,379 0,309 0,355 0,367 0,313 0,345
73 Sulawesi Selatan 0,409 0,340 0,400 0,410 0,348 0,407 0,444 0,332 0,429
74 Sulawesi Tenggara 0,395 0,352 0,388 0,403 0,358 0,394 0,408 0,373 0,404
75 Gorontalo 0,402 0,397 0,410 0,417 0,403 0,430 0,398 0,379 0,405
76 Sulawesi Barat 0,441 0,341 0,371 0,424 0,323 0,354 0,392 0,299 0,339
81 Maluku 0,338 0,303 0,344 0,333 0,312 0,343 0,307 0,290 0,321
82 Maluku Utara 0,326 0,251 0,309 0,322 0,265 0,317 0,338 0,277 0,330
91 Papua Barat 0,357 0,394 0,401 0,349 0,392 0,390 0,349 0,386 0,387
94 Papua 0,318 0,392 0,399 0,322 0,395 0,397 0,302 0,407 0,398
INDONESIA 0,409 0,316 0,394 0,407 0,320 0,393 0,404 0,320 0,391
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2016 - September 2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA 2017
.id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
15
tp
ht
INDEKS
PEMBANGUNAN
MANUSIA 2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard
.
go
of living). Selanjutnya dimensi tersebut diukur dengan beberapa indikator.
s.
Dimensi kesehatan diukur melalui Umur Harapan Hidup (UHH). Dimensi
p
pengetahuan atau pendidikan diukur dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan
.b
Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Sementara itu, standar hidup layak diukur melalui
w
2. Badan Pusat Statistik mengukur IPM Indonesia dengan menggunakan data yang
bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Proyeksi Penduduk
s:
Gambar 15.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 2010–2017
70.81
70.18
69.55
68.90
68.31
67.70
67.09
66.53
3. Pada tahun 2017, angka IPM Indonesia sebesar 70,81. IPM Indonesia tumbuh 0,90
persen atau bertambah 0,63 poin dibandingkan IPM tahun 2016. Pertumbuhan
tersebut sedikit lebih lambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar
0,91 persen.
Gambar 15.2
Tren Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 2011–2017 (persen)
0.93
0.91 0.91
0.90 0.90
0.87
. id
go
0.84 p s.
.b
w
w
//w
Gambar 15.3
Komponen IPM Indonesia Menurut Dimensi, 2016–2017
Pengeluaran perkapita
UHH HLS RLS
disesuaikan
id
2016 2017 2016 2017 2016 2017
.
go
p s.
.b
manusia paling cepat, yaitu Provinsi Papua (1,79 persen), Papua Barat (1,25
w
persen), dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (1,17 persen). Sebaliknya, pada
//w
manusia paling lambat, yaitu Provinsi DKI Jakarta (0,58 persen), Kalimantan Barat
tp
Tabel 15.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi, 2016–2017
id
Lampung 69,94 69,95 12,35 12,46 7,63 7,79 9 156 9 413 67,65 68,25 0,89
.
go
Kep, Bangka Belitung 69,92 69,95 11,71 11,83 7,62 7,78 11 960 12 066 69,55 69,99 0,63
Kepulauan Riau 69,45 69,48 12,66 12,81 9,67 9,79
s. 13 359 13 566 73,99 74,45 0,62
DKI Jakarta 72,49 72,55 12,73 12,86 10,88 11,02 17 468 17 707 79,60 80,06 0,58
p
Jawa Barat 72,44 72,47 12,30 12,42 7,95 8,14 10 035 10 285 70,05 70,69 0,91
.b
Jawa Tengah 74,02 74,08 12,45 12,57 7,15 7,27 10 153 10 377 69,98 70,52 0,77
w
DI Yogyakarta 74,71 74,74 15,23 15,42 9,12 9,19 13 229 13 521 78,38 78,89 0,65
w
Jawa Timur 70,74 70,80 12,98 13,09 7,23 7,34 10 715 10 973 69,74 70,27 0,76
//w
Banten 69,46 69,49 12,70 12,78 8,37 8,53 11 469 11 659 70,96 71,42 0,65
Bali 71,41 71,46 13,04 13,21 8,36 8,55 13 279 13 573 73,65 74,30 0,88
s:
Nusa Tenggara Barat 65,48 65,55 13,16 13,46 6,79 6,90 9 575 9 877 65,81 66,58 1,17
tp
Nusa Tenggara Timur 66,04 66,07 12,97 13,07 7,02 7,15 7 122 7 350 63,13 63,73 0,95
ht
Kalimantan Barat 69,90 69,92 12,37 12,50 6,98 7,05 8 348 8 472 65,88 66,26 0,58
Kalimantan Tengah 69,57 69,59 12,33 12,45 8,13 8,29 10 155 10 492 69,13 69,79 0,95
Kalimantan Selatan 67,92 68,02 12,29 12,46 7,89 7,99 11 307 11 600 69,05 69,65 0,87
Kalimantan Timur 73,68 73,70 13,35 13,49 9,24 9,36 11 355 11 612 74,59 75,12 0,71
Kalimantan Utara 72,43 72,47 12,59 12,79 8,49 8,62 8 434 8 643 69,20 69,84 0,92
Sulawesi Utara 71,02 71,04 12,55 12,66 8,96 9,14 10 148 10 422 71,05 71,66 0,86
Sulawesi Tengah 67,31 67,32 12,92 13,04 8,12 8,29 9 034 9 311 67,47 68,11 0,95
Sulawesi Selatan 69,82 69,84 13,16 13,28 7,75 7,95 10 281 10 489 69,76 70,34 0,83
Sulawesi Tenggara 70,46 70,47 13,24 13,36 8,32 8,46 8 871 9 094 69,31 69,86 0,79
Gorontalo 67,13 67,14 12,88 13,01 7,12 7,28 9 175 9 532 66,29 67,01 1,09
Sulawesi Barat 64,31 64,34 12,34 12,48 7,14 7,31 8 450 8 736 63,60 64,30 1,10
Maluku 65,35 65,40 13,73 13,91 9,27 9,38 8 215 8 433 67,60 68,19 0,87
Maluku Utara 67,51 67,54 13,45 13,56 8,52 8,61 7 545 7 792 66,63 67,20 0,86
Papua Barat 65,30 65,32 12,26 12,47 7,06 7,15 7 175 7 493 62,21 62,99 1,25
Papua 65,12 65,14 10,23 10,54 6,15 6,27 6 637 6 996 58,05 59,09 1,79
Indonesia 70,90 71,06 12,72 12,85 7,95 8,10 10 420 10 664 70,18 70,81 0,90
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
16
s:
tp
ht
INDEKS
PERILAKU ANTI
KORUPSI
(IPAK) 2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
tangga. Analisis mengenai perilaku anti korupsi dalam survei ini hanya untuk
.
go
representasi level nasional.
2.
s.
SPAK ditujukan untuk mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap
p
perilaku korupsi dengan menggunakan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan
.b
3. IPAK dihitung tiap tahun untuk menggambarkan dinamika perilaku anti korupsi
tp
masyarakat. IPAK Indonesia 2017 sebesar 3,71 dalam skala 0 sampai 5. Angka
ht
tersebut lebih tinggi (0,12 poin) dibandingkan dengan capaian 2015 yang
besarnya 3,59. Nilai IPAK yang semakin mendekati angka lima menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang berarti bahwa budaya
zero tolerance terhadap korupsi semakin melekat dan mewujud dalam perilaku
masyarakat. Sebaliknya, nilai IPAK yang semakin mendekati nol menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.
Tabel 16.1
Nilai IPAK Tahun 2012–2017
Tahun IPAK
(1) (2)
2012 3,55
2013 3,63
2014 3,61
2015 3,59
2017 3,71
2. Tabel 16.2 menunjukkan peningkatan Indeks Persepsi dari tahun 2015 ke 2017,
yaitu dari 3,73 menjadi 3,81. Kemudian, pada periode yang sama Indeks
Pengalaman juga mengalami peningkatan dari 3,39 menjadi 3,60. Peningkatan
indeks pada dua dimensi ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan angka
IPAK secara keseluruhan dari 3,59 menjadi 3,71.
3. Dari hasil pengukuran IPAK 2017, terlihat fenomena yang menarik untuk
dicermati. Indeks Persepsi menunjukan tren yang cenderung meningkat dari
id
tahun 2012 ke 2017. Hal ini menggambarkan pemahaman dan penilaian
.
masyarakat terhadap perilaku korupsi semakin baik. Sebaliknya pada dimensi
go
pengalaman terjadi perubahan dari pola tren yang menurun di tahun 2012–2015
s.
menjadi meningkat untuk tahun 2017.
p
.b
Tabel 16.2
w
Tabel 16.3
IPAK Menurut Wilayah, 2012–2017
id
Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden
.
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Klasifikasi Wilayah:
p s.
Perkotaan 3,66 3,71 3,71 3,71 3,86
.b
Tabel 16.4
IPAK Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012–2017
Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendidikan
Tertinggi:
SLTP ke bawah 3,47 3,55 3,52 3,49 3,58
SLTA 3,78 3,82 3,85 3,80 3,99
SLTA ke atas 3,94 3,94 4,01 4,00 4,09
id
Tabel 16.5
.
go
IPAK Menurut Umur, 2012–2017
Umur (Tahun):
w
w
Tabel 16.6
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Keluarga merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
menggunakan kendaraan dinas untuk 72,95 76,16 78,11 79,05 75,58
.
go
keperluan pribadi
mendapatkan uang saku yang lebih 80,15 82,70 86,07 85,64 87,09
w
banyak
w
//w
Tabel 16.7
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Komunitas merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
Hari Raya Keagamaan
.
go
Memberi uang/barang kepada ketua
RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
s.
52,97 57,49 60,57 60,37 56,30
p
keluarga melaksanakan hajatan
.b
1. Sekitar 51 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
2. Sekitar 57 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika
menjelang hari raya keagamaan.
3. Sekitar 56 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
4. Sekitar 69 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika
menjelang hari raya keagamaan.
Tabel 16.8
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Tingkat Publik merupakan Hal
yang Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
negeri/swasta
.
go
Memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP, s.
55,09 57,20 58,34 62,28 65,72
KK)
p
.b
diterima masuk ke sekolah tempat dia 64,45 69,69 70,95 73,32 70,17
mengajar
Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi
pegawai negeri atau swasta demi mempererat hubungan kekeluargaan dan
pertemanan.
Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang yang memberi uang/barang dalam proses penerimaan
menjadi pegawai negeri/swasta.
Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK).
Sekitar 72 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan
id
SIM dan STNK.
.
Sekitar 78 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
go
perilaku memberi uang damai kepada polisi.
s.
Sekitar 74 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
p
perilaku petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat
.b
Sekitar 70 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
w
//w
Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
tp
rapor.
Sekitar 90 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat
diterima di sekolah tersebut.
Sekitar 78-79 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku membagikan atau mengharapkan uang/barang pada
pelaksanaan PILKADA/PEMILU.
2. Pengalaman Masyarakat
Pengalaman masyarakat dalam IPAK mencakup sepuluh layanan publik
yakni Pengurus RT/RW, Kelurahan/Kecamatan, Kepolisian, Perusahaan Listrik
Negara (PLN), Layanan Kesehatan (Rumah Sakit Negeri), Sekolah Negeri,
Pengadilan, Kantor Urusan Agama (KUA), Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dukcapil), dan Pertanahan (BPN). Beberapa indikator yang mengalami
perubahan relatif besar yaitu:
id
.
Berdasarkan pengukuran 2012–2017, terlihat sebagian besar masyarakat yang
go
membayar melebihi ketentuan menyatakan melakukan perilaku tersebut karena
s.
tidak ada yang meminta (inisiatif sendiri) dan hal yang lumrah. Pada 2017
p
angkanya masing-masing sebesar 44,57 persen dan 19,56 persen.
.b
w
Tabel 16.9
w
Tabel 16.10
Alasan Masyarakat Membayar Melebihi Ketentuan, 2012–2017
.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
17
s:
tp
ht
KEPENDUDUKAN
JUNI 2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 17.1
id
Penduduk Indonesia menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2017
.
(ribu orang)
go
Kelompok Laki-
Laki-laki Perempuan
s.
Umur laki+Perempuan
p
(1) (2) (3) (4)
.b
w
Gambar 17.1
Piramida Penduduk Indonesia, 2017
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
id
35-39
.
go
30-34
25-29
20-24
s.
15-19
p
10-14
.b
5-9
w
0-4
w
(Ribuan)
s:
Gambar 17.2
Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia, 1971–2017
86.8
. id
79.3
go
p s.
67.8
.b
w
w
//w
53.8
51.3
48.1
s:
tp
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980,1990, 2000, 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
Gambar 17.3
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1971–2017
2.40
2.20 2.33
2.00
id
1.97
1.80
.
go
1.60 s.
p
1.40 1.49
.b
1.44
1.34
w
1.20
w
//w
1.00
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2017
s:
tp
Sumber : SP1971, SP1980, SP1990, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
ht
7. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar 137 jiwa per km2. Jawa
merupakan pulau yang terpadat penduduknya (1.145 per km2), kemudian secara
id
perbandingan jumlah penduduk laki-
60 tahun ke atas) tahun
.
go
laki dan penduduk perempuan. Rasio
2017 sebesar 9,0 persen
jenis kelamin tertinggi terdapat di s.
Kepulauan Maluku dan Papua yaitu
p
.b
terendah di Pulau Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 97,8. Tiga provinsi
w
dengan rasio jenis kelamin tertinggi, yaitu Kalimantan Utara (113,0), Papua Barat
//w
(111,2), dan Papua (111,1), sedangkan yang terendah Nusa Tenggara Barat
s:
atas. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, lansia di Indonesia pada tahun 2017
sebesar 9,0 persen. Penduduk lansia terbesar terdapat di Pulau Jawa (10,3
persen), kemudian berturut-turut Bali dan Nusa Tenggara (8,7 persen), Sulawesi
(8,5 persen), Sumatera (7,2 persen), Kalimantan (6,5 persen) serta Maluku dan
Papua (4,7 persen). Menurut provinsi, tiga provinsi dengan penduduk lansia
terbesar adalah Yogyakarta (13,8 persen), Jawa Tengah (12,6 persen), dan Jawa
Timur (12,2 persen), sedangkan yang terkecil adalah Papua (3,2 persen), Papua
Barat (4,3 persen), dan Kepulauan Riau (4,3 persen).
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 17.2
Demografi Penduduk Indonesia, 2017
Laju
Penduduk (ribu) Pertumbuhan Kepadatan Rasio Jenis
Rasio Pendudu Umur
Provinsi Penduduk (%) Penduduk2 Ketergan- k Lansia Harapan
Kelamin
(Jiwa/km ) tungan (%) Hidup
2010 2017 2010─2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
id
10. Kepulauan Riau 1 693 2 083 3,01 254 104,2 48,8 4,3 69,8
.
Sumatera 50 860 56 950 1,63 118 102,4 51,6 7,2
go
11. DKI Jakarta 9 640 10 374 1,05 15 624 100,6 40,7 7,2 72,5
12. Jawa Barat 43 227 48 038 1,52
s.1 358 102,7 47,0 8,7 72,9
13. Jawa Tengah 32 444 34 258 0,78 1 044 98,4 47,7 12,6 73,9
p
14. Yogyakarta 3 468 3 762 1,17 1 201 97,9 45,0 13,8 74,8
.b
15. Jawa Timur 37 566 39 293 0,64 822 97,5 43,8 12,2 70,9
w
16. Banten 10 689 12 448 2,20 1 288 103,9 45,9 5,8 69,6
w
Jawa 137 033 148 173 1,12 1 145 100,1 45,7 10,3
//w
17. Bali 3 907 4 247 1,20 735 101,4 44,7 10,7 71,7
18. NTB 4 516 4 956 1,34 267 94,3 53,0 8,0 65,8
s:
19. NTT 4 706 5 287 1,68 109 98,2 65,3 7,7 66,5
Bali dan Nusa Tenggara 13 130 14 489 1,42 198 97,8 54,6 8,7
tp
20. Kalimatan Barat 4 411 4 932 1,61 33 103,7 50,3 7,3 70,3
ht
21. Kalimantan Tengah 2 221 2 605 2,31 17 109,5 44,9 5,6 67,8
22. Kalimantan Selatan 3 643 4 120 1,77 106 102,9 48,3 7,0 68,2
23. Kalimantan Timur 3 047 3 575 2,31 28 110,2 44,4 5,8 73,7*)
24. Kalimantan Utara 529 691 3,89 9 113,0 50,4 5,9 72,2*)
Kalimantan 13 851 15 924 2,01 29 ,0
106,2 47,6 6,5
24. Sulawesi Utara 2 278 2 461 1,11 178 104,2 46,3 10,4 71,4
25. Sulawesi Tengah 2 646 2 966 1,65 48 104,3 50,0 7,7 68,1
26. Sulawesi Selatan 8 060 8 690 1,08 186 95,5 52,1 9,2 70,2
27. Sulawesi Tenggara 2 244 2 602 2,14 68 101,1 59,4 6,6 70,9
28. Gorontalo 1 045 1 168 1,61 104 100,4 47,9 7,6 67,6
29. Sulawesi Barat 1 165 1 331 1,93 79 100,7 54,8 6,5 64,3
Sulawesi 17 437 19 219 1,40 102 99,3 51,9 8,5
30. Maluku 1 542 1 745 1,78 37 101,7 58,8 6,9 65,5
31. Maluku Utara 1 043 1 209 2,13 38 104,1 57,6 5,9 67,9
32. Papua Barat 765 915 2,59 9 111,2 48,6 4,3 65,6
33. Papua 2 857 3 265 1,93 10 111,1 45,7 3,2 65,4
Maluku dan Papua 6 208 7 135 2,01 14 107,5 51,1 4,7
Indonesia 238 519 261 891 1,34 137 101,0 48,1 9,0 71,1
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
*) Angka Estimasi
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
18
s:
tp
ht
INDEKS
KEBAHAGIAAN
2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun
.
2017 yang dihitung dengan menggunakan Metode 2014 lebih tinggi dibanding
go
tahun 2014. Indeks Kebahagiaan pada tahun 2017 sebesar 69,51, sedangkan pada
s.
tahun 2014 sebesar 68,28. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan indeks
p
sebesar 1,23 poin. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 yang dihitung
.b
Gambar 18.1
//w
a
Metode 2014: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 1 (satu) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup.
b Metode 2017: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 3 (tiga) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup,
Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).
id
sebesar 76,16. Seluruh indeks diukur pada skala 0–100.
.
go
4. Indikator penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia yang memiliki nilai tertinggi
s.
adalah Keharmonisan Keluarga 80,05 yang merupakan Subdimensi Kepuasan
p
Hidup Sosial (Gambar 18.2). Sementara itu, indeks indikator terendah adalah
.b
Personal. Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki indeks tertinggi
w
hari pada tingkatan 75,06, sedangkan yang terendah adalah Perasaan Tidak
s:
indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Tujuan Hidup (75,83), sebaliknya
ht
Gambar 18.2
Indeks Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
Perkotaan Perdesaan
Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
.
go
Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) ps.
.b
indeks penduduk perempuan (70,30). Dilihat dari tiga dimensi penyusun Indeks
w
Kebahagiaan, terdapat pola yang serupa pada Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
//w
dan Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
s:
laki-laki (69,08) lebih tinggi dari perempuan (68,14). Indeks Dimensi Makna Hidup
tp
(Eudaimonia) laki-laki (73,24) lebih tinggi dari perempuan (71,29). Namun, pada
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup penduduk perempuan (71,26) mempunyai nilai
ht
Gambar 18.5
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Jenis Kelamin, 2017
73.24
69.08
68.14
Laki-Laki Perempuan
. id
go
Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
tinggi dibanding penduduk dengan status perkawinan yang lain. Dilihat dari
//w
pola yang berbeda-beda. Pola yang sama terdapat pada Dimensi Makna Hidup
tp
(Eudaimonia), yaitu penduduk yang belum menikah memiliki indeks yang tertinggi
ht
dibandingkan penduduk dengan status perkawinan yang lain. Sementara itu, pada
Dimensi Kepuasan Hidup dan Dimensi Perasaan (Affect), indeks yang paling tinggi
terdapat pada penduduk yang berstatus menikah.
Gambar 18.6
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Status Perkawinan, 2017
74.93
72.65
71.53
71.20 71.09 71.38 70.85
69.55 68.83
68.19 69.05 68.14 68.37
67.83
66.56
64.19
. id
Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
go
Indeks Dimensi Perasaan (Affect) Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
s.
p
Gambar 18.7
.b
Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Status Perkawinan, 2017
w
w
//w
76.47 75.29
74.05 73.46
s:
68.36 66.30
63.82
tp
62.81
ht
Gambar 18.8
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Kelompok Umur, 2017
74.01
73.47
72.09
71.29 71.42 71.31
71.13 71.05
70.69 70.30
68.64
69.18
68.75
68.19 68.39 68.54
. id
go
ps.
≤ 24 Tahun 25-40 Tahun 41-64 Tahun ≥ 65 Tahun
.b
Gambar 18.9
s:
Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Kelompok Umur, 2017
tp
ht
Maluku Utara (75,68), Maluku (73,77), dan Sulawesi Utara (73,69). Sementara itu,
Provinsi Papua (67,52), Sumatera Utara (68,41), dan Nusa Tenggara Timur (68,98)
merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks Kebahagiaan terendah.
Gambar 18.10
Indeks Kebahagiaan Penduduk Menurut Provinsi, 2017
75.68
73.77
Sumber : SP1971, SP1980, SP1990, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
73.69
10. Penduduk Indonesia sebagian besar berdomisili 73.57 di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 56,6 persen. 73.33 Kemudian,
73.19
secara berturut-turut diikuti Pulau Sumatera (21,7
persen), Sulawesi (7,3 persen), Kalimantan 73.11 (6,1
id
persen), Bali dan Nusa Tenggara (5,5 persen) 72.93 serta
.
go
Maluku dan Papua (2,7 persen). Menurut 72.48provinsi,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan 72.43
s. Jawa Tengah
merupakan tiga provinsi dengan proporsi 71.99
p
.b
dan Gorontalo,
71.75
tp
0,4 persen.
71.33
11. 71.22
70.92
12. 70.85
70.77
13.
70.70
70.61
14. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017
70.45
sebesar 137 jiwa per km2. Jawa merupakan pulau
70.08
yang terpadat penduduknya (1.145 per km2),
70.02
kemudian secara berurutan Pulau Bali dan Nusa
69.83
Tenggara (198 per km2), Sumatera (118 per km2),
69.58
Sulawesi (102 per km2), Kalimantan (29 per km2),
69.51
dan yang paling jarang penduduknya adalah
68.98
68.41
67.52
Tabel 18.1
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Penyusunnya Menurut Provinsi, 2017
id
Sumatera Selatan 71,98 67,01 77,03 72,02 70,61 73,18
.
Bengkulu 70,61 63,96 76,94 70,45 68,52 72,68
go
Lampung 69,51 63,54 75,84 69,69 67,43 71,24
Kep. Bangka Belitung 71,75 68,68 78,24 s. 73,46 69,33 72,23
Kepulauan Riau 73,11 69,23 77,05 73,14 69,11 76,75
p
.b
Tabel 18.2
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Menurut Karakteristik, 2017
Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial
id
Jenis Kelamin:
.
go
Laki-Laki 71,12 65,57 76,16 70,86 69,08 73,24
s.
71,26 68,14 71,29
Perempuan 70,30 66,36 76,16
p
Status Perkawinan:
.b
w
Kelompok Umur:
ht
Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial
Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan:
Tidak Pernah Sekolah 66,52 59,82 75,21 67,51 65,64 66,32
id
Tidak Tamat 68,84 66,18 68,39
.
67,86 61,68 76,01
go
SD/Sederajat
SD Sederajat 69,20 63,96 76,21
s. 70,08 67,10 70,23
SMP Sederajat 70,41 65,31 76,07 70,69 68,02 72,30
p
72,37 70,13 74,83
.b
Tangga:
tp
Rp1.800.001–
70,11 64,92 76,21 70,56 67,90 71,68
Rp3.000.000
Rp3.000.001–
72,34 68,87 76,40 72,63 70,35 73,87
Rp4.800.000
Rp4.800.001–
74,23 72,12 76,94 74,53 72,06 75,90
Rp7.200.000
Lebih dari
76,62 75,33 77,74 76,53 74,56 78,59
Rp7.200.000
Indonesia 70,69 65,98 76,16 71,07 68,59 72,23
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
INDEKS PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-TIK), 2015-2016
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
19
tp
ht
INDEKS
PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI
INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-
TIK), 2015-2016
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 189
INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
pembangunan teknologi informasi dan
.
go
komunikasi suatu wilayah. IP-TIK sangat penting sebagai ukuran standar tingkat
pembangunan TIK di suatu wilayah yang dapat dibandingkan antarwaktu dan
s.
antarwilayah. Selain itu, IP-TIK juga mampu mengukur pertumbuhan
p
pembangunan TIK, mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah,
.b
Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan potensi dan progress pembangunan TIK
w
Pada tahun 2017, BPS melakukan penghitungan IP-TIK tahun 2016 dan
tp
dari ITU dengan 11 indikator penyusun IP-TIK yang terbagi dalam tiga subindeks,
yaitu akses dan infrastruktur, penggunaan, dan keahlian.
Penyusunan IP-TIK 2015 dan IP-TIK 2016 ini telah menggunakan indikator rata-
rata lama sekolah yang menggantikan indikator angka melek huruf. Hal ini
berdasarkan metodologi terbaru pada buku Measuring Information Society 2016
yang dipublikasikan oleh ITU.
IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 dengan skala 0–10, meningkat
dibanding IP-TIK tahun 2015 yang sebesar 3,88. Angka hasil penghitungan BPS
untuk IP-TIK Indonesia ini sejalan dengan angka IP-TIK yang dirilis oleh
International Telecommunication Union (ITU). Di tahun 2016, IP-TIK atau ICT
Development Index yang dirilis ITU sebesar 4,33 dan tahun 2015 sebesar 3,85.
Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2016 serupa dengan
tahun 2015, yaitu nilai subindeks tertinggi adalah subindeks keahlian sebesar
5,54, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88 serta subindeks
penggunaan sebesar 3,19.
Tabel 19.1
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia, 2015−2016
id
tingkat, yaitu dari rangking 115 menjadi rangking 111 dari 176 negara. Posisi
.
Indonesia ini berada di atas negara Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste. Namun
go
rangking Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia,
Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam dan Filipina. s.
p
Tabel 19.2
.b
2015−2016
w
2015 2016
//w
Negara IP-TIK/
IP-TIK/
ICT Development Rangking Rangking
s:
Secara umum, terjadi peningkatan IP-TIK dari tahun 2015 ke tahun 2016 untuk
semua provinsi. Di antara 34 provinsi di Indonesia, provinsi dengan IP-TIK
tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu 7,17 di tahun 2015 dan 7,41 di tahun 2016.
Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu sebesar 2,13 di
tahun 2015 dan 2,41 di tahun 2016.
IP-TIK 34 provinsi tahun 2015-2016 dikelompokkan menjadi kategori
berdasarkan kuartil nilai IP-TIK masing-masing tahun, yaitu tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah. Untuk nilai IP-TIK kategori tinggi pada tahun 2015
dan 2016 ditempati oleh 9 provinsi yang sama, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
Kalimantan Timur, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Banten, Sulawesi
Utara, dan Jawa Barat.
Gambar 19.1 Gambar 19.2
Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2015 Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2016
id
DKI Jakarta 7.17 DKI Jakarta 7.41
.
DI Yogyakarta 5.61 DI Yogyakarta 6.12
go
Kalimantan Timur 5.24 Kalimantan Timur 5.84
Kepulauan Riau 5.15 s. Bali 5.63
Bali 4.97 Kepulauan Riau 5.59
Kalimantan Utara 4.44 Kalimantan Utara 4.95
p
Banten 4.30 Banten 4.82
.b
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
POLA PERDAGANGAN
KOMODITAS STRATEGIS
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
20
s:
tp
ht
POLA
PERDAGANGAN
KOMODITAS
STRATEGIS
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
2. Pola utama distribusi perdagangan di
go
s.
Indonesia:
p
.b
Akhir.
w
Cabai merah: Petani --> Pedagang Pengepul --> Pedagang Grosir -->
//w
Bawang merah: Petani --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran -->
tp
Konsumen Akhir.
ht
Daging sapi:
o Jalur Produsen: Produsen --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran
--> Konsumen Akhir.
o Jalur Importir: Importir --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Daging ayam ras: Produsen --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Gambar 20. 1
Pola Distribusi Utama Perdagangan Beras di Indonesia
3. Pola utama distribusi perdagangan beras tahun 2016 terputus satu rantai.
Pendistribusian beras dari distributor ke pedagang eceran tidak lagi melalui agen.
id
Pengangkutan (MPP) beras secara nasional Pengangkutan (MPP) beras
.
secara nasional berdasarkan
go
berdasarkan Survei Pola Distribusi
Perdagangan 2017 sebesar 26,12 persen; Survei Pola Distribusi
s.
cabai merah 62,39 persen; bawang merah Perdagangan 2017 sebesar
p
26,12 persen; cabai merah
.b
Tabel 20.1
Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Nasional
Menurut Komoditas Tahun 2016
GLOSARIUM
id
.
go
ps.
.b
w
w
22
//w
s:
tp
GLOSARIUM
ht
INDEKS
DEMOKRASI
INDONESIA
2016
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
GLOSARIUM
1. Inflasi
id
Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices, dan
.
inflasi volatile goods.
go
a. Inflasi inti (core inflation) s.
Inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh
p
.b
barang/jasa inti sebanyak 751, antara lain: kontrak rumah, upah buruh, mie,
susu, mobil, sepeda motor, dan sebagainya.
s:
tp
PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
(produk) akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun
PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi.
PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
id
pengeluaran PDB. Secara teoritis, ketiga pendekatan ini akan menghasilkan nilai
.
go
PDB yang sama.
s.
Pertumbuhan ekonomi (y-on-y) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
p
harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama
.b
tahun sebelumnya.
w
w
Pertumbuhan ekonomi (q-to-q) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
//w
Pertumbuhan ekonomi (c-to-c) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
tp
PDB Perkapita adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
3. Ekspor-Impor
Total nilai ekspor adalah jumlah nilai Free on Board (FOB) seluruh barang-barang
ekspor yang keluar dari daerah pabean Indonesia.
Free on Board (FOB) adalah nilai barang sampai di pelabuhan muat setelah
barang dimuat ke kapal.
Total nilai impor adalah jumlah nilai Cost Insurance Freight (CIF) seluruh barang-
barang ekspor yang masuk ke daerah pabean Indonesia.
Cost Insurance Freight (CIF) adalah nilai barang ketika sampai di pelabuhan
bongkar (Indonesia), termasuk harga barang, ongkos angkut (freight) dan asuransi
(insurance). CIF = FOB + Insurance + Freight.
id
4. Upah Buruh
.
go
Upah Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang dilakukan.
p s.
Upah Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh,
.b
upah riil dihitung dari besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga
w
Konsumen (IHK).
w
//w
Pengumpulan data upah buruh tani dilakukan melalui Survei Harga Perdesaan
tp
dengan responden petani. Data upah buruh bangunan diperoleh dari Survei
ht
id
Konsumen Perdesaan adalah pedagang di pasar perdesaan.
.
go
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan
s.
indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani
p
.b
konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib),
w
Harga Produsen Gabah di Tingkat Petani adalah harga yang disepakati pada
waktu terjadinya transaksi antara petani dengan pedagang
pengumpul/tengkulak/pihak penggilingan yang ditemukan pada hari
dilaksanakannya observasi dengan kualitas apa adanya, sebelum dikenakan
ongkos angkut pasca panen.
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga gabah dalam negeri minimal
yang harus dibayarkan pemerintah melalui Bulog kepada petani dan penggilingan
sesuai dengan kualitas gabah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam SK
Inpres. Tujuan kebijakan penerapan HPP, selain untuk pengamanan cadangan
pemerintah, adalah sebagai insentif yang diberikan pemerintah kepada petani
padi dengan cara memberikan jaminan harga di atas harga keseimbangan.
Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 25,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 10,0 persen.
Gabah Kering Giling (GKG) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 14,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 3,0 persen.
Gabah Kualitas Rendah adalah gabah yang mengandung kadar air minimum 25,0
persen dan hampa/kotoran minimum 10,0 persen.
Kadar Air (KA) adalah jumlah kandungan air dalam butir gabah yang dinyatakan
dalam persentase dari berat basah.
Kadar Hampa (KH) adalah jumlah kandungan selain air, yang umumnya terdiri
atas butiran hampa dan kotoran, seperti butir gabah yang tidak berkembang,
pasir, kerikil, biji dan lainnya. Kadar Hampa dinyatakan dalam persentase dari
id
berat sampel gabah.
.
go
Survei Monitoring Harga Produsen Gabah dilaksanakan di 27 propinsi di
s.
Indonesia. Responden adalah petani produsen yang melakukan transaksi
p
penjualan gabah. Pencatatan harga dilaksanakan setiap bulan, tetapi saat panen
.b
raya (biasanya pada bulan Maret s.d. Mei dan Agustus) pencatatan harga
w
dilakukan setiap minggu. Panen dengan sistem tebasan tidak termasuk dalam
w
//w
pencatatan ini.
s:
Beras Kualitas Premium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken)
tp
maksimum 10 persen.
ht
Beras Kualitas Medium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 10,1-
20 persen.
Beras Kualitas Rendah adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 20,1 -
25 persen.
Butir Beras Patah/Pecah (Broken) adalah butir beras baik sehat maupun cacat
yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,25 bagian sampai dengan lebih kecil
0,75 bagian dari butir beras utuh.
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah angka indeks yang menggambarkan tingkat
perubahan harga di tingkat produsen. Pengguna data dapat memanfaatkan
perkembangan harga produsen sebagai indikator dini harga grosir maupun harga
eceran. Selain itu dapat juga digunakan untuk membantu penyusunan neraca
ekonomi (PDB/PDRB), distribusi barang, margin perdagangan, dan sebagainya.
Sesuai dengan Manual Producer Price Index (PPI), harga yang dikumpulkan adalah
basic price (harga dasar), yaitu harga yang diterima produsen tidak temasuk
pajak. IHP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi, dengan
tahun dasar 2010=100.
Pengumpulan harga dilakukan setiap bulan di 34 Provinsi. Responden yang dipilih
adalah produsen dengan penerimaan perusahaan yang cukup besar, sedangkan
komoditas yang dipilih adalah komoditas yang memberikan share besar terhadap
PDB nasional. Pengelompokan komoditas dalam IHP didasarkan pada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia
id
(KBKI).
.
go
B. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
s.
IHPB adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada
p
tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas-komoditas yang
.b
dalam negeri ataupun yang diekspor dan komoditas yang berasal dari impor.
w
//w
IHPB Konstruksi adalah salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk
s:
Tahun 2003, dan telah direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
105/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005, serta didukung oleh Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum No. 11/SE/M/2005 tanggal 16 Desember 2005.
Diagram timbang yang digunakan dalam penghitungan IHPB Konstruksi diambil
dari data Bill of Quantity (BoQ) kegiatan konstruksi.
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dihitung berdasarkan data dari Survei Tendensi Bisnis
(STB). Tujuan dari ITB adalah untuk menghasilkan suatu indikator dini yang dapat
menggambarkan kondisi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan
triwulan mendatang dari sisi pelaku usaha.
9. Industri
id
sampai dengan 4 (empat) orang.
.
go
10. Pariwisata s.
Data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari
p
.b
laporan Ditjen Imigrasi berupa laporan kedatangan dari luar negeri, yang meliputi
w
wisman dihitung berdasar jenis paspor untuk WNI dan jenis visa untuk WNA. Pada
//w
WNA pemegang KITAS yang sejak akhir 2014 sesuai peraturan Ditjen Imigrasi
tp
tidak hanya diberikan kepada WNA yang bekerja di Indonesia, tetapi juga dapat
diberikan kepada mereka yang berkunjung ke Indonesia dengan kategori
ht
lainnya), selain untuk bekerja dengan penduduk negara yang dikunjungi. Definisi
ini mencakup 2 (dua) kategori wisatawan mancanegara, yaitu:
id
b. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di
.
go
atas yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi
s.
(termasuk cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu
p
negara dengan kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di
.b
Data Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel diperoleh dari hasil Survei Hotel
w
//w
yang dilakukan setiap bulan terhadap seluruh hotel berklasifikasi bintang dan
sebagian (sampel) hotel non bintang di seluruh Indonesia. Data yang
s:
tamu yang datang (menginap) serta jumlah tamu yang keluar dari hotel setiap
ht
harinya.
Data transportasi diperoleh setiap bulan dari PT (Persero) Angkasa Pura I dan II,
Kantor Bandara yang dikelola Ditjen Perhubungan Udara, PT (Persero) KAI (Kantor
Pusat dan Divisi Jabodetabek), PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I s,d, IV, dan
Kantor Pelabuhan yang dikelola Ditjen Perhubungan Laut. Data yang disajikan
mencakup jumlah penumpang berangkat dan jumlah barang dimuat dalam
BPS melaporkan informasi nilai tukar eceran rupiah secara periodik. Statistik yang
dihasilkan dapat digunakan untuk melihat pengaruh nilai tukar transaksi besar
id
terhadap nilai tukar transaksi eceran, perkembangan nilai tukar rupiah transaksi
.
go
eceran, melengkapi informasi real-time yang beredar di internet, dan sebagainya.
s.
Mata uang asing yang dimonitor mencakup empat jenis, yaitu dolar Amerika
p
(USD), dolar Australia (AUD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR) dengan alasan
.b
Nilai Tukar (Kurs) adalah harga mata uang suatu negara yang diukur dalam mata
s:
Nilai Tukar Ecerah Rupiah adalah nilai mata uang rupiah yang diukur dalam mata
ht
Kurs Tengah adalah kurs rata-rata antara kurs beli dan kurs jual.
Money Changer adalah tempat pertukaran atau tempat jual beli mata uang
asing.
Spot rate adalah harga yang diberikan untuk suatu mata uang yang akan dibayar
dan diserahkan segera, dalam 1-2 hari kerja.
Swap adalah transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan
penjualan kembali secara berjangka, atau penjualan tunai dengan pembelian
kembali secara berjangka.
d. Jenis kekerasan yang dicakup pada SPHPN 2016 dibedakan menurut pelaku
id
kekerasan yaitu pasangan dan selain pasangan. Kekerasan yang dilakukan
.
pasangan meliputi: kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional,
go
kekerasan ekonomi, dan pembatasan aktivitas. Sedangkan kekerasan yang
s.
dilakukan selain pasangan meliputi: kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
p
.b
e. Responden adalah perempuan usia 15–64 tahun yang dipilih satu orang dari
tp
14. Ketenagakerjaan
Data diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan
di seluruh provinsi Indonesia baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Pengumpulan data berbasis sampel, dengan pendekatan rumah tangga. Estimasi
ketenagakerjaan mulai Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi
penduduk tahun 2010-2035.
Definisi yang digunakan antara lain:
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu, Kegiatan tersebut
termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
id
(kurang dari 35 jam seminggu), Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
.
go
Setengah Penganggur (Underemployment) adalah mereka yang bekerja di bawah
s.
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan
p
atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah
.b
pengangguran terpaksa).
w
w
Pekerja Paruh Waktu (Part time worker) adalah mereka yang bekerja di bawah
//w
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah
s:
pengangguran sukarela).
tp
ht
15. Kemiskinan
a. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
b. Garis Kemiskinan (GK) adalah total nilai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan. GK terdiri dari dua
komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Bukan-Makanan (GKBM).
id
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
.
go
garis kemiskinan.
s.
g. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran
p
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
.b
garis kemiskinan.
w
w
a. Gini Ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pengeluaran. Nilai Gini
s:
Ratio berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Gini Ratio yang semakin
tp
b. Ukuran Bank Dunia adalah salah satu ukuran ketimpangan yang mengacu
pada besarnya jumlah pengeluaran (proksi pendapatan) pada kelompok 40
persen penduduk terbawah. Adapun kriteria tingkat ketimpangan
berdasarkan ukuran Bank Dunia adalah sebagai berikut :
id
oleh pengeluaran per kapita disesuaikan.
.
go
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
s.
kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
p
.b
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25
w
mendatang.
tp
ht
. id
go
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks
pendidikan, dan indeks pengeluaran. s.
p
.b
w
w
//w
diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) yang dilakukan oleh BPS.
tp
di seluruh provinsi yang terdiri dari 170 kabupaten/kota (49 kota dan 121
kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga.
b. Analisis mengenai perilaku anti korupsi dalam survei ini hanya untuk
representasi level nasional.
c. IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama, yakni persepsi atau penilaian
masyarakat terhadap kebiasan yang mencerminkan nilai-nilai yang dipahami
maupun sikap diri terhadap korupsi dan pengalaman langsung pada jenis
layanan publik tertentu yang biasa diakses, menyangkut perilaku penyuapan
(bribery), pemerasan (extortion), nepotisme (nepotism).
d. Variabel penyusun IPAK dipilih dari sekumpulan pertanyaan pada kuesioner
SPAK 2017 menggunakan explanatory factor analysis.
e. Responden adalah kepala rumah tangga atau pasangannya yang dipilih
dengan acak (Tabel Kish) dan diwawancarai secara langsung (tatap muka)
dengan menggunakan metode CAPI (Computer Assisted Personal Interview).
19. Kependudukan
id
di masa lalu dan kebijakan pemerintah yang dilakukan berhubungan dengan
.
go
tingkat kelahiran di masa mendatang. Asumsi tingkat kematian dibuat
s.
berdasarkan tren tingkat kematian di masa lalu dan kebijakan pemerintah yang
p
dilakukan terkait dengan kesehatan. Asumsi migrasi, untuk proyeksi nasional
.b
yaitu seimbang antara yang keluar dan masuk. Sedangkan untuk proyeksi provinsi
w
dan pakar kependudukan. Hasil proyeksi ini digunakan sebagai dasar perencanaan
ht
id
Senang/Riang/Gembira, Perasaan Tidak Khawatir/Cemas, dan Perasaan Tidak
.
go
Tertekan), dan 6 indikator pada Dimensi Makna Hidup (Kemandirian, Penguasaan
s.
Lingkungan, Pengembangan Diri, Hubungan Positif dengan Orang Lain, Tujuan
p
Hidup, dan Penerimaan Diri).
.b
w
w
//w
demokrasi. Aspek demokrasi tersebut adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-
Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of
Democracy).
Dalam pengumpulan data digunakan 4 sumber data berupa : (1) review surat
kabar lokal), (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion
(FGD), dan (4) wawancara mendalam.
id
“buruk” (indeks < 60).
.
go
s.
22. Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (IP-TIK)
p
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) merupakan
.b
Data yang digunakan untuk penghitungan IP-TIK tahun 2015−2016 bersumber dari
Survei BPS, yaitu SUSENAS, dan data sekunder dari Kementerian Kominfo.
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) berguna untuk
membandingkan pembangunan TIK antarwaktu dan antarwilayah. IP-TIK dapat
id
menunjukkan kesenjangan digital serta potensi pembangunan dan pengembangan
.
go
TIK. p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
LAMPIRAN
//w
s:
tp
LAMPIRAN
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht