Anda di halaman 1dari 251

ht

tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id

JULI
2018
EDISI

98
Laporan Bulanan
Data Sosial Ekonomi
Juli 2018

ISSN: 2087-930X
Katalog: 9199017
No. Publikasi: 03220.1810

id
Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman: xx + 229 halaman

o.
Naskah: .g
ps
Badan Pusat Statistik
.b

Penyunting:
w

Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik


w
//w

Gambar Kulit:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
s:
tp

Dicetak Oleh:
Badan Pusat Statistik
ht

Diterbitkan Oleh:
©Badan Pusat Statistik

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan


sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat
Statistik
HEADLINES

HEADLINES
1. Inflasi
Pada Juni 2018 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen. Tingkat inflasi tahun kalender
2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap
Juni 2017) sebesar 3,12 persen.

2. Pertumbuhan PDB
 Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh
5,06 persen meningkat dibandingkan capaian triwulan I-2017 sebesar 5,01
persen.

id
 Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 dibanding triwulan sebelumnya

.
go
mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen (q-to-q).
s.
p
3. Ekspor
.b

 Nilai ekspor Mei 2018 sebesar US$16,12 miliar, naik 10,90 persen jika
w

dibanding ekspor April 2018 dan naik 12,47 persen dibanding ekspor Mei
w

2017.
//w

 Nilai ekspor nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar yang terdiri dari
s:

produk hasil pertanian US$0,31 miliar, hasil industri pengolahan US$11,74


tp

miliar, serta hasil tambang dan lainnya US$2,50 miliar.


ht

4. Impor
 Nilai impor Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, naik 9,17 persen dibanding
impor April 2018 dan naik 28,12 persen jika dibanding impor Mei 2017.
 Nilai impor menurut golongan penggunaan barang Mei 2018 mencakup
barang konsumsi sebesar US$1,73 miliar, bahan baku/penolong US$13,11
miliar, dan barang modal US$2,81 miliar.

5. Upah Buruh
 Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Mei 2018 naik masing-
masing sebesar 0,36 persen dan 0,14 persen dibanding upah nominal bulan
sebelumnya.
 Upah riil harian buruh tani Mei 2018 naik sebesar 0,17 persen dibanding upah
riil bulan sebelumnya, sedangkan upah riil harian buruh bangunan Mei 2018
turun 0,07 persen dibanding upah riil bulan sebelumnya.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 iii


HEADLINES

6. Nilai Tukar Petani (NTP), Inflasi Perdesaan dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga
Pertanian (NTUP)
 NTP Juni 2018 naik 0,05 persen dibanding Mei 2018.
 Pada Juni 2018, terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen.
 NTUP Juni 2018 naik 0,12 persen dibanding Mei 2018.

7. Harga Pangan
 Rata-rata harga beras Juni 2018 sebesar Rp 13.835,- per kg, turun 0,47 persen
dari bulan sebelumnya.
 Harga cabai rawit naik 8,12 persen; daging ayam ras naik 2,88 persen; ikan
kembung naik 1,57 persen; daging sapi naik 1,46 persen; sedangkan harga
telur ayam ras turun 3,66 persen; cabai merah turun 2,18 persen.

id
8. a. Indeks Harga Produsen

.
go
Indeks Harga Produsen (Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dan
Industri Pengolahan) pada Indeks Harga Produsen (IHP) triwulan I-2018 naik
s.
1,43 persen terhadap triwulan IV-2017 (q-to-q) dan naik 3,41 persen terhadap
p
.b

triwulan I-2017 (y-on-y).


w

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)


w

 IHPB Umum Nonmigas Juni 2018 naik sebesar 0,18 persen dibanding bulan
//w

sebelumnya.
s:

 Pada Mei 2018 IHPB Umum naik sebesar 0,70 persen dibanding bulan
tp

sebelumnya.
ht

9. Indeks Tendensi Bisnis dan Konsumen


 Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan I-2018 sebesar 106,28, menunjukkan
kondisi bisnis secara umum masih tumbuh walaupun optimisme pelaku bisnis
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (ITB triwulan IV-2017 sebesar
111,02).
 Pada triwulan II-2018, kondisi bisnis pada seluruh kategori lapangan usaha
diperkirakan masih tumbuh dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan optimisme pada triwulan I-2018, kecuali kondisi
pada kategori lapangan usaha Konstruksi yang diperkirakan masih mengalami
penurunan bisnis.
 Secara umum konsumen juga masih merasakan optimisme pada triwulan I-2018
(nilai indeks sebesar 103,83) walaupun tidak setinggi optimisme pada triwulan IV-
2017 (nilai indeks sebesar 107,00). Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi
konsumen masih mengalami perbaikan.

iv LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HEADLINES

 ITK Mendatang sebesar 116,38, menunjukkan kondisi ekonomi dan optimisme


konsumen diperkirakan mengalami perbaikan pada triwulan II-2018 jika
dibandingkan triwulan I-2018 (ITK sebesar 103,83).

10. Industri
 Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang
(IBS) triwulan I-2018 naik 5,01 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan
mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen dari triwulan IV-2017 (q-to-q).
 Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) triwulan I-2018 naik
5,25 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan naik 3,09 persen dari
triwulan IV-2017 (q-to-q).

11. Pariwisata

id
 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman selama Januari―Mei

.
go
2018 mencapai 6,17 juta kunjungan atau naik 11,89 persen dibandingkan
dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2017.
s.
 TPK Hotel Berbintang pada bulan Mei 2018 mencapai 53,86 persen atau turun
p
.b

2,21 poin dibanding TPK Mei 2017, dan juga mengalami penurunan 3,57 poin
w

dibandingkan TPK April 2018.


w
//w

12. Transportasi
 Jumlah penumpang angkutan udara domestik Mei 2018 turun 8,06 persen
s:

dibandingkan dengan bulan sebelumnya.


tp

 Jumlah penumpang angkutan udara internasional Mei 2018 turun 6,73 persen
ht

dibandingkan dengan bulan sebelumnya.


 Jumlah penumpang pelayaran dalam negeri Mei 2018 naik 2,27 persen
dibandingkan bulan sebelumnya.
 Jumlah penumpang kereta api Mei 2018 turun 0,76 persen dibandingkan
bulan sebelumnya.

13. Ketenagakerjaan
 Pada Februari 2018, jumlah penganggur sebanyak 6,87 juta orang dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,13 persen.
 Dalam setahun terakhir (Februari 2017−Februari 2018), jumlah penganggur
turun 140 ribu orang.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 v


HEADLINES

14. a. Kemiskinan September 2017


Jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58 juta orang
(10,12 persen), turun 1,19 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin
pada Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang (10,64 persen).

b. Ketimpangan Pengeluaran September 2017


Pada September 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia
yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,391. Angka ini menurun jika
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393 dan Gini
Ratio September 2016 yang sebesar 0,394.

15. Indeks Pembangunan Manusia


Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan yang ditandai

id
dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun

.
go
2017, IPM Indonesia telah mencapai 70,81, termasuk ke dalam IPM kategori
s.
“Tinggi”. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen
p
dibandingkan dengan IPM Indonesia pada tahun 2016 yang sebesar 70,18.
.b
w

16. Indeks Perilaku Anti Korupsi


w

 Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2017 sebesar 3,71 pada skala 0
//w

sampai 5. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar
s:

3,59.
tp

 Indeks Persepsi meningkat dari tahun 2015 ke 2017, dari 3,73 menjadi 3,81
ht

Sementara indeks pengalaman juga meningkat dari 3,39 pada tahun 2015
menjadi 3,60 pada tahun 2017.
 IPAK 2017 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan (3,86) lebih
tinggi dibanding di wilayah perdesaan (3,53).
 Pendidikan kemungkinan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti
korupsi. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi pendidikan maka
semakin tinggi IPAK, atau semakin tinggi pendidikan semakin anti korupsi.
IPAK 2017 untuk masyarakat berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,58, SLTA
sebesar 3,99, dan di atas SLTA sebesar 4,09.
 IPAK masyarakat dengan usia 40 sampai 59 tahun merupakan yang tertinggi
dibandingkan IPAK masyarakat usia kurang dari 40 tahun atau lebih dari 60
tahun. IPAK masyarakat usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,74, IPAK
masyarakat usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,71, sedangkan IPAK
masyarakat usia 60 tahun ke atas sebesar 3,62.

vi LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HEADLINES

17. Kependudukan
 Hasil proyeksi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang.
 Piramida Penduduk Indonesia tahun 2017 termasuk tipe expansive dengan
sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda.

18. Indeks Kebahagiaan


Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 sebesar 70,69 pada skala 0–100.

19. Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (IP-TIK)


 IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34, meningkat dibanding IP-TIK tahun

id
2015 sebesar 3,88, pada skala 0 -10.

.
 Dari 176 negara, posisi Indonesia mengalami peningkatan dari rangking

go
114 pada tahun 2015 menjadi 111 pada tahun 2016.
s.
 Indonesia termasuk dalam 10 besar most dynamic country untuk kenaikan
p
nilai IP-TIK dari 3,85 pada tahun 2015 menjadi 4,33 pada tahun 2016
.b

(International Telecommunication Union, dalam Measuring Information


w
w

Society Report 2017).


//w

 11 indikator IP-TIK disusun menjadi 3 subindeks penyusun IP-TIK, yaitu


subindeks akses dan infrastruktur, subindeks penggunaan, dan subindeks
s:

keahlian. Pada tahun 2016, nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks
tp

keahlian sebesar 5,54, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88
ht

serta subindeks penggunaan sebesar 3,19.


 IP-TIK level provinsi rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke
tahun 2016. Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI
Jakarta, yaitu 7,41. Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah
Papua, yaitu 2,41.

20. Pola Perdagangan Komoditas Strategis


 Pola utama distribusi perdagangan beras tahun 2016 terputus satu rantai.
Perdagangan beras dari distributor ke pengecer tidak lagi melalui agen.

 Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan
daging ayam ras dari produsen sampai ke konsumen akhir melibatkan dua
hingga tujuh pelaku usaha.
 Pola utama distribusi perdagangan di Indonesia:
 Beras: Produsen --> Distributor --> Pedagang Eceran --> Konsumen
Akhir.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 vii


HEADLINES

 Cabai merah: Petani --> Pedagang Pengepul --> Pedagang Grosir -->
Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
 Bawang merah: Petani --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran -->
Konsumen Akhir.
 Daging sapi:
o Jalur Produsen: Produsen --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran
--> Konsumen Akhir.
o Jalur Importir: Importir --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
 Daging ayam ras: Produsen --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
 Potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras terjadi di Provinsi
Maluku Utara, cabai merah di Sulawesi Tengah, bawang merah di Jawa
Tengah, daging sapi di DKI Jakarta, dan daging ayam ras di Maluku.
 Potensi pola terpendek distribusi perdagangan beras di Provinsi Nusa

id
Tenggara Timur, cabai merah di Bali, bawang merah di Bengkulu, daging sapi

.
go
di Sulawesi Utara, dan daging ayam ras di DI Yogyakarta.
 Persentase Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) beras secara
s.
nasional berdasarkan Survei Pola Distribusi Perdagangan 2017 sebesar 26,12
p
.b

persen; cabai merah 62,39 persen; bawang merah 43,56 persen; daging sapi
w

30,05 persen; dan daging ayam ras 25,54 persen.


w
//w
s:
tp
ht

viii LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KATA PENGANTAR

KATA
PENGANTAR
Buku Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ini diterbitkan setiap awal bulan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Data dan informasi yang dimuat tetap mengikuti perkembangan
data terbaru yang dihimpun dan dirilis BPS, yang merupakan hasil pendataan langsung
dan hasil kompilasi produk administrasi pemerintah yang dilakukan secara teratur
(bulanan, triwulanan, tahunan) oleh jajaran BPS di seluruh Indonesia.

Buku ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan penyusunan kebijakan dan evaluasi

id
kemajuan yang dicapai baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi. Buku Laporan

.
Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi Juli 2018 ini mencakup antara lain: perkembangan

go
bulanan inflasi (s.d. Juni 2018), perkembangan triwulanan pertumbuhan ekonomi (s.d.
s.
triwulan I-2018), ekspor-impor (s.d. Mei 2018), upah buruh (s.d. Mei 2018), nilai tukar
p
petani dan harga pangan (s.d. Juni 2018), harga produsen (s.d. triwulan I-2018) dan
.b

harga perdagangan besar (s.d. Juni 2018), perkembangan triwulanan indeks tendensi
w

bisnis dan konsumen (s.d. triwulan I-2018), perkembangan triwulanan indeks produksi
w

industri (s.d. triwulan I-2018), pariwisata (s.d. Mei 2018), transportasi (s.d. Mei 2018),
//w

ketenagakerjaan (s.d. Februari 2018), data kemiskinan dan tingkat ketimpangan


s:

pengeluaran penduduk Indonesia September 2017, indeks pembangunan manusia 2017,


tp

indeks perilaku anti korupsi Indonesia (IPAK) 2017, kependudukan Juni 2017, indeks
ht

kebahagiaan Indonesia 2017, indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi


(IP-TIK) 2015–2016, serta pola perdagangan komoditas strategis 2017.

Lebih lanjut, keseluruhan data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan statistik
resmi (official statistics) yang menjadi rujukan resmi bagi berbagai pihak yang
berkepentingan.

Apabila masih diperlukan data yang lebih luas dan spesifik untuk sektor tertentu,
dipersilahkan melihat publikasi BPS lainnya atau melalui website BPS:
http://www.bps.go.id.

Jakarta, 5 Juli 2018


Kepala Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia

Dr. Suhariyanto

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 ix


KATA PENGANTAR

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

x LBDSE Juli 2018 Edisi 98


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 xi


DAFTAR ISI

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xii LBDSE Juli 2018 Edisi 98


DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 xiii


DAFTAR TABEL

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xiv LBDSE Juli 2018 Edisi 98


DAFTAR TABEL

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 xv


DAFTAR TABEL

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xvi LBDSE Juli 2018 Edisi 98


DAFTAR TABEL

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 xvii


DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xviii LBDSE Juli 2018 Edisi 98


DAFTAR GAMBAR

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 xix


DAFTAR GAMBAR

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xx LBDSE Juli 2018 Edisi 98


FOKUS PERHATIAN

FOKUS
PERHATIAN
1. Pada Juni 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,59 persen

Pada Juni 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,59 persen. Dari 82 kota, semua kota
mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 2,71 persen
dengan IHK 146,13 dan terendah terjadi di Medan dan Pekanbaru masing-

id
masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 136,47 dan

.
134,60. Inflasi Juni 2018 yang sebesar 0,59 persen lebih rendah dibanding

go
kondisi Juni 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,69 persen. Tingkat inflasi
ps.
tahun kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun
.b

(Juni 2018 terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen.


w
w

2. Triwulan I-2018 perekonomian Indonesia tumbuh 5,06 persen


//w

Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 dibanding triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh


s:
tp

5,06 persen meningkat dibanding capaian triwulan I-2017 sebesar 5,01 persen.
ht

Dari sisi produksi pertumbuhan didukung oleh semua lapangan usaha.


Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi
sebesar 8,69 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan didukung oleh semua
komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi LNPRT sebesar 8,09 persen, diikuti Komponen Pembentukan Modal
Tetap Bruto sebesar 7,95 persen.

Sementara bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan


ekonomi Indonesia triwulan I-2018 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 0,42
persen. Dari sisi produksi, kontraksi disebabkan oleh penurunan pada beberapa
lapangan usaha. Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Indonesia
triwulan I-2018 antara lain disebabkan oleh penurunan pada Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah yang tumbuh sebesar minus 46,10 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 1


FOKUS PERHATIAN

3. Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai US$16,12 miliar, naik 12,47 persen
(year-on-year)

Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai US$16,12 miliar, naik 12,47 persen
jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year),
demikian juga jika dibanding ekspor April 2018 naik 10,90 persen. Nilai ekspor
nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar atau naik 11,58 persen
dibanding ekspor nonmigas Mei 2017. Sementara itu ekspor migas pada Mei
2018 naik 21,47 persen dibanding Mei tahun sebelumnya. Ditinjau menurut
sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2018 naik
sebesar 6,16 persen dibanding ekspor nonmigas hasil industri pengolahan

id
periode yang sama tahun 2017 dan ekspor nonmigas hasil tambang dan lainnya

.
go
naik 32,27 persen, sebaliknya ekspor nonmigas hasil pertanian turun 4,34
persen. s.
p
4. Nilai impor Indonesia Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, naik sebesar 28,12
.b

persen (year-on-year)
w
w

Nilai impor Indonesia Mei 2018 sebesar US$17,64 miliar, atau naik 9,17 persen
//w

dibanding impor April 2018, dan naik 28,12 persen jika dibandingkan dengan
s:

bulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor nonmigas Mei 2018 sebesar
tp

US$14,83 miliar atau naik 7,19 persen dibanding April 2018. Sementara impor
ht

migas Mei 2018 tercatat sebesar US$2,82 miliar, naik 20,95 persen jika
dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar
Mei 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik sebesar US$334,3 juta,
atau naik 15,19 persen dibanding April 2018 (US$2.200,5 juta). Negara asal
barang impor nonmigas terbesar Januari-Mei 2018 ditempati oleh Tiongkok
(US$18,36 miliar) dengan pangsa 27,87 persen.

5. Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Mei 2018 masing-
masing sebesar Rp52.052,00 dan Rp86.104,00

Rata-rata upah nominal buruh tani pada Mei 2018 sebesar Rp52.052,00, naik
0,36 persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil
naik sebesar 0,17 persen. Rata-rata upah nominal harian buruh bangunan
(tukang bukan mandor) pada Mei 2018 tercatat Rp86.104,00, naik 0,14 persen

2 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


FOKUS PERHATIAN

dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil turun sebesar
0,07 persen.

6. Nilai Tukar Petani (NTP) Juni 2018 tercatat 102,04, naik 0,05 persen dibanding
Mei 2018, inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen, dan Nilai Tukar Usaha
Rumah Tangga Pertanian (NTUP) naik sebesar 0,12 persen dibanding Mei
2018

NTP Juni 2018 tercatat 102,04 atau naik sebesar 0,05 persen dibanding NTP Mei
2018 sebesar 101,99. Kenaikan NTP bulan ini disebabkan naiknya NTP di empat
subsektor penyusun NTP yaitu Tanaman Pangan (0,09 persen), Tanaman
Hortikultura (0,01 persen), Peternakan (0,74 persen), dan Perikanan (0,68

id
persen). Sebaliknya, subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman

.
Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 0,78 persen.

go
s.
Pada Juni 2018 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen dengan Indeks
p
Konsumsi Rumah Tangga 137,99. Pada bulan ini terjadi inflasi perdesaan di 26
.b
w

provinsi dan deflasi perdesaan di 7 provinsi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di


w

Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 1,26 persen, sedangkan inflasi perdesaan


//w

terendah terjadi di Provinsi Bali sebesar 0,10 persen. Deflasi perdesaan


s:

tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,66 persen, sedangkan


tp

deflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar


ht

0,08 persen.

Pada Juni 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi
karena It mengalami kenaikan (0,36 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan
indeks BPPBM (0,24 persen). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di
empat subsektor yaitu Tanaman Pangan (0,17 persen), Tanaman Hortikultura
(0,08 persen), Peternakan (0,71 persen), dan Perikanan (0,91 persen).
Sedangkan NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar
0,68 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 3


FOKUS PERHATIAN

7. Rata-rata harga beras pada Juni 2018 sebesar Rp 13.835,00 per kg, turun 0,47
persen

Rata-rata harga beras pada Juni 2018 sebesar Rp 13.835,00 per kg, turun 0,47
persen dari bulan sebelumnya. Dibandingkan Juni 2017, harga beras naik 5,41
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun ke tahun periode yang
sama sebesar 3,12 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah
cabai rawit naik 8,12 persen; daging ayam ras naik 2,88 persen; ikan kembung
naik 1,57 persen; daging sapi naik 1,46 persen; sedangkan harga telur ayam ras
turun 3,66 persen; cabai merah turun 2,18 persen.

8. a. Indeks Harga Produsen (Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian,

id
dan Industri Pengolahan) triwulan I-2018 naik 1,43 persen terhadap

.
go
triwulan IV-2017 (q-to-q) dan naik 3,41 persen terhadap triwulan I-2017 (y-
on-y)
p s.
Indeks Harga Produsen (IHP) gabungan (Sektor Pertanian, Pertambangan
.b
w

dan Penggalian, dan Industri Pengolahan) mengalami kenaikan sebesar 1,43


w

persen pada triwulan IV-2017 (q-to-q). Kenaikan terjadi pada IHP Sektor
//w

Pertanian (1,83 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian (3,76


s:

persen), dan Sektor Industri Pengolahan (0,99 persen).


tp

Dibandingkan terhadap triwulan I-2017 (y-on-y), IHP naik 3,41 persen. IHP
ht

Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Industri


Pengolahan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,92 persen, 9,35
persen, dan 2,44 persen.

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nonmigas Juni 2018 naik
sebesar 0,18 persen dari bulan sebelumnya

IHPB Umum Nonmigas Juni 2018 naik sebesar 0,18 persen dari bulan
sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada Kelompok Barang Impor
Nonmigas sebesar 0,40 persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian naik
sebesar 0,20 persen, Sektor Industri naik sebesar 0,18 persen, Kelompok
Barang Ekspor Nonmigas naik sebesar 0,18 persen, dan Sektor Pertanian
naik sebesar 0,01 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, IHPB Umum Mei
2018 naik 0,70 persen. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Kelompok

4 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


FOKUS PERHATIAN

Barang Ekspor sebesar 2,29 persen. IHPB Kelompok Bahan


Bangunan/Konstruksi Juni 2018 naik sebesar 0,13 persen. Kenaikan indeks
terbesar terjadi pada jenis Bangunan Pekerjaan Umum untuk Jalan,
Jembatan, dan Pelabuhan sebesar 0,27 persen.

9. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2018 sebesar 106,28 dan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2018 sebesar 103,83.

Secara umum kondisi bisnis triwulan I-2018 membaik, namun optimisme pelaku
bisnis lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
triwulan I-2018 sebesar 106,28, menunjukkan kondisi bisnis secara umum
masih tumbuh walaupun optimisme pelaku bisnis lebih rendah dibandingkan

id
triwulan sebelumnya (ITB triwulan IV-2017 sebesar 111,02). Kondisi bisnis dan

.
go
optimisme pelaku bisnis yang masih baik pada triwulan I-2018 disebabkan oleh
s.
pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 106,62), peningkatan
p
.b

penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 108,71), dan


w

peningkatan rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 103,51).


w
//w

Kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis pada triwulan II-2018 diperkirakan
s:

meningkat dengan nilai ITB sebesar 109,33. Pada triwulan II-2018 kondisi bisnis
tp

pada seluruh kategori lapangan usaha diperkirakan masih tumbuh dengan tingkat
ht

optimisme pelaku bisnis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan optimisme pada
triwulan I-2018, kecuali kondisi pada kategori lapangan usaha Konstruksi yang
diperkirakan masih mengalami penurunan bisnis.

Kondisi ekonomi konsumen triwulan I-2018 membaik, namun optimisme


konsumen lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Secara umum konsumen
masih merasakan optimisme pada triwulan I-2018 (nilai indeks sebesar 103,83)
walau tidak setinggi optimisme pada triwulan IV-2017 (nilai indeks sebesar
107,00). Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi konsumen masih mengalami
perbaikan. Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada triwulan I-2018
didorong oleh meningkatnya pendapatan dan volume konsumsi rumah tangga
dengan nilai indeks masing-masing sebesar 101,35 dan 110,04. Selain itu,
tingkat inflasi yang terkendali menurut konsumen rumah tangga tidak banyak

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 5


FOKUS PERHATIAN

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat, ditunjukkan oleh indeks


sebesar 103,59.

ITK Mendatang sebesar 116,38 menunjukkan kondisi ekonomi dan optimisme


konsumen diperkirakan mengalami perbaikan pada triwulan II-2018 jika
dibandingkan triwulan I-2018 (ITK sebesar 103,83). Peningkatan kondisi
ekonomi dan optimisme konsumen triwulan II-2018 tersebut diperkirakan
disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan (nilai indeks sebesar 124,81).
Menurut konsumen rumah tangga, rencana untuk membeli barang tahan lama,
melakukan rekreasi, maupun menyelenggarakan hajatan juga mengalami
peningkatan, namun tidak setinggi peningkatan pendapatan. Hal ini ditunjukkan

id
dengan nilai indeks sebesar 101,61.

.
go
10. Pertumbuhan produksi IBS naik 5,01 persen dan IMK naik 5,25 persen pada
s.
triwulan I-2018 (year-on-year)
p
.b

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) triwulan I-


w

2018 naik 5,01 persen dibanding triwulan I-2017 (y-on-y), dan mengalami
w
//w

kenaikan sebesar 0,88 persen dari triwulan IV-2017 (q-to-q). Pertumbuhan


s:

bulanan produksi IBS pada Januari 2018 naik 8,51 persen dari Januari 2017,
tp

Februari 2018 naik 5,55 persen dari Februari 2017, dan Maret 2018 naik 1,13
ht

persen dari Maret 2017. Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK)
triwulan I-2018 naik 5,25 persen dibanding triwulan I-2018 (y-on-y), dan naik
3,09 persen dari triwulan IV-2017 (q-to-q).

11. Jumlah kunjungan wisman Mei 2018 mencapai 1,20 juta kunjungan

Kunjungan wisman ke Indonesia selama Mei 2018 sebanyak 1,20 juta


kunjungan, yang terdiri atas 802,83 ribu kunjungan melalui pintu udara, 190,85
ribu kunjungan melalui pintu laut, dan 207,14 ribu kunjungan dari pintu darat.

Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia


pada Mei 2018 mencapai 53,86 persen, atau mengalami penurunan sebesar
2,21 poin dibandingkan TPK Mei 2017.

6 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


FOKUS PERHATIAN

12. Jumlah penumpang angkutan udara domestik Mei 2018 mencapai 7,3 juta
orang, turun 8,06 persen (year-on-year)

Pada Mei 2018, jumlah penumpang angkutan udara domestik mencapai 7,3
juta orang atau naik 0,44 persen (year-on-year), angkutan udara internasional
naik 5,31 persen, penumpang pelayaran dalam negeri naik 32,07 persen, dan
penumpang kereta api naik 5,15 persen. Dibandingkan dengan April 2018,
angkutan udara domestik turun 8,06 persen, angkutan udara internasional
turun 6,73 persen, penumpang pelayaran dalam negeri naik 2,27 persen, dan
penumpang kereta api turun 0,76 persen.

13. Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53

id
juta orang, sementara jumlah penganggur turun 140 ribu orang, sehingga TPT

.
go
turun 0,20 persen poin
s.
TPT nasional mengalami penurunan jika dibanding setahun yang lalu, akan
p
tetapi terjadi peningkatan TPT yang cukup berarti pada jenjang pendidikan
.b

Diploma I/II/III (1,57 persen poin) dan Perguruan Tinggi (1,33 persen poin).
w
w

Selama setahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk bekerja, akan


//w

tetapi mereka yang bekerja kurang dari 15 jam perminggu juga meningkat
s:

sebanyak 1,10 juta orang, begitu pula mereka yang masuk kategori setengah
tp

penganggur naik sebanyak 210 ribu orang.


ht

14. a. Jumlah Jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58
juta orang (10,12 persen)

Dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta
orang (10,64 persen), penduduk miskin September 2017 turun sebesar 1,19
juta orang menjadi 26,58 juta orang (10,12 persen). Berdasarkan daerah
tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun
sebanyak 401,3 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi
10,27 juta orang pada September 2017). Sementara itu, di daerah
perdesaan turun sebanyak 786,9 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada
Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 7


FOKUS PERHATIAN

b. Pada September 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk


Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,391.

Gini Ratio September 2017 tercatat sebesar 0,391 turun 0,002 poin jika
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393 dan turun
0,003 poin dibanding September 2016 yang sebesar 0,394. Berdasarkan
daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September
2017 sebesar 0,404, turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar
0,407 dan Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,409. Sementara itu,
Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 0,320 sama
jika dibandingkan Gini Ratio Maret 2017 , namun naik jika dibanding Gini

id
Ratio September 2016 yang sebesar 0,316.

.
go
15. Sejak tahun 2016, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berstatus “Tinggi”
s.
Pada tahun 2017, IPM Indonesia telah mencapai 70,81. Angka ini meningkat
p
.b

sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan dengan IPM
w

Indonesia pada tahun 2016. Sejak tahun 2016, status pembangunan manusia di
w

Indonesia berstatus “tinggi”. Pada tahun 2017, sebanyak 14 provinsi telah


//w

mencapai status pembangunan manusia “tinggi” atau berada pada selang 70


s:

hingga 80, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
tp

Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,
ht

Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Bahkan, pada
tahun 2017 Provinsi DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi yang sudah
mencapai status pembangunan manusia “sangat tinggi” dengan IPM sebesar
80,06. Sementara itu, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat merupakan tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan
manusia paling cepat dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 1,79
persen, 1,25 persen, 1,17 persen.

16. Jumlah penduduk Indonesia Juni 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang

Hasil proyeksi penduduk Indonesia keadaan Juni 2017 menunjukkan penduduk


Indonesia berjumlah 261.890,9 ribu orang terdiri dari 131.579,2 ribu orang laki-
laki dan 130.311,7 ribu orang perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan
penduduk 2010–2017 sekitar 1,34 persen per tahun.

8 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


FOKUS PERHATIAN

17. Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017 sebesar 70,69

Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 berdasarkan hasil Survei Pengukuran


Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 70,69 pada skala 0–100. Indeks
Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 merupakan indeks komposit yang disusun
oleh tiga dimensi yang memiliki besaran kontribusi yang berbeda-beda, yaitu
Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) dengan besaran kontribusi sebesar 34,80
persen, Perasaan (Affect) dengan besaran kontribusi sebesar 31,18 persen, dan
Makna Hidup (Eudaimonia) dengan besaran kontribusi sebesar 34,02 persen.
Nilai indeks masing-masing dimensi Indeks Kebahagiaan adalah sebagai
berikut: (1) Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 71,07; (2) Indeks Dimensi

id
Perasaan (Affect) sebesar 68,59; dan (3) Indeks Dimensi Makna Hidup

.
go
(Eudaimonia) sebesar 72,23. Seluruh indeks dimensi diukur pada skala 0–100.
s.
18. IP-TIK Indonesia tahun 2016 mencapai nilai 4,34 pada skala 0-10
p
.b

IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 pada skala 0 – 10. Pada tahun 2016,
w

nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks keahlian sebesar 5,54, diikuti
w
//w

subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88 serta subindeks penggunaan


s:

sebesar 3,19.
tp

Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta, yaitu 7,41.
ht

Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu 2,41.

IP-TIK 34 provinsi tahun 2015-2016 dikelompokkan menjadi 4 kategori


berdasarkan kuartil nilai IP-TIK masing-masing tahun, yaitu tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah. Untuk nilai IP-TIK kategori tinggi pada tahun 2015
dan 2016 ditempati oleh 9 provinsi yang sama, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
Kalimantan Timur, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Banten, Sulawesi
Utara, dan Jawa Barat.

19. Pola utama distribusi perdagangan beras tahun 2016 terputus satu rantai.
Perdagangan beras dari distributor ke pengecer tidak lagi melalui agen.

Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan
daging ayam ras dari produsen sampai ke konsumen akhir melibatkan dua
hingga tujuh pelaku usaha.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 9


FOKUS PERHATIANINFLASI JUNI 2018

Pola utama distribusi perdagangan di Indonesia:


 Beras: Produsen --> Distributor --> Pedagang Eceran --> Konsumen
Akhir.
 Cabai merah: Petani --> Pedagang Pengepul --> Pedagang Grosir -->
Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
 Bawang merah: Petani --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran -->
Konsumen Akhir.
 Daging sapi:
 Jalur Produsen: Produsen --> Pedagang Grosir --> Pedagang
Eceran --> Konsumen Akhir.
 Jalur Importir: Importir --> Pedagang Eceran --> Konsumen
Akhir.
 Daging ayam ras: Produsen --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

10 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INFLASI JUNI 2018

INFLASI JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

1
s:
tp
ht

INFLASI
JUNI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 11


INFLASI JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

12 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INFLASI JUNI 2018

I. INFLASI JUNI 2018


1. Pada Juni 2018 terjadi Inflasi sebesar
0,59 persen. Dari 82 kota, semua kota
mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi Pada Juni 2018 terjadi
di Tarakan sebesar 2,71 persen dengan Inflasi sebesar 0,59 persen
IHK 146,13 dan terendah terjadi di
Medan dan Pekanbaru masing-masing
sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-
masing sebesar 136,47 dan 134,60. Inflasi Juni 2018 yang sebesar 0,59 persen
lebih rendah dibanding kondisi Juni 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,69

id
persen. Tingkat inflasi tahun kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat

.
go
inflasi tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen..

Gambar 1.1 s.
Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun
p
Gabungan 82 Kota, 2016–2018
.b
w

5.00
w
//w

4.00
s:

3.00
Persen

tp

2.00
ht

1.00

0.00

-1.00
Okt

Mar

Mar
Apr 2016
Mei

Jul

Sep

Des

Feb

Mei

Jul

Sep
Okt

Des
Jan 18
Feb

Mei
Jun 18
Agt
Jun

Nov

Jan 2017

Apr

Jun

Agu

Nov

Apr

Bulan ke Bulan Tahun Kalender Tahun ke Tahun

2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga, Inflasi umum (headline inflation)


terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks
kelompok bahan makanan sebesar 0,88 persen; makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau 0,40 persen; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,13
persen; sandang 0,36 persen; kesehatan 0,27 persen; pendidikan, rekreasi, dan
olahraga 0,07 persen; dan transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,50
persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 13


INFLASI JUNI 2018

3. Dari Inflasi 0,59 persen, andil tarif angkutan udara sebesar 0,15 persen; andil
ikan segar dan tarif angkutan antar kota masing-masing sebesar 0,08 persen;
andil daging ayam ras sebesar 0,03 persen; andil tarif sewa rumah sebesar 0,02
persen; andil ayam hidup, daging ayam kampung, daging sapi, ikan diawetkan,
kacang panjang, petai, tomat sayur, tomat buah, bawang merah, cabai rawit,
kelapa, nasi dengan lauk, rokok kretek, rokok kretek filter dan tarif kereta api
masing-masing sebesar 0,01 persen.

4. Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen, angka tersebut lebih rendah dibanding
kondisi Juni 2017 yang mengalami inflasi 0,69 persen. Tingkat inflasi tahun
kalender 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018
terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen

id
5. Menurut karakteristik perubahan harga, Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen

.
go
dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,24 persen;
s.
kenaikan indeks pada komponen yang harganya diatur pemerintah (administered
p
prices) 1,38 persen; dan kenaikan indeks pada komponen bergejolak (volatile)
.b

0,90 persen.
w
w

6. Inflasi Juni 2018 sebesar 0,59 persen berasal dari sumbangan inflasi komponen
//w

inti 0,13 persen, sumbangan inflasi komponen barang/jasa yang harganya


s:

diatur pemerintah 0,29 persen, dan sumbangan inflasi komponen bergejolak


tp

0,17 persen.
ht

7. Inflasi komponen inti Juni 2018 sebesar 0,24 persen, sedangkan inflasi tahun
kalender 2018 sebesar 1,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2018
terhadap Juni 2017) sebesar 2,72 persen.

8. Pada Mei 2018, Singapura menjadi negara yang mengalami Inflasi tertinggi
dibandingkan beberapa negara lain, yaitu 0,60 persen.

14 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INFLASI JUNI 2018

Tabel 1.1
Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Juni 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat
Tingkat
Inflasi Inflasi
IHK IHK Inflasi Andil
Kelompok IHK Juni Tahun
Juni Desember Tahun ke Inflasi
Pengeluaran Juni 2018 2018 1) Kalender
2017 2017 Tahun 3) (%)
(%) 2018 2)
(%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum (Headline) 129,72 131,28 133,77 0,59 1,90 3,12 0,59

1. Bahan Makanan 140,72 142,35 147,29 0,88 3,47 4,67 0,19


2. Makanan Jadi, 136,02 138,74 141,63 0,40 2,08 4,12 0,08
Minuman, Rokok,
dan Tembakau

id
3. Perumahan, Air, 126,84 127,93 129,21 0,13 1,00 1,87 0,03
Listrik, Gas, dan

.
go
Bahan Bakar
4. Sandang 116,40 117,95 120,55 0,36 2,20 3,57 0,02
5. Kesehatan 123,65 125,11
p s.
127,13 0,27 1,61 2,81 0,01
6. Pendidikan, 118,38 121,81 122,40 0,07 0,48 3,40 0,00
.b

Rekreasi, dan
w

Olahraga
7. Transpor, 129,64 129,68 132,14 1,50 1,90 1,93 0,26
w

Komunikasi, dan
//w

Jasa Keuangan
s:

1) Persentase perubahan IHK Juni 2018 terhadap IHK bulan Mei 2018.
tp

2) Persentase perubahan IHK Juni 2018 terhadap IHK Desember 2017.


3)
Persentase perubahan IHK Juni 2018 terhadap IHK Juni 2017.
ht

Tabel 1.2
Indeks Harga Konsumen, Tingkat Inflasi, dan Andil Inflasi Juni 2018
Menurut Komponen Perubahan Harga
(2012=100)

Tingkat
Tingkat
Inflasi Inflasi
IHK IHK IHK Inflasi Tahun
Juni Tahun Andil Inflasi
Komponen Juni Desember Juni Kalender
2018 ke (%)
2017 2017 2018 2017
(%) Tahun
(%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum 129,72 131,28 133,77 0,59 1,90 3,12 0,59

Inti 121,13 122,75 124,43 0,24 1,37 2,72 0,13


Harga Diatur 151,04 152,30 155,39 1,38 2,03 2,88 0,29
Pemerintah
Bergejolak 141,88 143,16 148,40 0,90 3,66 4,60 0,17

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 15


INFLASI JUNI 2018

Tabel 1.3
Tingkat Inflasi Nasional Bulan ke Bulan dan Kalender (persen)

Tingkat Inflasi Nasional (bulan ke bulan) Tingkat Inflasi Nasional (kalender)


Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2013 2014 2015 2016 2017 2018

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Januari 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62

Februari 0,75 0,26 -0,36 -0,09 0,23 0,17 1,79 1,33 -0,61 0,42 1,21 0,79

Maret 0,63 0,08 0,17 0,19 -0,02 0,20 2,43 1,41 -0,44 0,62 1,19 0,99

April -0,10 -0,02 0,36 -0,45 0,09 0,10 2,32 1,39 -0,08 0,16 1,28 1,09

Mei -0,03 0,16 0,50 0,24 0,39 0,21 2,30 1,56 0,42 0,40 1,67 1,30

Juni 1,03 0,43 0,54 0,66 0,69 0,59 3,35 1,99 0,96 1,06 2,38 1,90

id
Juli 3,29 0,93 0,93 0,69 0,22 6,75 2,94 1,90 1,76 2,60

.
go
Agustus 1,12 0,47 0,39 -0,02 -0,07 7,94 3,42 2,29 1,74 2,53

September -0,35 0,27 -0.05 0,22 0,13


ps.
7,57 3,71 2,24 1,97 2,66

Oktober 0,09 0,47 -0,08 0,14 0,01 7,66 4,19 2,16 2,11 2,67
.b
w

November 0,12 1,50 0,21 0,47 0,20 7,79 5,75 2,37 2,59 2,87
w

Desember 0,55 2,46 0,96 0,42 0,71 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
//w
s:

Tabel 1.4
tp

Tingkat Inflasi Nasional Tahun ke Tahun (persen)


ht

Bulan 2013:2012 2014:2013 2015:2014 2016:2015 2017:2016 2018:2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Januari 4,57 8,22 6,96 4,14 3,49 3,25


Februari 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83 3,18
Maret 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61 3,40
April 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17 3,41
Mei 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33 3,23
Juni 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37 3,12
Juli 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88
Agustus 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82
September 8,40 4,53 3,07 3,72
6,83
Oktober 8,32 4,83 3,31 3,58
6,25
November 8,37 6,23 4,89 3,58 3,30
Desember 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61

16 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INFLASI JUNI 2018

Tabel 1.5
Tingkat Inflasi Beberapa Negara, April–Mei 2018 (persen)

Bulan ke Bulan Tahun ke Tahun (Y-on-Y)


Negara
April Mei April Mei
2018 2018 2018 2018
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Indonesia 0,10 0,21 3,41 3,23


2. Malaysia 0,00 0,20 1,40 1,80
3. Filipina 0,50 0,00 4,50 4,60
4. Singapura -0,50 0,60 0,10 0,40
5. Vietnam 0,08 0,55 2,75 3,86
6. Cina -0,20 -0,20 1,80 1,80

id
7. Pakistan 1,80 0,50 3,70 4,20

.
go
8. Afrika Selatan 0,80 0,20 4,50 4,40
9. Inggris 0,38 s. 0,38 2,40 2,40
p
10. Amerika Serikat 0,40 0,40 2,50 2,80
.b

11. Brazil 0,22 0,40 2,76 2,86


w

*) revisi
w

Sumber: http://www.stats.gov.cn, http://www.dosm.gov.my, http://www.pbs.gov.pk,


//w

http://www.cencus.gov.ph, http://www.singstat.gov.sg, http://www.gso.gov.vn,


http://www.bls.gov, http://www.ibge.gov.br, https://www.ons.gov.uk,
s:

http://www.statssa.gov.za, dan www.bloomberg.com


tp

Gambar 1.2
ht

Tingkat Inflasi Beberapa Negara, Juni 2017–Mei 2018

2.50 Indonesia
2.00
Malaysia
1.50
Pilipina
persen

1.00
Singapura
0.50
Vietnam
0.00
Cina
-0.50

-1.00 Pakistan

-1.50 Afrika
Selatan
Apr
Sep

Feb

Mar
Agt

Jan 18
Jun 17

Nov

Des
Jul

Mei 18
Okt

Inggris

9.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 17


INFLASI JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

18 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

PDB DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI TRIWULAN I-2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

2
s:
tp
ht

PDB DAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
TRIWULAN I-2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 19


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

20 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWU LAN I-2018

II. PDB DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI TRIWULAN I-2018
1. Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 Triwulan I-2018,
dibandingkan triwulan I-2017 (y-on-y) perekonomian
tumbuh 5,06 persen dan dibandingkan Indonesia
tumbuh 5,06 persen
triwulan IV-2017 (q-to-q) mengalami
kontraksi sebesar 0,42 persen.

Gambar 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2017 s.d Triwulan I-2018 (persen)

id
6.00
5.01 5.01 5.06 5.19 5.06

.
go
5.00

4.00
p s.
4.01
3.00
.b

3.19
w

2.00
persen

1.00
//w

0.00
s:

Q1/17 Q2/17 Q3/17 Q4/17 Q1/18


-1.00 -0.30
tp

-0.42
ht

-2.00 -1.70
-3.00
q-to-q y-on-y

2. Dari sisi produksi pertumbuhan triwulan I-2018 (y-on-y) terjadi pada semua
lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi
dan Komunikasi sebesar 8,69 persen.

3. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), pertumbuhan ekonomi


dari sisi produksi diwarnai oleh faktor musiman Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan khususnya komoditas padi yang memasuki masa panen
raya. Fenomena ini menyebabkan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan tumbuh 16,36 persen. Selain itu, pertumbuhan juga terjadi pada
beberapa lapangan usaha lainnya seperti Industri Pengolahan, Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 21


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real
Estat; Jasa Perusahaan; dan Jasa Lainnya.

Gambar 2.2
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Triwulan I-2018 (persen)
17.50 16.36

12.50

8.59 8.69 8.42


8.04
7.35
7.50 6.05
5.54 5.78
4.96 4.38 4.81
4.50
3.14 3.58 3.23
persen

3.31
2.43
2.50

id
1.22 1.301.12 1.37 0.74
0.70 0.46 0.67

.
go
-0.60 -0.45
-1.18
-2.50 -2.47 -2.00

-4.60
p s.
-7.50
.b

-8.92
w

-11.36
w

-12.50
q-to-q y-on-y
//w

Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik & Gas
s:

Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan & Reparasi Transportasi & Pergudangan


Akomodasi dan Makan Minum Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi Real Estat
tp

Jasa Perusahaan Adm. Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan


Jasa Lainnya
ht

4. Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga
berlaku pada triwulan I-2018 mencapai Rp3.505,3 triliun, sedangkan PDB atas
dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.498,4 triliun.

5. Struktur ekonomi Indonesia triwulan I-2018 masih didominasi oleh Lapangan


Usaha Industri Pengolahan; diikuti Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; dan Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor dengan
peran masing-masing sebesar 20,27 persen, 13,26 persen dan 13,12 persen.
Selanjutnya Konstruksi; dan Pertambangan dan Penggalian memiliki peran
masing-masing sebesar 10,49 persen dan 8,03 persen. Peranan kelima lapangan
usaha tersebut mencapai 65,17 persen terhadap total PDB Indonesia.

22 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)

Triw I-2018 Triw I-2018 Sumber


Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Lapangan Usaha
Triw IV-2017 Triw I-2017 Triw I-2018
(q-to-q) (y-on-y) (y-on-y)
(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,36 3,14 0,40

2. Pertambangan dan Penggalian -0,60 0,74 0,06

3. Industri Pengolahan 0,70 4,50 0,97

4. Pengadaan Listrik dan Gas -2,47 3,31 0,04

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan -1,18 3,58 0,00


Daur Ulang
6. Konstruksi -4,60 7,35 0,72

id
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 0,46 4,96 0,66

.
go
dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan s. -0,45 8,59 0,35
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,67 5,54 0,17
p
.b

10. Informasi dan Komunikasi 1,22 8,69 0,44


w

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,43 4,38 0,18


w

12. Real Estat 1,30 3,23 0,10


//w

13. Jasa Perusahaan 1,12 8,04 0,14


s:

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan -8,92 5,78 0,19


tp

Jaminan Sosial Wajib


15. Jasa Pendidikan -11,36 4,81 0,14
ht

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -2,00 6,05 0,07

17. Jasa lainnya 1,37 8,42 0,15

NILAI TAMBAH BRUTO ATAS HARGA DASAR 0,98 4,93 4,78

PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK -30,61 9,28 0,28

PRODUK DOMESTIK BRUTO -0,42 5,06 5,06

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 23


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Tabel 2.2
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (triliun rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2010


Lapangan Usaha Triw I- Triw IV- Triw I- Triw I- Triw IV- Triw I-
2017 2017 2018 2017 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Kehutanan, dan 438,5 390,4 464,7 306,5 271,7 316,1


Perikanan
2. Pertambangan dan 255,7 276,3 281,5 193,4 196,1 194,9
Penggalian
3. Industri Pengolahan 661,8 696,8 710,6 511,1 530,4 534,1

4. Pengadaan Listrik dan Gas 38,8 42,5 41,9 24,8 26,3 25,6

5. Pengadaan Air, 2,4 2,5 2,5 1,9 2,0 2,0

id
Pengelolaan Sampah,

.
Limbah dan Daur Ulang

go
6. Konstruksi 329,9 380,9 367,8 233,9 263,2 251,1

7. Perdagangan Besar dan 425,3 451,6 460,0


p s. 317,3 331,5 333,1
Eceran; Reparasi Mobil
.b

dan Sepeda Motor


w

8. Transportasi dan 168,0 193,9 189,4 96,7 105,5 105,0


w

Pergudangan
//w

9. Penyediaan Akomodasi 94,3 99,4 100,4 72,9 76,4 76,9


dan Makan Minum
s:

10. Informasi dan Komunikasi 123,7 132,8 134,6 120,9 129,8 131,4
tp

11. Jasa Keuangan dan 138,3 144,1 149,1 97,6 99,4 101,8
ht

Asuransi
12. Real Estat 92,1 96,9 98,7 71,7 73,0 74,0
13. Jasa Perusahaan 56,9 61,9 63,4 41,7 44,5 45,0
14. Administrasi 114,2 139,3 122,7 78,0 90,6 82,5
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 100,8 125,8 108,4 71,5 84,6 75,0
16. Jasa Kesehatan dan 34,5 38,6 37,4 26,6 28,8 28,2
Kegiatan Sosial
17. Jasa lainnya 57,1 62,2 63,8 41,0 43,8 44,5

NILAI TAMBAH BRUTO 3 132,3 3 335,9 3 396,9 2 307,5 2 397,6 2 421,2


ATAS HARGA DASAR
PAJAK DIKURANG SUBSIDI 95,7 154,7 108,4 70,7 111,3 77,2
ATAS PRODUK
PRODUK DOMESTIK 3 228,0 3 490,6 3 505,3 2 378,2 2 508,9 2 498,4
BRUTO

24 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Tabel 2.3
Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)

Lapangan Usaha Triw I-2017 Triw IV-2017 Triw I-2018


(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,59 11,18 13,26


2. Pertambangan dan Penggalian 7,92 7,92 8,03
3. Industri Pengolahan 20,50 19,96 20,27

4. Pengadaan Listrik dan Gas 1,20 1,22 1,20


5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0,07 0,07 0,07
Daur Ulang
6. Konstruksi 10,22 10,91 10,49

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 13,18 12,94 13,12


dan Sepeda Motor

id
8. Transportasi dan Pergudangan 5,20 5,56 5,41

.
go
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,92 2,85 2,86
10. Informasi dan Komunikasi
p s.
3,83 3,80 3,84
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,28 4,13 4,25
.b

12. Real Estat 2,86 2,78 2,82


w

13. Jasa Perusahaan 1,76 1,77 1,81


w
//w

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 3,54 3,99 3,50


Jaminan Sosial Wajib
s:

15. Jasa Pendidikan 3,12 3,60 3,09


tp

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,07 1,11 1,07


ht

17. Jasa lainnya 1,77 1,78 1,82

NILAI TAMBAH BRUTO ATAS HARGA DASAR 97,03 95,57 96,91


PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 2,97 4,43 3,09
PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00

6. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 dibandingkan


dengan triwulan I-2017 (y-on-y) terjadi pada semua komponen. Komponen
Pengeluaran Konsumsi LNPRT tumbuh sebesar 8,09 persen, diikuti oleh
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto tumbuh sebesar 7,95 persen, yang
didorong oleh pertumbuhan barang modal jenis mesin dan perlengkapan. Ekspor
Barang dan Jasa tumbuh sebesar 6,17 persen, terutama karena ekspor barang
nonmigas yang tumbuh sebesar 8,03 persen. Pertumbuhan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,95 persen, didorong oleh pengeluaran untuk
kelompok restoran dan hotel, dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
juga tumbuh sebesar 2,73 persen. Sementara itu, sebagai komponen pengurang,
Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 12,75 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 25


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Gambar 2.3
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Triwulan I-2018 (persen)

16.0 12.75
8.09 7.95
4.95 6.17
6.0 0.10 0.97 2.73

-4.0 (1.03)
(4.86) (3.88)
-14.0

-24.0

-34.0

-44.0
(46.10)
-54.0

id
q-to-q y-on-y

.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT

go
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
Ekspor Barang & Jasa
p s. Dikurangi Impor Barang & Jasa
.b

7. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), kontraksi pertumbuhan


w

ekonomi dari sisi pengeluaran terutama disebabkan oleh penurunan pada


w
//w

Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh sebesar minus 46,10


persen, diikuti oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan Ekspor
s:

Barang dan Jasa masing-masing sebesar minus 4,86 persen dan minus 1,03
tp

persen. Sementara itu, Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT meningkat


ht

sebesar 0,97 persen dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,10
persen.

Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Jenis Pengeluaran (persen)

Sumber
Triw I-2018 Triw I-2018
Pertumbuhan
Komponen Terhadap Terhadap
Triw I-2018
Triw IV-2017 Triw I-2017
(y-on-y)
(1) (2) (3) (4)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0,10 4,95 2,72


2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,97 8,09 0,09
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -46,10 2,73 0,16
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -4,86 7,95 2,54
5. Perubahan Inventori - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa -1,03 6,17 1,36
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -3,88 12,75 2,49

PDB -0,42 5,06 5,06

26 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I-2018

Tabel 2.5
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Jenis Pengeluaran
(triliun rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2010


Komponen Triw I- Triw IV- Triw I- Triw I- Triw IV- Triw I-
2017 2017 2018 2017 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi 1 838,6 1 962,4 1 991,1 1 308,8 1 372,2 1 373,5


Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi 38,3 41,8 42,8 27,2 29,1 29,3
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 211,8 427,1 221,0 142,2 271,0 146,1
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 1 017,9 1 181,1 1 126,0 760,2 862,5 820,6
Tetap Bruto (PMTB)

id
5. Perubahan Inventori 98,7 -64,6 119,4 60,4 -31,0 68,8
6. Ekspor Barang dan Jasa 663,4 745,6 740,3 523,5 561,7 555,9

.
go
7. Dikurangi Impor Barang 603,2 744,0 728,8 464,5 544,9 523,7
dan Jasa s.
8. Diskrepansi Statistik -37,5 -58,8 -6,5 20,4 -11,7 27,9
p
.b

PDB 3 228,0 3 490,6 3 505,3 2 378,2 2 508,9 2 498,4


w
w

8. Struktur perekonomian Indonesia dari sisi pengeluaran pada triwulan I-2018


//w

didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan


s:

kontribusi terhadap PDB sebesar 56,80 persen. Komponen Pembentukan Modal


tp

Tetap Bruto, Ekspor, dan Impor Barang dan Jasa memberikan kontribusi masing-
ht

masing sebesar 32,12 persen, 21,12 persen, dan 20,79 persen.

Tabel 2.6
Struktur PDB Menurut Jenis Pengeluaran (persen)

Komponen Triw I-2017 Triw IV-2017 Triw I-2018


(1) (2) (3) (4)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 56,96 56,22 56,80


2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,19 1,20 1,22
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,56 12,23 6,31
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 31,53 33,84 32,12
5. Perubahan Inventori 3,06 -1,85 3,41
6. Ekspor Barang dan Jasa 20,55 21,36 21,12
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 18,68 21,31 20,79
8. Diskrepansi Statistik -1,17 -1,69 -0,19

PDB 100,00 100,00 100,00

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 27


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Gambar 2.4
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan I-2018 (persen)

6.02 2.50
21.54
8.24
3.03

58.67

. id
go
s.
Sumatera Jawa
p
.b
w

9. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2018 masih


w
//w

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi


terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,67 persen, kemudian diikuti oleh
s:

Pulau Sumatera sebesar 21,54 persen, Pulau Kalimantan 8,24 persen, dan Pulau
tp

Sulawesi 6,02 persen, dan sisanya 5,53 persen di pulau-pulau lainnya.


ht

Tabel 2.7
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional (persen)

2017
Wilayah/Pulau 2016 2017 Triw I-2018
Triw I Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Sumatera 22,02 21,66 21,91 21,63 21,54

2. Jawa 58,52 58,49 58,53 58,17 58,67

3. Bali & Nusa Tenggara 3,12 3,11 3,03 3,11 3,03

4. Kalimantan 7,86 8,20 8,33 8,22 8,24

5. Sulawesi 6,04 6,11 5,95 6,19 6,02

6. Maluku dan Papua 2,44 2,43 2,25 2,68 2,50

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

28 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

10. Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan I-2018 menurut kelompok
provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total
kontribusi sebesar 53,71 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta,
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masing-
masing sebesar 6,02 persen, 5,50 persen, 6,02 persen, dan 5,41 persen.

Tabel 2.8
Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Indonesia Secara Spasial Triwulan I-2018 (persen)

Pertumbuhan Kontribusi
Provinsi Terhadap
Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 34
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sumatera -0,68 4,37 4,37 100,00 21,54
01. Aceh -1,16 3,34 3,34 4,82 1,04

id
02. Sumatra Utara -0,41 4,73 4,73 22,90 4,93

.
03. Sumatra Barat -0,84 4,71 4,71 7,14 1,54

go
04. Riau -4,56 2,91 2,91 23,19 5,00
05. Jambi -1,96 4,66 s. 4,66 6,46 1,39
06. Sumatra Selatan 1,08 5,89 5,89 12,86 2,77
p
07. Bengkulu 0,45 5,08 5,08 2,06 0,44
.b

08. Lampung 6,47 5,16 5,16 10,42 2,24


09. Kep. Bangka Belitung -0,34 2,46 2,46 2,29 0,49
w

10. Kepulauan Riau -0,93 4,47 4,47 7,85 1,69


w

Jawa 0,77 5,78 5,78 100,00 58,67


11. DKI Jakarta 0,51 6,02 6,02 29,94 17,56
//w

12. Jawa Barat 0,90 6,02 6,02 22,10 12,97


13. Jawa Tengah 2,00 5,41 5,41 14,70 8,63
s:

14. DI Yogyakarta 0,34 5,36 5,36 1,47 0,86


tp

15. Jawa Timur 0,38 5,50 5,50 24,79 14,55


16. Banten 0,26 5,95 5,95 6,98 4,10
ht

Bali dan Nusa Tenggara -2,90 3,74 3,74 100,00 3,03


17. Bali 0,09 5,68 5,68 51,63 1,56
18. Nusa Tenggara Barat -6,10 -0,33 -0,33 27,22 0,82
19. Nusa Tenggara Timur -5,11 5,19 5,19 21,15 0,64
Kalimantan -0,02 3,25 3,25 100,00 8,24
20. Kalimantan Barat -0,22 5,11 5,11 15,81 1,30
21. Kalimantan Tengah 2,31 4,62 4,62 11,43 0,94
22. Kalimantan Selatan -3,96 5,01 5,01 13,41 1,11
23. Kalimantan Timur 0,66 1,77 1,77 52,36 4,31
24. Kalimantan Utara -0,23 5,56 5,56 6,99 0,58
Sulawesi -3,14 6,83 6,83 100,00 6,02
25. Sulawesi Utara -11,84 6,68 6,68 12,51 0,75
26. Sulawesi Tengah -2,30 6,62 6,62 16,10 0,97
27. Sulawesi Selatan 0,27 7,41 7,41 50,11 3,02
28. Sulawesi Tenggara -6,49 5,76 5,76 12,44 0,75
29. Gorontalo 2,07 6,19 6,19 4,23 0,25
30. Sulawesi Barat -8,15 5,65 5,65 4,61 0,28
Maluku dan Papua -6,65 18,42 18,42 100,00 2,50
31. Maluku -1,66 5,25 5,25 11,44 0,29
32. Maluku Utara -0,10 7,98 7,98 9,51 0,24
33. Papua Barat -3,61 5,69 5,69 21,02 0,53
34. Papua -9,42 28,93 28,93 58,03 1,45

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 29


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

11. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2017 meningkat sebesar 5,07
persen terjadi pada semua lapangan usaha ekonomi. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar
9,81 persen, diikuti oleh Jasa Lainnya dan Transportasi dan Pergudangan yang
tumbuh masing-masing sebesar 8,66 persen dan 8,49 persen.

Gambar 2.5
Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2014–2017 (persen)

8.00

7.00

6.00
5.03 5.07

id
5.01 4.88
persen

5.00

.
4.00
go
p s.
3.00
.b
w

2.00
w

2014 2015 2016 2017


//w

Laju Pertumbuhan PDB


s:
tp

12. Tahun 2017, Lapangan Usaha Industri Pengolahan masih memberikan kontribusi
ht

terbesar terhadap total perekonomian sebesar 20,16 persen diikuti Pertanian,


Kehutanan, dan Perikanan sebesar 13,14 persen dan Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,01 persen.

13. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2017 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
13.588,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2010) mencapai Rp
9.912,7 triliun.

14. Pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,07 persen ditopang oleh semua
Komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 9,09 persen, terutama barang nonmigas sebesar 10,65 persen, dan
diikuti oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 6,91 persen, serta
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 6,15 persen
terutama barang modal jenis mesin dan perlengkapan serta barang modal jenis
peralatan lainnya, masing-masing tumbuh sebesar 9,51 persen, dan 9,26 persen.

30 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015–2017 (persen)

Laju Pertumbuhan1 Distribusi2


Lapangan Usaha
2015 2016 2017 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian, Kehutanan dan 3,75 3,36 3,81 13,49 13,47 13,14
A
Perikanan
Pertambangan dan -3,42 0,95 0,69 7,65 7,18 7,57
B
Penggalian
C Industri Pengolahan 4,33 4,26 4,27 20,99 20,51 20,16
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,90 5,39 1,54 1,13 1,15 1,19
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah, dan Daur 7,07 3,60 4,61 0,08 0,07 0,07
Ulang
F Konstruksi 6,36 5,22 6,79 10,21 10,38 10,38
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi dan 2,54 4,03 4,44 13,30 13,18 13,01
G
Perawatan Mobil dan Sepeda

id
Motor
Transportasi dan

.
H 6,71 7,45 8,49 5,02 5,20 5,41

go
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan 4,31 5,17 5,55 2,96 2,93 2,85
I
Makan Minum s.
J Informasi dan Komunikasi 9,70 8,88 9,81 3,52 3,62 3,80
p
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,58 8,90 5,48 4,03 4,19 4,20
.b

L Real Estat 4,11 4,69 3,68 2,84 2,82 2,79


w

M,N Jasa Perusahaan 7,69 7,36 8,44 1,65 1,71 1,75


w

Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 4,63 3,19 2,06 3,90 3,87 3,70
//w

Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 7,33 3,80 3,66 3,36 3,37 3,29
s:

Jasa Keesehatan dan Kegiatan 6,69 5,15 6,79 1,07 1,07 1,07
Q
Sosial
tp

R,S,T,U Jasa Lainnya 8,08 8,02 8,66 1,65 1,70 1,76


ht

NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 4,17 4,57 4,76 96,85 96,42 96,14
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 32,55 19,20 13,38 3,15 3,58 3,86
PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,88 5,03 5,07 100,00 100,00 100,00
1) Atas dasar harga konstan 2010
2) Atas dasar harga berlaku

Tabel 2.10

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 31


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2015–2017 (triliun rupiah)

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2010


Lapangan Usaha
2015 2016 2017 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan dan 1 555,2 1 671,3 1 785,9 1 171,4 1 210,8 1 256,9
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 881,7 890,9 1 028,8 767,3 774,6 779,9

C Industri Pengolahan 2 418,9 2 545,2 2 739,4 1 934,5 2 016,9 2 103,1


D Pengadaan Listrik dan Gas 129,8 142,3 162,4 94,9 100,0 101,5
E Pengadaan Air, Pengelolaan 8,5 8,9 9,7 7,4 7,6 8,0
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 1 177,1 1 287,7 1 409,8 879,2 925,1 987,9
G Perdagangan Besar dan Eceran; 1 532,9 1 635,3 1 767,7 1 207,2 1 255,8 1 311,5
Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 578,5 645,0 735,2 348,8 374,8 406,7
I Penyediaan Akomodasi dan 341,5 363,1 387,5 268,9 282,8 298,5

id
Makan Minum

.
J Informasi dan Komunikasi 406,0 449,2 515,9 421,8 459,2 504,3

go
K Jasa Keuangan dan Asuransi 464,4 520,1 571,1 347,3 378,2 398,9
L Real Estat 327,6 350,5 s. 379,8 267,0 279,5 289,8
M,N Jasa Perusahaan 190,3 211,6 238,2 148,4 159,3 172,8
p
O Administrasi Pemerintahan, 449,4 479,8 502,2 310,0 319,9 326,5
Pertahanan dan Jaminan Sosial
.b

Wajib
w

P Jasa Pendidikan 387,6 418,3 446,8 283,0 293,8 304,5


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 123,2 132,5 145,0 97,5 102,5 109,4
w

R,S,T,U Jasa Lainnya 190,6 211,5 239,1 144,9 156,5 170,1


//w

NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 11 163,2 11 963,2 13 064,5 8 699,5 9 097,3 9 530,3
s:

PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 363,1 443,6 524,3 283,0 337,3 382,4
tp

PRODUK DOMESTIK BRUTO 11 526,3 12 406,8 13 588,8 8 982,5 9 434,6 9 912,7


ht

Tabel 2.11
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun 2015–2017 (persen)

Laju Pertumbuhan1 Distribusi2


Komponen
2015 2016 2017 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pengeluaran Konsumsi
4,96 5,01 4,95 56,31 56,62 56,13
Rumah Tangga
2 Pengeluaran Konsumsi
-0,62 6,64 6,91 1,14 1,16 1,18
LNPRT
3 Pengeluaran Konsumsi
5,31 -0,14 2,14 9,75 9,54 9,10
Pemerintah
4 Pembentukan Modal Tetap
5,01 4,47 6,15 32,81 32,56 32,16
Bruto (PMTB)
5 Perubahan Inventori - - - 1,25 1,28 1,28
6 Ekspor Barang dan Jasa -2,12 -1,57 9,09 21,16 19,12 20,37
7 Dikurangi Impor Barang dan
-6,25 -2,45 8,06 20,78 18,32 19,17
Jasa
PDB 4,88 5,03 5,07 100,00 100,00 100,00
1) Atas dasar harga konstan 2010
2) Atas dasar harga berlaku

32 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

15. Tahun 2017, Komponen Konsumsi Rumah Tangga masih memberikan kontribusi
terbesar terhadap total perekonomian sebesar 56,13 persen, diikuti Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 32,16 persen, Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 20,37 persen. Sedangkan Komponen Konsumsi Pemerintah
memiliki peran sebesar 9,10 persen.

Tabel 2.12
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran
Tahun 2015–2017 (triliun rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan


Atas Dasar Harga Berlaku
Jenis Pengeluaran 2010
2015 2016 2017 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran Konsumsi
1 6,490,9 7,025,0 7,627,0 4,881,6 5,126,0 5.379,5
Rumah Tangga

id
Pengeluaran Konsumsi
2 131,0 144,5 160,6 98,8 105,4 112,6

.
LNPRT

go
Pengeluaran Konsumsi
3 1,123,8 1,183,6 1,236,9 775,4 774,3 790,9
Pemerintah s.
Pembentukan Modal Tetap
4 3,782,0 4,040,2 4,370,6 2,911,4 3,041,6 3.228,7
Bruto (PMTB)
p
5 Perubahan Invenntori 144,2 158,8 174,5 112,8 133,4 115,4
.b

6 Ekspor Barang dan Jasa 2,439,0 2,372,3 2,768,1 2,004,5 1,973,0 2.152,4
w

Dikurangi Impor Barang dan


7 2,394,9 2,272,7 2,604,4 1,862,9 1,817,4 1,963,8
Jasa
w

Diskrepansi Statistik -189,6 -245,1 -144,5 61,0 98,3 97,0


//w

PDB 11,526,3 12,406,8 13,588,8 8,982,5 9,434,6 9,912,7


s:

16. Dalam kurun waktu 2012-2017, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
tp

mengalami peningkatan, dari Rp35,1 juta pada tahun 2012 menjadi Rp51,9 juta
ht

pada tahun 2017.

Tabel 2.13
PDB Per Kapita Indonesia Tahun 2012–2017

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PDB Per Kapita


Atas Dasar Harga
Berlaku
a. Nilai (juta
35,1 38,4 41,9 45,1 48,0 51,9
rupiah)
b. Indeks
Peningkatan 8,47 9,29 9,25 7,64 6,29 8,19
(persen)
c. Nilai (US$) 3 740,9 3 666,8 3 531,9 3 372,9 3 605,1 3 876,8

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 33


PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I -2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

34 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


EKSPOR MEI 2018

EKSPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

3
s:
tp
ht

EKSPOR
MEI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 35


EKSPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

36 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


EKSPOR MEI 2018

III. EKSPOR MEI 2018


1. Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai
US$16,12 miliar, atau naik 10,90 persen
Nilai ekspor Mei 2018
dibanding ekspor April 2018. Demikian
mencapai US$16,12 miliar,
juga dibanding Mei 2017, ekspor naik
naik 12,47 persen
12,47 persen.

Gambar 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB)

id
Mei 2016–Mei 2018

.
go
18 000
16 000
p s.
14 000
.b

12 000
w
juta US$

10 000
w

8 000
//w

6 000
s:

4 000
tp

2 000
0
ht

Mei

Mei
Jan'18
Sep

Jan'17
Feb

Sep

Feb
Nov

Nov
Apr

Apr
Mei'16

Okt

Des

Okt

Des
Mar

Mar
Jul

Jul
Jun

Jun

Agt
Agt

Migas Nonmigas Migas+Nonmigas

2. Ekspor nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar,


naik 9,25 persen dibanding ekspor nonmigas April 2018, sementara dibanding ekspor
Mei 2017, naik 11,58 persen.
3. Secara kumulatif nilai ekspor Januari–Mei 2018 mencapai US$74,93 miliar atau naik
9,65 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2017. Demikian juga ekspor
nonmigas naik 9,81 persen atau mencapai US$68,09 miliar.
4. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Mei 2018 terhadap April 2018 terjadi pada
timah sebesar US$177,5 juta (200,74 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi
pada perhiasan/permata sebesar US$88,0 juta (16,83 persen).
5. Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2018 naik
sebesar 6,16 persen dibanding ekspor hasil industri pengolahan periode yang sama
tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 32,27 persen,

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 37


EKSPOR MEI 2018

sementara ekspor hasil pertanian turun 4,34 persen.


6. Ekspor nonmigas Mei 2018 terbesar adalah ke Tiongkok, yaitu US$2,09 miliar, disusul
Amerika Serikat US$1,57 miliar dan Jepang US$1,40 miliar, dengan kontribusi
ketiganya mencapai 34,82 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar
US$1,74 miliar.
7. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Mei 2018
berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$12,84 miliar (17,14 persen), diikuti Jawa Timur
sebesar US$8,02 miliar (10,70 persen) dan Kalimantan Timur sebesar U$7,45 miliar
(9,94 persen).

Tabel 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (juta US$) dan Perubahannya (%)
Januari–Mei 2018

. id
go
Nilai FOB Perubahan (%) Peran thd
Mei’18 Mei’18 Jan–Mei’18 total
Uraian Mei Jan–Mei April Mei
s.
Jan–Mei thd thd thd ekspor
Jan–Mei
2017r 2017r 2018 2018* 2018* Mei’17 Apr’18 Jan–Mei’17
p
2018 ( %)
(y-on-y) (m-to-m) (y-on-y)
.b

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
w
w

Total Ekspor 14 333,9 68 335,7 14 537,2 16 121,2 74 931,3 12,47 10,90 9,65 100,00
//w

Migas 1 294,4 6 334,1 1 220,7 1 572,3 6 845,4 21,47 28,80 8,07 9,14
Industri pengolahan
s:

157,3 742,9 143,9 137,9 636,2 -12,33 -4,21 -14,37 0,85


hasil minyak
tp

Pengadaan gas 3,0 35,6 19,2 16,0 56,0 442,21 -16,46 57,20 0,08
Pertambangan 1 134,1 5 555,6 1 057,6 1 418,4 6 153,2 25,06 34,12 10,76 8,21
ht

- Minyak mentah 401,0 2 127,8 287,1 522,2 2 033,9 30,21 81,90 -4,41 2,71
- Gas 733,1 3 427,8 770,5 896,2 4 119,3 22,24 16,31 20,18 5,50

Nonmigas 13 039,5 62 001,6 13 316,5 14 548,9 68 085,9 11,58 9,25 9,81 90,86
Pertanian 314,9 1 444,5 298,4 1 381,8 -1,78 3,65 -4,34 1,84
309,3
Industri pengolahan 10 767,9 51 294,7 10 677,9 11 735,3 54 452,7 8,98 9,90 6,16 72,67
Pertambangan dan
lainnya 1 956,7 9 262,4 2 340,2 2 504,3 12 251,4 27,99 7,01 32,27 16,35

38 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


EKSPOR MEI 2018

Tabel 3.2
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (juta US$) dan Perubahannya (%)
Triwulanan 2017–2018
Perubahan Triwulan (%)
Nilai FOB
II'17 III'17 IV'17 I'18 I'18
Uraian
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I thd thd thd thd thd
2017r 2017r 2017r 2017r 2018 I'17 II'17 III'17 IV'17 I'17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Total Ekspor 40 732,1 39 264,9 43 379,3 45 451,8 44 272,9 -3,60 10,48 4,78 -2,59 8,69

Migas 4 003,4 3 606,9 3 853,6 4 280,4 4 052,5 -9,90 6,84 11,08 -5,32 1,23
Industri
pengolahan hasil 438,5 399,8 415,4 389,3 354,3 -8,82 3,90 -6,28 -8,99 -19,20
minyak
Pengadaan gas 26,9 11,7 15,2 21,8 20,9 -56,34 29,29 43,71 -4,41 -22,46
Pertambangan 3 538,0 3 195,4 3 423,0 3 869,3 3 677,3 -9,69 7,12 13,04 -4,96 3,94

id
-Minyak mentah 1 424,7 1 155,1 1 248,6 1 526,5 1 224,7 -18,93 8,09 22,26 -19,77 -14,04

.
go
-Gas 2 113,3 2 040,3 2 174,4 2 342,8 2 452,6 -3,46 6,57 7,74 4,69 16,05
Nonmigas 36 728,7 35 658,0 39 525,7 41 171,4 40 220,4 s. -2,92 10,85 4,16 -2,31 9,51
Pertanian 851,7 860,3 1 017,2 941,8 774,0 1,03 18,24 -7,41 -17,82 -9,11
p
Industri
30 644,6 29 169,3 32 438,2 32 851,2 32 039,5 -4,81 11,21 1,27 -2,47 4,55
.b

pengolahan
Pertambangan dan
w

5 232,6 5 628,4 6 070,3 7 378,4 7 406,9 7,56 7,85 21,55 0,39 41,55
lainnya
w
//w

Tabel 3.3
Nilai Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit (juta US$) dan Perubahannya (%)
s:

Januari–Mei 2018
tp

Nilai FOB Perubahan Nilai FOB Peran thd


Perubahan total ekspor
ht

Golongan Barang (HS) April Mei Jan–Mei Jan–Mei


Nilai (%) (%) Jan–Mei
2018 2018* 2017r 2018* 2018(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Lemak dan minyak hewani/nabati (15) 1 624,6 1 583,5 -41,1 -2,53 9 928,0 8 373,2 -15,66 12,30
2. Mesin/peralatan listrik (85) 679,2 779,6 100,4 14,79 3 498,2 3 554,1 1,60 5,22
3. Karet dan barang dari karet (40) 605,8 584,2 -21,6 -3,57 3 610,5 2 838,0 -21,40 4,17
4. Perhiasan/permata (71) 522,9 434,9 -88,0 -16,83 2 279,2 2 713,9 19,07 3,99
5. Bijih, kerak, dan abu logam (26) 474,1 571,6 97,5 20,56 1 107,7 2 404,4 117,06 3,53
6. Besi dan baja (72) 364,0 530,2 166,2 45,67 1 066,5 2 149,2 101,52 3,16
7. Barang-barang rajutan(61) 289,2 399,3 110,1 38,09 1 481,0 1 656,1 11,82 2,43
8. Bubur kayu/pulp (47) 224,0 188,0 -36,0 -16,08 767,4 1 077,0 40,35 1,58
9. Timah (80) 88,4 265,9 177,5 200,74 630,4 710,9 12,78 1,04
10. Kapal laut (89) 14,5 4,2 -10,3 -71,41 148,2 96,6 -34,82 0,14
Total 10 Golongan Barang 4 886,7 5 341,4 454,7 9,30 24 517,1 25 573,4 4,31 37,56
Lainnya 8 429,8 9 207,5 777,7 9,23 37 484,5 42 512,5 13,41 62,44
Total Ekspor Nonmigas 13 316,5 14 548,9 1 232,4 9,25 62 001,6 68 085,9 9,81 100,00

Tabel 3.4

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 39


EKSPOR MEI 2018

Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan (juta US$) dan Perubahannya (%)
Januari–Mei 2018
Nilai FOB (juta US$) Perubahan Nilai FOB (juta US$) Peran thd
Perubahan total ekspor
Negara Tujuan April Mei Jan–Mei Jan–Mei
Nilai (%) (%) Jan–Mei 2018
2018 2018* 2017r 2018* (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

ASEAN 2 995,2 3 108,3 113,1 3,78 13 217,7 14 704,8 11,25 21,60


1 Singapura 782,1 743,7 -38,4 -4,91 3 723,2 3 968,4 6,58 5,83
2 Malaysia 690,5 666,1 -24,4 -3,53 2 895,2 3 218,1 11,15 4,73
3 Thailand 482,5 567,2 84,7 17,56 2 195,7 2 512,2 14,41 3,69
ASEAN Lainnya 1 040,1 1 131,3 91,2 8,77 4 403,6 5 006,1 13,68 7,35

Uni Eropa 1 384,6 1 740,1 355,5 25,68 6 839,5 7 411,8 8,37 10,89
4 Jerman 216,2 270,4 54,2 25,09 1 083,1 1 145,7 5,79 1,68
5 Belanda 322,8 403,6 80,8 25,02 1 665,6 1 701,4 2,15 2,50
6 Italia 165,1 188,3 23,2 14,03 832,8 848,0 1,82 1,25

id
Uni Eropa Lainnya 680,5 877,8 197,3 29,00 3 258,0 3 716,7 14,08 5,46

.
go
Negara Utama Lainnya 6 746,1 7 372,8 626,7 9,29 31 051,8 35 005,5 12,73 51,41
7 Tiongkok 1 814,4 2 093,3 278,9 15,37 7 799,9 10 245,5 31,35 15,05
8 Jepang 1 391,8 1 399,1 7,3 0,52
s. 5 661,1 6 871,9 21,39 10,09
9 Amerika Serikat 1 430,6 1 574,0 143,4 10,03 7 172,4 7 425,8 3,53 10,91
p
10 India 1 015,4 1 106,4 91,0 8,97 5 876,0 5 326,3 -9,35 7,82
.b

11 Australia 200,8 191,7 -9,1 -4,53 776,6 926,1 19,24 1,36


w

12 Korea Selatan 638,8 615,4 -23,4 -3,67 2 628,9 2 888,0 9,86 4,24
13 Taiwan 254,3 392,9 138,6 54,47 1 136,9 1 321,9 16,28 1,94
w

Total 13 Negara Tujuan 9 405,3 10 212,1 806,8 8,58 43 447,4 48 399,3 11,40 71,09
//w

Lainnya 3 911,2 4 336,8 425,6 10,88 18 554,2 19 686,6 6,10 28,91


Total Ekspor Nonmigas 13 316,5 14 548,9 1 232,4 9,25 62 001,6 68 085,9 9,81 100,00
s:

Tabel 3.5
tp

Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia 2016–2018


ht

(FOB:juta US$)
2016 2017r 2018
Bulan
Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Jan 1 108,0 9 473,9 10 581,9 1 278,6 12 119,1 13 397,7 1 323,6 13 229,8 14 533,4
Feb 1 113,3 10 203,4 11 316,7 1 208,6 11 407,4 12 616,0 1 390,9 12 741,7 14 132,6
Mar 1 239,3 10 572,8 11 812,1 1 516,2 13 202,3 14 718,5 1 338,0 14 248,9 15 586,9
Apr 891,7 10 798,0 11 689,7 1 036,2 12 233,5 13 269,7 1 220,7 13 316,5 14 537,2
Mei 957,9 11 559,5 11 517,4 1 294,4 13 039,5 14 333,9 1 572,3* 14 548,9* 16 121,2*
Jun 1 187,4 12 018,8 13 206,1 1 276,3 10 385,1 11 661,4
Jul 998,6 8 650,9 9 649,5 1 165,0 12 446,1 13 611,1
Agt 1 138,6 11 615,3 12 753,9 1 233,6 13 954,4 15 188,0
Sep 1 061,5 11 518,3 12 579,8 1 455,0 13 125,2 14 580,2
Okt 1 055,9 11 687,8 12 743,7 1 488,2 13 764,4 15 252,6
Nov 1 103,0 12 399,9 13 502,9 1 295,7 14 039,0 15 334,7
Des 1 250,2 12 582,2 13 832,4 1 496,4 13 368,1 14 864,5

Total 13 105,5 132 080,7 145 186,2 15 744,4 153 083,8 168 828,2 6 845,4* 68 085,9* 74 931,3*
Tabel 3.6
Nilai Ekspor Indonesia Menurut Provinsi Asal Barang

40 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


EKSPOR MEI 2018

dan Pelabuhan Muat (FOB:juta US$), Januari–Mei 2018*

Pelabuhan Muat
Total Ekspor
No
Provinsi Asal Barang Prov Asal Barang Prov Lain
Urut % % % % %
Nilai Nilai Nilai % Baris
Kolom Baris Kolom Baris Kolom
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 51,5 0,10 59,10 35,6 0,16 40,90 87,1 0,12 100,00
2 Sumatera Utara 3 615,4 6,82 99,74 9,4 0,04 0,26 3 624,8 4,84 100,00
3 Sumatera Barat 561,5 1,06 84,51 102,9 0,47 15,49 664,5 0,89 100,00
4 Riau 6 628,6 12,50 98,64 91,4 0,42 1,36 6 720,0 8,97 100,00
5 Kepulauan Riau 4 751,3 8,96 99,91 4,5 0,02 0,09 4 755,8 6,35 100,00
6 Jambi 490,6 0,93 40,92 708,3 3,23 59,08 1 198,9 1,60 100,00
7 Sumatera Selatan 1 438,4 2,71 79,80 364,0 1,66 20,20 1 802,4 2,41 100,00
8 Kep. Bangka Belitung 788,4 1,49 96,83 25,8 0,12 3,17 814,1 1,09 100,00
9 Bengkulu 40,2 0,08 39,45 61,7 0,28 60,55 101,9 0,14 100,00

id
10 Lampung 1 304,1 2,46 93,84 85,6 0,39 6,16 1 389,8 1,85 100,00
4 127,2 7,78 96,64 143,4 0,65 3,36 4 270,6 5,70 100,00

.
11 DKI Jakarta

go
12 Jawa Barat 117,6 0,22 0,92 12 725,8 58,09 99,08 12 843,4 17,14 100,00
13 Banten 827,5 1,56 16,44 4 206,0 19,20 83,56
s. 5 033,4 6,72 100,00
14 Jawa Tengah 2 649,4 5,00 75,63 853,6 3,90 24,37 3 503,0 4,67 100,00
p
15 DI Yogyakarta 4,1 0,01 2,19 181,2 0,83 97,81 185,2 0,25 100,00
.b

16 JawaTimur 7 850,0 14,80 97,91 167,3 0,76 2,09 8 017,3 10,70 100,00
w

17 Bali 106,6 0,20 42,18 146,2 0,67 57,82 252,8 0,34 100,00
w

18 Nusa Tenggara Barat 201,4 0,38 97,35 5,5 0,03 2,65 206,8 0,28 100,00
//w

19 Nusa Tenggara Timur 7,3 0,01 47,47 8,1 0,04 52,53 15,4 0,02 100,00
20 Kalimantan Barat 389,1 0,73 56,00 305,6 1,40 44,00 694,7 0,93 100,00
s:

21 Kalimantan Tengah 153,0 0,29 18,96 653,9 2,98 81,04 806,9 1,08 100,00
3 051,2 5,75 92,84 235,4 1,07 7,16 3 286,6 4,39 100,00
tp

22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur 7 335,8 13,83 98,51 110,8 0,51 1,49 7 446,6 9,94 100,00
ht

24 Kalimantan Utara 422,4 0,80 87,12 62,5 0,29 12,88 484,9 0,65 100,00
25 Sulawesi Utara 324,8 0,61 71,95 126,6 0,58 28,05 451,4 0,60 100,00
26 Gorontalo 24,2 0,05 98,87 0,3 0,00 1,13 24,4 0,03 100,00
27 Sulawesi Tengah 1 880,5 3,55 98,99 19,1 0,09 1,01 1 899,7 2,54 100,00
28 Sulawesi Selatan 405,6 0,77 75,02 135,1 0,62 24,98 540,7 0,72 100,00
29 Sulawesi Barat - - - 177,2 0,81 100,00 177,2 0,24 100,00
30 Sulawesi Tenggara 297,6 0,56 75,88 94,6 0,43 24,12 392,2 0,52 100,00
31 Maluku 0,3 0,00 1,43 18,1 0,08 98,57 18,4 0,02 100,00
32 Maluku Utara 241,3 0,46 99,84 0,4 0,00 0,16 241,7 0,32 100,00
33 Papua 1 878,2 3,54 98,21 34,2 0,16 1,79 1 912,4 2,55 100,00
34 Papua Barat 1 058,8 2,00 99,29 7,5 0,03 0,71 1 066,3 1,42 100,00

Total Ekspor 53 023,7 100,00 - 21 907,6 100,00 - 74 931,3 100,00 -

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 41


EKSPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

42 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

IMPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

4
s:
tp
ht

IMPOR
MEI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 43


IMPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

44 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

IV. IMPOR MEI 2018


1. Nilai impor Indonesia Mei 2018 sebesar
US$17,64 miliar atau naik 9,17 persen Impor Mei 2018
dibanding impor April 2018. Dibanding sebesar US$17,64 miliar atau
naik 28,12 persen (y-o-y)
impor Mei 2017 naik 28,12 persen.

Gambar 4.1
Perkembangan Nilai Impor Migas dan Nonmigas Indonesia (CIF)
Mei 2017–Mei 2018*

. id
16

go
14 s.
12
p
.b

10
Miliar US$

8
w
//w

6
s:

4
tp

2
ht

0
Apr
Jan'18

Mar
Mei'17

Jun

Jul

Agt

Mei
Des
Okt
Sep

Feb
Nov

Migas Nonmigas

2. Impor nonmigas Mei 2018 sebesar US$14,83 miliar, naik 7,19 persen dibanding April
2018 (US$13,83 miliar). Selama Januari–Mei 2018 impor nonmigas naik 25,93 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (US$52,32 miliar).
3. Impor migas Mei 2018 sebesar US$2,82 miliar, naik 20,95 persen dibanding April 2018
(US$2,33 miliar). Selama Januari–Mei 2018 impor migas naik 18,58 persen dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya (US$10,02 miliar).
4. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Mei 2018 adalah golongan mesin dan
pesawat mekanik sebesar US$334,3 juta, atau naik 15,19 persen dibanding April 2018
(US$2.200,5 juta). Impor golongan barang tersebut pada Januari–Mei 2018 mencapai
US$11.076,3 juta, naik 31,97 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
5. Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar periode Januari–Mei 2018
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 45
IMPOR MEI 2018

ditempati Tiongkok 27,87 persen, Jepang 11,53 persen, dan Thailand 6,93 persen.
Impor nonmigas dari ASEAN dan Uni Eropa masing-masing 20,41 persen dan 9,25
persen.

Gambar 4.2
Nilai Impor Nonmigas Indonesia dari Lima Negara Utama Asal Barang (CIF)
Januari–Mei 2017 dan 2018*

20 18.36

15 13.67

id
Miliar US$

.
10

go
7.59
4.56 5.81 s.
4.10 3.87
3.77
p
5
3.16
.b

3.11
w
w

0
Singapura Thailand Jepang Tiongkok Amerika Serikat
//w

Jan-Mei'17 Jan-Mei'18
s:
tp
ht

6. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal
selama Januari–Mei 2018 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya masing-masing sebesar 27,75 persen, 22,59 persen dan 33,73 persen.
7. Neraca perdagangan Indonesia Mei 2018 defisit sebesar US$1,52 miliar.

46 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

Tabel 4.1
Ringkasan Perkembangan Nilai Impor Indonesia (Juta US$) dan Perubahannya
Januari–Mei 2017 dan 2018

Nilai CIF (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd


Mei’18 Jan–Mei’18* Total Impor
Uraian Apr Mei Jan–Mei Jan–Mei
thd thd Jan–Mei 2018*
2018 2018* 2017 2018* Apr’18 Jan–Mei’17 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total 16 162,3 17 644,8 62 339,5 77 765,6 9,17 24,75 100,00
Migas 2 328,2 2 816,0 10 016,6 11 877,2 20,95 18,58 15,27
-Minyak Mentah 799,8 884,7 2 605,7 4 038,4 10,62 54,98 5,19
- Hasil Minyak 1 305,3 1 688,1 6 307,5 6 709,2 29,33 6,37 8,63
- Gas 223,1 243,2 1 103,4 1 129,6 9,01 2,37 1,45
Nonmigas 13 834,1 14 828,8 52 322,9 65 888,4 7,19 25,93 84,73

id
.
go
Tabel 4.2
Perkembangan Impor Indonesia
Januari–Desember 2016 s.d. Mei 2018
p s.
Perubahan
.b

Nilai CIF (Juta US$)


Periode Terhadap Periode Sebelumnya (%)
w

Migas Nonmigas Total Impor Migas Nonmigas Total Impor


w

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


//w

2015
2016
Triwulan I 3 896,8 28 047,5 31 944,3 -25,08 -4,94 -7,96
s:

Triwulan II 4 802,8 29 246,7 34 049,5 23,25 4,28 6,59


Triwulan III 5 068,7 27 631,2 32 699,9 5,54 -5,52 -3,96
tp

Triwulan IV 4 971,1 31 988,1 36 959,2 -1,92 15,77 13,03


ht

Jan–Des 18 739,8 116 913,0 135 652,8 -23,86 -0,99 -4,94

2017
Triwulan I 6 578,2 30 038,2 36 616,4 32,33 -6,10 -0,93
Triwulan II 5 039,0 30 675,7 35 714,7 -23,40 2,12 -2,46
Triwulan III 5 724,5 34 462,7 40 187,2 13,61 12,35 12,52
Oktober 2 206,9 12 042,3 14 249,2 14,08 10,95 11,42
November 2 204,4 12 909,1 15 113,5 -0,11 7,20 6,07
Desember 2 563,2 12 541,3 15 104,5 16,28 -2,85 -0,06
Triwulan IV 6 974,5 37 492,7 44 467,2 21,83 8,79 10,65
Jan–Des 24 316,2 132 669,3 156 985,5 29,76 13,48 15,73

2018
Januari 2 259,2 13 050,2 15 309,4 -11,86 4,06 1,36
Februari 2 234,8 11 950,7 14 185,5 -1,08 -8,43 -7,34
Maret 2 239,1 12 224,5 14 463,6 0,19 2,29 1,96
April 2 328,2 13 834,1 16 162,3 3,98 15,76 -2,57
Mei* 2 816,0 14 828,8 17 644,8 20,95 7,19 9,17
Jan–Mei* 11 877,2 65 888,4 77 765,6 18,58 25,93 24,75
Ju
Tabel 4.3
Impor Nonmigas Indonesia Beberapa Golongan Barang HS 2 Dgjit dan Perubahannya
Januari–Mei 2017 dan 2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 47


IMPOR MEI 2018

Nilai CIF (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd


Total Impor
Golongan Barang (HS) Mei’18 Jan–Mei’18* Nonmigas
Apr Mei Jan–Mei Jan–Mei
thd thd Jan–Mei’18*
2018 2018* 2017 2018* * Apr’18
Jan–Mei’17 (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Mesin dan pesawat mekanik (84) 2 200,5 2 534,8 8 392,8 11 076,3 15,19 31,97 16,81
2. Mesin dan peralatan listrik (85) 1 832,9 1 979,4 6 948,1 8 904,9 7,99 28,16 13,52
3. Besi dan baja (72) 954,4 921,4 3 076,3 4 284,6 -3,46 39,28 6,50
4. Kendaraan dan bagiannya (87) 696,9 645,5 2 638,5 3 406,6 -7,38 29,11 5,17
5. Serealia (10) 301,9 396,4 1 114,9 1 442,0 31,30 29,34 2,19
6. Gula dan kembang gula (17) 169,8 295,1 982,2 830,5 73,79 -15,44 1,26
7. Kapal terbang dan bagiannya (88) 238,3 41,8 317,0 618,7 -82,46 95,17 0,94
8. Kapal laut, bangunan terapung (89) 87,8 162,8 578,3 534,4 85,42 -7,59 0,81

id
9. Kopi, teh dan rempah (09) 56,2 29,5 116,8 260,7 -47,51 123,20 0,40

.
10. Sayuran (07) 92,9 69,4 313,1 240,7 -25,30 -23,12 0,36

go
Total 10 Golongan Barang 6 631,6 7 076,1 24 478,0 s. 31 599,4 6,70 29,09 47,96
Barang Lainnya 7 202,5 7 752,7 27 844,9 34 289,0 7,64 23,14 52,04
p
Total Impor Nonmigas 13 834,1 14 828,8 52 322,9 65 888,4 7,19 25,93 100,00
.b
w
w

Tabel 4.4
//w

Impor Nonmigas Negara Asal Utama Menurut Golongan Penggunaan Barang


Januari–Mei 2018*
s:

Nilai CIF (Juta US$) Persentase thd Total (%)


tp

Negara Bahan Bahan


ht

Barang Barang Total Barang Barang Total


Baku/ Baku/
Konsumsi Modal (2 s.d. 4) Konsumsi Modal (6 s.d. 8)
Penolong Penolong
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Tiongkok 2 207,7 11 582,5 4 573,0 18 363,3 32,15 24,97 36,20 27,87


2 Jepang 261,2 5 321,5 2 011,8 7 594,4 3,80 11,47 15,93 11,53
3 Thailand 535,0 3 287,3 741,0 4 563,3 7,79 7,09 5,87 6,93
4 Singapura 305,7 3 059,0 735,4 4 100,1 4,45 6,59 5,82 6,22
5 Amerika Serikat 330,0 2 885,0 650,7 3 865,7 4,81 6,22 5,15 5,87
6 Korea Selatan 162,5 2 618,1 470,3 3 250,9 2,37 5,64 3,72 4,93
7 Malaysia 326,1 1 860,7 357,3 2 544,2 4,75 4,01 2,83 3,86
8 India 264,3 1 342,7 392,9 1 999,8 3,85 2,89 3,11 3,04
9 Australia 270,1 1 657,2 68,3 1 995,6 3,93 3,57 0,54 3,03
10 Lainnya 2 203,2 12 776,5 2 631,5 17 611,2 32,1 27,5 20,8 26,7
Total Impor 6 865,8 46 390,5 12 632,1 65 888,4 100,00 100,00 100,00 100,00

Tabel 4.5
Nilai Impor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang
Januari–Mei 2017 dan 2018
Negara Asal Nilai CIF (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd

48 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

Jan–Mei’18* Total Impor


Mei’18 Nonmigas
Apr Mei Jan–Mei Jan–Mei thd
thd Jan-Mei’18*
2018 2018* 2017 2018* Jan–Mei’17
Apr’18 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
ASEAN 2 696,1 3 000,0 10 864,3 13 449,6 11,27 23,80 22,22
20,41
1 Singapura 799,3 858,6 3 107,1 4 100,1 7,42 31,96 6,22
2 Thailand 886,1 1 112,6 3 771,7 4 563,2 25,56 20,99 6,93
3 Malaysia 547,2 514,5 2 129,9 2 544,2 -5,98 19,45 3,86
ASEAN Lainnya 463,5 514,3 1 855,6 2 242,1 10,96 20,83 3,40
Uni Eropa 1 254,1 1 333,5 4 817,5 6 093,3 6,33 26,48 9,25
4 Jerman 357,2 367,3 1 273,5 1 744,2 2,83 36,96 2,65
5 Belanda 115,5 71,3 370,4 484,1 -38,27 30,70 0,73
6 Italia 176,5 266,5 648,5 847,7 50,99 30,72 1,29
Uni Eropa Lainnya 604,9 628,4 2 525,1 3 017,3 3,88 19,49 4,58
Negara Utama Lainnya 8 142,7 8 785,3 30 776,1 38 630,6 7,89 25,52 58,63
7 Tiongkok 3 750,1 4 448,2 13 672,8 18 363,3 18,62 34,31 27,87

id
8 Jepang 1 641,9 1 620,8 5 812,6 7 594,4 -1,29 30,65 11,53
9 Amerika Serikat 933,0 794,8 3 159,0 3 865,7 -14,81 22,37 5,87

.
go
10 Korea Selatan 630,5 685,9 3 140,3 3 250,9 8,79 3,52 4,93
11 Australia 391,5 468,3 2 122,4 1 995,6 19,62 -5,97 3,03
12 Taiwan 318,8 351,9 1 297,6
s.
1 560,9 10,38 20,29 2,37
13 India 476,9 415,4 1 571,4 1 999,8 -12,90 27,26 3,03
p
Total 13 Negara Utama 11 024,5 11 976,1 42 077,2 52 914,1 8,63 25,75 80,31
.b

Negara Lainnya 2 809,6 2 852,7 10 245,7 12 974,3 1,53 26,63 19,69


w

Total Impor Nonmigas 13 834,1 14 828,8 52 322,9 65 888,4 7,19 25,93 100,00
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 49


IMPOR MEI 2018

Tabel 4.6
Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari 2017 – Mei 2018
(Nilai CIF: Juta US$)
2017 2018

Bulan Bahan Bahan


Barang Barang Barang Barang
Baku/ Total Baku/ Total
Konsumsi Modal Konsumsi Modal
Penolong Penolong
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Januari 1 013,4 9 055,6 1 904,8 11 973,8 1 362,9 11 466,5 2 480,0 15 309,4
Februari 888,3 8 767,9 1 703,2 11 359,4 1 378,8 10 554,9 2 251,8 14 185,5
Maret 1 329,1 9 935,8 2 018,3 13 283,2 1 201,2 10 803,1 2 459,3 14 463,6
April 1 095,4 8 993,6 1 861,6 11 950,6 1 503,1 12 026,0 2 633,2 16 162,3
Mei 1 288,6 10 526,0 1 957,9 13 772,5 1 726,8 13 110,3 2 807,7 17 644,8
Juni 1 111,8 7 427,1 1 452,7 9 991,6
Juli 1 069,1 10 457,9 2 362,8 13 889,8
Agustus 1 194,0 10 103,4 2 211,8 13 509,2
September 1 117,7 9 616,0 2 054,5 12 788,2
Oktober 1 251,2 10 806,9 2 191,1 14 249,2

id
November 1 341,1 11 124,4 2 648,0 15 113,5

.
Desember 1 375,4 11 036,7 2 692,4 15 104,5

go
Total 14 075,1 117 851,3 25 059,1 156 985,5 7 172,8 57 960,7 12 632,1 77 765,6
Persentase thd s.
8,97 75,07 15,96 100,00 9,22 74,53 16,25 100,00
Total (%)
p
.b
w

Tabel 4.7
Impor Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang, Januari–Mei 2018
w

(juta US$)
//w

Negara Asal Maret April Mei Januari-Mei


Barang 2018 2018 2018* 2018*
s:

(1) (2) (3) (4) (5)


tp

1 Tiongkok 2 892,5 3 768,6 4 500,5 18 492,5


2 Singapura 1 634,0 1 652,1 1 930,2 8 447,8
ht

3 Jepang 1 608,3 1 644,3 1 624,6 7 610,4


4 Thailand 942,7 890,4 1 118,0 4 585,8
5 Amerika Serikat 803,3 937,0 795,9 4 060,6
6 Korea Selatan 735,5 777,3 841,5 3 851,6
7 Malaysia 772,6 785,7 776,3 3 745,5
8 Australia 420,4 433,1 493,0 2 351,8
9 India 413,6 478,6 417,5 2 014,9
10 Jerman 317,7 358,0 368,0 1 748,1
11 Arab Saudi 393,9 214,8 458,2 1 734,0
12 Vietnam 314,2 352,2 408,3 1 729,9
13 Taiwan 269,5 319,8 353,3 1 566,7
14 Hongkong 177,4 231,0 305,0 1 048,2
15 Nigeria 196,5 188,3 187,2 972,6
Total 15 Negara 11 892,2 13 031,1 14 577,5 63 960,4
Negara Lainnya 2 571,4 3 131,2 3 067,3 13 805,2
Total Impor 14 463,6 16 162,3 17 644,8 77 765,6

Total 15 Negara (%) 82,22 80,63 82,62 82,25


Negara Lainnya (%) 17,78 19,37 17,38 17,75

50 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

Tabel 4.8
Neraca Perdagangan Indonesia, Mei 2017–Mei 2018
(miliar US$)

Ekspor Impor Neraca


Bulan
Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total Migas Nonmigas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2017r
Mei 1,29 13,04 14,33 1,79 11,98 13,77 -0,49 1,07 0,57
Juni 1,28 10,38 11,66 1,60 8,39 9,99 -0,33 1,99 1,66
Juli 1,16 12,45 13,61 1,78 12,11 13,89 -0,61 0,34 -0,28
Agustus 1,23 13,96 15,19 2,01 11,50 13,51 -0,73 2,45 1,72
September 1,45 13,13 14,58 1,93 10,85 12,79 -0,49 2,27 1,77
Oktober 1,49 13,76 15,25 2,21 12,04 14,25 -0,73 1,72 0,99
November 1,29 14,04 15,33 2,20 12,91 15,11 -0,92 1,13 0,21
Desember 1,49 13,37 14,86 2,56 12,54 15,10 -1,05 0,82 -0,23
Jan-Mei 6,34 62,00 68,34 10,02 52,32 62,34 -3,68 9,68 6,00
Jan–Des 15,75 153,08 168,83 24,32 132,67 156,99 -8,58 20,40 11,82

id
2018

.
go
Januari 1,32 13,23 14,55 2,26 13,05 15,31 -0,94 0,18 -0,76
Februari 1,39 12,74 14,13 2,23 11,95 14,18 -0,84 0,79 -0,05
Maret 1,34 14,25 15,59 2,24
s. 12,22 14,46 -0,90 2,02 1,12
April 1,22 13,32 14,54 2,33 13,83 16,16 -1,11 -0,52 -1,63
p
Mei* 1,57 14,54 16,12 2,81 14,83 17,64 -1,24 -0,28 -1,52
.b

Jan–Mei* 6,84 68,09 74,93 11,88 65,89 77,77 -5,03 2,20 -2,83
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 51


IMPOR MEI 2018

Tabel 4.9
Ekspor-Impor Beras Indonesia, Triwulan I-2015–Mei 2018

Ekspor Impor
Periode Berat Bersih Nilai FOB Berat Bersih Nilai CIF
(kg) (US$) (kg) (US$)
(1) (2) (3) (4) (5)

2015 519 497 630 391 861 601 001 351 602 090
Triwulan I 39 985 51 936 66 562 915 29 213 209
Triwulan II 160 770 206 334 127 866 410 55 705 088
Triwulan III 152 844 195 941 35 181 781 14 964 060
Triwulan IV 165 898 176 180 631 989 895 251 719 733

id
2016 999 463 864 609 1 283 178 527 531 841 557

.
go
Triwulan I 627 653 261 673 981 992 734 401 346 706
Triwulan II 257 424 438 453
p s. 91 720 535 40 012 930
Triwulan III 84 126 105 820 72 605 748 31 181 924
.b

Triwulan IV 30 260 58 663 136 859 510 59 299 997


w
w

2017r 3 555 300 3 254 767


305 274 646 143 641 724
//w

Triwulan I 71 201 154 866


45 898 090 26 097 625
Triwulan II 1 358 014 1 000 244
s:

85 094 509 39 476 397


Triwulan III
tp

2 085 365 2 044 125 67 567 981 29 333 125


Oktober
ht

40 336 52 994 18 200 114 7 528 097


November
359 2 485 39 798 882 17 344 375
Desember
25 53 48 715 070 23 862 105
Triwulan IV
40 720 55 532 106 714 066 48 734 577

2018
3 096 108 1 275 975 896 035 709 417 965 014
Januari
28 500 49 750 13 176 000 5 801 609
Februari
2 006 004 752 738 272 898 212 130 081 585
Maret
149 494 97 634 186 44 738 117
April
1 060 000 465 796 165 348 422 76 045 267
Mei*
1 455 7 197 346 978 889 161 298 436

Ket: *Angka Sementara


r
Angka Revisi

52 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

UPAH BURUH MEI 2018

id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w

5
s:
tp
ht

UPAH
BURUH
MEI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 53


IMPOR MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

54 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


IMPOR MEI 2018

V. UPAH BURUH MEI 2018


1. Upah Harian Buruh Tani

Rata-rata upah nominal harian buruh


Rata-rata upah nominal harian
tani pada periode Mei 2018 naik sebesar
buruh tani pada periode Mei
0,36 persen dibanding upah buruh tani
2018 sebesar Rp52.052,00, naik
bulan sebelumnya, yaitu dari
0,36 persen
Rp51.864,00 menjadi Rp52.052,00.
Secara riil naik sebesar 0,17 persen, yaitu
dari Rp37.781,00 menjadi Rp37.847,00.

. id
Gambar 5.1

go
Rata-Rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan
Mei 2016‒Mei 2018
s.
p
90 000
.b

85 000
w

80 000
w

75 000
//w

70 000
65 000
s:
Rupiah

60 000
tp

55 000
ht

50 000
45 000
40 000
35 000
Juni

Juni
Okt

Apr

Okt
Juli

Sept

Jan`17

Juli

Sept

Jan`18

Mar
Feb
Mar

Feb
Agus

Agt
Nov
Des

Mei

Nov
Des

Mei
Mei '16

April

Upah Buruh Tani Upah Buruh Bangunan

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 55


IMPOR MEI 2018

2. Upah Buruh Bangunan

Pada Mei 2018, rata-rata upah nominal harian Rata-rata upah nominal harian
buruh bangunan (tukang bukan mandor) naik buruh bangunan pada periode
sebesar 0,14 persen dibanding upah nominal Mei 2018 sebesar Rp86.104,00,
April 2018, yaitu dari Rp85.983,00 menjadi naik 0,14 persen
Rp86.104,00, sedangkan upah riil turun sebesar
0,07 persen, yaitu dari Rp64.791,00 menjadi
Rp64.745,00.

Tabel 5.1
Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (rupiah)
Mei 2016‒Mei 2018

. id
Upah Buruh Tani Upah Buruh Bangunan

go
Bulan (harian) (harian)
Nominal Riil1)
ps. Nominal Riil2)
(1) (2) (3) (4) (5)
.b

Mei 2016 47 796 37 563 81 677 66 146


w

Juni 47 898 37 421 82 028 65 997


w

Juli 47 985 37 208 82 143 65 636


//w

Agustus 48 120 37 290 82 348 65 810


September 48 235 37 259 82 480 65 768
s:

Oktober 48 368 37 349 83 057 66 134


tp

November 48 517 37 142 83 082 65 844


Desember 48 627 37 072 83 190 65 654
ht

Januari 2017 49 000 37 064 83 432 65 211


Februari 49 268 37 125 83 657 65 235
Maret 49 473 37 318 83 724 65 297
April 49 638 37 549 83 740 65 254
Mei 49 782 37 380 83 958 65 170
Juni 49 912 37 396 83 975 64 736
Juli 50 003 37 408 84 076 64 674
Agustus 50 079 37 508 84 362 64 939
September 50 213 37 711 84 378 64 867
Oktober 50 339 37 860 84 421 64 894
November 50 445 37 802 84 438 64 778
Desember 50 568 37 507 84 454 64 332
Januari 2018 51 110 37 450 85 206 64 501
Februari 51 378 37 486 85 632 64 716
Maret 51 598 37 602 85 880 64 776
April 51 864 37 781 85 983 64 791
Mei 52 052 37 847 86 104 64 745
Catatan: 1)Upah riil = upah nominal dibagi dengan indeks konsumsi rumah tangga perdesaan, mulai Desember 2013
menggunakan tahun dasar (2012=100)
2)Upah riil = upah nominal dibagi dengan IHK umum perkotaan menggunakan tahun dasar (2012=100)

56 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

NILAI TUKAR PETANI, INFLASI


PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR
USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:

6
tp
ht

NILAI TUKAR
PETANI, INFLASI
PERDESAAN, DAN
NILAI TUKAR
USAHA RUMAH
TANGGA
PERTANIAN
JUNI 2018 LBDSE Juli 2018 Edisi 98 57
NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

58 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

VI. NILAI TUKAR PETANI, INFLASI


PERDESAAN DAN NILAI TUKAR
USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018
A. Nilai Tukar Petani (NTP)

1. NTP Juni 2018 tercatat 102,04 atau naik sebesar


0,05 persen dibanding NTP Mei 2018 sebesar NTP Juni 2018 naik
101,99. Kenaikan NTP bulan ini disebabkan sebesar 0,05 persen
naiknya NTP di empat subsektor penyusun NTP

. id
yaitu Tanaman Pangan (0,09 persen), Tanaman

go
Hortikultura (0,01 persen), Peternakan (0,74 persen), dan Perikanan (0,68
s.
persen). Sebaliknya, subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman
p
Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 0,78 persen.
.b
w

Gambar 6.1
w

Nilai Tukar Petani (NTP), Juni 2017–Juni 2018 (2012=100)


//w

105.00
s:

104.50
tp

104.00
ht

103.50 103.07 103.06


102.92
102.78
103.00
102.22 102.33
102.50 101.94 101.99 102.04
102.00 101.60 101.61
101.50
101.00 100.53 100.65
100.50
100.00
99.50
99.00
Apr
Sep

Jan'18
Jun'17

Feb

Mar
Agt

Nov

Des

Mei

Jun
Jul

Okt

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Juni 2018 naik 0,36 persen bila
dibanding It pada Mei 2018, yaitu dari 134,56 menjadi 135,04. Kenaikan indeks
tersebut disebabkan naiknya It di empat subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,39
persen), Tanaman Hortikultura (0,36 persen), Peternakan (1,10 persen), dan

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 59


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

Perikanan (1,03 persen). Sebaliknya, subsektor yang mengalami penurunan


adalah Tanaman Perkebunan Rakyat (0,57 persen).
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada Juni 2018 naik sebesar 0,30 persen
dibanding Ib Mei 2018. Kenaikan indeks ini disebabkan naiknya Indeks Kelompok
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,33 persen, dan Indeks Kelompok Biaya
Produksi dan Penambahan Barang Modal sebesar 0,24 persen.

Gambar 6.2
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Juni 2017–Juni 2018 (2012=100)

150.00

145.00

id
140.00

.
134.57 134.31 133.99 133.74 134.56 135.04

go
133.35
135.00 131.59 132.34
130.31 130.94
128.78 129.12 s.
130.00
131.62 131.93 132.33
130.76 131.25 131.45
p
129.40
125.00 128.10 128.28 128.25 128.10 128.03 128.41
.b

120.00
w
w

115.00
//w

110.00
Apr
Sep

Feb
Jun'17

Jan'18

Mar
Agt

Mei
Des
Jul

Nov

Jun
Okt
s:
tp

It Ib
ht

4. NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Juni 2018 naik sebesar 0,09 persen
dibanding NTPP Mei 2018. Hal ini disebabkan kenaikan It Tanaman Pangan
(0,39 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan Ib Tanaman Pangan (0,30
persen). NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) naik sebesar 0,01 persen. Hal ini
disebabkan kenaikan It Tanaman Hortikultura (0,36 persen) lebih besar
dibandingkan kenaikan Ib Tanaman Hortikultura (0,34 persen). NTP Tanaman
Perkebunan Rakyat (NTPR) turun sebesar 0,78 persen disebabkan It Tanaman
Perkebunan Rakyat turun (0,57 persen), sebaliknya Ib Tanaman Perkebunan
Rakyat naik (0,21 persen). NTP Peternakan (NTPT) naik sebesar 0,74 persen. Hal
ini disebabkan kenaikan It Peternakan (1,10 persen) lebih besar dibandingkan
kenaikan Ib Peternakan (0,36 persen). Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya
Ikan (NTNP) naik sebesar 0,68 persen. Hal ini disebabkan kenaikan It Perikanan
(1,03 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan Ib Perikanan (0,34 persen).

60 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

Tabel 6.1
Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya (2012=100)
Persentase
Subsektor Mei 2018 Juni 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
Gabungan/Nasional
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,99 102.04 0.05
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,56 135.04 0.36
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 131,93 132.33 0.30
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,54 137.99 0.33
- Indeks BPPBM 120,81 121.10 0.24

Gabungan/Nasional tanpa Perikanan


a. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,81 101.84 0.03

id
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,40 134.84 0.33

.
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,01 132.41 0.30

go
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,51 137.95 0.33
- Indeks BPPBM
s.
p
120,96 121.25 0.24

1. Tanaman Pangan
.b

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 100,84 100.93 0.09


w

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 136,61 137.15 0.39


w

- Padi 133,28 133.38 0.07


//w

- Palawija 145,14 146.77 1.13


s:

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 135,48 135.89 0.30


138.61 0.33
tp

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138,16


- Indeks BPPBM 126,88 127.17 0.23
ht

2. Tanaman Hortikultura
a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100,68 100.69 0.01
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 133,98 134.45 0.36
- Sayur-sayuran 132,01 132.00 -0.01
- Buah-buahan 136,68 137.56 0.64
- Tanaman Obat 126,77 127.07 0.24
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 133,07 133.53 0.34
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,49 138.00 0.37
- Indeks BPPBM 119,30 119.62 0.27

3. Tanaman Perkebunan Rakyat


a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 99,64 98.86 -0.78
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,33 131.57 -0.57
- Tanaman Perkebunan Rakyat 132,33 131.57 -0.57
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,81 133.09 0.21
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,68 137.03 0.26
- Indeks BPPBM 120,35 120.49 0.11

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 61


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

Persentase
Subsektor Mei 2018 Juni 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
4. Peternakan
a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 106,67 107.46 0.74
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,05 135.52 1.10
- Ternak Besar 136,48 137.94 1.07
- Ternak Kecil 123,39 125.19 1.46
- Unggas 138,35 140.93 1.87
- Hasil Ternak 128,43 128.67 0.19
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 125,66 126.11 0.36
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,50 137.98 0.35
- Indeks BPPBM 115,04 115.48 0.38

id
5. Perikanan

.
go
a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 105,66 106.38 0.68
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan s.136,89 138.29 1.03
pembudidaya ikan (It)
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya
p
129,56 130.00 0.34
Ikan (Ib)
.b

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,90 138.52 0.45


w

- Indeks BPPBM 115,52 115.66 0.12


w

5.1. Perikanan Tangkap


//w

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,36 113.52 1.04


s:

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 144,57 146.56 1.37


tp

- Penangkapan Perairan Umum 137,10 138.75 1.20


ht

- Penangkapan Laut 144,51 146.55 1.41


c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128,67 129.10 0.33
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137,31 137.92 0.45
- Indeks BPPBM 114,98 115.10 0.10

5.2. Perikanan Budidaya


a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) 100,89 101.29 0.40
b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 131,40 132.39 0.75
- Budidaya Air Tawar 132,13 133.29 0.87
- Budidaya Laut 117,94 118.75 0.69
- Budidaya Air Payau 127,76 128.26 0.39
c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 130,25 130.71 0.35
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138,38 139.01 0.46
- Indeks BPPBM 115,96 116.11 0.13
BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

62 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

B. Inflasi Perdesaan
1. Pada Juni 2018 terjadi inflasi perdesaan
sebesar 0,33 persen dengan Indeks
Konsumsi Rumah Tangga 137,99. Pada Pada Mei 2018 terjadi
bulan ini terjadi inflasi perdesaan di 26 inflasi perdesaan sebesar
provinsi dan deflasi perdesaan di 7 0,19 persen
provinsi. Inflasi perdesaan tertinggi
terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara
sebesar 1,26 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Bali
sebesar 0,10 persen. Deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera
Barat sebesar 0,66 persen, sedangkan deflasi perdesaan terendah terjadi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 0,08 persen.

id
Gambar 6.3

.
go
Inflasi Perdesaan, Juni 2016–Juni 2018
p s.
.b

1.60
w

1.22
w

1.10 1.04
0.87
//w

0.76 0.79 0.74


persen

0.60 0.38 0.43


0.59
s:

0.32 0.22 0.36 0.33


0.42
0.15 0.12
tp

0.10 0.19
0.06 0.04 0.04
ht

-0.10 -0.12 -0.14


-0.40 -0.29 -0.27

-0.90
Apr

Apr
Jan'18
Sep

Jan'17
Feb
Mar

Sep

Feb
Mar
Jun'16

Agt

Nov

Jun

Agt
Des

Mei

Nov
Des

Mei
Jun
Jul

Okt

Jul

Okt

2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga pada Juni 2018, terjadi kenaikan indeks
harga di tujuh kelompok pengeluaran yaitu Bahan Makanan (0,27 persen),
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,25 persen), Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,27 persen), Sandang (1,69 persen), Kesehatan
(0,25 persen), Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (0,33 persen), serta
Transportasi dan Komunikasi (0,27 persen).

3. Inflasi perdesaan Juni 2018 sebesar 0,33 persen dipicu oleh naiknya harga
komoditas kacang panjang, daging ayam ras, bayam, buncis, dan mangga.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 63


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

Tabel 6.2
Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran
Juni 2016–Juni 2018
Makanan
Perumahan, Pendidikan, Transportasi
Jadi,
Bahan Air, Listrik, Rekreasi, dan
Bulan Minuman, Sandang Kesehatan Umum
Makanan Gas dan dan Komuni-
Rokok dan
Bahan Bakar Olahraga kasi
Tembakau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Juni 2016 0,63 1,05 0,28 0,92 0,26 0,17 0,14 0,59
Juli 1,24 0,63 0,23 0,48 0,26 0,47 0,12 0,76
Agustus -0,10 0,14 0,21 0,21 0,29 0,35 0,04 0,06
September 0,44 0,34 0,16 0,23 0,33 0,10 0,09 0,32
Oktober -0,25 0,37 0,28 0,17 0,27 0,24 0,09 0,04

id
November 1,65 0,35 0,27 0,21 0,29 0,07 0,19 0,87

.
go
Desember 0,62 0,35 0,20 0,24 0,27 0,14 0,16 0,42
Januari 2017 0,75 0,90 0,95 0,51
p s. 0,88 0,41 0,70 0,79
Februari 0,37 0,45 0,44 0,22 0,36 0,18 0,47 0,38
.b

Maret -0,69 0,34 0,81 0,25 0,38 0,09 -0,06 -0,10


w

April -1,02 0,26 0,38 0,26 0,28 0,07 0,29 -0,29


w

Mei 1,43 0,33 0,36 0,45 0,30 0,13 -0.09 0,74


//w

Juni -0,35 0,28 1,50 1,29 0,33 0,45 0,28 0,22


s:

Juli 0,05 0,25 0,11 0,04 0,30 0,60 0,13 0,15


tp

Agustus -0,55 0,19 0,20 0,15 0,27 0,24 0,20 -0,12


ht

September -0,83 0,10 0,18 0,12 0,18 0,09 0,16 -0,27


Oktober -0.58 0.20 0.27 0.17 0.16 0.12 0.14 -0.14
November 0,60 0,21 0,20 0,16 0,27 0,06 0,22 0,36
Desember 2,16 0,28 0,23 0,22 0,23 0,05 0,07 1,04
Januari 2018 2,12 0,75 0,38 0,59 0,73 0,35 0,32 1,22
Februari 0,56 0,43 0,28 0,22 0,47 0,20 0,21 0,43
Maret -0,11 0,31 0,31 0,25 0,40 0,09 0,30 0,12
April -0,27 0,34 0,19 0,23 0,32 0,12 0,22 0,04
Mei 0,02 0,39 0,22 0,68 0,30 0,15 0,15 0,19
Juni 0.27 0.25 0.27 1.69 0.25 0.33 0.27 0.33

4. Tingkat inflasi perdesaan tahun kalender 2018 (Juni 2018 terhadap Desember 2017)
adalah sebesar 2,35 persen dan tingkat inflasi perdesaan year-on-year (Juni 2018
terhadap Juni 2017) adalah sebesar 3,39 persen.

64 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

Tabel 6.3
Tingkat Inflasi Perdesaan Juni 2018, Tahun Kalender dan Tahun ke Tahun 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat Inflasi
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Inflasi Perdesaan
(IKRT) Perdesaan Juni 2018 (%)
Kelompok Pengeluaran Juni
2018 Tahun
Juni Desember Juni Tahun
(%) ke
2017 2017 2018 Kalender
Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Umum 133,47 134,82 137,99 0,33 2,35 3,39


1. Bahan Makanan 143,59 144,77 148,52 0,27 2,59 3,43
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan 131,55 133,19 136,52 0,25 2,50 3,77
Tembakau
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan 127,64 129,17 131,31 0,27 1,66 2,88
Bakar
4. Sandang 127,30 128,40 133,16 1,69 3,71 4,60

id
5. Kesehatan 122,41 124,14 127,23 0,25 2,49 3,94

.
go
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 117,06 118,42 119,90 0,33 1,25 2,43
7. Transportasi dan Komunikasi 122,52 123,65
s. 125,49 0,27 1,48 2,42
p
C. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
.b

1. Pada Juni 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena It
w

mengalami kenaikan (0,36 persen) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks BPPBM (0,24
w

persen). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di empat subsektor yaitu Tanaman
//w

Pangan (0,17 persen), Tanaman Hortikultura (0,08 persen), Peternakan (0,71 persen), dan
s:

Perikanan (0,91 persen). Sedangkan NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami


tp

penurunan sebesar 0,68 persen.


ht

2. Dari 33 provinsi yang dihitung NTUP-nya, 20 provinsi mengalami kenaikan dan 13 provinsi
mengalami penurunan. Kenaikan NTUP terbesar pada Juni 2018 terjadi di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sebesar 0,89 persen. Sebaliknya, penurunan NTUP tertinggi terjadi di
Provinsi Riau, yaitu sebesar 2,32 persen.

Tabel 6.4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya,
(2012=100)

Subsektor Mei 2018 Juni 2018 Persentase Perubahan


(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan 107,67 107,85 0,17
2. Tanaman Hortikultura 112,30 112,39 0,08
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 109,95 109,20 -0,68
4. Peternakan 116,52 117,35 0,71
5. Perikanan 118,50 119,57 0,91
a. Tangkap 125,73 127,33 1,27
b. Budidaya 113,32 114,02 0,62
Nasional 111,38 111,51 0,12

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 65


NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JUNI 2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

66 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HARGA PANGAN JUNI 2018

HARGA PANGAN JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

7
s:
tp
ht

HARGA
PANGAN
JUNI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 67


HARGA PANGAN JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

68 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HARGA PANGAN JUNI 2018

VII. HARGA PANGAN JUNI 2018


A. Harga Gabah dan Beras di Penggilingan
1. Selama Juni 2018, rata-rata harga gabah
Rata-rata harga GKP di
kering panen (GKP) di tingkat petani naik
tingkat petani Juni 2018
2,10 persen menjadi Rp4.650,00 per kg dan
sebesar Rp4.650,00 per kg
di tingkat penggilingan naik 2,08 persen
naik 2,10 persen
menjadi Rp4.739,00 per kg dibandingkan
harga gabah kualitas yang sama pada bulan
sebelumnya.

id
Gambar 7.1

.
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas

go
Juni 2017–Juni 2018
s.
6 200
p
6 000
.b

5 800
5 600
w

5 400
5 200
w

5 000
//w

4 800
Rp/kg

4 600
4 400
s:

4 200
4 000
tp

3 800
3 600
ht

3 400
3 200
3 000
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'18 Feb Mar Apr Mei Jun

GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKP = Rp3.700/kg

2. Pada bulan yang sama, harga tertinggi di tingkat petani Rp7.000,00 per kg dan di
tingkat penggilingan Rp7.100,00 per kg. Sedangkan harga terendah di tingkat
petani dan tingkat penggilingan masing-masing Rp3.200,00 per kg dan Rp3.300,00
per kg. Harga tertinggi di tingkat petani berasal dari kualitas gabah kering giling
(GKG) varietas Siam Mayang yang terjadi di Kec. Gambut, Kab. Banjar (Kalsel) dan
GKP varietas Mayang yang terjadi di Kec. Kapuas Timur, Kab. Kapuas (Kalteng),
sedangkan di tingkat penggilingan berasal dari kualitas GKG varietas Siam Mayang
yang terjadi di Kec. Gambut, Kab. Banjar (Kalsel). Sementara itu, harga terendah
di tingkat petani dan tingkat penggilingan berasal dari kualitas rendah varietas
Mekongga yang terjadi di Kec. Tenjolaya, Kab. Bogor (Jabar).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 69


HARGA PANGAN JUNI 2018

Tabel 7.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Juni 2017–Juni 2018

GKP GKG Rendah


Tahun/ Rata- Rata-
Kadar Perubah- Kadar Perubah- Kadar Rata-rata Perubah-
Bulan rata rata
Air an Air an Air Harga an
Harga Harga
(%) (%) (%) (%) (%) (Rp/kg) (%)
(Rp/kg) (Rp/kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2017
Jun 18,04 4 528 0,97 13,03 5 564 0,60 25,50 3 934 0,96
Jul 18,85 4 483 -0,99 12,63 5 457 -1,92 25,84 3 908 -0,67
Agt 18,57 4 509 0,58 12,87 5 471 0,24 24,82 4 013 2,67
Sep 17,79 4 655 3,22 12,65 5 502 0,58 26,06 4 276 6,57
Okt 17,99 4 791 2,92 12,71 5 532 0,53 25,69 4 370 2,19

id
Nov 19,00 4 864 1,52 12,78 5 593 1,11 25,19 4 494 2,86

.
go
Des 18,73 4 995 2,69 12,24 5 606 0,22 25,92 4 534 0,88
2018 s.
Jan 17,82 5 415 8,42 12,76 6 002 7,07 24,91 4 922 8,56
p
Feb 18,30 5 207 -3,84 12,90 5 961 -0,68 26,30 4 756 -3,39
.b

Mar 19,50 4 757 -8,65 12,93 5 442 -8,71 26,07 4 367 -8,16
w

Apr 19,11 4 556 -4,22 12,93 5 242 -3,66 25,29 4 309 -1,34
w

Mei 18,56 4 554 -0,04 13,03 5 267 0,47 23,81 4 305 -0,09
//w

Jun 18,37 4 650 2,10 12,84 5 361 1,78 23,73 4 281 -0,55
Perubahan (%)
s:

2,69 -3,65 8,82


Jun’18 thd Jun’17
tp
ht

3. Rata-rata harga GKG di tingkat petani selama Juni 2018 naik 1,78 persen menjadi
Rp5.361,00 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan naik 1,76 persen menjadi
Rp5.468,00 per kg dibandingkan harga gabah kualitas yang sama bulan lalu. Untuk
harga gabah kualitas rendah di tingkat petani dan tingkat penggilingan mengalami
penurunan masing-masing 0,55 persen menjadi Rp4.281,00 per kg dan 0,68
persen menjadi Rp4.367,00 per kg.

4. Selama periode Juni 2017–Juni 2018, rata-rata harga tertinggi di tingkat petani
untuk GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah masing-masing Rp5.415,00 per kg,
Rp6.002,00 per kg, dan Rp4.922,00 terjadi pada Januari 2018. Sebaliknya, rata-
rata harga terendah pada GKP dan gabah kualitas rendah masing-masing
Rp4.483,00 dan Rp3.908,00 per kg terjadi pada Juli 2017, sedangkan GKG
Rp5.242,00 terjadi pada April 2018.

70 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HARGA PANGAN JUNI 2018

Gambar 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas
Juni 2017–Juni 2018

6 200
6 000
5 800
5 600
5 400
5 200
5 000
4 800
Rp/kg

4 600
4 400
4 200
4 000
3 800
3 600
3 400
3 200

id
3 000
Jun'17 Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'18 Feb Mar Apr Mei Jun

.
go
G KG GKP
Kua lita s Re nda h
s. H P P G KG = R p4600/kg
HP P G KP = R p3750/kg
p
.b
w

5. Selama periode Juni 2017–Juni 2018, rata-rata harga tertinggi di tingkat


w

penggilingan untuk GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah masing-masing


//w

Rp5.508,00 per kg, Rp6.099,00 per kg, dan Rp5.011,00 terjadi pada Januari 2018.
s:

Sebaliknya, rata-rata harga terendah pada GKP dan gabah kualitas rendah masing-
tp

masing Rp4.570,00 dan Rp3.989,00 per kg terjadi pada Juli 2017, sedangkan GKG
ht

Rp5.367,00 terjadi pada April 2018.

6. Dibandingkan Juni 2017, rata-rata harga pada Juni 2018 di tingkat petani untuk
GKP dan gabah kualitas rendah mengalami kenaikan masing-masing 2,69 persen
dan 8,82 persen, sedangkan GKG mengalami penurunan 3,65 persen. Demikian
juga di tingkat penggilingan, rata-rata harga untuk GKP dan gabah kualitas rendah
mengalami kenaikan masing-masing 2,69 persen dan 8,96 persen, sedangkan GKG
mengalami penurunan 3,68 persen.

7. Berdasarkan komposisinya, jumlah 1.288 observasi harga gabah masih didominasi


transaksi penjualan GKP sebanyak 951 observasi (73,83 persen), diikuti oleh gabah
kualitas rendah sebanyak 184 observasi (14,29 persen), dan GKG sebanyak 153
observasi (11,88 persen). Dari jumlah observasi tersebut, terdapat 8 kasus harga
di bawah HPP di tingkat Petani dan 8 kasus harga di bawah HPP di tingkat
Penggilingan yaitu di Provinsi Sulawesi Tenggara.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 71


HARGA PANGAN JUNI 2018

Tabel 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Jun 2017–Jun 2018

GKP GKG Rendah


Tahun/ Rata- Rata-
Kadar Perubah- Kadar Perubah- Kadar Rata-rata Perubah
Bulan rata rata
Air an Air an Air Harga -an
Harga Harga
(%) (%) (%) (%) (%) (Rp/kg) (%)
(Rp/kg) (Rp/kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2017
Jun 18,04 4 615 0,98 13,03 5 677 0,99 25,50 4 008 1,05
Jul 18,85 4 570 -0,98 12,63 5 549 -2,26 25,84 3 989 -0,48
Agt 18,57 4 591 0,48 12,87 5 579 0,52 24,82 4 104 2,88
Sep 17,79 4 744 3,31 12,65 5 590 0,21 26,06 4 368 6,43
Okt 17,99 4 885 2,98 12,71 5 621 0,55 25,69 4 468 2,31

id
Nov 19,00 4 951 1,36 12,78 5 688 1,20 25,19 4 587 2,65

.
go
Des 18,73 5 081 2,62 12,24 5 689 0,01 25,92 4 615 0,62
2018 s.
Jan 17,82 5 508 8,41 12,76 6 099 7,21 24,91 5 011 8,57
p
Feb 18,30 5 305 -3,70 12,90 6 094 -0,08 26,30 4 843 -3,34
.b

Mar 19,50 4 845 -8,67 12,93 5 555 -8,85 26,07 4 465 -7,82
w

Apr 19,11 4 643 -4,16 12,93 5 367 -3,39 25,29 4 398 -1,49
w

Mei 18,56 4 642 -0,03 13,03 5 373 0,12 23,81 4 397 -0,02
//w

Jun 18,37 4 739 2,08 12,84 5 468 1,76 23,73 4 367 -0,68
Perubahan (%)
s:

2,69 -3,68 8,96


Jun’18 thd Jun’17
tp
ht

8. Pada Juni 2018, rata-rata harga beras kualitas


premium di penggilingan sebesar Rp9.478,00 per Pada Juni 2018, rata-
kg turun sebesar 0,48 persen dibandingkan bulan rata harga beras
sebelumnya. Sedangkan rata-rata harga beras medium di penggilingan
kualitas medium di penggilingan sebesar Rp9.135,00 per kg,
Rp9.135,00 per kg turun sebesar 0,60 persen. turun 0,60 persen
Rata-rata harga beras kualitas rendah di
penggilingan sebesar Rp8.941,00 per kg turun
sebesar 0,67 persen.

9. Dibandingkan Juni 2017, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Juni
2018 untuk semua kualitas mengalami kenaikan yaitu premium sebesar 0,36
persen, medium sebesar 3,88 persen, dan rendah sebesar 6,69 persen.

10. Selama periode Juni 2017–Juni 2018, rata-rata harga beras tertinggi di
penggilingan untuk kualitas premium, medium, dan rendah masing-masing
Rp10.382,00 per kg, Rp10.215,00 per kg, dan Rp9.987,00 per kg terjadi pada

72 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HARGA PANGAN JUNI 2018

Februari 2018. Sebaliknya, rata-rata harga beras terendah di penggilingan untuk


kualitas premium, medium, dan rendah masing-masing Rp9.384,00 per kg,
Rp8.744,00 per kg, dan Rp8.358,00 per kg terjadi pada Juli 2017.

Tabel 7.3
Rata-rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah
(Broken), Juni 2017–Juni 2018

Premium Medium Rendah


Kadar Kadar Kadar
Tahun/ Rata-rata Beras Rata-rata Beras Rata-rata Beras
Bulan Perubah- Perubah- Perubah-
Harga Patah Harga Patah Harga Patah
an (%) an (%) an (%)
(Rp/kg) (Broken) (Rp/kg) (Broken) (Rp/kg) (Broken)
(%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2017

id
Jun 9 444 0,09 7,21 8 794 0,05 15,39 8 380 0,07 22,71

.
go
Jul 9 384 -0,64 7,20 8 744 -0,58 15,44 8 358 -0,27 22,80
Agt 9 437 0,57 6,84 8 823 0,91
s. 15,40 8 436 0,94 22,83
Sep 9 471 0,36 6,81 8 935 1,27 15,14 8 672 2,80 23,05
p
.b

Okt 9 503 0,34 6,78 9 117 2,03 15,58 8 834 1,86 23,23
Nov 9 539 0,38 7,06 9 280 1,79 15,44 9 039 2,33 23,16
w
w

Des 9 860 3,37 6,98 9 526 2,66 15,35 9 309 2,98 23,18
//w

2018*
Jan 10 350 4,96 9,51 10 177 6,83 19,59 9 793 5,20 34,46
s:

Feb 10 382 0,31 9,30 10 215 0,37 19,98 9 987 1,99 35,10
tp

Mar 9 893 -4,71 9,35 9 698 -5,06 20,04 9 554 -4,34 33,18
ht

Apr 9 525 -3,72 9,31 9 221 -4,92 19,92 8 991 -5,89 33,36
Mei 9 524 -0,01 9,84 9 190 -0,33 19,80 9 002 0,11 32,10
Jun 9 478 -0,48 9,87 9 135 -0,60 19,76 8 941 -0,67 33,53
Perubahan (%)
0,36 3,88 6,69
Jun'18 thd Jun’17

Keterangan:
* Permentan No. 31 Tahun 2017:
- Premium : Maksimum beras patah (Broken) s.d 15,00 %
- Medium : Beras patah (Broken) 15,01 – 25,00 %
- Rendah : Beras patah (Broken) di atas 25,00 %

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 73


HARGA PANGAN JUNI 2018

B. Harga Eceran Beberapa Bahan Pokok

1. Secara nasional, nasional, rata-rata


harga beras pada Juni 2018 turun 0,47
Rata-rata harga beras Juni 2018
persen dibanding Mei 2018.
sebesar Rp 13.835 per kg, turun
Dibandingkan Juni 2017, harga beras
0,47 persen
naik 5,41 persen, lebih tinggi
dibandingkan inflasi tahun ke tahun
periode yang sama sebesar 3,12 persen. Artinya pemilik beras (pedagang, petani,
konsumen, BULOG, dan industri berbahan baku beras) mengalami kenaikan nilai
riil sebesar 2,29 persen. Penurunan tertinggi terjadi di Tanjung dan Pare-pare
(masing-masing sebesar 4 persen), Kudus (sebesar 3 persen).

id
2. Harga cabai rawit naik 8,12 persen dibanding bulan Mei 2018 atau turun 2,38

.
persen dibanding Juni 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Sumenep (36 persen),

go
Palopo (31 persen). Harga daging ayam ras naik 2,88 persen dibanding bulan Mei
s.
2018 atau naik 13,23 persen dibanding Juni 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di
p
.b

Kupang (28 persen), Pare-pare (25 persen). Harga ikan kembung naik 1,57 persen
w

dibanding bulan Mei 2018 atau naik 9,42 persen dibanding Juni 2017. Kenaikan
w

tertinggi terjadi di Palu (26 persen), Banda Aceh (23 persen). Harga daging sapi
//w

naik 1,46 persen dibanding bulan Mei 2018 atau naik 0,15 persen dibanding Juni
2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Palopo (19 persen) dan Bulukumba (14 persen).
s:

Sedangkan harga telur ayam ras turun 3,66 persen dibanding bulan Mei 2018 atau
tp

naik 11,00 persen dibanding Juni 2017. Penurunan tertinggi terjadi di Kediri (11
ht

persen) dan Banjarmasin (10 persen). Harga cabai merah turun 2,18 persen
dibanding bulan Mei 2018 atau naik 36,11 persen dibanding Juni 2017. Penurunan
tertinggi terjadi di Meulaboh (33 persen) dan Banda Aceh (31 persen).

3. Komoditas lain seperti gula pasir, minyak goreng, susu kental manis, dan tepung
terigu perubahannya relatif rendah.

74 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


HARGA PANGAN JUNI 2018

Tabel 7.4
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
Mei 2017–Juni 2018 (rupiah)
Susu
Daging Telur
Daging Kental Minyak Gula Tepung Cabai Cabai Ikan
Beras Ayam Ayam
Bulan Sapi Manis Goreng Pasir Terigu Rawit Merah Kembung
(kg) Ras Ras
(kg) (385 (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg) (kg)
gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Mei’17 13 096 39 133 107 647 9 939 14 610 13 402 7 895 52 636 34 973 20 515 31 474
Juni 13 125 40 123 108 734 9 952 14 629 13 306 7 929 44 893 31 731 20 439 31 971
Juli 13 090 39 477 108 256 9 955 14 670 13 277 7 945 42 114 30 725 21 034 32 582
Agustus 13 095 39 868 108 072 10 047 14 575 13 160 8 005 37 208 31 008 21 375 32 295
September 13 215 39 031 107 715 10 084 14 588 13 034 8 159 33 472 31 433 20 811 32 414
Oktober 13 346 37 856 106 713 10 094 14 595 12 910 8 244 31 340 33 190 20 395 32 466
November 13 429 38 132 106 201 10 081 14 542 12 814 8 258 30 870 36 144 20 772 32 583
Desember 13 676 40 454 106 732 10 077 14 522 12 729 8 296 36 559 40 199 23 138 33 776

id
Januari’18 14 531 42 687 106 881 10 130 14 518 12 618 8 303 45 498 43 077 22 990 34 391
Februari 14 697 41 274 106 357 10 110 14 486 12 542 8 352 47 200 44 287 21 808 34 535

.
go
Maret 14 347 40 931 107 314 10 122 14 500 12 488 8 375 50 178 48 366 21 396 34 203
April 14 056 41 922 106 992 10 098 14 483 12 483 8 337 46 224 48 632 21 681 33 823
Mei 13 900 44 161 107 334 10 085 14 428
p s.
12 454 8 219 40 538 44 153 23 550 34 442
Juni ‘18 13 835 45 433 108 901 10 123 14 422 12 442 8 170 43 825 43 190 22 688 34 983
.b

Juni’18 thd
Mei’18 -0,47 2,88 1,46 0,38 -0,04 -0,10 -0,60 8,12 -2,18 -3,66 1,57
w

Juni’18 thd
5,41 13,23 0,15 1,72 -1,41 -6,49 3,04 -2,38 36,11 11,00 9,42
w

Juni’17
(dalam persen)
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 75


HARGA PANGAN JUNI 2018

Gambar 7.3
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
April 2017–Juni 2018 (Rupiah)

14,900
Beras Daging Ayam Ras
46,000
44,000
14,400
42,000
13,900 40,000
38,000
13,400
36,000
12,900 34,000
Okt

Mar
Agu

Feb
Apr'18

Nov
Jun
Jul

Sep

Apr
Des'17
Jan

Jun'18
Mei

Mei

Okt

Mar
Agu
Sep

Nov

Feb
Apr'18

Jun
Jul

Des'17

Apr
Jan
Mei

Mei
Jun'18
Daging Sapi 10,200
Susu Kental Manis
108,800
108,000 10,100
107,200
106,400 10,000

id
105,600
9,900
104,800

.
go
104,000 9,800
Okt

Mar
Agu

Feb
Apr'18

Nov
Jun
Jul

Sep

Apr
Des'17
Jan

Jun'18
Mei

Mei

Okt

Mar
Agu

Nov
Apr'18

Apr
Jun
Jul

Sep

Des'17
Jan
Feb

Jun'18
Mei

Mei
Minyak Goreng
s.
Gula Pasir
p
15,000
15,800
.b

14,500 15,000
14,200
w

14,000 13,400
12,600
w

13,500
11,800
//w

13,000 11,000
Okt
Agu

Mar
Apr'18

Jun

Sep

Nov

Feb

Apr
Jul

Des'17
Jan

Jun'18
Mei

Mei

Okt

Mar
Agu
Sep

Nov

Feb
Apr'18

Apr
Jun
Jul

Des'17
Jan
Mei

Mei
Jun'18
s:

8,430
Tepung Terigu Cabai Rawit
tp

100,000
8,330
80,000
ht

8,230
8,130 60,000
8,030
40,000
7,930
7,830 20,000
Okt

Mar
Agu

Nov
Apr'18

Jun
Jul

Sep

Des'17
Jan
Feb

Apr

Jun'18
Mei

Mei

Okt

Mar
Agu
Sep

Nov

Feb
Apr'18

Apr
Jun

Des'17
Jul

Jan

Jun'18
Mei

Mei

Cabai Merah Telur Ayam Ras


57,000
23,500
47,000 22,500
21,500
37,000
20,500
27,000
19,500

17,000 18,500
Okt

Mar
Apr'18

Agu
Jun

Sep

Nov

Feb

Apr
Jul

Des'17
Jan

Jun'18
Mei

Mei
Okt

Mar
Agu
Sep

Nov

Feb

Apr
Apr'18

Jun
Jul

Des'17
Jan
Mei

Mei
Jun'18

35,500 Ikan Kembung


34,500
33,500
32,500
31,500
30,500
29,500
Okt

Mar
Feb
Apr'18

Agu
Sep

Nov

Apr
Jun
Jul

Des'17
Jan
Mei

Mei
Jun'18

76 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

INDEKS HARGA PRODUSEN


TRIWULAN I-2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN
BESAR JUNI 2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

8
s:
tp
ht

INDEKS HARGA
PRODUSEN
TRIWULAN I-2018
DAN INDEKS HARGA
PERDAGANGAN BESAR
JUNI 2018
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 77
INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

78 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULA N I-2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

VIII. INDEKS HARGA PRODUSEN


TRIWULAN I-2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN
BESAR JUNI 2018
A. INDEKS HARGA PRODUSEN

Indeks Harga Produsen (IHP) gabungan dari


Pada triwulan I-2018 terjadi
Sektor Pertanian, Pertambangan dan
inflasi harga produsen
Penggalian, dan Industri Pengolahan pada
sebesar 1,43 persen
triwulan I-2018 sebesar 138,42. IHP

id
gabungan tersebut mengalami kenaikan

.
go
sebesar 1,43 persen dibandingkan IHP
triwulan IV-2017 sebesar 136,46 (q-to-q). Kenaikan IHP tertinggi terjadi di Sektor
s.
Pertambangan dan Penggalian yaitu 3,76 persen. Sedangkan Sektor Pertanian dan
p
.b

Sektor Industri Pengolahan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,83


w

persen dan 0,99 persen.


w

IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan I-2018 sebesar 132,79 naik 0,15
//w

persen dibandingkan dengan IHP triwulan IV-2017 sebesar 132,59 (q-to-q).


s:

Sementara itu, IHP Sektor Pengelolaan Air triwulan I-2018 sebesar 120,26 naik
tp

sebesar 0,32 persen dibandingkan dengan IHP triwulan IV-2017 sebesar 119,88
ht

(q-to-q). Adapun IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan I-2018 sebesar 211,32
turun 1,00 persen dibandingkan dengan IHP triwulan IV-2017 sebesar 213,45 (q-
to-q). Sedangkan IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman triwulan I-2018
sebesar 127,21 naik 0,41 persen dibandingkan IHP triwulan IV-2017 sebesar
126,68 (q-to-q).

Perubahan IHP gabungan triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-y)


sebesar 3,41 persen, yaitu dari 133,86 pada triwulan I-2017 menjadi 138,42 pada
triwulan I-2018. Kenaikan indeks tersebut disebabkan oleh naiknya indeks atau
inflasi harga produsen pada semua sektor, yaitu Sektor Pertanian, Pertambangan
dan Penggalian, dan Industri Pengolahan, masing-masing sebesar 3,92 persen,
9,35 persen, dan 2,44 persen.

IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-
on-y) mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen, yaitu dari 132,30 pada triwulan I-
2017 menjadi 132,79 pada triwulan I-2018. IHP Sektor Pengelolaan Air naik
sebesar 0,63 persen, yaitu dari 119,51 pada triwulan I-2017 (y-on-y) menjadi

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 79


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

120,26 pada triwulan I-2018. IHP Sektor Angkutan Penumpang mengalami


kenaikan 0,57 persen, yaitu dari 210,12 pada triwulan I-2017 (y-on-y) menjadi
211,32 pada triwulan I-2018. IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman
triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-y) mengalami kenaikan sebesar
0,93 persen, yaitu dari 126,04 pada triwulan I-2017 menjadi 127,21 pada triwulan
I-2018.
Tabel 8.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Sektor
Triwulan I-2018
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP
(q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor Triw I- Triw IV- Triw I-
(%) (%)
2017 2017 2018
Triw IV- Triw I- Triw I- Triw I-

id
2017 2018 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

.
go
Gabungan (1+2+3) 133,86 136,46 138,42 1,60 1,43 4,05 3,41
1. Pertanian 135,92 138,70 141,24 1,99
s. 1,83 1,46 3,92
2. Pertambangan dan
98,70 104,01 107,93 6,89 3,76 24,02 9,35
p
Penggalian
.b

3. Industri Pengolahan 140,34 142,35 143,76 0,74 0,99 2,48 2,44


4. Pengadaan Listrik
132,30 132,59
w

132,79 0,16 0,15 2,07 0,37


dan Gas
5. Pengelolaan Air 119,51 119,88 120,26 0,06 0,32 0,51 0,63
w

6. Angkutan
210,12 213,45 211,32 0,14 -1,00 -0,56 0,57
//w

Penumpang
7. Akomodasi dan
126,04 126,68 127,21 0,12 0,41 1,20 0,93
Makanan Minuman
s:

Keterangan: 1). Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
tp

2). Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2018 terhadap Triwulan t-2017
ht

Gambar 8.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) Menurut Sektor
Triwulan I-2015 s.d. Triwulan I-2018

230.00
220.00
210.00
200.00
190.00
180.00
170.00
160.00
Indeks

150.00
140.00
130.00
120.00
110.00
100.00
90.00
80.00
70.00
II-17
II-15

II-16
I-15

I-16

I-17

I-18
IV-15

IV-16

IV-17
III-15

III-16

III-17

Triwulan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas
Pengelolaan Air Angkutan Penumpang

80 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

1. Sektor Pertanian

IHP Sektor Pertanian pada triwulan I-2018 naik 1,83 persen (q-to-q), yaitu dari
138,70 pada triwulan IV-2017 menjadi 141,24 pada triwulan I-2018. Inflasi harga
produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh naiknya IHP di Subsektor Tanaman
Bahan Makanan (2,72 persen), Subsektor Perikanan (1,60 persen), Subsektor
Kehutanan (1,59 persen), Subsektor Peternakan (1,12 persen), dan Subsektor
Perkebunan (0,08 persen). Apabila dibandingkan dengan triwulan I-2017, Sektor
Pertanian pada triwulan I-2018 mengalami inflasi harga produsen (y-on-y) sebesar
3,92 persen, yaitu dari 135,92 pada triwulan I-2017 menjadi 141,24 pada triwulan
I-2018. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya IHP Subsektor Tanaman Bahan Makanan
sebesar 5,91 persen, diikuti oleh Subsektor Perikanan sebesar 4,41 persen,

id
Subsektor Kehutanan sebesar 2,71 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar

.
2,66 persen. Sementara itu, IHP Subsektor Perkebunan mengalami penurunan

go
sebesar 0,47 persen. s.
p
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
.b
w

IHP Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan I-2018 sebesar 107,93
w

mengalami kenaikan sebesar 3,76 persen dibandingkan IHP pada triwulan IV-2017
//w

sebesar 104,01 (q-to-q). Inflasi harga produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh
naiknya IHP Subsektor Pertambangan dan Penggalian masing-masing sebesar 4,61
s:

persen dan 0,28 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.


tp
ht

Terhadap triwulan I-2017 (y-on-y), IHP Sektor Pertambangan dan Penggalian


triwulan I-2018 mengalami kenaikan sebesar 9,35 persen, yaitu dari 98,70 pada
triwulan I-2017 menjadi 107,93 pada triwulan I-2018. Inflasi harga produsen (y-
on-y) pada Sektor Pertambangan dan Penggalian dipengaruhi oleh naiknya IHP
Subsektor Pertambangan sebesar 12,29 persen.

3. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan I-2018, IHP Sektor Industri Pengolahan mengalami kenaikan


sebesar 0,99 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 142,35 pada
triwulan IV-2017 menjadi 143,76 pada triwulan I-2018 (q-to-q). Tiga subsektor
pada Sektor Industri Pengolahan yang mengalami inflasi tinggi adalah Subsektor
Industri Penggilingan Padi, Tepung dan Pakan Ternak (3,69 persen); Subsektor
Industri Minuman dan Rokok (1,53 persen); dan Subsektor Industri Pemintalan
dan Pertenunan Tekstil (1,25 persen).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 81


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Dibandingkan triwulan I-2017, IHP Sektor Industri Pengolahan pada triwulan I-


2018 (y-on-y) mengalami kenaikan 2,44 persen dari 140,34 menjadi 143,76.
Penyebab kenaikan IHP tersebut terutama terjadi pada Subsektor Industri
Penggilingan Padi, Tepung dan Pakan Ternak (7,02 persen); Subsektor Industri
Kertas, Barang dari Kertas dan Cetakan (4,87 persen); dan Subsektor Industri
Logam Dasar (4,68 persen). Sedangkan subsektor yang mengalami deflasi adalah
Subsektor Industri Pupuk (4,08 persen) dan Subsektor Industri Karet, Plastik dan
Hasil-hasilnya (1,27 persen).

4. Sektor Pengadaan listrik dan Gas

IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada triwulan I-2018 (q-to-q) sebesar

id
132,79 mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen terhadap triwulan IV-2017 yang

.
sebesar 132,59. Inflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh naiknya

go
IHP Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,17 persen.
s.
Sedangkan terhadap triwulan I-2017, IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
p
.b

mengalami inflasi sebesar 0,37 persen, yaitu dari 132,30 pada triwulan I-2017
w

menjadi 132,79 pada triwulan I-2018 (y-on-y). Inflasi Harga Produsen terjadi di
w

Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,45 persen. Sementara itu, deflasi terjadi di


//w

Subsektor Pengadaan Gas sebesar 0,25 persen.


s:

5. Sektor Pengelolaan Air


tp
ht

IHP Sektor Pengelolaan Air pada Triwulan I-2018 sebesar 120,26 mengalami
kenaikan sebesar 0,32 persen terhadap triwulan IV-2017 yaitu sebesar 119,88 (q-
to-q). Demikian juga terhadap triwulan I-2017 naik 0,63 persen yaitu dari 119,51
di triwulan I-2017 menjadi 120,26 di triwulan I-2018 (y-on-y).

6. Sektor Angkutan Penumpang

IHP Sektor Angkutan Penumpang pada triwulan I-2018 sebesar 211,32 mengalami
deflasi sebesar 1,00 persen dibandingkan IHP triwulan sebelumnya yang sebesar
213,45 (q-to-q). Deflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh turunnya
IHP pada semua subsektor, yaitu Subsektor Angkutan Udara Penumpang (1,58
persen), Subsektor Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Penumpang (0,44
persen), Subsektor Angkutan Kereta Api Penumpang (0,22 persen), Subsektor
Angkutan Laut Penumpang (0,17 persen), dan Subsektor Angkutan Darat
Penumpang (0,17 persen).

82 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-
y) naik sebesar 0,57 persen, yaitu dari 210,12 menjadi 211,32. Hal ini diakibatkan
oleh inflasi Harga Produsen pada Subsektor Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan Penumpang (1,77 persen) dan Subsektor Angkutan Udara
Penumpang (1,19 persen). Sementara itu, subsektor yang mengalami deflasi
adalah Subsektor Angkutan Laut Penumpang (1,07 persen), Subsektor Angkutan
Kereta Api Penumpang (0,87 persen), dan Subsektor Angkutan Darat Penumpang
(0,34 persen).

7. Sektor Penyediaan Akomodasi, Makanan, dan Minuman


IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman pada triwulan I-2018 sebesar
127,21 mengalami kenaikan 0,41 persen dibandingkan IHP pada triwulan

id
sebelumnya yang sebesar 126,68 (q-to-q). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan

.
go
IHP Subsektor Penyediaan Makanan dan Minuman sebesar 0,45 persen dan
s.
Subsektor Penyediaan Akomodasi sebesar 0,20 persen.
p
IHP Sektor Akomodasi dan Makanan Minuman triwulan I-2018 terhadap triwulan
.b

I-2017 (y-on-y) naik sebesar 0,93 persen, yaitu dari 126,04 menjadi 127,21. Hal ini
w
w

diakibatkan oleh inflasi Harga Produsen Subsektor Penyediaan Makanan dan


//w

Minuman dan Subsektor Penyediaan Akomodasi masing-masing sebesar 0,98


persen dan 0,61 persen.
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 83


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Tabel 8.2
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Subsektor
Triwulan I-2018
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP (q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor/Subsektor Triw I- Triw IV- Triw I- (%) (%)
2017 2017 2018
Triw IV- Triw I- Triw I- Triw I-
2017 2018 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pertanian 135,92 138,70 141,24 1,99 1,83 1,46 3,92
1. Tanaman Bahan Makanan 141,02 145,39 149,35 3,31 2,72 -3,37 5,91
2. Perkebunan 130,30 129,59 129,69 2,61 0,08 11,29 -0,47
3. Peternakan 131,60 133,61 135,10 0,00 1,12 3,00 2,66
4. Perikanan 131,41 135,04 137,20 0,52 1,60 3,50 4,41
5. Kehutanan
144,82 146,42 148,75 -0,22 1,59 2,10 2,71

id
Pertambangan dan Penggalian 98,70 104,01 107,93 6,89 3,76 24,02 9,35
1. Pertambangan 92,38 99,16 103,74 8,68 4,61 33,78 12,29

.
go
2. Penggalian
132,43 129,92 130,28 0,14 0,28 -2,49 -1,63
Industri Pengolahan 140,34 142,35
p s.
143,76 0,74 0,99 2,48 2,44
1. Industri Pengolahan dan Pengawetan
Daging, Ikan, Buah-Buahan, Sayuran, 157,74 160,19 160,96 0,50 0,48 8,09 2,04
.b

Minyak dan Lemak


w

2. Industri Susu dan Makanan Dari Susu 117,93 118,82 119,17 0,13 0,30 1,31 1,06
w

3. Industri Penggilingan Padi, Tepung


150,43 155,25 160,99 3,29 3,69 -1,36 7,02
dan Pakan Ternak
//w

4. Industri Makanan Lainnya 136,94 139,56 139,92 0,45 0,26 3,67 2,18
5. Industri Minuman dan Rokok 147,03 150,93 153,23 0,55 1,53 4,92 4,22
s:

6. Industri Pemintalan dan Pertenunan


136,85 139,69 141,44 0,68 1,25 3,58 3,36
Tekstil
tp

7. Industri Pakaian Jadi dan Alas Kaki 153,92 156,22 157,41 0,50 0,76 -0,21 2,27
ht

8. Industri Kayu Gergajian dan Olahan 159,94 161,22 161,61 0,34 0,24 0,98 1,04
9. Industri Kertas, Barang dari Kertas
137,13 142,76 143,81 0,61 0,73 4,01 4,87
dan Cetakan
10. Industri Pupuk 124,59 119,39 119,50 -1,34 0,10 -3,26 -4,08
11. Industri Kimia Dasar, Bahan Kimia dan
142,74 145,20 146,38 0,21 0,81 -1,16 2,55
Barang dari Bahan Kimia
12. Pengilangan Minyak Bumi dan Gas 126,11 128,13 128,45 0,60 0,25 1,35 1,85
13. Industri Karet, Plastik, dan Hasil-
124,67 121,59 123,09 1,01 1,23 9,45 -1,27
Hasilnya
14. Industri Barang Mineral Bukan Logam 144,69 145,04 146,03 0,25 0,68 1,28 0,93
15. Industri Logam Dasar 113,10 117,40 118,40 1,53 0,85 3,07 4,68
16. Industri Barang-Barang dari Logam 122,44 126,06 126,82 1,04 0,60 2,85 3,58
17. Industri Mesin, Listrik, Elektronik, dan
141,03 141,35 142,34 0,02 0,70 1,33 0,93
Perlengkapannya
18. Industri Alat Angkutan 133,24 133,50 134,01 0,12 0,38 1,33 0,58
19. Industri Perabot Rumah Tangga dan
Barang Lainnya 149,77 152,16 153,47 0,13 0,86 0,85 2,47

Pengadaan Listrik dan Gas 132,30 132,59 132,79 0,16 0,15 2,07 0,37
1. Ketenagalistrikan 127,15 127,51 127,73 0,18 0,17 2,35 0,45
2. Pengadaan Gas
191,96 191,49 191,49 0,00 0,00 0,00 -0,25
Pengelolaan Air 119,51 119,88 120,26 0,06 0,32 0,51 0,63

84 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Inflasi Harga Inflasi Harga


Produsen Produsen
IHP IHP IHP (q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor/Subsektor Triw I- Triw IV- Triw I- (%) (%)
2017 2017 2018
Triw IV- Triw I- Triw I- Triw I-
2017 2018 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Angkutan Penumpang 210,12 213,45 211,32 0,14 -1,00 -0,56 0,57


1. Angkutan Kereta Api Penumpang 186,28 185,05 184,65 0,39 -0,22 2,67 -0,87
2. Angkutan Darat Penumpang 152,29 152,03 151,77 0,03 -0,17 0,53 -0,34
3. Angkutan Laut Penumpang 109,71 108,73 108,54 0,00 -0,17 0,26 -1,07
4. Angkutan Sungai Danau dan
156,93 160,42 159,71 0,01 -0,44 -1,67 1,77
Penyeberangan Penumpang
5. Angkutan Udara Penumpang
295,33 303,66 298,86 0,22 -1,58 -1,31 1,19
Penyediaan Akomodasi, Makanan
126,04 126,68 127,21 0,12 0,41 1,20 0,93
dan Minuman

id
1. Akomodasi 141,25 141,83 142,12 0,19 0,20 1,38 0,61

.
2. Makanan dan Minuman 123,81 124,46 125,02 0,11 0,45 1,16 0,98

go
Keterangan: 1) Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
s.
2) Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2018 terhadap Triwulan t-2017
p
.b
w

B. INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR (IHPB)


w
//w

1. IHPB Umum Nonmigas Juni 2018 naik


s:

sebesar 0,18 persen dari bulan sebelumnya.


Pada Juni 2018 IHPB
tp

Kenaikan tertinggi terjadi pada Kelompok


tanpa impor migas dan
ht

Barang Impor Nonmigas sebesar 0,40 persen.


Sektor Pertambangan dan Penggalian naik ekspor migas naik
sebesar 0,20 persen, Sektor Industri naik sebesar 0,18 persen
sebesar 0,18 persen, Kelompok Barang
Ekspor Nonmigas naik sebesar 0,18 persen,
dan Sektor Pertanian naik sebesar 0,01
persen.

Pada Mei 2018 IHPB Umum naik sebesar 0,70 persen dibandingkan IHPB Umum
bulan sebelumnya. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Kelompok Barang Ekspor
sebesar 2,29 persen. Kelompok Barang Impor dan Sektor Industri naik masing-
masing sebesar 0,78 persen dan 0,41 persen. Sementara Sektor Pertambangan
dan Penggalian dan Sektor Pertanian turun masing-masing sebesar 1,15 persen
dan 0,24 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 85


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Tabel 8.3
Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar, Indonesia
April–Juni 2018, (2010=100)

Perubahan
Mei Juni
April Mei Juni terhadap terhadap
Sektor/Kelompok
April Mei
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 372,08 371,19 371,22 -0,24 0,01


Pertambangan dan
2. 128,22 126,75 127,00 -1,15 0,20
Penggalian
3. Industri 142,39 142,97 143,23 0,41 0,18
Domestik 169,79 170,06 170,30 0,16 0,14

id
4. Impor Nonmigas 141,99 142,67 143,24 0,48 0,40

.
go
Impor 143,98 145,11 0,78
5. Ekspor Nonmigas 157,59 158,88
p s.
159,18 0,82 0,18
Ekspor 159,12 162,77 2,29
.b

Umum Nonmigas 163,42 163,94 164,23 0,32 0,18


w

Umum 163,03 164,16 0,70


w
//w

Tabel 8.4
s:

Tingkat Inflasi Perdagangan Besar Juni 2018 (2010=100)


tp
ht

Tingkat Inflasi
IHPB Perubahan Perdagangan Besar
Juni
Sektor/Kelompok Tahun Year-on-
Juni Desember Mei Juni terhadap
Mei Kalender Year
2017 2017 2018 2018

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Pertanian 363,23 366,44 371,19 371,22 0,01 1,31 2,20

Pertambangan
2 121,55 122,48 126,75 127,00 0,20 3,69 4,48
dan Penggalian

3 Industri 138,23 140,43 142,97 143,23 0,18 2,00 3,62

Impor
4 139,21 140,22 142,67 143,24 0,40 2,16 2,90
Nonmigas
Ekspor
5 151,75 154,33 158,88 159,18 0,18 3,14 4,89
Nonmigas

Umum Nonmigas 158,69 160,80 163,94 164,23 0,18 2,13 3,49

86 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Gambar 8.2
Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia
Juni 2015–Juni 2018

180.00

170.00

160.00

150.00

140.00

130.00

id
120.00

.
go
110.00

100.00
s.
Mar
Apr

Apr

Apr
Mar

Mar
Sep

Feb

Sep

Feb

Sep

Feb
Jun

Agt

Nov

Agt

Nov

Agt
Des

Mei
Jun

Des

Mei
Jun

Nov
Des

Mei
Jul
Jul

Okt

Okt

Jul

Okt

Juni
Jan-16

Jan-17

Jan-18
p
.b
w

Domestik Ekspor Impor Umum


w
//w
s:

2. IHPB Kelompok Bahan Bangunan/Konstruksi Juni 2018 naik sebesar 0,13


tp

persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan indeks terbesar terjadi


ht

pada jenis Bangunan Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan
sebesar 0,27 persen. Bahan bangunan/konstruksi yang mengalami kenaikan
harga antara lain Aspal, Perlengkapan listrik, Bak dan Tangki, Besi Lainnya,
dan Pipa dan Assesoriesnya.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 87


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Tabel 8.5
Tingkat Inflasi Konstruksi Indonesia Juni 2018
Menurut Jenis Bangunan (2010=100)

Perubahan Tingkat Inflasi


Jenis Bangunan Juni Desember Mei Juni Juni Tahun Year-
2017 2017 2018 2018 terhadap Kalender on-
Mei 2018 Year
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Bangunan Tempat
Tinggal dan Bukan 134,81 137,68 140,03 140,08 0,03 1,74 3,91
Tempat Tinggal
Bangunan Pekerjaan
Umum untuk 132,08 135,56 137,93 138,12 0,14 1,89 4,58
Pertanian

id
Pekerjaan Umum

.
untuk Jalan, Jembatan,

go
128,67 132,10 134,74 135,10 0,27 2,27 5,00
dan Pelabuhan
Bangunan dan Instalasi
s.
Listrik, Gas, Air
p
Minum, dan 133,30 135,66 138,41 138,76 0,25 2,28 4,10
.b

Komunikasi
w

Bangunan Lainnya 129,47 132,07 134,01 134,11 0,07 1,55 3,58


w
//w

Konstruksi Indonesia 132,66 135,59 138,05 138,23 0,13 1,94 4,19


s:
tp

3. Beberapa bahan bangunan/konstruksi dalam IHPB domestik (aspal, pipa pvc,


ht

seng lembaran, besi profil, besi beton, semen, kaca lembaran, cat tembok,
dan kayu lapis) pada Juni 2018 naik dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan terbesar terjadi pada aspal sebesar 1,42 persen dan terkecil terjadi
pada kayu lapis sebesar 0,06 persen. Pipa pvc naik sebesar 0,28 persen, cat
tembok naik sebesar 0,21 persen, besi profil naik sebesar 0,20 persen, seng
lembaran naik sebesar 0,16 persen, kaca lembaran naik sebesar 0,12 persen,
besi beton naik sebesar 0,11 persen, dan semen naik sebesar 0,10 persen.

88 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

Gambar 8.3
Indeks Harga Beberapa Bahan Bangunan Juni 2017–Juni 2018

Seng Besi Profil Kayu lapis


134.0 152.0 130.0
132.0 148.0 129.6
130.0 144.0 129.2
128.0 140.0
126.0 136.0 128.8
124.0 132.0 128.4
122.0 128.0 128.0
120.0 124.0
118.0 120.0 127.6
116.0 116.0 127.2
Jun-17

Apr
Ags

Feb-17
Des

Jun
Okt

Jun-17

Apr
Ags

Feb-17

Jun
Des
Okt
Jun-17

Apr
Ags

Jun
Des
Feb-17
Okt

. id
go
Semen Portland Kaca lembaran Aspal
111.4 150.0
s. 113.0
111.3 148.0
p
112.0
111.2 146.0
.b

111.1 111.0
144.0
111.0
w

142.0 110.0
110.9
w

110.8 140.0 109.0


138.0
//w

110.7 108.0
110.6 136.0
110.5 134.0 107.0
s:

Jun-17

Apr
Ags

Feb-17

Jun
Des
Okt
Jun-17

Apr

Jun-17

Apr
Ags

Feb-17

Jun

Ags

Feb-17

Jun
Des

Des
Okt

Okt
tp
ht

Besi beton Pipa pvc Cat tembok


136.0 144.0 144.0
132.0 142.0
128.0 142.0
140.0
124.0
138.0
120.0 140.0
136.0
116.0
112.0 134.0 138.0
108.0 132.0
104.0 130.0 136.0
Apr
Jun-17
Ags

Feb-17
Des

Jun
Okt
Jun-17

Apr
Ags

Feb-17

Jun
Des
Okt

Apr
Jun-17
Ags

Feb-17
Des

Jun
Okt

4.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 89


INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN I -2018 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

90 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN


KONSUMEN TRIWULAN I-2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

9
s:
tp
ht

INDEKS
TENDENSI BISNIS
DAN KONSUMEN
TRIWULAN I-2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 91


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULA N I-2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

92 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

IX. INDEKS TENDENSI BISNIS DAN


KONSUMEN TRIWULAN I-2018
A. INDEKS TENDENSI BISNIS (ITB)

A.1. ITB TRIWULAN I-2018

1. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan I-2018 Kondisi bisnis triwulan I-2018
sebesar 106,28, menunjukkan kondisi bisnis membaik, namun optimisme
secara umum masih tumbuh walaupun pelaku bisnis lebih rendah dari
optimisme pelaku bisnis lebih rendah triwulan sebelumnya
dibandingkan triwulan sebelumnya (ITB
triwulan IV-2017 sebesar 111,02).

id
2. Kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis yang masih baik pada triwulan I-2018

.
go
disebabkan oleh pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 106,62),
s.
peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 108,71),
p
dan peningkatan rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 103,51).
.b

3. Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme pelaku bisnis tertinggi terjadi pada
w
w

kategori lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai ITB sebesar
//w

125,32. Sementara itu, kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha
Konstruksi dengan nilai ITB sebesar 92,16.
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 93


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

Tabel 9.1
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2018
Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya

Variabel Pembentuk ITB Triwulan I-2018


Penggunaan ITB
Lapangan Usaha Pendapatan Rata-Rata Jumlah
Kapasitas Triwulan I-2018
Usaha Jam Kerja
Produksi/Usaha
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 110,10 109,21 ‒ 109,66

2. Pertambangan dan Penggalian 93,84 92,89 92,89 93,21

3. Industri Pengolahan 108,62 110,04 104,18 107,61

4. Pengadaan Listrik dan Gas 114,81 110,19 106,48 110,49

id
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
110,13 108,86 100,00 106,33
Limbah, dan Daur Ulang

.
go
6. Konstruksi 85,15 96,78 94,55 92,16

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi


s.
111,97 110,88 110,64 111,16
p
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
.b

8. Transportasi dan Pergudangan 99,70 108,76 105,44 104,63


w

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan


w

100,24 104,95 102,59 102,59


Minum
//w

10. Informasi dan Komunikasi 96,91 102,58 102,58 100,69


s:

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 132,79 134,15 109,02 125,32


tp
ht

12. Real Estat 100,00 111,24 100,00 103,75

13. Jasa Perusahaan 104,25 100,39 100,77 101,80

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan


115,91 100,00 118,18 111,36
dan Jaminan Sosial Wajib

15. Jasa Pendidikan 106,21 109,60 105,08 106,97

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 104,35 107,25 105,80 105,80

17. Jasa Lainnya 104,79 109,58 98,80 104,39

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) 106,62 108,71 103,51 106,28

94 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

A.2. PERKIRAAN ITB TRIWULAN II-2018

1. Pada triwulan II-2018 kondisi bisnis pada


Kondisi bisnis pada triwulan II-
seluruh kategori lapangan usaha
2018 diperkirakan terus tumbuh
diperkirakan masih tumbuh dengan tingkat
dengan tingkat optimisme
optimisme pelaku bisnis yang lebih tinggi
pelaku bisnis diperkirakan
jika dibandingkan dengan optimisme pada
meningkat
triwulan I-2018, kecuali kondisi pada
kategori lapangan usaha Konstruksi yang
diperkirakan masih mengalami penurunan
bisnis.

2. Perbaikan kondisi bisnis dan peningkatan optimisme pelaku bisnis diperkirakan


terjadi selama triwulan II-2018, karena adanya peningkatan order dari dalam

id
negeri, order dari luar negeri, maupun peningkatan harga jual dengan nilai

.
go
indeks masing-masing sebesar 114,01; 101,26; dan 116,31. Perbaikan kondisi
s.
bisnis juga ditunjukkan dengan order barang input yang diperkirakan meningkat
p
(nilai indeks sebesar 105,74).
.b
w

Tabel 9.2
w

Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan II-2018


//w

Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya


s:

Variabel Pembentuk Perkiraan ITB Triwulan II-2018 Perkiraan ITB


Lapangan Usaha Order dari Dalam Order dari Harga Jual Order Barang Triwulan II-2018
tp

Negeri Luar Negeri Produk Input


ht

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 117,09 99,26 121,99 - 112,78


2. Pertambangan dan Penggalian 89,57 101,90 110,43 109,24 102,78
3. Industri Pengolahan 101,07 101,60 117,07 115,24 108,74
4. Pengadaan Listrik dan Gas 136,11 - 119,44 120,37 125,31
5. Pengadaan Air 125,32 - 103,80 113,92 114,35
6. Konstruksi 90,10 - 124,75 81,31 98,72
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
106,53 106,53 127,09 121,04 115,30
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 142,30 - 118,13 - 130,21
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan
105,42 - 114,15 - 109,79
Minum
10. Informasi dan Komunikasi 122,16 - 104,64 - 113,40
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 160,38 - 102,19 - 131,28
12. Real Estat 105,62 - 108,99 - 107,30
13. Jasa Perusahaan 127,03 - 107,72 - 117,37
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
136,36 - 106,82 - 121,59
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 120,90 - 109,04 - 114,97
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 128,26 - 109,42 - 118,84
17. Jasa Lainnya 108,98 - 105,39 - 107,19

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) 114,01 101,26 116,31 105,74 109,33

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 95


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

Gambar 9.1
Indeks Tendensi Bisnis1) Triwulan IV-2012–Triwulan II-20182)

112.39
110.24 111.63 111.02
109.33
107.89
107.24 106.70
106.12 106.00 106.04
105.29 104.72 105.22
103.88 105.46
106.28
104.07
103.42
102.34 101.95

99.46

96.30

. id
go
I-2013
IV/2012

I-2014

I-2015

I-2016

I-2017

I-2018
III-2016

II-2018 2)
III-2013

III-2014

III-2015
II-2013

IV-2013

II-2014

IV-2014

II-2015

IV-2015

II-2016

IV-2016

II-2017

IV-2017
III-2017
p s.
.b
w

Keterangan:
w

1)
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan
//w

sebelumnya.
b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
s:

(stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.


tp

c. Nilai ITB > 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding
triwulan sebelumnya.
ht

2) Angka perkiraan ITB triwulan II-2018.

96 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUME N TRIWULAN I-2018

B. INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK)

B.1. ITK TRIWULAN I-2018

1. Secara umum konsumen masih


merasakan optimisme pada triwulan Kondisi ekonomi konsumen
I-2018 (nilai indeks sebesar 103,83) triwulan I-2018 membaik, namun
walaupun tidak setinggi optimisme optimisme konsumen lebih
pada triwulan IV-2017 (nilai indeks rendah dari triwulan sebelumnya
sebesar 107,00). Hal ini menunjukkan sebelumnya.
kondisi ekonomi konsumen masih
mengalami perbaikan.

2. Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada triwulan I-2018 didorong oleh

id
meningkatnya pendapatan dan volume konsumsi rumah tangga dengan nilai

.
go
indeks masing-masing sebesar 101,35 dan 110,04. Selain itu, tingkat inflasi yang
terkendali menurut konsumen rumah tangga tidak banyak berpengaruh terhadap
s.
tingkat konsumsi masyarakat, ditunjukkan oleh indeks sebesar 103,59.
p
.b

3. Nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi Kep. Bangka Belitung sebesar 110,51 dan
w

terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 80,84.


w
//w

Tabel 9.3
s:

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2017 dan Triwulan I-2018


tp

Menurut Komponen Pembentuknya


ht

Komponen Pembentuk ITK Triw IV-2017 ITK Triw I-2018


(1) (2) (3)
Pendapatan rumah tangga 106,68 101,35

Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi 105,80 103,59

Volume konsumsi bahan makanan, makanan jadi di


restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, 109,28 110,04
perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi,
kesehatan, dan rekreasi)

Indeks Tendensi Konsumen 107,00 103,83

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 97


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

Gambar 9.2
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2018
Tingkat Nasional dan Provinsi

140
130
110.51

120
110 Nasional: 103.83
100

80.84
90
80
70
60
50
Jambi

Bali

Maluku Utara

Papua Barat
Kalimantan Barat

Riau
Kep. Riau
Banten

Sulawesi Selatan

DKI Jakarta
Sulawesi Tengah

Kalimantan Timur

Nusa Tenggara Timur


Jawa Tengah

Sumatera Selatan

Lampung
Kep. Bangka Belitung

DI Yogyakarta

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Barat

Sumatera Barat
Jawa Barat

Gorontalo

Papua
Aceh
Sumatera Utara

Bengkulu

Maluku
Jawa Timur

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara
. id
go
p s.
.b
w
w

B.2. PERKIRAAN ITK TRIWULAN II-2018


//w

1. ITK Mendatang sebesar 116,38


s:

menunjukkan kondisi ekonomi dan Kondisi ekonomi konsumen


tp

optimisme konsumen diperkirakan triwulan II-2018 diperkirakan


ht

mengalami perbaikan pada triwulan II- mengalami peningkatan dengan


2018 jika dibandingkan triwulan I-2018 optimisme lebih tinggi jika
(ITK sebesar 103,83). dibandingkan triwulan sebelumnya

2. Peningkatan kondisi ekonomi dan


optimisme konsumen triwulan II-2018
tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan (nilai
indeks sebesar 124,81). Rencana untuk pembelian barang tahan lama, rekreasi,
maupun penyelenggaraan hajatan juga mengalami peningkatan, namun tidak
setinggi peningkatan pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks sebesar
101,61.

3. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2018 terjadi


di seluruh provinsi di Indonesia. Perkiraan ITK tertinggi terjadi di Provinsi
Sumatera Barat sebesar 129,01 dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebesar 103,94.

98 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

Tabel 9.4
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2018
Menurut Komponen Pembentuknya

Perkiraan
Komponen Pembentuk
ITK Triw II-2018
(1) (2)

Perkiraan pendapatan rumah tangga 124,81

Rencana pembelian barang-barang tahan lama (elektronik,


perhiasan, perangkat komunikasi, mebel, peralatan rumah tangga, 101,61
kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan

Indeks Tendensi Konsumen 116,38

. id
Gambar 9.3

go
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2018
Tingkat Nasional dan Provinsi
s.
p
140
.b
129.01

130
w
//w

120 Nasional: 116.38

103.94
s:

110
tp

100
ht

90

80
Nusa Tenggara…

Nusa Tenggara…
Kep. Bangka…
Jambi
Maluku Utara

Sulawesi Tengah

Papua Barat
Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan

Kalimantan Barat
Kep. Riau

Riau

Bali
Banten

DKI Jakarta
Jawa Tengah

Sumatera Selatan
Sumatera Barat

Jawa Timur

Sulawesi Barat

Lampung
Maluku

Gorontalo
Papua
DI Yogyakarta

Aceh
Sumatera Utara
Jawa Barat

Sulawesi Utara
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 99


INDEKS TENDENSI BISNIS DAN KONSUMEN TRIWULAN I -2018

Tabel 9.5
Indeks Tendensi Konsumen1) Triwulan I-2017–Triwulan II-20182)
Tingkat Nasional dan Provinsi

Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan


No Provinsi
I-2017 II-2017 III-2017 IV-2017 I-2018 II-20182)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 101,68 108,18 114,40 101,98 101,23 104,51
2 Sumatera Utara 101,24 104,18 101,97 109,73 101,22 104,23
3 Sumatera Barat 99,93 109,67 102,76 103,28 97,48 129,01
4 Riau 101,99 109,36 102,86 104,80 98,16 105,93
5 Jambi 105,37 108,74 104,13 106,20 107,40 117,13
6 Sumatera Selatan 101,62 114,67 105,35 103,69 102,30 114,06
7 Bengkulu 103,93 111,05 103,88 101,29 100,81 118,75
8 Lampung 101,81 104,10 104,08 110,49 97,08 105,45
9 Kep. Bangka Belitung 98,34 108,25 103,60 104,63 110,51 111,94
10 Kep. R i a u 96,88 106,02 107,25 106,66 104,22 107,78

id
11 DKI Jakarta 100,84 116,97 110,01 111,08 101,09 115,56

.
12 Jawa Barat 104,50 118,59 110,19 105,43 102,96 117,45

go
13 Jawa Tengah 102,05 114,74 110,47 106,63 105,47 118,16
14 D.I. Yogyakarta 104,13 122,35 119,09
s. 115,18 107,16 121,41
15 Jawa Timur 104,30 123,21 110,52 107,76 108,76 122,94
p
16 Banten 108,42 112,85 109,93 108,57 109,70 118,27
.b

17 Bali 103,91 110,81 109,83 103,24 106,30 104,96


w

18 Nusa Tenggara Barat 97,93 109,06 106,27 105,81 104,75 117,81


w

19 Nusa Tenggara Timur 97,03 107,83 113,40 122,25 80,84 103,94


//w

20 Kalimantan Barat 99,82 107,23 106,31 106,63 101,85 110,20


21 Kalimantan Tengah 103,81 107,44 104,99 105,59 106,69 120,52
s:

22 Kalimantan Selatan 101,45 105,40 104,85 101,32 105,68 117,62


23 Kalimantan Timur 100,35 106,68 105,69 97,91 97,43 119,97
tp

24 Sulawesi Utara 89,89 106,62 106,05 110,97 92,69 106,81


ht

25 Sulawesi Tengah 97,96 106,42 104,75 108,70 100,83 113,25


26 Sulawesi Selatan 101,02 112,27 105,53 103,32 107,39 114,69
27 Sulawesi Tenggara 98,57 111,59 110,03 103,09 103,77 121,41
28 Gorontalo 104,71 115,75 110,89 109,78 102,01 122,02
29 Sulawesi Barat 100,58 113,15 110,44 103,87 101,61 110,37
30 Maluku 98,26 109,24 116,46 117,50 93,57 125,48
31 Maluku Utara 101,71 115,17 106,27 102,71 102,25 122,55
32 Papua Barat 98,57 106,35 118,14 111,45 97,70 111,48
33 Papua 92,84 108,83 107,72 118,80 97,95 121,74
Indonesia 102,27 115,92 109,42 107,00 103,83 116,38

Keterangan:
1) ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami
perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
2) Angka perkiraan ITK triwulan II-2018.

100 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

10
s:
tp
ht

PERTUMBUHAN
PRODUKSI
INDUSTRI
MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 101


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

.id
go
ps.
.b

10
w
w
//w
s:
tp
ht

102 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

X. PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN I-2018
A. Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
1. Pertumbuhan produksi IBS triwulan I-2018 Pertumbuhan produksi
naik sebesar 5,01 persen (y-on-y) dari IBS triwulan I-2018 naik
triwulan I-2017, triwulan IV-2017 naik sebesar 5,01 persen (y-on-y)
sebesar 5,13 persen (y-on-y) dari triwulan dari triwulan I-2017
IV-2016, triwulan III-2017 naik sebesar 5,46
persen (y-on-y) dari triwulan III-2016,

id
triwulan II-2017 naik sebesar 3,89 persen (y-on-y) dari triwulan II-2016, triwulan I-

.
2017 naik sebesar 4,46 persen (y-on-y) dari triwulan I-2016, triwulan IV-2016 naik

go
sebesar 2,10 persen (y-on-y) dari triwulan IV-2015, triwulan III-2016 naik sebesar
s.
4,87 persen (y-on-y) dari triwulan III-2015, dan triwulan II-2016 naik sebesar 5,01
p
persen (y-on-y) dari triwulan II-2015.
.b
w

Gambar 10.1
w

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan (y-on-y)


Triwulan II-2016–Triwulan I-2018
//w
s:

12.00
tp

10.00
ht

8.00
Persen

6.00 5.46
5.01 4.87 5.13
5.01
4.46
3.89
4.00
2.10
2.00

0.00
Triw II-16 Triw III-16 Triw IV-16 Triw I-17 Triw II-17 Triw III-17 Triw IV-17 Triw I-18
Triwulan

2. Pertumbuhan produksi IBS triwulan I-2018 mengalami kenaikan sebesar 0,88


persen (q-to-q) dari triwulan IV-2017, triwulan IV-2017 mengalami penurunan
sebesar 0,61 persen (q-to-q) dari triwulan III-2017, triwulan III-2017 naik 2,22

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 103


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

persen (q-to-q) dari triwulan II-2017, triwulan II-2017 naik 2,46 persen (q-to-q) dari
triwulan I-2016, triwulan I-2017 naik 0,99 persen (q-to-q) dari triwulan IV-2016,
triwulan IV-2016 turun sebesar 0,30 persen (q-to-q) dari triwulan III-2016, triwulan
III-2016 naik sebesar 0,70 persen (q-to-q) dari triwulan II-2016, dan triwulan II-
2016 naik sebesar 3,02 persen (q-to-q) dari triwulan I-2016.

3. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan I-2018 (y-on-y) adalah industri
kulit, barang dari kulit, dan alas kaki naik sebesar 18,87 persen, industri mesin dan
perlengkapan ytdl yang naik 18,48 persen serta pakaian jadi naik 17,05 persen.

4. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan I-2018 (q-to-q) adalah industri
pencetakan dan reproduksi media rekaman naik 13,54 persen, industri kulit,
barang dari kulit, dan alas kaki naik 9,90 persen, dan industri mesin dan
perlengkapan ytdl naik 9,34 persen.

. id
5. Pertumbuhan produksi IBS m-to-m pada Januari 2018 mengalami kenaikan sebesar

go
3,21 persen. Sementara pada Februari 2018 mengalami penurunan sebesar 0,88
s.
persen, dan pada Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 1,87 persen.
p
.b

Tabel 10.1
w

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan 2016–2018 (persen)
w

2010=100
//w

q-to-q y-on-y
Tahun Total
s:

Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
tp

2016 -1,29 3,02 0,70 -0,30 4,13 5,01 4,87 2,10 4,01
ht

2017 0,99 2,46 2,22 -0,61 4,46 3,89 5,46 5,13 4,74
2018 0,88 5,01

104 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

Tabel 10.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Bulanan 2016–2018 (persen)
2010=100

y-on-y m-to-m
Bulan
2016 2017 2018 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Januari 2,57 3,45 8,51*) -0,27 -1,06 3,21*)
Februari 7,38 3,77 5,55**) 1,58 1,90 -0,88**)
Maret 2,55 6,14 1,13***) 0,13 2,42 -1,87***)
April 0,13 6,41 -1,08 -0,83
Mei 7,04 6,63 3,47 3,69
Juni 7,96 -1,12 3,50 -4,02
Juli 8,77 3,88 -2,47 2,46
Agustus 6,07 4,82 1,35 2,27
September 0,05 7,72 -3,23 -0,56
Oktober 0,06 6,39 1,37 0,11

id
November 2,04 4,97 0,20 -1,14

.
Desember

go
4,28 4,02 -0,12 -1,02

Catatan: s.
*) Angka Sementara
p
**) Angka Sangat Sementara
.b

***) Angka Sangat Sangat Sementara


w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 105


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKT UR TRIWULAN I-2018

Tabel 10.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan I-2018
Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)

Pertumbuhan (%)
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y
(1) (2) (3) (4)
10 Makanan -1,23 13,93

11 Minuman 5,02 9,67

12 Pengolahan Tembakau -1,24 4,34

13 Tekstil -2,00 -1,23

14 Pakaian Jadi 3,60 17,05

15 Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 9,90 18,87

id
16 Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) -2,81 5,03
dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya

.
go
17 Kertas dan Barang dari Kertas -0,11 -11,24
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman s. 13,54 12,94
p
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia -4,70 -8,50
.b

21 Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional 1,54 8,95


w

22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 5,29 9,05


w

23 Barang Galian Bukan Logam -4,08 4,63


//w

24 Logam Dasar 3,83 9,92


s:

25 Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 2,73 4,72


tp

26 Komputer, Barang Elektronik, dan Optik -6,16 -13,36


ht

27 Peralatan Listrik -7,55 -4,43


28 Mesin dan Perlengkapan yang tidak termasuk dalam lainnya 9,34 18,48
29 Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer 4,46 2,89
30 Alat Angkutan Lainnya -2,66 14,44
31 Furnitur 1,38 2,67

32 Pengolahan Lainnya 1,82 -1,37

33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -2,34 -2,32

Industri Manufaktur Besar dan Sedang 0,88 5,01

106 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

B. Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

1. Pertumbuhan produksi IMK triwulan I-


2018 naik sebesar 5,25 (y-on-y) dari Pertumbuhan produksi
triwulan I-2017, triwulan IV-2017 naik IMK triwulan I-2018 naik
sebesar 4,59 dari triwulan IV-2016, sebesar 5,25 persen (y-on-y)
triwulan III-2017 naik sebesar 5,34 dari triwulan I-2017
persen dari triwulan III-2016, triwulan II-
2017 naik sebesar 2,50 dari triwulan II-
2016.
Gambar 10.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan (y-on-y)

id
Triwulan I-2016–Triwulan I-2018

.
go
8.00

6.56
p s.
6.63
5.91 5.75
6.00
.b

5.34 5.25
4.88
w

4.59
w
Persen

4.00
//w

2.5
s:

2.00
tp
ht

0.00
I/16 II/16 III/16 IV/16 I/17 II/17 III/17 IV/17 I/18
Triwulan/Tahun

2. Pertumbuhan produksi IMK triwulan I-2018 naik 3,09 persen (q-to-q) dari triwulan
IV-2017, triwulan IV-2017 turun 0,21 persen dari triwulan III-2017, triwulan III-
2017 naik 0,66 persen dari triwulan II-2017, dan triwulan II-2017 naik 1,64 persen
dari triwulan I-2017.

3. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan I-2018 (y-on-y) adalah industri
bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 33,37 persen, industri logam dasar
naik 31,02 persen, dan industri peralatan listrik naik 27,61 persen. Sementara,
industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan
tembakau, turun 50,87 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 107


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

4. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan I-2018 (q-to-q) adalah industri
mesin dan perlengkapan YTDL naik 8,71 persen, industri pengolahan lainnya naik
8,58 persen, dan industri barang logam bukan mesin dan peralatannya naik 6,65
persen.

Tabel 10.4
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan
Triwulan I-2015–Triwulan IV-2017 (persen)

q-to-q y-on-y
Tahun Total
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2015 0,64 5,09 -1,31 1,35 5,65 4,57 6,87 5,79 5,71
2016 0,76 5,74 -2,06 0,51 5,91 6,56 5,75 4,88 5,78

id
2017 2,44 1,64 0,66 -0,21 6,63 2,50 5,34 4,59 4,74

.
go
Tabel 10.5
p s.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan IV-2017
.b

menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)


w

Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
w

q-to-q y-on-y
//w

(1) (2) (3) (4)

10 Makanan 2,06 7,17


s:

11 Minuman 1,81 3,47


tp

12 Pengolahan tembakau -5,71 -50,87


ht

13 Tekstil 1,51 1,52


14 Pakaian jadi 2,02 7,79
15 Kulit, barang dari kulit dan alas kaki 5,72 -3,28
16 Kayu, barang dari kayu dan gabus (kecuali furnitur) 4,85 1,65
dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan
sejenisnya)
17 Kertas dan barang dari kertas -0,39 13,83
18 Percetakan dan reproduksi media rekaman 3,50 18,84
20 Bahan kimia dan barang dari bahan kimia 1,70 33,37
21 Farmasi, obat kimia dan obat tradisional 3,33 1,89
22 Karet, barang dari karet dan plastik 4,65 -1,38
23 Barang galian bukan logam 3,34 7,11
24 Logam dasar -2,73 31,02
25 Barang logam, bukan mesin & peralatannya 6,65 1,73
26 Komputer, barang elektronik dan optik -10,70 4,17
27 Peralatan listrik 4,37 27,61
28 Mesin dan perlengkapan ytdl (yang tidak termasuk 8,71 -22,83
dalam lainnya)

108 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y
(1) (2) (3) (4)
29 Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer -0,40 -10,47
30 Alat angkutan lainnya 0,17 -6,13
31 Furnitur 3,86 1,00
32 Pengolahan lainnya 1,46 2,93
33 Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan 8,58 26,33

Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 3,09 5,25

id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 109


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I -2018

.id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

110 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PARIWISATA MEI 2018

PARIWISATA MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

11
s:
tp
ht

PARIWISATA
MEI
2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 111


PARIWISATA MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

112 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PARIWISATA MEI 2018

XI. PARIWISATA MEI 2018


A. Kunjungan Wisman
1. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Jumlah kunjungan wisman
selama Januari―Mei 2018 mencapai selama Januari―Mei 2018
6,17 juta kunjungan atau naik 11,89 mencapai 6,17 juta kunjungan
persen dibandingkan dengan jumlah atau naik 11,89 persen
kunjungan wisman pada periode yang dibandingkan dengan jumlah
sama tahun 2017, yang tercatat kunjungan wisman pada periode
sebanyak 5,51 juta kunjungan. yang sama tahun 2017

. id
go
s.
Tabel 11.1
p
Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk
.b
w

Jumlah Kunjungan Perubahan


Perubahan Perubahan
Mei 2018
w

Pintu Masuk Jan–Mei Mei 2018 thd Jan–Mei 2018


Mei 2017 Apr 2018 Mei 2018*) Jan–Mei 2017 thd 2017
2018 Apr 2018 (%) thd 2017 (%)
//w

(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
s:

A. Pintu Udara 809 941 846 690 802 827 3 839 112 3 884 664 -0,88 -5,18 1,19
tp

B. Pintu Laut 209 193 236 833 190 853 1 079 900 1 213 876 -8,77 -19,41 12,41
ht

C. Pintu Darat 129 454 216 754 207 135 592 095 1 067 569 60,01 -4,44 80,30

Jumlah 1 148 588 1 300 277 1 200 815 5 511 107 6 166 109 4,55 -7,65 11,89

*) Angka sementara

2. Jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali pada Mei 2018
mengalami kenaikan sebesar 7,69 persen dibandingkan Mei 2017, yaitu dari
488,70 ribu kunjungan menjadi 526,28 ribu kunjungan. Begitu pula, jika
dibandingkan dengan bulan April 2018, jumlah kunjungan wisman ke Bali juga
mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 113


PARIWISATA MEI 2018

Gambar 11.1
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman menurut Pintu Masuk
Januari 2016–Mei 2018

700 000

600 000
Jumlah Kunjungan

500 000

400 000

300 000

200 000

id
100 000

.
go
0
Apr

Apr

Apr
Jan'16
Feb
Mar

Sep

Jan'17
Feb
Mar

Sep

Jan'18
Feb
Mar
Juli
Agt

Agt
Mei

Nov
Des

Mei

Nov
Des

Mei
Jun
Jul
Juni

Okt

Okt
p s.
Bulan
.b

Soekarno-Hatta Ngurah Rai Batam Lainnya


w
w
//w

3. Dari sekitar 1,20 juta kunjungan wisman yang datang ke Indonesia pada Mei
2018, sebanyak 15,11 persen diantaranya dilakukan oleh wisman berkebangsaan
s:

Tiongkok, diikuti oleh wisman Malaysia (15,00 persen), Timor Leste (11,89
tp

persen), Australia (9,24 persen), dan Singapura (7,44 persen)


ht

B. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang

1. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel


berbintang di Indonesia selama Mei 2018
TPK hotel berbintang Mei
mencapai 53,86 persen, yang berarti
2018 mencapai 53,86 persen
terjadi penurunan 2,21 poin dibandingkan
atau turun 2,21 poin
rata-rata TPK hotel berbintang pada bulan
dibanding TPK Mei 2017
yang sama tahun 2017. Demikian pula, jika
dibandingkan bulan April 2018, TPK Mei
2018 juga mengalami penurunan sebesar
3,57 poin.

114 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


PARIWISATA MEI 2018

2. Angka TPK menggambarkan rata-rata tingkat hunian di masing-masing hotel


tanpa memperhatikan adanya perkembangan jumlah usaha dan kamar hotel.
Naik turunnya angka TPK tidak selalu mencerminkan kinerja di sektor perhotelan.
Selain TPK, kinerja sektor perhotelan juga harus memperhatikan perkembangan
jumlah usaha dan kamar hotel yang siap dijual atau dipasarkan.

Gambar 11.2
Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Klasifikasi Bintang di Indonesia,
Januari 2016–Mei 2018

70.00

.id
60.00

go
Persen

s.
50.00
p
.b
w

40.00
w
//w

30.00
Mar

Mar
April

Mar
Agt

Agt
Mei
Juni

Mei

Mei
Juli

Nov

Jul

Nov
Okt

Des

Jun

Okt

Des
Apr

Apr
Jan'16

Jan'17

Jan'18
Feb

Sep

Feb

Sep

Feb
s:
tp

Bulan
ht

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

3. TPK hotel berbintang di Bali pada Mei 2018 sebesar 67,55 persen, atau naik
sebesar 5,64 poin dibandingkan TPK Mei 2017. Begitu pula, jika dibandingkan
dengan April 2018, TPK Mei 2018 di Bali mengalami kenaikan sebesar 4,02
poin.

4. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang
selama Mei 2018 mencapai 1,84 hari, atau mengalami penurunan 0,15 hari
dibandingkan rata-rata lama menginap selama Mei 2017. Jika dibandingkan
dengan bulan April 2018, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia
pada Mei 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,03 poin.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 115


PARIWISATA MEI 2018

Tabel 11.2
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Klasifikasi
Bintang, dan Rata-Rata Lama Menginap Tamu Januari 2017–Mei 2018

Wisman Bali TPK Bali Lama Menginap


Wisman TPK*)
(Ngurah Rai) Tamu (hari)
Bulan/
Tahun Peru- Peru- Rata- Peru- Rata- Peru- Peru-
Jumlah Jumlah Rata-
bahan bahan Rata bahan Rata bahan bahan
Kunjungan Kunjungan Rata
(%) (%) (%) (poin) (%) (poin) (poin)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

2017 14 039 799 21,88 5 682 248 17,10 55,83 2,09 62,82 1,19 1,89 0,09
Jan–Mei 5 511 107 24,29 2 294 327 25,56 53,98 1,13 59,41 1,33 1,91 0,09
Mei 1 148 588 -1,95 488 698 2,36 56,07 0,93 61,91 3,37 1,99 0,15
Juni 1 144 001 -0,40 505 976 3,54 51,02 -5,05 66,72 4,81 1,92 -0,07
Juli 1 370 591 19,81 594 238 17,44 57,52 6,50 72,32 5,60 1,89 -0,03

id
Agustus 1 393 243 1,65 601 553 1,23 58,00 0,48 74,86 2,54 1,97 0,08

.
September 1 250 231 -10,26 551 968 -8,24 58,42 0,42 72,64 -2,22 1,97 0

go
Oktober 1 161 565 -7,09 464 703 -15,81 56,93 -1,49 65,93 -6,71 1,92 -0,05
November 1 062 030 -8,57 360 043 -22,52
s.
57,88
p
0,95 54,08 -11,85 1,80 -0,12
Desember 1 147 031 8,00 309 440 -14,05 59,53 1,65 50,66 -3,42 1,72 -0,08
.b
w

2018 6 166 109 11,89 2 316 266 0,96 55,27 1,29 62,22 2,81 1,90 -0,01
w

Januari 1 100 677 -4,04 345 191 11,55 51,91 -7,62 52,97 2,31 2,02 0,30
//w

Februari 1 201 001 9,11 443 805 28,57 56,21 4,30 66,66 13,69 1,92 -0,10
Maret 1 363 339 13,52 484 846 9,25 57,10 0,89 61,19 -5,47 1,95 0,03
s:

April 1 300 277 -4,63 516 143 6,46 57,43 0,33 63,53 2,34 1,81 -0,14
tp

Mei 1 200 815 -7,65 526 281 1,96 53,86 -3,57 67,55 4,02 1,84 0,03
ht

116 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


TRANSPORTASI NASIONAL MEI 2018

TRANSPORTASI NASIONAL MEI


2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

12
s:
tp
ht

TRANSPORTASI
NASIONAL
MEI 2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 117


TRANSPORTASI NASIONAL MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

118 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


TRANSPORTASI NASIONAL MEI 2018

XII. TRANSPORTASI NASIONAL MEI


2018
A. Angkutan Udara
1. Jumlah penumpang angkutan udara Jumlah penumpang angkutan
tujuan dalam negeri (domestik) Mei 2018 udara domestik Mei 2018
mencapai 7,3 juta orang atau turun 8,06 mencapai 7,3 juta orang, turun
persen dibandingkan bulan sebelumnya 8,06 persen
namun naik 0,44 persen dibandingkan
bulan yang sama tahun 2017.

. id
go
Gambar 12.1
Perkembangan Jumlah Penumpang Menurut Moda Transportasi
s.
Mei 2017–Mei 2018
p
.b

40
w

35
w

30
//w

25
s:
juta orang

20
tp

15
ht

10

0
Apr
Sep

Feb
Mei'17

Agt

Jan'18

Mar

Mei
Jun

Des
Jul

Nov
Okt

penumpang kereta api penumpang angkutan laut


penumpang angkutan udara domestik penumpang angkutan udara internasional

2. Jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) Mei 2018 mencapai 1,4 juta
orang atau turun 6,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya namun naik 5,31
persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2017.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 119


TRANSPORTASI NASIONAL ME I 2018

B. Angkutan Laut Dalam Negeri


Jumlah penumpang pelayaran
1. Jumlah penumpang pelayaran dalam dalam negeri Mei 2018
negeri Mei 2018 mencapai 1,7 juta mencapai 1,7 juta orang, naik
orang atau naik 2,27 persen 2,27 persen
dibandingkan bulan sebelumnya dan
naik 32,07 persen dibandingkan bulan
yang sama tahun 2017.

2. Jumlah barang yang diangkut pelayaran dalam negeri Mei 2018 mencapai 24,1
juta ton atau naik 1,71 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 6,36
persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2017.

. id
go
C. Angkutan Kereta Api s.
Jumlah penumpang kereta
1. Jumlah penumpang kereta api Mei
p
api Mei 2018 mencapai 35,5
.b

2018 mencapai 35,5 juta orang atau


juta orang, turun 0,76
w

turun 0,76 persen dibandingkan bulan


persen,B
w

sebelumnya namun naik 5,15 persen


//w

dibandingkan bulan yang sama tahun


2017.
s:
tp

2. Jumlah barang yang diangkut kereta api Mei 2018 mencapai 4,3 juta ton atau naik
ht

8,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 18,18 persen dibandingkan
bulan yang sama tahun 2017.

120 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


TRANSPORTASI NASIONAL MEI 2018

Tabel 12.1
Perkembangan Jumlah Penumpang dan Barang Menurut Moda Transportasi
Mei 2017–Mei 2018

Angkutan Udara Angkutan Laut Angkutan Kereta Api

Domestik Internasional Penumpang Barang Penumpang Barang


Tahun/
Bulan Peru- Peru- Peru- Peru- Peru- Peru-
(000 (000 (000 (000 (000 (000
bahan bahan bahan bahan bahan bahan
org) org) org) ton) org) ton)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

2017 89 357,7 – 16 608,7 – 17 462,2 – 262 432,4 – 393 269 – 43 371 –


Mei 7 239,3 2,47 1 342,1 -3,83 1 317,8 5,16 22 693,6 8,43 33 745 7,12 3 652 5,92
Juni 6 976,3 -3,63 1 336,8 -0,39 1 525,7 15,78 21 557,9 -5,00 30 723 -8,96 3 182 -12,87
Juli 8 922,3 27,89 1 478,0 10,56 1 811,5 18,73 21 039,5 -2,40 34 310 11,68 3 800 19,42

id
Agustus 7 993,6 -10,41 1 520,1 2,85 1 606,9 -11,29 22 626,4 7,54 33 791 -1,51 4 012 5,58

.
go
September 7 551,5 -5,53 1 430,9 -5,87 1 510,4 -6,01 22 412,7 -0,94 32 498 -3,83 3 779 -5,81
Oktober 7 523,1 -0,38 1 350,2 -5,64 1 530,9 1,36
s. 22 806,5 1,76 35 070 7,91 4 055 7,30
November 7 503,8 -0,26 1 340,3 -0,73 1 541,0 0,66 23 471,7 2,92 34 361 -2,02 3 869 -4,59
p
.b

Desember 8 335,2 11,08 1 434,7 7,04 1 727,4 12,10 23 215,6 -1,09 36 807 7,12 3 858 -0,28
w

– – – 116 594,0 – 173 130 – 19 688 –


w

2018 37 428,6 7 163,5 8 268,8


//w

Januari 7 614,1 -8,65 1 349,6 -5,93 1 703,3 -1,40 22 881,3 -1,44 34 741 -5,61 3 981 3,19
Februari 6 907,2 -9,28 1 348,9 -0,05 1 531,1 -10,11 22 699,7 -0,79 31 278 -9,97 3 546 -10,93
s:

Maret 7 728,6 11,89 1 536,5 13,91 1 592,3 4,00 23 144,9 1,96 35 875 14,70 3 851 8,60
tp

April 7 907,9 2,32 1 515,2 -1,39 1 701,7 6,87 23 730,9 2,53 35 754 -0,34 3 994 3,71
ht

Mei 7 270,8 -8,06 1 413,3 -6,73 1 740,4 2,27 24 137,2 1,71 35 482 -0,76 4 316 8,06

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 121


TRANSPORTASI NASIONAL MEI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

122 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

KETENAGAKERJAAN FEBRUARI
2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:

13
tp
ht

KETENAGAKERJAAN
FEBRUARI 2018

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 123


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

124 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

XIII. KETENAGAKERJAAN FEBRUARI


2018
A. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2018
1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jumlah penganggur
Februari 2018 sebesar 5,13 persen turun Februari 2018 sebanyak
0,20 poin dibanding TPT Februari 2017. 6,87 juta orang

Tabel 13.1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2016–2018
(juta orang)

id
2016 2017 2018
Jenis kegiatan

.
go
Februari Agustus Februari Agustus Februari
(1) (2) (3)
s. (4) (5) (6)

1. Angkatan Kerja 127,67 125,44 131,55 128,06 133,94


p
.b

Bekerja 120,65 118,41 124,54 121,02 127,07


Penganggur 7,02 7,03 7,01 7,04 6,87
w

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20
w
//w

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13


4. Pekerja tidak penuh 36,33 32,23 37,54 33,82 39,99
s:

Setengah penganggur 10,46 8,97 9,49 9,14 9,70


tp

Pekerja Paruh waktu 25,87 23,26 28,05 24,68 30,29


Bekerja di bawah 15 jam per minggu 8,54 6,74 9,99 8,33 11,09
ht

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Februari 2018 sebesar
69,20 persen mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen poin jika dibandingkan
dengan TPAK Februari 2017 sebesar 69,02 persen.

3. Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada
Februari 2018 sebanyak 39,99 juta orang (31,47 persen dari total penduduk
bekerja). Jika dibandingkan dengan Februari 2017, naik sebanyak 2,45 juta orang
(6,53 persen).

4. Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Februari 2018
sebanyak 11,09 juta orang (8,73 persen dari total penduduk bekerja). Jika
dibandingkan dengan Februari 2017, naik sebanyak 1,10 juta orang (11,01
persen).
5. Pada Februari 2018 terdapat 9,70 juta orang (7,64 persen) penduduk bekerja
berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan
masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 125


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

B. Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran


1. Angkatan kerja Indonesia pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang,
bertambah sebanyak 2,39 juta orang dibandingkan dengan Februari 2017.

Gambar 13.1
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur, 2016–2018
(juta orang)

131.55 133.94
127.67 125.44 128.06
124.54 127.07
120.65 118.41 121.02

. id
go
7.02 7.03 7.01
p s. 7.04 6.87
.b

Februari Agustus Februari Agustus Februari


w

2016 2017 2018


w

Angkatan Kerja Bekerja Penganggur


//w
s:
tp

2. Jumlah Penduduk bekerja pada Februari 2018 sebanyak 127,07 juta orang,
ht

bertambah 2,53 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2017.

3. Pada Februari 2018, jumlah pengangguran mencapai 6,87 juta orang, mengalami
penurunan 140 ribu orang jika dibandingkan dengan Februari 2017.

C. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (17 Kategori)


1. Jumlah penduduk yang bekerja pada setiap kategori lapangan pekerjaan
menunjukkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. Struktur penduduk
bekerja menurut lapangan pekerjaan pada Februari 2018 masih didominasi oleh
tiga lapangan pekerjaan utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
sebanyak 38,70 juta orang (30,46 persen); Perdagangan sebanyak 23,55 juta
orang (18,53 persen); dan Industri Pengolahan sebanyak 17,92 juta orang (14,11
persen).

2. Dilihat berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Februari 2017–Februari


2018, lapangan usaha yang mengalami peningkatan jumlah penduduk bekerja

126 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebanyak 1,02 juta
orang (14,41 persen), Industri Pengolahan sebanyak 830 ribu orang (4,86 persen),
dan Jasa Lainnya sebanyak 630 ribu orang (11, 17 persen). Sementara lapangan
pekerjaan yang mengalami penurunan adalah Pertanian sebanyak 980 ribu orang
(2,47 persen), Konstruksi sebanyak 100 ribu orang (1,40 persen), dan Jasa
Pendidikan sebanyak 80 ribu orang (1,25 persen).

Tabel 13.2
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama (17 Kategori), 2016–2018
(juta orang)

2016 2017 2018


Lapangan Pekerjaan Utama
Februari Agustus Februari Agustus Februari

id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

.
go
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 38,30 37,77 39,68 35,92 38,70
B. Pertambangan dan Penggalian 1,31
p s. 1,47 1,36 1,39 1,38
C. Industri Pengolahan 16,47 15,87 17,09 17,56 17,92
.b

D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,28 0,26 0,30 0,30 0,34


w

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,35 0,24 0,36 0,41 0,44


w

Limbah, dan Daur Ulang


//w

F. Konstruksi 7,71 7,98 7,16 8,14 7,06


G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 24,15 21,55 23,25 22,50 23,55
s:

Mobil dan Sepeda Motor


tp

H. Transportasi dan Pergudangan 4,71 4,97 4,94 5,06 5,09


I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,63 6,25 7,08 6,90 8,10
ht

J. Informasi dan Komunikasi 0,64 0,68 0,85 0,82 1,00


K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,73 1,73 1,79 1,72 1,70
L. Real Estat 0,31 0,36 0,33 0,30 0,27
M,N. Jasa Perusahaan 1,35 1,44 1,45 1,66 1,58
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, 4,39 4,99 5,03 4,58 5,35
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 5,74 6,09 6,39 5,98 6,31
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,64 1,75 1,84 1,78 2,01
R,S,T,U. Jasa Lainnya 5,94 5,01 5,64 6,00 6,27

Jumlah 120,65 118,41 124,54 121,02 127,07

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 127


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

D. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama


1. Pada Februari 2018, penduduk bekerja dengan status paling banyak adalah
buruh/karyawan/pegawai, yaitu 48,42 juta orang (38,11 persen), dikuti oleh
status berusaha sendiri dan berusaha dibantu buruh tidak tetap, yaitu masing-
masing sebanyak 23,62 juta orang (18,58 persen) dan 20,94 juta orang (16,48
persen). Sementara penduduk bekerja berstatus pekerja bebas di pertanian paling
sedikit yaitu 4,58 juta orang (3,60 persen).
2. Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status
berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sisanya
termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2018
sebanyak 53,09 juta orang (41,78 persen) penduduk bekerja pada kegiatan formal

id
dan sebanyak 73,98 juta orang (58,22 persen) bekerja pada kegiatan informal.

.
go
Selama setahun terakhir pekerja informal turun sebesar 0,13 persen poin.

Tabel 13.3
p s.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2016–2018
.b

(juta orang)
w

2016 2017 2018


w

Status Pekerjaan Utama


Februari Agustus Februari Agustus Februari
//w

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


s:

1. Berusaha sendiri 20,39 20,01 21,85 23,15 23,62


tp

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 21,00 19,45 21,28 18,02 20,94
ht

3. Berusaha dibantu buruh tetap 4,03 4,38 4,45 3,95 4,67

4. Buruh/karyawan/pegawai 46,30 45,83 47,42 48,05 48,42


5. Pekerja bebas di pertanian 5,24 5,50 5,36 5,85 4,58
6. Pekerja bebas di nonpertanian 7,00 6,97 6,02 7,16 6,34
7. Pekerja keluarga/tak dibayar 16,69 16,27 18,16 14,84 18,50
Formal/Informal
Formal 50,33 50,21 51,87 52,00 53,09
Informal 70,32 68,20 72,67 69,02 73,98

Jumlah 120,65 118,41 124,54 121,02 127,07

128 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

E. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan


1. Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2018 masih didominasi oleh penduduk
bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah sebanyak 53,11 juta orang
(41,80 persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 22,88 juta (18,00
persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 15,21 juta orang
mencakup 3,50 juta orang (2,75 persen) berpendidikan Diploma dan 11,71 juta
orang (9,22 persen) berpendidikan Universitas.

2. Dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2017–Februari 2018), hampir di


semua tingkat pendidikan, jumlah pekerja mengalami kenaikan kecuali pada
tingkat pendidikan Diploma I/II/III mengalami penurunan sebanyak 180 ribu
orang.

id
Tabel 13.4
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

.
go
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2018
(juta orang) s.
Pendidikan Tertinggi yang 2016 2017 2018
p
.b

Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
w
w

1. SD ke bawah 52,43 49,97 52,59 50,98 53,11


2. Sekolah Menengah Pertama 21,48 21,36 22,62 21,72 22,88
//w

3. Sekolah Menengah Atas 20,71 20,41 20,52 21,13 21,32


s:

4. Sekolah Menengah Kejuruan 12,34 12,17 13,54 12,59 14,55


5. Diploma I/II/III 3,20 3,41 3,68 3,28 3,50
tp

6. Universitas 10,49 11,09 11,59 11,32 11,71


ht

Jumlah 120,65 118,41 124,54 121,02 127,07

F. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan


1. Jumlah pengangguran pada Februari 2018 mencapai 6,87 juta orang, dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 5,33 persen
pada Februari 2017 menjadi 5,13 persen pada Februari 2018.

2. Pada Februari 2018, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan


menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 8,92 persen, disusul oleh TPT Diploma
I/II/III sebesar 7,92 persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat
pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 2,67 persen.

3. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2017, TPT yang mengalami


penurunan terbesar terjadi pada tingkat pendidikan SD ke bawah, sedangkan TPT
yang mengalami kenaikan terbesar terjadi pada tingkat pendidikan Diploma
I/II/III.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 129


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

Tabel 13.5
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2018
(persen)

Pendidikan Tertinggi yang 2016 2017 2018

Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. SD ke bawah 3,44 2,88 3,54 2,62 2,67
2. Sekolah Menengah Pertama 5,76 5,71 5,36 5,54 5,18
3. Sekolah Menengah Atas 6,95 8,72 7,03 8,29 7,19
4. Sekolah Menengah Kejuruan 9,84 11,11 9,27 11,41 8,92
5. Diploma I/II/III 7,22 6,04 6,35 6,88 7,92
6. Universitas 6,22 4,87 4,98 5,18 6,31

id
Jumlah 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13

.
go
G. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut
s.
Provinsi
p
.b

1. Pada Februari 2018, TPT tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
w

Banten masing-masing sebesar 8,16 persen dan 7,77 persen, sedangkan TPT
w

terendah terjadi di Provinsi Bali dan Provinsi Sulawesi Barat masing-masing


//w

sebesar 0,86 persen dan 2,45 persen.


s:

2. Dibandingkan dengan Februari 2017, TPT menurut provinsi yang penurunannya


tp

terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat dengan penurunan sebesar 1,85 persen
ht

poin, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar terjadi di Provinsi


Sulawesi Selatan dengan peningkatan sebesar 0,62 persen poin.

130 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

Tabel 13.6
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi, 2017–2018

2017 2018
Provinsi
Februari Agustus Februari
Jumlah TPT Jumlah TPT Jumlah TPT
(000 orang) (persen) (000 orang) (persen) (000 orang) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 172,1 7,39 150,3 6,57 154,1 6,55
Sumatera Utara 430,2 6,41 377,3 5,60 404,0 5,59
Sumatera Barat 151,9 5,80 138,7 5,58 152,2 5,55
Riau 180,2 5,76 184,6 6,22 188,4 5,72
Jambi 65,7 3,67 66,8 3,87 67,5 3,65
Sumatera Selatan 161,2 3,80 181,1 4,39 175,5 4,02
Bengkulu 29,0 2,81 36,3 3,74 27,9 2,70

id
Lampung 189,1 4,43 176,3 4,33 190,4 4,33

.
Kep. Bangka Belitung 32,5 4,46 26,4 3,78 27,3 3,61

go
Kepulauan Riau 67,8 6,44 69,2 7,16 68,6 6,43
DKI Jakarta 292,7 5,36
s. 346,9 7,14 290,1 5,34
Jawa Barat 1 922,0 8,49 1 839,4 8,22 1 857,4 8,16
p
Jawa Tengah 755,5 4,15 823,9 4,57 771,1 4,23
.b

DI Yogyakarta 60,1 2,84 64,0 3,02 65,6 3,06


w

Jawa Timur 855,7 4,10 838,5 4,00 809,4 3,85


w

Banten 462,3 7,75 519,6 9,28 472,8 7,77


//w

Bali 31,6 1,28 36,1 1,48 22,3 0,86


Nusa Tenggara Barat 97,2 3,86 79,4 3,32 83,2 3,38
s:

Nusa Tengggara Timur 80,2 3,21 78,5 3,27 76,3 2,98


Kalimantan Barat 105,7 4,22 105,1 4,36 106,3 4,15
tp

Kalimantan Tengah 42,9 3,13 54,0 4,23 44,4 3,18


ht

Kalimantan Selatan 75,9 3,53 99,0 4,77 84,5 3,86


Kalimantan Timur 143,6 8,55 114,3 6,91 125,2 6,90
Kalimantan Utara 16,8 5,17 18,3 5,54 16,3 4,68
Sulawesi Utara 77,1 6,12 80,5 7,18 76,4 6,09
Sulawesi Tengah 46,3 2,97 54,4 3,81 50,1 3,19
Sulawesi Selatan 190,4 4,77 213,7 5,61 224,9 5,39
Sulawesi Tenggara 39,6 3,14 39,6 3,30 35,9 2,79
Gorontalo 21,5 3,65 23,5 4,28 22,6 3,62
Sulawesi Barat 19,1 2,98 19,7 3,21 16,2 2,45
Maluku 59,7 7,77 65,7 9,29 57,0 7,38
Maluku Utara 26,8 4,82 27,5 5,33 27,4 4,65
Papua Barat 33,2 7,52 28,0 6,49 26,1 5,67
Papua 69,5 3,96 63,8 3,62 53,8 2,91
Indonesia 7 005,3 5,33 7 040,3 5,50 6 871,3 5,13

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 131


KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2018

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

132 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

14
s:
tp
ht

KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN
PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 133


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

134 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

XIV. KEMISKINAN DAN


KETIMPANGAN PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017
A. Perkembangan Kemiskinan Maret–September 2017
1. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
September 2017 mencapai 26,58 juta orang
Jumlah penduduk miskin
(10,12 persen), turun 1,19 juta orang
pada September 2017
dibandingkan dengan penduduk miskin pada sebanyak 26,58 juta orang
Maret 2017 yang sebanyak 27,77 juta orang

id
(10,64 persen). Perkembangan indikator

.
go
kemiskinan menurut daerah tempat tinggal
s.
dapat dilihat pada Gambar 14.1. dan Tabel 14.1.
p
Gambar 14.1
.b

Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah


w

Maret 2017–September 2017


w
//w

13.93 13.47
s:

10.64 10.12
tp
ht

7.72 7.26

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Maret 2017 September 2017

2. Pada periode Maret 2017–September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah


perkotaan mengalami penurunan sebesar 401,28 ribu orang sementara di daerah
perdesaan mengalami penurunan sebesar 786,95 ribu orang.

3. Sebagian besar penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan. Pada September


2017, penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 61,36 persen
dari seluruh penduduk miskin, sementara pada Maret 2017 sebesar 61,56
persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 135


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Tabel 14.1
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret–September 2017

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Jumlah


Persentase
Penduduk
Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total Penduduk
Miskin
(GKM) (GKBM) (GK) Miskin)
(juta orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Perkotaan
Maret 2017 270 856 114 765 385 621 10,67 7,72
September 2017 283 220 117 775 400 995 10,27 7,26

Perdesaan
Maret 2017 278 278 83 218 361 496 17,10 13,93
September 2017 284 740 86 169 370 910 16,31 13,47

id
Perkotaan+Perdesaan

.
Maret 2017

go
274 544 99 933 374 478 27,77 10,64
September 2017 283 964 103 196 387 160 26,58 10,12
s.
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) Maret
2017 dan September 2017
p
.b

Beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2017–
w

September 2017 antara lain adalah:


w
//w

a. Selama periode Maret 2017–September 2017, inflasi umum relatif rendah yaitu
sebesar 1,45 persen.
s:

b. Nominal rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar
tp

1,50 persen dibanding Maret 2017 (dari Rp49 473,- menjadi Rp50 213,-). Sejalan
ht

dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05
persen dibanding Maret 2017 , yaitu dari Rp37 318,- menjadi Rp37 711,-.
c. Upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78
persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp83 724,- menjadi Rp84 378,-. Akan
tetapi, upah riilnya per hari pada September 2017 turun sebesar 0,66 persen
dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp65 297,- menjadi Rp64 867,-.
d. Pada periode Maret 2017–September 2017, laju pertumbuhan beberapa harga
komoditi pangan cukup terkendali. Harga komoditi beras mengalami kenaikan
0,69 persen dari Rp13 125,- (Maret 2017) menjadi Rp13 215,- (September 2017).
Untuk harga komoditi daging ayam ras naik 4,68 persen dari Rp37 285,-
(Maret 2017) menjadi Rp39 031,- (September 2017). Begitu pula untuk harga
daging sapi, kenaikannya hanya 0,43 persen, yaitu dari Rp107 251,- (Maret 2017)
menjadi Rp107 715,- (September 2017). Akan tetapi, harga eceran gula pasir,
cabai rawit, dan cabai merah mengalami penurunan yang cukup tinggi. Rata-rata
harga gula pasir mengalami penurunan sebesar 9,74 persen, yaitu dari Rp14

136 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

441,- per kg pada Maret 2017 menjadi Rp13 034,- per kg pada September 2017.
Harga cabai rawit mengalami penurunan sebesar 57,69 persen (dari Rp79 117,-
per kg pada Maret 2017 menjadi Rp33 472,- per kg pada September 2017). Harga
cabai merah juga mengalami penurunan sebesar 20,53 persen (dari Rp39 551,-
per kg pada Maret 2017 menjadi Rp31 433,- per kg pada September 2017).
Terkendalinya harga beberapa komoditi pokok tersebut selain menekan laju
kenaikan GK juga membantu daya beli masyarakat.
e. Berdasarkan data Susenas September 2017, beras sejahtera (rastra) telah
diterima oleh rumah tangga. Rata-rata setiap bulannya, selama Mei–Agustus
2017 rastra telah disalurkan kepada sekitar 30 persen rumah tangga.
B. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2017─September 2017

1. Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena

id
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

.
go
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2017–
s.
September 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,39 persen, yaitu dari Rp374
p
478,- per kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp387 160,- per kapita per
.b

bulan pada September 2017. Garis Kemiskinan (GK), terdiri dari Garis Kemiskinan
w

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Peranan GKM
w

terhadap GK sangat dominan, yaitu mencapai 73,35 persen pada bulan


//w

September 2017. Dibedakan menurut wilayah, sumbangan GKM terhadap GK di


s:

perkotaan adalah 70,63 persen sementara di perdesaan 76,77 persen.


tp

Tabel 14.2
ht

Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap


Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) Menurut Daerah, September 2017

Jenis komoditi Perkotaan Jenis komoditi Perdesaan


(1) (2) (3) (4)
Makanan: 70,63 Makanan: 76,77
Beras 18,80 Beras 24,52
Rokok kretek filter 9,98 Rokok kretek filter 10,70
Daging sapi 5,71 Telur ayam ras 3,18
Telur ayam ras 3,63 Gula pasir 2,95
Daging ayam ras 3,36 Daging sapi 2,83
Mie instan 2,24 Daging ayam ras 2,22
Gula pasir 2,17 Mie instan 2,11
Kopi bubuk & kopi instan
1,72 Bawang merah 1,83
(sachet)

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 137


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Lanjutan Tabel 14.2


Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap
Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) Menurut Daerah, September 2017

Jenis komoditi Perkotaan Jenis komoditi Perdesaan


(1) (2) (3) (4)
Roti 1,63 Roti 1,75
Kue Basah 1,58 Kue Basah 1,74
Kopi bubuk & kopi instan
Tempe 1,50 1,70
(sachet)
Bawang merah 1,47 Tempe 1,45
Lainnya 16,84 Lainnya 19,79

Bukan Makanan: 29,37 Bukan Makanan: 23,23

id
Perumahan 8,79 Perumahan 7,36

.
Bensin 4,24 Bensin 3,18

go
Listrik 3,85 Listrik s. 2,04
Pendidikan 2,14 Pendidikan 1,24
p
.b

Perlengkapan mandi 1,30 Perlengkapan mandi 1,11


w

Angkutan 1,08 Kayu Bakar 0,88


w

Pakaian jadi perempuan dewasa 0,80 Sabun cuci 0,78


//w

Lainnya 7,17 Lainnya 6,64


Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) September
s:

2017
tp

2. Pada September 2017, komoditi makanan yang memberikan sumbangan besar


ht

pada GK baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama.


Beras memberi sumbangan sebesar 18,80 persen di perkotaan dan 24,52 persen
di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua
terhadap GK (9,98 persen di perkotaan dan 10,70 persen di perdesaan). Komoditi
lainnya adalah daging sapi (5,71 persen di perkotaan dan 2,83 persen di
perdesaan), telur ayam ras (3,63 persen di perkotaan dan 3,18 persen di
perdesaan), daging ayam ras (3,36 persen di perkotaan dan 2,22 di perdesaan),
mie instan (2,24 persen di perkotaan dan 2,11 di perdesaan), gula pasir (2,17
persen di perkotaan dan 2,95 persen di perdesaan) dan seterusnya. Komoditi
bukan makanan yang memberikan sumbangan besar baik pada GK perkotaan
dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan
mandi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.2.

138 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGE LUARAN SEPTEMBER 2017

C. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

1. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase


penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak
rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks
keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin.

2. Pada periode Maret 2017–September 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)


dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman
Kemiskinan pada Maret 2017 adalah 1,83 dan pada September 2017 mengalami
penurunan menjadi 1,79. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2), pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,48 menjadi 0,46

id
(Tabel 14.3).

.
go
Tabel 14.3 s.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
p
di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2017–September 2017
.b
w

Perkotaan+
Tahun Perkotaan Perdesaan
w

Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
//w

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)


s:

Maret 2017 1,24 2,49 1,83


tp

September 2017 1,24 2,43 1,79


ht

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


Maret 2017 0,31 0,67 0,48
September 2017 0,30 0,65 0,46
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) Maret
2017 dan September 2017

3. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada September
2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar
1,24 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,43. Pada
periode yang sama nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan
adalah 0,30 sedangkan di daerah perdesaan mencapai sebesar 0,65.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 139


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Tabel 14.4
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin, September 2017
Perkotaan Perdesaan Total
Jumlah Jumlah Jumlah
Garis Garis Garis
Provinsi Penduduk Penduduk Penduduk
Kemiskinan Kemiskinan Kemiskinan
Miskin P0 Miskin P0 Miskin P0
(Rp/kapita/ (Rp/kapita/ (Rp/kapita/
(000 (000 (000
bulan) bulan) bulan)
orang) orang) orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 479 872 166,77 10,42 442 869 663,03 18,36 454 124 829,80 15,92
Sumatera Utara 438 894 663,27 8,96 407 157 663,30 9,62 423 696 1 326,57 9,28

Sumatera Barat 475 365 114,59 5,11 441 415 245,41 7,94 455 797 359,99 6,75

Riau 474 626 176,98 6,55 457 368 319,41 7,99 465 181 496,39 7,41

Jambi 465 233 118,49 10,53 366 036 160,11 6,66 396 361 278,61 7,90

Sumatera Selatan 417 828 379,72 12,36 356 020 707,04 13,54 378 248 1 086,76 13,10

Bengkulu

id
490 475 97,15 15,41 449 857 205,47 15,67 462 768 302,62 15,59

Lampung 427 072 211,97 9,13 377 049 871,77 14,56 390 183 1 083,74 13,04

.
go
Bangka Belitung 595 031 23,04 3,00 623 111 53,16 7,92 607 927 76,20 5,30
Kepulauan Riau 540 062 96,77 5,39 507 795 s. 31,66 10,49 536 027 128,43 6,13

DKI Jakarta
p
578 247 393,13 3,78 - - - 578 247 393,13 3,78
.b

Jawa Barat 354 866 2 391,23 6,76 353 103 1 383,18 10,77 354 679 3 774,41 7,83
w

Jawa Tengah 339 692 1 815,58 10,55 337 657 2 381,92 13,92 338 815 4 197,49 12,23
w

DI Yogyakarta 413 631 298,39 11,00 352 861 167,94 15,86 396 271 466,33 12,36
//w

Jawa Timur 372 585 1 455,45 7,13 347 997 2 949,82 15,58 360 302 4 405,27 11,20
Banten 421 137 415,67 4,69 373 039 284,16 7,81 406 988 699,83 5,59
s:

Bali 371 118 96,07 3,46 350 826 80,40 5,42 364 064 176,48 4,14
tp

Nusa Tenggara Barat 363 697 368,55 16,23 343 387 379,57 14,06 352 690 748,12 15,05
ht

Nusa Tenggara Timur 409 382 119,04 10,11 329 136 1 015,70 24,59 346 737 1 134,74 21,38
Kalimantan Barat 401 588 83,89 5,25 394 313 304,92 9,09 396 842 388,81 7,86
Kalimantan Tengah 378 311 48,34 5,01 418 861 89,55 5,41 406 836 137,88 5,26

Kalimantan selatan 434 791 66,21 3,59 407 382 128,35 5,60 419 974 194,56 4,70

Kalimantan Timur 564 801 102,39 4,27 554 497 116,28 9,74 561 868 218,67 6,08

Kalimantan Utara 595 802 21,81 5,39 554 548 26,75 9,14 578 305 48,56 6,96

Sulawesi Utara 331 931 59,95 5,03 340 146 134,90 10,59 336 403 194,85 7,90
Sulawesi Tengah 430 728 81,56 10,39 400 639 341,72 15,59 408 522 423,27 14,22

Sulawesi Selatan 303 834 166,50 4,76 287 788 659,47 12,65 294 358 825,97 9,48
Sulawesi Tenggara 308 624 67,96 7,14 295 496 245,19 14,74 300 258 313,16 11,97

Gorontalo 312 931 21,23 4,90 304 353 179,68 24,29 307 707 200,91 17,14
Sulawesi Barat 318 376 30,02 9,50 315 137 119,45 11,70 315 918 149,47 11,18
Maluku 461 552 47,83 6,58 443 565 272,59 26,60 451 214 320,42 18,29
Maluku Utara 413 797 12,93 3,70 390 914 65,35 7,55 397 340 78,28 6,44

Papua Barat 523 381 19,02 5,16 499 086 193,83 35,12 509 861 212,86 23,12
Papua 508 403 41,06 4,55 446 994 869,36 36,56 464 056 910,42 27,76
INDONESIA 400 995 10 272,55 7,26 370 910 16 310,44 13,47 387 160 26 582,99 10,12
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2017

140 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

D. Tingkat Ketimpangan Pengeluaran September 2016–September 2017


1. Dalam mengukur tingkat ketimpangan di
Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) Gini Ratio pada pada
menggunakan data pengeluaran sebagai September 2017
proksi pendapatan yang bersumber dari sebesar 0,391
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Hal
ini dilakukan mengingat data pendapatan
sulit diperoleh.

2. Tingkat ketimpangan pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang


perlu diperhatikan karena pada dasarnya tingkat ketimpangan pendapatan
merupakan ukuran kemiskinan relatif. Ukuran yang paling sering digunakan dalam
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan adalah Gini Ratio serta persentase

id
pendapatan pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau dikenal juga

.
go
dengan ukuran Bank Dunia.
s.
3. Pada September 2017 Gini Ratio tercatat sebesar 0,391 menurun dibandingkan
p
dengan Gini Ratio pada Maret 2017 yang sebesar 0,393. Angka ini menurun pula
.b

jika dibandingkan Gini Ratio pada September 2016 yang sebesar 0,394. Kondisi ini
w

menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Indonesia mengalami perbaikan


w
//w

selama periode September 2016–September 2017.

4. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada


s:

September 2017 sebesar 0,404, turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang
tp

sebesar 0,407. Angka ini juga turun dibanding Gini Ratio September 2016 yang
ht

sebesar 0,409. Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada September
2017 sebesar 0,320. Angka ini sama jika dibandingkan Gini Ratio Maret 2017,
namun meningkat jika dibanding Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,316.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 141


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Gambar 14.2
Perkembangan Gini Ratio, 2010–September 2017

0.440 0,433
0,422 0,425 0,425 0,431 0,424 0,428 0,428
0,419
0.420 0,410 0,409 0,407
0.404
0,396 0,410 0,413 0,413 0,414
0.400 0,410 0,406 0,406 0,408
0,382 0,402
0,397 0,394
0.380 0,393 0.391
0,388
0,378
0.360
0,340
0,336
0.340 0,334
0,329 0,330 0,327 0,324 0,329 0,327
0,320 0,319 0,320 0.320
0,315 0,316
0.320

id
0.300

.
2010 Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept

go
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017
Perkotaan Perdesaan s. Perkotaan+Perdesaan
p
.b

5. Pada September 2017, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen


w

terbawah adalah sebesar 17,22 persen. Hal ini berarti berada pada kategori
w
//w

ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen


terbawah pada bulan September 2017 ini meningkat jika dibandingkan dengan
s:

kondisi Maret 2017 yang sebesar 17,12 persen . Pola yang sama jika
tp

dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 17,11 persen.


ht

6. Dibedakan menurut daerah, pada September 2017 persentase pengeluaran


penduduk pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan
adalah sebesar 16,33 persen. Sementara itu, di daerah perdesaan tercatat
sebesar 20,25 persen. Dengan demikian, berdasar kriteria Bank Dunia maka
daerah perkotaan termasuk dalam ketimpangan sedang sementara perdesaan
termasuk dalam ketimpangan rendah.

142 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Gambar 14.3
Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah
September 2016–September 2017

25.00
20.52 20.36 20.25
20.00
17.11 17.12 17.22
16.02 16.04 16.33

15.00

10.00

5.00

. id
go
0.00
Perkotaan Perdesaan
s. Perkotaan+Perdesaan
p
September 2016 Maret 2017 September 2017
.b
w
w
//w

7. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pengeluaran


selama periode Maret - September 2017 diantaranya adalah:
s:

a. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), tercatat


tp

bahwa kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk


ht

kelompok 40 persen terbawah dan 40 persen menengah meningkat lebih


cepat dibanding penduduk kelompok 20 persen teratas. Tercatat kenaikan
rata-rata pengeluaran perkapita Maret 2017–September 2017 untuk
kelompok penduduk 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20
persen teratas berturut-turut adalah sebesar 6,31 persen; 6,25 persen; dan
5,06 persen.
b. Di daerah perkotaan, kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan
penduduk kelompok 40 persen terbawah meningkat lebih cepat dibanding
penduduk kelompok 40 persen menengah dan 20 persen teratas. Kenaikan
rata-rata pengeluaran perkapita Maret 2017–September 2017 untuk
kelompok penduduk 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20
persen teratas berturut-turut adalah sebesar 7,10 persen; 4,71 persen; dan
4,84 persen.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 143


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

c. Di perdesaan, terjadi pola yang berbeda. Kenaikan rata-rata pengeluaran


perkapita per bulan kelompok penduduk 40 persen menengah meningkat
lebih cepat dibanding penduduk kelompok 40 persen terbawah dan
kelompok 20 persen teratas. Kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita
Maret 2017–September 2017 untuk 40 persen terbawah, 40 persen
menengah, dan 20 persen teratas berturut-turut adalah sebesar 4,95
persen; 6,49 persen; dan 4,72 persen.

8. Berdasarkan provinsi, nilai Gini Ratio September 2017 tertinggi berada di Provinsi
DI Yogyakarta yaitu sebesar 0,440 sementara yang terendah adalah Provinsi
Bangka Belitung sebesar 0,276. Terdapat sembilan provinsi dengan nilai Gini Ratio
di atas angka nasional, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (0,440),

id
Sulawesi Selatan (0,429), Jawa Timur (0,415), DKI Jakarta (0,409), Gorontalo

.
(0,405), Sulawesi Tenggara (0,404), Papua (0,398), Sulawesi Utara (0,394), dan

go
Jawa Barat (0,393). s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

144 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

Tabel 14.5
Gini Ratio menurut Provinsi, September 2016–September 2017

September 2016 Maret 2017 September 2017


PROVINSI Perkotaan Perkotaan Perkotaan
Per- Per- Per- Per- Per- Per-
+ + +
kotaan desaan kotaan desaan kotaan desaan
Perdesaan Perdesaan Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

11 Aceh 0,362 0,296 0,341 0,347 0,293 0,329 0,334 0,299 0,329
12 Sumatera Utara 0,333 0,270 0,312 0,342 0,256 0,315 0,365 0,264 0,335
13 Sumatera Barat 0,323 0,267 0,312 0,336 0,276 0,318 0,309 0,288 0,312
14 Riau 0,368 0,309 0,347 0,353 0,289 0,325 0,343 0,299 0,325
15 Jambi 0,403 0,292 0,346 0,384 0,284 0,335 0,379 0,295 0,334
16 Sumatera Selatan 0,397 0,306 0,362 0,384 0,317 0,361 0,387 0,328 0,365
17 Bengkulu 0,405 0,296 0,354 0,390 0,305 0,351 0,379 0,317 0,349
18 Lampung 0,384 0,311 0,358 0,364 0,297 0,334 0,360 0,301 0,333

id
19 Bangka Belitung 0,318 0,239 0,288 0,303 0,219 0,282 0,288 0,236 0,276
21 Kepulauan Riau 0,346 0,264 0,352 0,327 0,279 0,334 0,355 0,286 0,359

.
go
31 DKI Jakarta 0,397 – 0,397 0,413 – 0,413 0,409 – 0,409
32 Jawa Barat 0,412 0,310 0,402 0,412
s. 0,324 0,403 0,399 0,326 0,393
33 Jawa Tengah 0,382 0,313 0,357 0,386 0,327 0,365 0,383 0,323 0,365
p
34 DI Yogyakarta 0,423 0,343 0,425 0,435 0,340 0,432 0,447 0,317 0,440
.b

35 JawaTimur 0,433 0,313 0,402 0,418 0,326 0,396 0,442 0,317 0,415
w

36 Banten 0,399 0,248 0,392 0,381 0,267 0,382 0,380 0,270 0,379
w

51 Bali 0,378 0,335 0,374 0,382 0,325 0,384 0,385 0,302 0,379
//w

52 Nusa Tenggara Barat 0,410 0,306 0,365 0,413 0,314 0,371 0,413 0,323 0,378
53 Nusa Tenggara Timur 0,344 0,317 0,362 0,362 0,311 0,359 0,365 0,309 0,359
s:

61 Kalimantan Barat 0,361 0,275 0,331 0,356 0,274 0,327 0,360 0,285 0,329
tp

62 Kalimantan Tengah 0,364 0,326 0,347 0,370 0,310 0,343 0,343 0,303 0,327
ht

63 Kalimantan Selatan 0,363 0,298 0,351 0,365 0,292 0,347 0,358 0,285 0,347
64 Kalimantan Timur 0,314 0,313 0,328 0,323 0,298 0,330 0,340 0,280 0,333
65 Kalimantan Utara 0,308 0,280 0,305 0,298 0,268 0,308 0,294 0,296 0,313
71 Sulawesi Utara 0,388 0,350 0,379 0,405 0,355 0,396 0,389 0,346 0,394
72 Sulawesi Tengah 0,372 0,308 0,347 0,379 0,309 0,355 0,367 0,313 0,345
73 Sulawesi Selatan 0,409 0,340 0,400 0,410 0,348 0,407 0,444 0,332 0,429
74 Sulawesi Tenggara 0,395 0,352 0,388 0,403 0,358 0,394 0,408 0,373 0,404
75 Gorontalo 0,402 0,397 0,410 0,417 0,403 0,430 0,398 0,379 0,405
76 Sulawesi Barat 0,441 0,341 0,371 0,424 0,323 0,354 0,392 0,299 0,339
81 Maluku 0,338 0,303 0,344 0,333 0,312 0,343 0,307 0,290 0,321
82 Maluku Utara 0,326 0,251 0,309 0,322 0,265 0,317 0,338 0,277 0,330
91 Papua Barat 0,357 0,394 0,401 0,349 0,392 0,390 0,349 0,386 0,387
94 Papua 0,318 0,392 0,399 0,322 0,395 0,397 0,302 0,407 0,398
INDONESIA 0,409 0,316 0,394 0,407 0,320 0,393 0,404 0,320 0,391

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2016 - September 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 145


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENGELUARAN SEPTEMBER 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

146 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2017

INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA 2017

.id
go
ps.
.b
w
w
//w
s:

15
tp
ht

INDEKS
PEMBANGUNAN
MANUSIA 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 147


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

148 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2 017

XV. INDEKS PEMBANGUNAN


MANUSIA 2017
A. PERKEMBANGAN IPM

1. IPM merupakan indikator penting untuk Indeks Pembangunan


mengukur keberhasilan dalam upaya Manusia (IPM) Indonesia
membangun kualitas hidup manusia Tahun 2017 berada pada
(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan kategori Tinggi (70,81)
bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan melalui perolehan
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan hasil pembangunan lainnya. IPM
dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and

id
healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard

.
go
of living). Selanjutnya dimensi tersebut diukur dengan beberapa indikator.
s.
Dimensi kesehatan diukur melalui Umur Harapan Hidup (UHH). Dimensi
p
pengetahuan atau pendidikan diukur dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan
.b

Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Sementara itu, standar hidup layak diukur melalui
w

pengeluaran per kapita disesuaikan.


w
//w

2. Badan Pusat Statistik mengukur IPM Indonesia dengan menggunakan data yang
bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Proyeksi Penduduk
s:

yang didasarkan pada hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010).


tp
ht

Gambar 15.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 2010–2017

70.81
70.18
69.55
68.90
68.31
67.70
67.09
66.53

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 149


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2017

3. Pada tahun 2017, angka IPM Indonesia sebesar 70,81. IPM Indonesia tumbuh 0,90
persen atau bertambah 0,63 poin dibandingkan IPM tahun 2016. Pertumbuhan
tersebut sedikit lebih lambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar
0,91 persen.

Gambar 15.2
Tren Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 2011–2017 (persen)

0.93

0.91 0.91
0.90 0.90

0.87

. id
go
0.84 p s.
.b
w
w
//w

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


s:
tp

4. Pertumbuhan IPM pada tahun 2017 didorong oleh peningkatan komponen


ht

pembentuknya. Pengeluaran perkapita yang disesuaikan merupakan komponen


IPM yang mengalami akselerasi paling tinggi. Pada tahun 2017 pengeluaran
perkapita yang disesuaikan tumbuh 2,34 persen dari tahun sebelumnya. Disusul
oleh komponen rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah yang masing-
masing mengalami peningkatan sebesar 1,89 persen dan 1,02 persen
dibandingkan tahun 2016. Sementara itu, indeks kesehatan yang diwakili oleh
umur harapan hidup meningkat 0,23 persen.

150 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2017

Gambar 15.3
Komponen IPM Indonesia Menurut Dimensi, 2016–2017

Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi


Standar Hidup Layak
(tahun) (tahun)
(Rp 000)

70.90 71.06 12.72 12.85


10,420 10,664
7.95 8.10

Pengeluaran perkapita
UHH HLS RLS
disesuaikan

id
2016 2017 2016 2017 2016 2017

.
go
p s.
.b

5. Pada periode 2016–2017, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan


w

manusia paling cepat, yaitu Provinsi Papua (1,79 persen), Papua Barat (1,25
w

persen), dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (1,17 persen). Sebaliknya, pada
//w

periode yang sama, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan


s:

manusia paling lambat, yaitu Provinsi DKI Jakarta (0,58 persen), Kalimantan Barat
tp

(0,58 persen), dan Provinsi Jambi (0,53 persen). Berdasarkan status


ht

pencapaiannya, 14 provinsi berada pada kategori pembangunan manusia “tinggi”,


yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Bahkan, Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2017 sudah mencapai status pembangunan manusia “sangat tinggi” dengan IPM
sebesar 80,06. Sementara itu, sejak 2010 hingga 2017, masih terdapat satu
provinsi yang berstatus pembangunan manusia “rendah” atau kurang dari 60
yaitu Provinsi Papua dengan IPM sebesar 59,09.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 151


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2017

Tabel 15.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi, 2016–2017

Umur Harapan Harapan Rata-rata Pengeluaran per IPM


Hidup saat Lahir Lama Sekolah Lama Sekolah Kapita
Provinsi Pertumbuhan
(tahun) (tahun) (tahun) (Rp 000) Capaian (%)
2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016-2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 69,51 69,52 13,89 14,13 8,86 8,98 8 768 8 957 70,00 70,60 0,86
Sumatera Utara 68,33 68,37 13,00 13,10 9,12 9,25 9 744 10 036 70,00 70,57 0,81
Sumatera Barat 68,73 68,78 13,79 13,94 8,59 8,72 10 126 10 306 70,73 71,24 0,72
Riau 70,97 70,99 12,86 13,03 8,59 8,76 10 465 10 677 71,20 71,79 0,83
Jambi 70,71 70,76 12,72 12,87 8,07 8,15 9 795 9 880 69,62 69,99 0,53
Sumatera Selatan 69,16 69,18 12,23 12,35 7,83 7,99 9 935 10 220 68,24 68,86 0,91
Bengkulu 68,56 68,59 13,38 13,57 8,37 8,47 9 492 9 778 69,33 69,95 0,89

id
Lampung 69,94 69,95 12,35 12,46 7,63 7,79 9 156 9 413 67,65 68,25 0,89

.
go
Kep, Bangka Belitung 69,92 69,95 11,71 11,83 7,62 7,78 11 960 12 066 69,55 69,99 0,63
Kepulauan Riau 69,45 69,48 12,66 12,81 9,67 9,79
s. 13 359 13 566 73,99 74,45 0,62
DKI Jakarta 72,49 72,55 12,73 12,86 10,88 11,02 17 468 17 707 79,60 80,06 0,58
p
Jawa Barat 72,44 72,47 12,30 12,42 7,95 8,14 10 035 10 285 70,05 70,69 0,91
.b

Jawa Tengah 74,02 74,08 12,45 12,57 7,15 7,27 10 153 10 377 69,98 70,52 0,77
w

DI Yogyakarta 74,71 74,74 15,23 15,42 9,12 9,19 13 229 13 521 78,38 78,89 0,65
w

Jawa Timur 70,74 70,80 12,98 13,09 7,23 7,34 10 715 10 973 69,74 70,27 0,76
//w

Banten 69,46 69,49 12,70 12,78 8,37 8,53 11 469 11 659 70,96 71,42 0,65
Bali 71,41 71,46 13,04 13,21 8,36 8,55 13 279 13 573 73,65 74,30 0,88
s:

Nusa Tenggara Barat 65,48 65,55 13,16 13,46 6,79 6,90 9 575 9 877 65,81 66,58 1,17
tp

Nusa Tenggara Timur 66,04 66,07 12,97 13,07 7,02 7,15 7 122 7 350 63,13 63,73 0,95
ht

Kalimantan Barat 69,90 69,92 12,37 12,50 6,98 7,05 8 348 8 472 65,88 66,26 0,58
Kalimantan Tengah 69,57 69,59 12,33 12,45 8,13 8,29 10 155 10 492 69,13 69,79 0,95
Kalimantan Selatan 67,92 68,02 12,29 12,46 7,89 7,99 11 307 11 600 69,05 69,65 0,87
Kalimantan Timur 73,68 73,70 13,35 13,49 9,24 9,36 11 355 11 612 74,59 75,12 0,71
Kalimantan Utara 72,43 72,47 12,59 12,79 8,49 8,62 8 434 8 643 69,20 69,84 0,92
Sulawesi Utara 71,02 71,04 12,55 12,66 8,96 9,14 10 148 10 422 71,05 71,66 0,86
Sulawesi Tengah 67,31 67,32 12,92 13,04 8,12 8,29 9 034 9 311 67,47 68,11 0,95
Sulawesi Selatan 69,82 69,84 13,16 13,28 7,75 7,95 10 281 10 489 69,76 70,34 0,83
Sulawesi Tenggara 70,46 70,47 13,24 13,36 8,32 8,46 8 871 9 094 69,31 69,86 0,79
Gorontalo 67,13 67,14 12,88 13,01 7,12 7,28 9 175 9 532 66,29 67,01 1,09
Sulawesi Barat 64,31 64,34 12,34 12,48 7,14 7,31 8 450 8 736 63,60 64,30 1,10
Maluku 65,35 65,40 13,73 13,91 9,27 9,38 8 215 8 433 67,60 68,19 0,87
Maluku Utara 67,51 67,54 13,45 13,56 8,52 8,61 7 545 7 792 66,63 67,20 0,86
Papua Barat 65,30 65,32 12,26 12,47 7,06 7,15 7 175 7 493 62,21 62,99 1,25
Papua 65,12 65,14 10,23 10,54 6,15 6,27 6 637 6 996 58,05 59,09 1,79

Indonesia 70,90 71,06 12,72 12,85 7,95 8,10 10 420 10 664 70,18 70,81 0,90

152 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

INDEKS PERILAKU ANTI


KORUPSI (IPAK) 2017

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

16
s:
tp
ht

INDEKS
PERILAKU ANTI
KORUPSI
(IPAK) 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 153


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

154 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

XVI. INDEKS PERILAKU ANTI


KORUPSI (IPAK) 2017
A. Indeks Perilaku Anti Korupsi 2017

1. Perpres No. 55 tahun 2012 tentang


Strategi Nasional Pencegahan dan Indeks Perilaku Anti
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), Korupsi (IPAK) Indonesia
menugaskan BPS untuk melaksanakan 2017 sebesar 3,71 pada
Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). skala 0 sampai 5
Survei ini telah dilaksanakan setiap tahun
mulai tahun 2012. Pada tahun 2017,
SPAK dilakukan pada bulan Februari di 33 provinsi dengan sampel 10.000 rumah

id
tangga. Analisis mengenai perilaku anti korupsi dalam survei ini hanya untuk

.
go
representasi level nasional.
2.
s.
SPAK ditujukan untuk mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap
p
perilaku korupsi dengan menggunakan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan
.b

berbagai indikator tunggal perilaku anti korupsi. Data yang dikumpulkan


w

mencakup pendapat terhadap kebiasaan di masyarakat dan pengalaman


w

berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery),


//w

pemerasan (extortion), dan nepotisme (nepotism).


s:

3. IPAK dihitung tiap tahun untuk menggambarkan dinamika perilaku anti korupsi
tp

masyarakat. IPAK Indonesia 2017 sebesar 3,71 dalam skala 0 sampai 5. Angka
ht

tersebut lebih tinggi (0,12 poin) dibandingkan dengan capaian 2015 yang
besarnya 3,59. Nilai IPAK yang semakin mendekati angka lima menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang berarti bahwa budaya
zero tolerance terhadap korupsi semakin melekat dan mewujud dalam perilaku
masyarakat. Sebaliknya, nilai IPAK yang semakin mendekati nol menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.
Tabel 16.1
Nilai IPAK Tahun 2012–2017

Tahun IPAK
(1) (2)
2012 3,55
2013 3,63
2014 3,61
2015 3,59
2017 3,71

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 155


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

B. IPAK Berdasarkan Dimensi Utama


1. IPAK disusun berdasarkan dua dimensi utama yakni pertama unsur persepsi yang
berupa pendapat/penilaian terhadap kebiasaan perilaku koruptif di masyarakat,
dan kedua adalah pengalaman (pengalaman perilaku koruptif).

2. Tabel 16.2 menunjukkan peningkatan Indeks Persepsi dari tahun 2015 ke 2017,
yaitu dari 3,73 menjadi 3,81. Kemudian, pada periode yang sama Indeks
Pengalaman juga mengalami peningkatan dari 3,39 menjadi 3,60. Peningkatan
indeks pada dua dimensi ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan angka
IPAK secara keseluruhan dari 3,59 menjadi 3,71.

3. Dari hasil pengukuran IPAK 2017, terlihat fenomena yang menarik untuk
dicermati. Indeks Persepsi menunjukan tren yang cenderung meningkat dari

id
tahun 2012 ke 2017. Hal ini menggambarkan pemahaman dan penilaian

.
masyarakat terhadap perilaku korupsi semakin baik. Sebaliknya pada dimensi

go
pengalaman terjadi perubahan dari pola tren yang menurun di tahun 2012–2015
s.
menjadi meningkat untuk tahun 2017.
p
.b

Tabel 16.2
w

Indeks Menurut Dimensi, 2012–2017


w

Dimensi 2012 2013 2014 2015 2017


//w

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


s:

Indeks Persepsi 3,54 3,66 3,71 3,73 3,81


tp

Indeks Pengalaman 3,58 3,58 3,49 3,39 3,60


ht

IPAK Indonesia 3,55 3,63 3,61 3,59 3,71

156 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

C. IPAK Berdasarkan Karakteristik Demografi


1. Sejak periode awal pengukuran (2012) IPAK
masyarakat di wilayah perdesaan selalu lebih
IPAK masyarakat di
kecil dibanding IPAK masyarakat di wilayah
wilayah perkotaan
perkotaan. IPAK 2017 untuk masyarakat
sedikit lebih tinggi
yang tinggal di wilayah perkotaan relatif
meningkat, yaitu sebesar 3,86, sedangkan
IPAK 2017 di wilayah perdesaan sebesar
3,53, juga sedikit meningkat dibandingkan IPAK 2015.

Tabel 16.3
IPAK Menurut Wilayah, 2012–2017

id
Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden

.
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Klasifikasi Wilayah:
p s.
Perkotaan 3,66 3,71 3,71 3,71 3,86
.b

Perdesaan 3,46 3,55 3,51 3,46 3,53


w
w
//w

2. Secara konsisten (tahun 2012–2017)


tampak bahwa semakin tinggi pendidikan
s:

masyarakat, maka cenderung semakin anti Semakin tinggi


tp

korupsi. Semakin tinggi pendidikan, pendidikan, semakin


ht

semakin tinggi IPAK. IPAK 2017 untuk tinggi IPAK


responden berpendidikan SLTP ke bawah
sebesar 3,58, SLTA sebesar 3,99 dan di atas
SLTA sebesar 4,09.

Tabel 16.4
IPAK Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012–2017

Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendidikan
Tertinggi:
SLTP ke bawah 3,47 3,55 3,52 3,49 3,58
SLTA 3,78 3,82 3,85 3,80 3,99
SLTA ke atas 3,94 3,94 4,01 4,00 4,09

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 157


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

3. Gambaran pada tahun 2012–2017


menunjukkan IPAK penduduk dengan usia
IPAK masyarakat usia
40 hingga 60 tahun selalu menjadi yang
40-59 tahun lebih tinggi
tertinggi disusul IPAK penduduk kurang
dibandingkan IPAK
usia kurang dari 40 tahun. Pada tahun
masyarakat usia kurang
2017, IPAK masyarakat usia 40 sampai 59
dari 40 tahun dan lebih
tahun sebesar 3,74, IPAK masyarakat usia
dari 60 tahun
kurang dari 40 tahun sebesar 3,71,
sedangkan IPAK masyarakat usia 60 tahun
ke atas sebesar 3,62. Dengan kata lain,
IPAK penduduk usia lebih dari 60 tahun lebih rendah dibandingkan IPAK usia
yang lebih muda.

id
Tabel 16.5

.
go
IPAK Menurut Umur, 2012–2017

Karakteristik Responden 2012 2013


p s.2014 2015 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.b

Umur (Tahun):
w
w

Kurang dari 40 3,57 3,63 3,63 3,59 3,71


//w

40 sampai 59 3,58 3,65 3,64 3,62 3,74


s:

60 atau lebih 3,45 3,55 3,54 3,49 3,62


tp
ht

D. Indikator Tunggal IPAK 2017


Berikut ini adalah beberapa indikator yang digunakan dalam penyusunan IPAK
2017.
1. Pendapat Terhadap Kebiasaan/Perilaku di Masyarakat
Persepsi terhadap kebiasaan/perilaku anti korupsi di masyarakat
dikelompokan dalam tiga lingkup yaitu lingkup keluarga, komunitas, dan
publik.

158 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

1.1 Lingkup Keluarga

Tabel 16.6
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Keluarga merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017

Kebiasaan/Perilaku 2012 2013 2014 2015 2017


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Istri yang menerima uang pemberian
suami diluar penghasilan suami tanpa
mempertanyakan asal usul uang 68,69 76,43 78,65 76,04 77,37
tersebut

Seorang Pegawai Negeri bepergian


bersama keluarga dengan

id
menggunakan kendaraan dinas untuk 72,95 76,16 78,11 79,05 75,58

.
go
keperluan pribadi

Orang tua mengajak anaknya dalam


p s.
kampanye PEMILU/PILKADA demi
.b

mendapatkan uang saku yang lebih 80,15 82,70 86,07 85,64 87,09
w

banyak
w
//w

Seseorang mengetahui saudaranya


tanpa izin mengambil uang orang
95,06 96,56 97,44 97,31 97,66
s:

tuanya tetapi tidak melaporkan


tp

kepada orang tuanya


ht

 Sekitar 77 persen masyarakat menyatakan kurang wajar atau tidak wajar


terhadap perilaku istri yang menerima uang pemberian suami di luar
penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut.
 Sekitar 76 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga dengan
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi.
 Sekitar 87 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam kampanye
PILKADA/PEMILU demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak.
 Sekitar 98 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang mengetahui saudaranya tanpa izin mengambil uang orang
tuanya tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 159


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

1.2 Lingkup Komunitas

Tabel 16.7
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Komunitas merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017

Kebiasaan/Perilaku 2012 2013 2014 2015 2017


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh
Masyarakat Lainnya ketika Suatu
30,77 36,30 37,76 36,32 50,86
Keluarga Melaksanakan Hajatan
(Pernikahan, Khitanan, Kematian)

Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh


Masyarakat Lainnya ketika Menjelang 38,25 42,33 45,17 46,42 56,69

id
Hari Raya Keagamaan

.
go
Memberi uang/barang kepada ketua
RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
s.
52,97 57,49 60,57 60,37 56,30
p
keluarga melaksanakan hajatan
.b

(pernikahan, khitanan, kematian, dsb)


w
w

Memberi uang/barang kepada ketua


//w

RT/RW/Kades/Lurah ketika menjelang 65,24 68,40 71,12 72,56 68,41


hari raya keagamaan
s:
tp
ht

1. Sekitar 51 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
2. Sekitar 57 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika
menjelang hari raya keagamaan.
3. Sekitar 56 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
4. Sekitar 69 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika
menjelang hari raya keagamaan.

160 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

1.3 Lingkup Publik

Tabel 16.8
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Tingkat Publik merupakan Hal
yang Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017

Kebiasaan/Perilaku 2012 2013 2014 2015 2017


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Demi mempererat hubungan kekeluargaan
dan pertemanan, seseorang menjamin
keluarga/ saudara/teman agar diterima 53,39 61,10 67,20 68,39 65,91
menjadi pegawai negeri/swasta

Memberi uang/barang dalam proses


penerimaan menjadi pegawai
81,38 84,28 87,21 87,51 88,71

id
negeri/swasta

.
go
Memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP, s.
55,09 57,20 58,34 62,28 65,72
KK)
p
.b

Memberi uang lebih kepada polisi untuk


w

60,67 62,96 65,08 69,44 72,14


mempercepat pengurusan SIM dan STNK
w

Pelanggar lalu lintas yang memberi uang


//w

damai kepada Polisi 67,58 70,99 73,80 77,20 78,45


s:

Petugas KUA meminta uang tambahan


66,95 71,80 71,57 74,76 73,89
untuk transpor ke tempat acara akad nikah
tp

Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya


ht

diterima masuk ke sekolah tempat dia 64,45 69,69 70,95 73,32 70,17
mengajar

Guru meminta uang/barang dari orangtua


murid ketika kenaikan kelas/penerimaan 83,16 87,93 89,00 89,49 89,15
rapor

Memberi uang/barang kepada pihak


sekolah agar anaknya dapat diterima di
84,05 88,17 88,96 90,63 90,47
sekolah tersebut.

Membagikan uang/barang kepada calon


pemilih 72,15 72,57 77,38 78,20 79,14

Mengharapkan pembagian uang/barang


72,90 72,69 76,90 77,61 78,51
pada pelaksanaan PEMILU/PILKADA

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 161


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

 Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi
pegawai negeri atau swasta demi mempererat hubungan kekeluargaan dan
pertemanan.
 Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang yang memberi uang/barang dalam proses penerimaan
menjadi pegawai negeri/swasta.
 Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK).
 Sekitar 72 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan

id
SIM dan STNK.

.
 Sekitar 78 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap

go
perilaku memberi uang damai kepada polisi.
s.
 Sekitar 74 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
p
perilaku petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat
.b

acara akad nikah.


w

 Sekitar 70 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
w
//w

perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah) agar anaknya diterima di


sekolah tempatnya mengajar.
s:

 Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
tp

perilaku guru yang meminta uang/barang ketika kenaikan kelas/penerimaan


ht

rapor.
 Sekitar 90 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat
diterima di sekolah tersebut.
 Sekitar 78-79 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku membagikan atau mengharapkan uang/barang pada
pelaksanaan PILKADA/PEMILU.

2. Pengalaman Masyarakat
Pengalaman masyarakat dalam IPAK mencakup sepuluh layanan publik
yakni Pengurus RT/RW, Kelurahan/Kecamatan, Kepolisian, Perusahaan Listrik
Negara (PLN), Layanan Kesehatan (Rumah Sakit Negeri), Sekolah Negeri,
Pengadilan, Kantor Urusan Agama (KUA), Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dukcapil), dan Pertanahan (BPN). Beberapa indikator yang mengalami
perubahan relatif besar yaitu:

162 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

 Persentase masyarakat yang mengakses layanan publik sendiri dalam 12


bulan terakhir dan lima tahun terakhir mengalami peningkatan dari 76,05
persen pada tahun 2015 menjadi 80,94 persen pada tahun 2017.
 Persentase masyarakat yang mengakses layanan publik melalui perantara
selama 12 bulan terakhir dan lima tahun terakhir mengalami penurunan dari
23,95 persen pada tahun 2015 menjadi 19,06 persen pada tahun 2017.
 Persentase masyarakat yang mengurus sendiri dan memberikan uang/barang
melebihi ketentuan menurun dari 13,78 persen pada tahun 2015 menjadi
12,03 persen pada tahun 2017.
 Persentase masyarakat yang keberatan memberikan uang/barang melebihi
ketentuan mengalami kenaikan dari 7,67 persen pada tahun 2015 menjadi
9,34 persen pada tahun 2017.

id
.
Berdasarkan pengukuran 2012–2017, terlihat sebagian besar masyarakat yang

go
membayar melebihi ketentuan menyatakan melakukan perilaku tersebut karena
s.
tidak ada yang meminta (inisiatif sendiri) dan hal yang lumrah. Pada 2017
p
angkanya masing-masing sebesar 44,57 persen dan 19,56 persen.
.b
w

Tabel 16.9
w

Cara Mengetahui harus Membayar Melebihi Ketentuan, 2012–2017


//w

Cara Mengetahui 2012 2013 2014 2015 2017


s:

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


tp

Diminta Petugas 43,42 38,85 35,86 32,62 33.58


ht

Diminta Pihak Ketiga 4,43 3,58 3,74 4,91 2.29


Hal yang Lumrah 30,93 27,96 29,57 32,12 19.56
Tidak Ada yang Meminta
(Inisiatif Sendiri) 21,22 29,61 30,84 30,34 44.57

Berdasarkan pengukuran 2012–2017, sebagian besar masyarakat yang


membayar melebihi ketentuan sebagian besar beralasan bahwa hal itu mereka
lakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih dan karena ingin mempercepat
proses pengurusan.
Pada 2017, masyarakat yang membayar melebihi ketentuan sebagian besar
beralasan bahwa hal itu mereka lakukan sebagai bentuk ungkapan terima kasih
(46,30 persen). Alasan lainnya adalah karena ingin mempercepat proses
pengurusan (33,64 persen), ingin memeroleh pelayanan yang lebih baik (14,12
persen), hingga demi menjaga hubungan baik (7,91 persen).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 163


INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2017

Tabel 16.10
Alasan Masyarakat Membayar Melebihi Ketentuan, 2012–2017

Alasan 2012 2013 2014 2015 2017


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Mempercepat Proses Pengurusan 46,88 47,21 41,78 43,53 31,64


Mendapatkan Pelayanan Lebih Baik 12,23 12,84 9,86 11,26 14,12

Demi Menjaga Hubungan Baik 4,93 5,36 8,47 9,52 7,93

Sebagai Tanda Terima Kasih 35,96 34,59 39,89 35,69 46,30

.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

164 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

KEPENDUDUKAN JUNI 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

17
s:
tp
ht

KEPENDUDUKAN
JUNI 2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 165


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

166 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

XVII. KEPENDUDUKAN JUNI 2017


1. Hasil proyeksi penduduk
menunjukkan bahwa jumlah Hasil proyeksi menunjukkan
penduduk Indonesia pada tahun jumlah penduduk Indonesia
2017 sebanyak 261.890,9 ribu pada tahun 2017 sebanyak
orang. Penduduk laki-laki sebanyak 261.890,9 ribu orang
131.579,2 ribu orang, sedangkan
penduduk perempuan sebanyak
130.311,7 ribu orang. Rasio Jenis Kelamin penduduk Indonesia sebesar 101,
artinya di antara 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.

Tabel 17.1

id
Penduduk Indonesia menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2017

.
(ribu orang)

go
Kelompok Laki-
Laki-laki Perempuan
s.
Umur laki+Perempuan
p
(1) (2) (3) (4)
.b
w

0─4 12 166,1 11 682,2 23 848,3


w

5─9 12 144,9 11 589,0 23 733,9


//w

10─14 11 639,9 11 073,2 22 713,1


15─19 11 365,6 10 847,3 22 212,9
s:

20─24 11 007,9 10 695,7 21 703,6


tp

25─29 10 571,6 10 450,6 21 022,2


ht

30─34 10 239,6 10 269,5 20 509,1


35─39 9 979,5 10 093,0 20 072,5
40─44 9 475,3 9 408,9 18 884,2
45─49 8 542,6 8 485,5 17 028,0
50─54 7 274,1 7 327,3 14 601,5
55─59 5 932,3 5 970,9 11 903,3
60─64 4 472,1 4 398,4 8 870,5
65─69 2 950,7 3 084,7 6 035,4
70─74 1 873,8 2 208,4 4 082,2
75+ 1 943,2 2 726,9 4 670,1

Total 131 579,2 130 311,7 261 890,9

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 167


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

2. Piramida Penduduk Indonesia tahun 2017 termasuk tipe expansive dengan


sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda. Gambar 17.1
menunjukkan piramida yang masih lebar di bagian bawah dan cembung di
bagian tengah, sedangkan pada bagian atas meruncing.

Gambar 17.1
Piramida Penduduk Indonesia, 2017

75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44

id
35-39

.
go
30-34
25-29
20-24
s.
15-19
p
10-14
.b

5-9
w

0-4
w

15000 10000 5000 0 5000 10000 15000


//w

(Ribuan)
s:

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035


tp

3. Rasio Ketergantungan Penduduk


ht

Indonesia, 1971─2017. Rasio


Indonesia telah memasuki era
ketergantungan merupakan bonus demografi, dengan rasio
perbandingan antara penduduk usia ketergantungan sebesar 48,1
nonproduktif (penduduk 0-14 tahun
dan 64 tahun ke atas) terhadap
penduduk usia produktif (15─64 tahun). Hasil proyeksi penduduk
menunjukkan rasio ketergantungan penduduk Indonesia pada tahun 2017
sebesar 48,1. Angka ini mengandung makna bahwa setiap 100 orang usia
produktif menanggung penduduk usia nonproduktif sekitar 48─49 orang.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, rasio ketergantungan
penduduk Indonesia memiliki tren yang menurun (Gambar 17.2). Jika pada
tahun 1971 rasio ketergantungan sebesar 86,8 maka pada tahun 2017
kondisinya semakin membaik. Hal ini juga menunjukkan bahwa Indonesia
telah memasuki era bonus demografi sehingga kelebihan penduduk usia
produktif bisa dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan. Era bonus

168 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

demografi akan mencapai puncaknya pada periode 2025─2030. Pulau dengan


rasio ketergantungan tertinggi adalah Bali dan Nusa Tenggara (54,6) dan yang
terendah Pulau Jawa (45,7). Tiga provinsi dengan rasio ketergantungan
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (65,3), Sulawesi Tenggara (59,4), dan
Maluku (58,8). Sedangkan tiga provinsi dengan rasio ketergantungan
terendah adalah DKI Jakarta (40,7), Jawa Timur (43,8), dan Kalimantan Timur
(44,4).

Gambar 17.2
Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia, 1971–2017

86.8

. id
79.3

go
p s.
67.8
.b
w
w
//w

53.8
51.3
48.1
s:
tp

1971 1980 1990 2000 2010 2017


ht

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980,1990, 2000, 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035

4. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2010─2017 sebesar 1,34


persen. Dibandingkan dengan periode 1971─1980 (2,33 persen), 1980─1990
(1,97 persen), 1990─2000 (1,44 persen), dan 2000─2010 (1,49 persen), maka laju
pertumbuhan penduduk pada periode
2010─2017 menunjukkan penurunan.
Laju pertumbuhan penduduk
5. Pulau dengan laju pertumbuhan
Indonesia pada tahun 2010-
penduduk terbesar adalah Kalimantan,
yaitu sebesar 2,01 persen. Lima pulau 2017 sebesar 1,34 persen
lainnya secara berurutan Maluku dan
Papua (2,01 persen), Sumatera (1,63
persen), Bali dan Nusa Tenggara (1,42 persen), Sulawesi (1,40 persen) serta Jawa

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 169


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

(1,12 persen). Menurut provinsi, tiga provinsi dengan laju pertumbuhan


penduduk terbesar adalah Provinsi Kalimantan Utara (3,89 persen), Kepulauan
Riau (3,01 persen), dan Papua Barat (2,59 persen). Tiga provinsi dengan laju
pertumbuhan penduduk terkecil terdapat di Provinsi Jawa Timur (0,64 persen),
Jawa Tengah (0,78 persen), dan DKI Jakarta (1,05 persen).

Gambar 17.3
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1971–2017

2.40

2.20 2.33

2.00

id
1.97
1.80

.
go
1.60 s.
p
1.40 1.49
.b

1.44
1.34
w

1.20
w
//w

1.00
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2017
s:
tp

Sumber : SP1971, SP1980, SP1990, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
ht

6. Penduduk Indonesia sebagian besar Sebagian besar penduduk


berdomisili di Pulau Jawa, yaitu sebesar
Indonesia berdomisili di
56,6 persen. Kemudian, secara
berturut-turut diikuti Pulau Sumatera Pulau Jawa, yaitu 56,6
(21,7 persen), Sulawesi (7,3 persen),
Kalimantan (6,1 persen), Bali dan Nusa
Tenggara (5,5 persen) serta Maluku dan Papua (2,7 persen). Menurut provinsi,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah merupakan tiga provinsi dengan
proporsi penduduk terbesar, yaitu masing-masing 18,3 persen; 15,0 persen; dan
13,1 persen dari total penduduk Indonesia. Sebaliknya, tiga provinsi dengan
proporsi penduduk terendah adalah Kalimantan Utara, Papua Barat, dan
Gorontalo, yaitu masing-masing 0,3 persen; 0,3 persen dan 0,4 persen.

7. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar 137 jiwa per km2. Jawa
merupakan pulau yang terpadat penduduknya (1.145 per km2), kemudian secara

170 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

berurutan Pulau Bali dan Nusa


Tenggara (198 per km2), Sumatera Kepadatan penduduk
(118 per km2), Sulawesi (102 per km2), Indonesia pada tahun 2017
Kalimantan (29 per km2), dan yang
sebesar 137 jiwa per km2
paling jarang penduduknya adalah
Kepulauan Maluku dan Papua (14 per
km2). Kepadatan penduduk menurut
provinsi, terpadat di DKI Jakarta (15.624 per km2), Jawa Barat (1.358 per km2),
dan Banten (1.288 per km2). Sementara tiga provinsi yang terjarang
penduduknya yaitu Kalimantan Utara (9 per km2), Papua Barat (9 per km2), dan
Papua (10 per km2).

8. Rasio jenis kelamin merupakan Penduduk lanjut usia (umur

id
perbandingan jumlah penduduk laki-
60 tahun ke atas) tahun

.
go
laki dan penduduk perempuan. Rasio
2017 sebesar 9,0 persen
jenis kelamin tertinggi terdapat di s.
Kepulauan Maluku dan Papua yaitu
p
.b

sebesar 107,5, sedangkan yang


w

terendah di Pulau Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 97,8. Tiga provinsi
w

dengan rasio jenis kelamin tertinggi, yaitu Kalimantan Utara (113,0), Papua Barat
//w

(111,2), dan Papua (111,1), sedangkan yang terendah Nusa Tenggara Barat
s:

(94,3), Sulawesi Selatan (95,5), dan Jawa Timur (97,5).


tp

9. Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang berumur 60 tahun ke


ht

atas. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, lansia di Indonesia pada tahun 2017
sebesar 9,0 persen. Penduduk lansia terbesar terdapat di Pulau Jawa (10,3
persen), kemudian berturut-turut Bali dan Nusa Tenggara (8,7 persen), Sulawesi
(8,5 persen), Sumatera (7,2 persen), Kalimantan (6,5 persen) serta Maluku dan
Papua (4,7 persen). Menurut provinsi, tiga provinsi dengan penduduk lansia
terbesar adalah Yogyakarta (13,8 persen), Jawa Tengah (12,6 persen), dan Jawa
Timur (12,2 persen), sedangkan yang terkecil adalah Papua (3,2 persen), Papua
Barat (4,3 persen), dan Kepulauan Riau (4,3 persen).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 171


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

10. Umur Harapan Hidup adalah


kemungkinan umur yang akan dicapai Hasil proyeksi tahun 2017
seseorang dari sejak lahir. Hasil
menunjukkan umur harapan
proyeksi penduduk tahun 2017
menunjukkan umur harapan hidup hidup penduduk Indonesia

waktu lahir penduduk Indonesia sebesar 71,1 tahun


sebesar 71,1 tahun. Tiga provinsi
dengan umur harapan hidup tertinggi
adalah Yogyakarta (74,8 tahun), Jawa Tengah (73,9 tahun), dan Kalimantan Timur
(73,7 tahun). Sementara tiga provinsi dengan umur harapan hidup terendah
adalah Sulawesi Barat (64,3 tahun), Papua (65,4 tahun), dan Maluku (65,5
tahun).

id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

172 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

Tabel 17.2
Demografi Penduduk Indonesia, 2017
Laju
Penduduk (ribu) Pertumbuhan Kepadatan Rasio Jenis
Rasio Pendudu Umur
Provinsi Penduduk (%) Penduduk2 Ketergan- k Lansia Harapan
Kelamin
(Jiwa/km ) tungan (%) Hidup
2010 2017 2010─2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Aceh 4 523 5 189 1,98 90 99,8 54,2 6,6 69,8


2. Sumatera Utara 13 029 14 262 1,30 195 99,6 55,9 7,3 68,6
3. Sumatera Barat 4 865 5 321 1,29 127 99,2 55,1 9,3 69,0
4. Riau 5 575 6 658 2,57 77 105,4 50,7 5,3 71,3
5. Jambi 3 108 3 515 1,78 70 104,2 46,1 7,0 70,9
6. Sumatera Selatan 7 482 8 267 1,44 90 103,3 49,0 7,5 69,5
7. Bengkulu 1 722 1 934 1,67 97 104,0 47,0 6,9 68,9
8. Lampung 7 634 8 290 1,18 239 105,1 49,1 8,3 70,2
9. Kep. Bangka Belitung 1 230 1 431 2,18 87 108,3 45,4 7,3 70,2

id
10. Kepulauan Riau 1 693 2 083 3,01 254 104,2 48,8 4,3 69,8

.
Sumatera 50 860 56 950 1,63 118 102,4 51,6 7,2

go
11. DKI Jakarta 9 640 10 374 1,05 15 624 100,6 40,7 7,2 72,5
12. Jawa Barat 43 227 48 038 1,52
s.1 358 102,7 47,0 8,7 72,9
13. Jawa Tengah 32 444 34 258 0,78 1 044 98,4 47,7 12,6 73,9
p
14. Yogyakarta 3 468 3 762 1,17 1 201 97,9 45,0 13,8 74,8
.b

15. Jawa Timur 37 566 39 293 0,64 822 97,5 43,8 12,2 70,9
w

16. Banten 10 689 12 448 2,20 1 288 103,9 45,9 5,8 69,6
w

Jawa 137 033 148 173 1,12 1 145 100,1 45,7 10,3
//w

17. Bali 3 907 4 247 1,20 735 101,4 44,7 10,7 71,7
18. NTB 4 516 4 956 1,34 267 94,3 53,0 8,0 65,8
s:

19. NTT 4 706 5 287 1,68 109 98,2 65,3 7,7 66,5
Bali dan Nusa Tenggara 13 130 14 489 1,42 198 97,8 54,6 8,7
tp

20. Kalimatan Barat 4 411 4 932 1,61 33 103,7 50,3 7,3 70,3
ht

21. Kalimantan Tengah 2 221 2 605 2,31 17 109,5 44,9 5,6 67,8
22. Kalimantan Selatan 3 643 4 120 1,77 106 102,9 48,3 7,0 68,2
23. Kalimantan Timur 3 047 3 575 2,31 28 110,2 44,4 5,8 73,7*)
24. Kalimantan Utara 529 691 3,89 9 113,0 50,4 5,9 72,2*)
Kalimantan 13 851 15 924 2,01 29 ,0
106,2 47,6 6,5

24. Sulawesi Utara 2 278 2 461 1,11 178 104,2 46,3 10,4 71,4
25. Sulawesi Tengah 2 646 2 966 1,65 48 104,3 50,0 7,7 68,1
26. Sulawesi Selatan 8 060 8 690 1,08 186 95,5 52,1 9,2 70,2
27. Sulawesi Tenggara 2 244 2 602 2,14 68 101,1 59,4 6,6 70,9
28. Gorontalo 1 045 1 168 1,61 104 100,4 47,9 7,6 67,6
29. Sulawesi Barat 1 165 1 331 1,93 79 100,7 54,8 6,5 64,3
Sulawesi 17 437 19 219 1,40 102 99,3 51,9 8,5
30. Maluku 1 542 1 745 1,78 37 101,7 58,8 6,9 65,5
31. Maluku Utara 1 043 1 209 2,13 38 104,1 57,6 5,9 67,9
32. Papua Barat 765 915 2,59 9 111,2 48,6 4,3 65,6
33. Papua 2 857 3 265 1,93 10 111,1 45,7 3,2 65,4
Maluku dan Papua 6 208 7 135 2,01 14 107,5 51,1 4,7

Indonesia 238 519 261 891 1,34 137 101,0 48,1 9,0 71,1
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
*) Angka Estimasi

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 173


KEPENDUDUKAN JUNI 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

174 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w

18
s:
tp
ht

INDEKS
KEBAHAGIAAN
2017

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 175


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

176 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

XVIII. INDEKS KEBAHAGIAAN 2017


1. Metode pengukuran Indeks Kebahagiaan
tahun 2017 mengalami perubahan Indeks Kebahagiaan
karena terdapat penambahan cakupan Indonesia tahun 2017
dimensi dibandingkan tahun 2014. Pada sebesar 70,69
tahun 2014, Indeks Kebahagiaan hanya
menggunakan Dimensi Kepuasan Hidup,
sedangkan pada tahun 2017, Indeks
Kebahagiaan ditambahkan Dimensi Perasaan (Affect) dan Dimensi Makna Hidup
(Eudaimonia). Perubahan lainnya pada tahun 2017, Dimensi Kepuasan Hidup
terbagi menjadi 2 (dua) subdimensi, yaitu: Subdimensi Kepuasan Hidup Personal

id
dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun

.
2017 yang dihitung dengan menggunakan Metode 2014 lebih tinggi dibanding

go
tahun 2014. Indeks Kebahagiaan pada tahun 2017 sebesar 69,51, sedangkan pada
s.
tahun 2014 sebesar 68,28. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan indeks
p
sebesar 1,23 poin. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 yang dihitung
.b

dengan menggunakan Metode 2017 sebesar 70,69.


w
w

Gambar 18.1
//w

Perkembangan Indeks Kebahagiaan Indonesia, 2014 dan 2017


s:
tp
ht

a
Metode 2014: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 1 (satu) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup.
b Metode 2017: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 3 (tiga) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup,
Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 177


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

2. Berdasarkan Indeks Kebahagiaan Indonesia 2017 tersebut, masing-masing


dimensi dan subdimensi memiliki kontribusi sebagai berikut: Kepuasan Hidup
34,80 persen, Perasaan (Affect) 31,18 persen, dan Makna Hidup (Eudaimonia)
34,02 persen. Khusus pada Dimensi Kepuasan Hidup dibagi menjadi 2 subdimensi,
yakni Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial, masing-
masing memiliki kontribusi 50 persen terhadap Dimensi Kepuasan Hidup.

3. Besarnya indeks masing-masing dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia,


yaitu: (1) Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 71,07; (2) Indeks Dimensi
Perasaan (Affect) sebesar 68,59; dan (3) Indeks Dimensi Makna Hidup
(Eudaimonia) sebesar 72,23. Lebih lanjut, besarnya indeks masing-masing
subdimensi penyusun Dimensi Kepuasan Hidup adalah Subdimensi Kepuasan
Hidup Personal sebesar 65,98 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial

id
sebesar 76,16. Seluruh indeks diukur pada skala 0–100.

.
go
4. Indikator penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia yang memiliki nilai tertinggi
s.
adalah Keharmonisan Keluarga 80,05 yang merupakan Subdimensi Kepuasan
p
Hidup Sosial (Gambar 18.2). Sementara itu, indeks indikator terendah adalah
.b

Pendidikan dan Keterampilan 59,90 yang merupakan Subdimensi Kepuasan Hidup


w

Personal. Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki indeks tertinggi
w

adalah Perasaan Senang/Riang/Gembira dalam menjalani kehidupannya sehari-


//w

hari pada tingkatan 75,06, sedangkan yang terendah adalah Perasaan Tidak
s:

Khawatir/Cemas pada tingkatan 64,33. Pada Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia),


tp

indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Tujuan Hidup (75,83), sebaliknya
ht

yang terendah adalah Pengembangan Diri (64,15).

178 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Gambar 18.2
Indeks Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

5. Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (71,64)


cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di perdesaan (69,57).
Dilihat dari ketiga dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan, penduduk yang tinggal
di wilayah perkotaan secara konsisten memiliki indeks yang lebih besar dibanding
di wilayah perdesaan. Pola yang serupa terdapat pada Indeks Subdimensi
Kepuasan Hidup Personal yang menunjukkan bahwa penduduk di wilayah
perkotaan memiliki indeks yang lebih tinggi (67,88). Namun, pola yang berbeda
ditunjukkan pada Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. Pada subdimensi ini,
penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan memiliki indeks yang lebih tinggi
(76,51).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 179


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Gambar 18.3 Gambar 18.4


Indeks Kebahagiaan Indonesia Indeks Subdimensi
Menurut Klasifikasi Wilayah, 2017 Kepuasan Hidup Personal dan Sosial
Menurut Klasifikasi Wilayah, 2017
73.46
71.87 75.86 76.51
71.64
70.12 70.77
69.39 69.57 67.88
63.72
67.65

Perkotaan Perdesaan Kepuasan Hidup Kepuasan Hidup Sosial


Personal
Indeks Kebahagiaan

id
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
Perkotaan Perdesaan
Indeks Dimensi Perasaan (Affect)

.
go
Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) ps.
.b

6. Indeks Kebahagiaan penduduk laki-laki (71,12) lebih tinggi dibandingkan nilai


w

indeks penduduk perempuan (70,30). Dilihat dari tiga dimensi penyusun Indeks
w

Kebahagiaan, terdapat pola yang serupa pada Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
//w

dan Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
s:

laki-laki (69,08) lebih tinggi dari perempuan (68,14). Indeks Dimensi Makna Hidup
tp

(Eudaimonia) laki-laki (73,24) lebih tinggi dari perempuan (71,29). Namun, pada
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup penduduk perempuan (71,26) mempunyai nilai
ht

yang lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki (70,86).

180 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Gambar 18.5
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Jenis Kelamin, 2017

73.24

71.12 71.26 71.29


70.86
70.30

69.08
68.14

Laki-Laki Perempuan

. id
go
Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup

Indeks Dimensi Perasaan (Affect) s.Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)


p
.b
w

7. Indeks Kebahagiaan penduduk yang belum menikah (71,53) cenderung lebih


w

tinggi dibanding penduduk dengan status perkawinan yang lain. Dilihat dari
//w

ketiga dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan, masing-masing dimensi memiliki


s:

pola yang berbeda-beda. Pola yang sama terdapat pada Dimensi Makna Hidup
tp

(Eudaimonia), yaitu penduduk yang belum menikah memiliki indeks yang tertinggi
ht

dibandingkan penduduk dengan status perkawinan yang lain. Sementara itu, pada
Dimensi Kepuasan Hidup dan Dimensi Perasaan (Affect), indeks yang paling tinggi
terdapat pada penduduk yang berstatus menikah.

Selanjutnya, dilihat dari Subdimensi Kepuasan Hidup Personal, penduduk yang


belum menikah memiliki indeks tertinggi (68,36) dibandingkan penduduk dengan
status perkawinan yang lain. Namun, pada Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial,
indeks tertinggi terdapat pada penduduk yang sudah menikah (76,47).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 181


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Gambar 18.6
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Status Perkawinan, 2017
74.93
72.65
71.53
71.20 71.09 71.38 70.85
69.55 68.83
68.19 69.05 68.14 68.37
67.83
66.56

64.19

Belum Menikah Menikah Cerai Hidup Cerai Mati

. id
Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup

go
Indeks Dimensi Perasaan (Affect) Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
s.
p
Gambar 18.7
.b

Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Status Perkawinan, 2017
w
w
//w

76.47 75.29
74.05 73.46
s:

68.36 66.30
63.82
tp

62.81
ht

Kepuasan Hidup Personal Kepuasan Hidup Sosial

Belum Menikah Menikah Cerai Hidup Cerai Mati

8. Indeks Kebahagiaan penduduk cenderung mengalami penurunan dengan semakin


bertambahnya umur. Penduduk dengan umur 24 tahun ke bawah memiliki Indeks
Kebahagiaan tertinggi sebesar 71,29, hal yang sama terjadi pada Dimensi
Kepuasan Hidup dan Dimensi Makna Hidup. Sementara itu, semakin bertambah
umur maka semakin tinggi Indeks Dimensi Perasaan (Affect) hingga batas umur 64
tahun setelah itu mengalami penurunan.

182 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Selanjutnya, pada Subdimensi Kepuasan Hidup Personal, nilai indeks semakin


menurun seiring dengan bertambahnya umur. Sementara itu, pada Subdimensi
Kepuasan Penduduk Sosial, nilai indeks cenderung semakin meningkat seiring
bertambahnya umur sampai pada batas umur 64 tahun.

Gambar 18.8
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Kelompok Umur, 2017

74.01
73.47

72.09
71.29 71.42 71.31
71.13 71.05
70.69 70.30
68.64
69.18
68.75
68.19 68.39 68.54

. id
go
ps.
≤ 24 Tahun 25-40 Tahun 41-64 Tahun ≥ 65 Tahun
.b

Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup


w
w

Indeks Dimensi Perasaan (Affect) Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)


//w

Gambar 18.9
s:

Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Kelompok Umur, 2017
tp
ht

75.28 76.06 76.27 76.20


67.57 66.56 65.84 64.40

Kepuasan Hidup Personal Kepuasan Hidup Sosial

≤ 24 Tahun 25–40 Tahun 41–64 Tahun ≥ 65 Tahun

9. Berdasarkan sebaran, nilai Indeks Kebahagiaan menurut provinsi yang cukup


bervariasi dengan rentang antara 67,52 sampai 75,68, terdapat 24 provinsi yang
memiliki nilai Indeks Kebahagiaan di atas angka nasional. Tiga provinsi yang
memiliki nilai Indeks Kebahagiaan tertinggi secara berturut-turut adalah Provinsi

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 183


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Maluku Utara (75,68), Maluku (73,77), dan Sulawesi Utara (73,69). Sementara itu,
Provinsi Papua (67,52), Sumatera Utara (68,41), dan Nusa Tenggara Timur (68,98)
merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks Kebahagiaan terendah.

Gambar 18.10
Indeks Kebahagiaan Penduduk Menurut Provinsi, 2017

75.68
73.77
Sumber : SP1971, SP1980, SP1990, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
73.69
10. Penduduk Indonesia sebagian besar berdomisili 73.57 di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 56,6 persen. 73.33 Kemudian,
73.19
secara berturut-turut diikuti Pulau Sumatera (21,7
persen), Sulawesi (7,3 persen), Kalimantan 73.11 (6,1

id
persen), Bali dan Nusa Tenggara (5,5 persen) 72.93 serta

.
go
Maluku dan Papua (2,7 persen). Menurut 72.48provinsi,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan 72.43
s. Jawa Tengah
merupakan tiga provinsi dengan proporsi 71.99
p
.b

penduduk terbesar, yaitu masing-masing 71.98 18,3


w

persen; 15,0 persen; dan 13,1 persen 71.96 dari total


w

penduduk Indonesia. Sebaliknya,71.92 tiga provinsi


//w

dengan proporsi penduduk terendah adalah 71.91


Kalimantan Utara, Papua Barat, 71.89
s:

dan Gorontalo,
71.75
tp

yaitu masing-masing 0,3 persen; 0,3 persen dan


71.73
ht

0,4 persen.
71.33
11. 71.22
70.92
12. 70.85
70.77
13.
70.70
70.61
14. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017
70.45
sebesar 137 jiwa per km2. Jawa merupakan pulau
70.08
yang terpadat penduduknya (1.145 per km2),
70.02
kemudian secara berurutan Pulau Bali dan Nusa
69.83
Tenggara (198 per km2), Sumatera (118 per km2),
69.58
Sulawesi (102 per km2), Kalimantan (29 per km2),
69.51
dan yang paling jarang penduduknya adalah
68.98
68.41
67.52

184 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Tabel 18.1
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Penyusunnya Menurut Provinsi, 2017

Dimensi Penyusun Indeks Kebahagiaan

Provinsi Indeks Dimensi Kepuasan


Indeks
Hidup Indeks Dimensi Indeks Dimensi
Kebahagiaan
Indeks Subdimensi Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 71,96 67,24 78,66 72,95 68,56 74,05
Sumatera Utara 68,41 62,89 74,18 68,54 64,75 71,62
Sumatera Barat 72,43 67,03 77,50 72,27 70,21 74,64
Riau 71,89 67,19 76,28 71,74 70,24 73,56
Jambi 70,45 65,93 76,12 71,02 68,56 71,61

id
Sumatera Selatan 71,98 67,01 77,03 72,02 70,61 73,18

.
Bengkulu 70,61 63,96 76,94 70,45 68,52 72,68

go
Lampung 69,51 63,54 75,84 69,69 67,43 71,24
Kep. Bangka Belitung 71,75 68,68 78,24 s. 73,46 69,33 72,23
Kepulauan Riau 73,11 69,23 77,05 73,14 69,11 76,75
p
.b

DKI Jakarta 71,33 68,64 74,56 71,60 68,06 74,04


Jawa Barat 69,58 65,48 74,96 70,22 66,83 71,43
w

Jawa Tengah 70,92 65,50 76,34 70,92 70,45 71,36


w

DI Yogyakarta 72,93 67,95 76,02 71,98 73,38 73,49


//w

Jawa Timur 70,77 66,63 76,72 71,68 68,79 71,66


s:

Banten 69,83 65,78 74,97 70,37 67,80 71,13


Bali 72,48 68,48 76,32 72,40 71,71 73,27
tp

Nusa Tenggara Barat 70,70 65,25 77,93 71,59 67,50 72,72


ht

Nusa Tenggara Timur 68,98 62,92 76,75 69,83 65,23 71,53


Kalimantan Barat 70,08 64,33 76,94 70,64 67,55 71,84
Kalimantan Tengah 70,85 67,11 74,93 71,02 69,52 71,89
Kalimantan Selatan 71,99 65,21 75,58 70,40 72,31 73,32
Kalimantan Timur 73,57 69,62 77,39 73,50 71,63 75,41
Kalimantan Utara 73,33 66,19 77,70 71,94 73,42 74,67
Sulawesi Utara 73,69 70,14 78,40 74,27 69,29 77,11
Sulawesi Tengah 71,92 63,86 78,42 71,14 70,08 74,40
Sulawesi Selatan 71,91 66,42 78,12 72,27 70,63 72,71
Sulawesi Tenggara 71,22 63,60 78,50 71,05 68,77 73,63
Gorontalo 73,19 69,59 79,57 74,58 69,21 75,41
Sulawesi Barat 70,02 61,59 77,75 69,67 67,89 72,33
Maluku 73,77 70,59 79,52 75,05 69,00 76,84
Maluku Utara 75,68 72,86 81,33 77,09 70,48 79,00
Papua Barat 71,73 68,24 76,64 72,44 67,95 74,46
Papua 67,52 63,04 73,80 68,42 63,82 69,98
Indonesia 70,69 65,98 76,16 71,07 68,59 72,23

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 185


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Tabel 18.2
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Menurut Karakteristik, 2017

Penyusun Indeks Kebahagiaan

Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Klasifikasi Wilayah:
Perkotaan 71,64 67,88 75,86 71,87 69,39 73,46
Perdesaan 69,57 63,72 76,51 70,12 67,65 70,77

id
Jenis Kelamin:

.
go
Laki-Laki 71,12 65,57 76,16 70,86 69,08 73,24
s.
71,26 68,14 71,29
Perempuan 70,30 66,36 76,16
p
Status Perkawinan:
.b
w

Belum Menikah 71,53 68,36 74,05 71,20 68,19 74,93


w

Menikah 71,09 66,30 76,47 71,38 69,05 72,65


//w

Cerai Hidup 67,83 62,81 73,46 68,14 64,19 70,85


69,55 66,56 68,83
s:

Cerai Mati 68,37 63,82 75,29


tp

Kelompok Umur:
ht

≤ 24 Tahun 71,29 67,57 75,28 71,42 68,19 74,01


25-40 Tahun 71,13 66,56 76,06 71,31 68,39 73,47
41-64 Tahun 70,69 65,84 76,27 71,05 68,75 72,09
≥ 65 Tahun 69,18 64,40 76,20 70,30 68,54 68,64
Kedudukan Dalam
Rumah Tangga:
Kepala Rumah Tangga 70,54 65,29 75,88 70,59 68,41 72,45
Pasangan Kepala 71,86 68,89 71,86
70,94 67,11 76,61
Rumah Tangga
Banyaknya Anggota
Rumah Tangga:
1 Orang 69,10 65,10 73,84 69,47 67,13 70,52
2 Orang 70,12 65,51 76,03 70,77 68,40 71,03
3 Orang 70,83 65,89 76,34 71,11 68,77 72,43
4 Orang 71,20 66,53 76,43 71,48 69,09 72,84
5 Orang atau Lebih 70,79 65,99 76,39 71,19 68,44 72,53

186 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

Penyusun Indeks Kebahagiaan

Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan:
Tidak Pernah Sekolah 66,52 59,82 75,21 67,51 65,64 66,32

id
Tidak Tamat 68,84 66,18 68,39

.
67,86 61,68 76,01

go
SD/Sederajat
SD Sederajat 69,20 63,96 76,21
s. 70,08 67,10 70,23
SMP Sederajat 70,41 65,31 76,07 70,69 68,02 72,30
p
72,37 70,13 74,83
.b

SMA Sederajat 72,51 68,73 76,01


74,83 73,19 78,23
w

Diploma I, II, III 75,48 72,73 76,93


w

Diploma IV/S1 76,86 75,08 77,21 76,15 74,69 79,58


//w

S2, S3 79,55 78,71 77,72 78,22 77,12 83,14


Pendapatan Rumah
s:

Tangga:
tp

Hingga Rp1.800.000 66,87 59,68 75,14 67,41 64,82 68,19


ht

Rp1.800.001–
70,11 64,92 76,21 70,56 67,90 71,68
Rp3.000.000
Rp3.000.001–
72,34 68,87 76,40 72,63 70,35 73,87
Rp4.800.000
Rp4.800.001–
74,23 72,12 76,94 74,53 72,06 75,90
Rp7.200.000
Lebih dari
76,62 75,33 77,74 76,53 74,56 78,59
Rp7.200.000
Indonesia 70,69 65,98 76,16 71,07 68,59 72,23

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 187


INDEKS KEBAHAGIAAN 2017

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

188 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN TEK NOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016

INDEKS PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-TIK), 2015-2016

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:

19
tp
ht

INDEKS
PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI
INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-
TIK), 2015-2016
LBDSE Juli 2018 Edisi 98 189
INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

190 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016

XIX. INDEKS PEMBANGUNAN


TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-TIK), 2015-2016
A. IP-TIK Indonesia, 2015-2016

1. Indeks Pembangunan Teknologi


Informasi dan Komunikasi (IP-TIK)
IP-TIK Indonesia tahun 2016
dikembangkan oleh International
sebesar 4,34, meningkat
Telecommunication Union (ITU) dengan
dibanding IP-TIK tahun 2015
nama ICT Development Index. IP-TIK
sebesar 3,88, pada skala 0 -
merupakan indeks komposit yang
10.
mengkombinasikan 11 indikator
menjadi suatu ukuran standar

id
pembangunan teknologi informasi dan

.
go
komunikasi suatu wilayah. IP-TIK sangat penting sebagai ukuran standar tingkat
pembangunan TIK di suatu wilayah yang dapat dibandingkan antarwaktu dan
s.
antarwilayah. Selain itu, IP-TIK juga mampu mengukur pertumbuhan
p
pembangunan TIK, mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah,
.b

dan mengukur potensi pembangunan TIK.


w

Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan potensi dan progress pembangunan TIK
w

suatu wilayah lebih optimum, sebaliknya, semakin rendah nilai indeks


//w

menunjukkan pembangunan TIK di suatu wilayah masih belum optimum.


s:

Pada tahun 2017, BPS melakukan penghitungan IP-TIK tahun 2016 dan
tp

melakukan penghitungan kembali (backcasting) untuk nilai IP-TIK tahun 2015


baik tingkat nasional maupun provinsi. Penghitungan ini berdasarkan metodologi
ht

dari ITU dengan 11 indikator penyusun IP-TIK yang terbagi dalam tiga subindeks,
yaitu akses dan infrastruktur, penggunaan, dan keahlian.
Penyusunan IP-TIK 2015 dan IP-TIK 2016 ini telah menggunakan indikator rata-
rata lama sekolah yang menggantikan indikator angka melek huruf. Hal ini
berdasarkan metodologi terbaru pada buku Measuring Information Society 2016
yang dipublikasikan oleh ITU.
IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 dengan skala 0–10, meningkat
dibanding IP-TIK tahun 2015 yang sebesar 3,88. Angka hasil penghitungan BPS
untuk IP-TIK Indonesia ini sejalan dengan angka IP-TIK yang dirilis oleh
International Telecommunication Union (ITU). Di tahun 2016, IP-TIK atau ICT
Development Index yang dirilis ITU sebesar 4,33 dan tahun 2015 sebesar 3,85.
Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2016 serupa dengan
tahun 2015, yaitu nilai subindeks tertinggi adalah subindeks keahlian sebesar
5,54, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88 serta subindeks
penggunaan sebesar 3,19.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 191


INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIK ASI (IP-TIK), 2015-2016

Tabel 19.1
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia, 2015−2016

Subindeks 2015 2016


Akses&Infrastruktur 4,81 4,34
Penggunaan 2,21 3,19
Keahlian 5,38 5,54
IP-TIK 3,88 4,34
*)
IP-TIK (versi ITU) 3,85 4,33*)

Keterangan : Skala 0-10


*) Dicantumkan dalam Measuring Information Society Report 2017

2. Pada tahun 2016, peringkat Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 4

id
tingkat, yaitu dari rangking 115 menjadi rangking 111 dari 176 negara. Posisi

.
Indonesia ini berada di atas negara Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste. Namun

go
rangking Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia,
Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam dan Filipina. s.
p
Tabel 19.2
.b

Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Negara-Negara di Dunia,


w

2015−2016
w

2015 2016
//w

Negara IP-TIK/
IP-TIK/
ICT Development Rangking Rangking
s:

ICT Development Index


Index
tp

(1) (2) (3) (4) (5)


ht

Korea (Rep.) 8,80 1 8,85 2


Iceland 8,78 2 8,98 1
Denmark 8,68 3 8,71 4
Switzerland 8,66 4 8,74 3
Inggris 8,53 5 8,65 5
Jepang 8,32 11 8,43 10
Australia 8,08 16 8,24 14
Singapura 7,85 20 8,05 18
Malaysia 6,22 62 6,38 63
Brunei D 6,56 54 6,75 53
Thailand 5,31 79 5,67 78
Vietnam 4,18 108 4,43 108
Filipina 4,52 100 4,67 101
Indonesia 3,85 114 4,33 111
Kamboja 3,24 128 3,28 128
Timor-Leste 3,11 127 3,57 122
Myanmar 2,59 140 3,00 135
Total Negara 175 Negara 176 Negara
Sumber: Measuring Information Society 2017, ITU

192 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016

B. Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Level Provinsi, 2015-2016

Secara umum, terjadi peningkatan IP-TIK dari tahun 2015 ke tahun 2016 untuk
semua provinsi. Di antara 34 provinsi di Indonesia, provinsi dengan IP-TIK
tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu 7,17 di tahun 2015 dan 7,41 di tahun 2016.
Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu sebesar 2,13 di
tahun 2015 dan 2,41 di tahun 2016.
IP-TIK 34 provinsi tahun 2015-2016 dikelompokkan menjadi kategori
berdasarkan kuartil nilai IP-TIK masing-masing tahun, yaitu tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah. Untuk nilai IP-TIK kategori tinggi pada tahun 2015
dan 2016 ditempati oleh 9 provinsi yang sama, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
Kalimantan Timur, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Banten, Sulawesi
Utara, dan Jawa Barat.
Gambar 19.1 Gambar 19.2
Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2015 Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2016

id
DKI Jakarta 7.17 DKI Jakarta 7.41

.
DI Yogyakarta 5.61 DI Yogyakarta 6.12

go
Kalimantan Timur 5.24 Kalimantan Timur 5.84
Kepulauan Riau 5.15 s. Bali 5.63
Bali 4.97 Kepulauan Riau 5.59
Kalimantan Utara 4.44 Kalimantan Utara 4.95
p
Banten 4.30 Banten 4.82
.b

Sulawesi Utara 4.11 Sulawesi Utara 4.64


Jawa Barat 4.06 Jawa Barat 4.51
w

Kalimantan Selatan 3.97 Kalimantan Selatan 4.41 Indonesia


w

Riau 3.95 Indonesia Jawa Timur 4.27


Sumatera Barat 3.86 Riau 4.26
4,34
//w

Sulawesi Selatan 3.75 3,88 Sulawesi Selatan 4.26


Kalimantan Tengah 3.74 Sumatera Barat 4.24
s:

Bengkulu 3.72 Kalimantan Tengah 4.12


Jawa Timur 3.71 Jawa Tengah 4.08
tp

Kep. Bangka Belitung 3.70 Kep. Bangka Belitung 4.00


Jambi 3.70 Bengkulu 3.93
ht

Jawa Tengah 3.63 Jambi 3.92


Sumatera Selatan 3.46 Sulawesi Tenggara 3.91
Papua Barat 3.43 Maluku 3.83
Sulawesi Tenggara 3.43 Sumatera Selatan 3.80
Maluku 3.41 Papua Barat 3.73
Sumatera Utara 3.38 Gorontalo 3.72
Sulawesi Tengah 3.28 Sumatera Utara 3.69
Aceh 3.28 Kalimantan Barat 3.58
Gorontalo 3.26 Sulawesi Tengah 3.51
Kalimantan Barat 3.18 Aceh 3.41
Lampung 3.01 Lampung 3.32
Maluku Utara 2.88 Nusa Tenggara Barat 3.29
Nusa Tenggara Barat 2.87 Maluku Utara 3.21
Sulawesi Barat 2.70 Sulawesi Barat 3.02
Nusa Tenggara Timur 2.46 Nusa Tenggara Timur 2.75
Papua 2.13 Papua 2.41
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8
2015 2016
Kategori
IP-TIK Jumlah Provinsi IP-TIK Jumlah Provinsi
tinggi IP-TIK ≥ 4,03 9 IP-TIK ≥ 4,49 9
sedang 3,70 ≤ IP-TIK < 4,03 9 3,97 ≤ IP-TIK < 4,49 8
rendah 3,28 ≤ IP-TIK < 3,70 8 3,61 ≤ IP-TIK < 3,97 8
sangat rendah IP-TIK< 3,28 8 IP-TIK< 3,61 9

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 193


INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

194 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


POLA PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS

POLA PERDAGANGAN
KOMODITAS STRATEGIS

. id
go
p s.
.b
w
w
//w

20
s:
tp
ht

POLA
PERDAGANGAN
KOMODITAS
STRATEGIS

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 195


POLA PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

196 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


POLA PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS

XX. POLA PERDAGANGAN


KOMODITAS STRATEGIS
A. Pola Perdagangan Komoditas Strategis

1. Distribusi perdagangan beras, cabai


merah, bawang merah, daging sapi, dan
Pola utama distribusi
daging ayam ras dari produsen sampai
perdagangan beras tahun
ke konsumen akhir melibatkan dua
2016 terputus satu rantai.
hingga tujuh pelaku usaha.
Perdagangan beras dari
distributor ke pengecer tidak
lagi melalui agen

. id
2. Pola utama distribusi perdagangan di
go
s.
Indonesia:
p
.b

 Beras: Produsen --> Distributor --> Pedagang Eceran --> Konsumen


w

Akhir.
w

 Cabai merah: Petani --> Pedagang Pengepul --> Pedagang Grosir -->
//w

Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.


s:

 Bawang merah: Petani --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran -->
tp

Konsumen Akhir.
ht

 Daging sapi:
o Jalur Produsen: Produsen --> Pedagang Grosir --> Pedagang Eceran
--> Konsumen Akhir.
o Jalur Importir: Importir --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
 Daging ayam ras: Produsen --> Pedagang Eceran --> Konsumen Akhir.
Gambar 20. 1
Pola Distribusi Utama Perdagangan Beras di Indonesia

Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

Keterangan: = Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 197


POLA PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS

3. Pola utama distribusi perdagangan beras tahun 2016 terputus satu rantai.
Pendistribusian beras dari distributor ke pedagang eceran tidak lagi melalui agen.

4. Potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras terjadi di Provinsi Maluku


Utara, cabai merah di Sulawesi Tengah, bawang merah di Jawa Tengah, daging
sapi di DKI Jakarta, dan daging ayam ras di Maluku.

5. Potensi pola terpendek distribusi perdagangan beras di Provinsi Nusa Tenggara


Timur, cabai merah di Bali, bawang merah di
Bengkulu, daging sapi di Sulawesi Utara, dan
daging ayam ras di DI Yogyakarta. Persentase Margin

6. Persentase Margin Perdagangan dan Perdagangan dan

id
Pengangkutan (MPP) beras secara nasional Pengangkutan (MPP) beras

.
secara nasional berdasarkan

go
berdasarkan Survei Pola Distribusi
Perdagangan 2017 sebesar 26,12 persen; Survei Pola Distribusi
s.
cabai merah 62,39 persen; bawang merah Perdagangan 2017 sebesar
p
26,12 persen; cabai merah
.b

43,56 persen; daging sapi 30,05 persen; dan


62,39 persen; bawang merah
w

daging ayam ras 25,54 persen.


43,56 persen; daging sapi
w
//w

30,05 persen; dan daging


ayam ras 25,54 persen.
s:
tp
ht

Tabel 20.1
Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Nasional
Menurut Komoditas Tahun 2016

No Komoditas MPP (%)

(1) (2) (3)


1 Beras 26,12
2 Cabai Merah 62,39
3 Bawang Merah 43,56
4 Daging Sapi 30,05
5 Daging Ayam Ras 25,54

198 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

GLOSARIUM

id
.
go
ps.
.b
w
w

22
//w
s:
tp

GLOSARIUM
ht

INDEKS
DEMOKRASI
INDONESIA
2016

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 199


GLOSARIUM

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

200 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

GLOSARIUM
1. Inflasi

Inflasi merupakan indikator yang menggambarkan perubahan positif Indeks


Harga Konsumen (IHK). Sebaliknya, perubahan negatif IHK disebut deflasi. IHK
tersebut dihitung dengan menggunakan formula Modified Laspeyres.
Pengelompokan IHK didasarkan pada klasifikasi internasional baku yang tertuang
dalam Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP)
yang diadaptasi untuk kasus Indonesia menjadi Klasifikasi Baku Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga.

Inflasi umum (headline inflation)

id
Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices, dan

.
inflasi volatile goods.

go
a. Inflasi inti (core inflation) s.
Inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh
p
.b

perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar,


w

dan keseimbangan permintaan dan penawaran, yang sifatnya cenderung


w

permanen, persistent, dan bersifat umum. Berdasarkan SBH 2012 jumlah


//w

barang/jasa inti sebanyak 751, antara lain: kontrak rumah, upah buruh, mie,
susu, mobil, sepeda motor, dan sebagainya.
s:
tp

b. Inflasi yang harganya diatur pemerintah (administered prices inflation)


ht

Inflasi komoditas yang perkembangan harganya secara umum diatur oleh


pemerintah. Berdasarkan SBH 2012 jumlah barang/jasanya sebanyak 23, antara
lain: bensin, tarif listrik, rokok, dan sebagainya.

c. Inflasi bergejolak (volatile goods)


Inflasi komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak.
Berdasarkan tahun dasar 2012, inflasi volatile goods masih didominasi bahan
makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi volatile foods. Jumlah
komoditas sebanyak 85, antara lain : beras, minyak goreng, cabai, daging ayam
ras, dan sebagainya.

2. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
(produk) akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 201


GLOSARIUM

PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun

PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

PDB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi.

PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.

Pendekatan yang digunakan untuk menghitung PDB adalah (1) pendekatan


produksi, menghitung nilai tambah dari proses produksi setiap kategori/aktivitas
ekonomi, (2) pendekatan pendapatan, menghitung semua komponen nilai
tambah, dan (3) pendekatan pengeluaran, menghitung semua komponen

id
pengeluaran PDB. Secara teoritis, ketiga pendekatan ini akan menghasilkan nilai

.
go
PDB yang sama.
s.
Pertumbuhan ekonomi (y-on-y) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
p
harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama
.b

tahun sebelumnya.
w
w

Pertumbuhan ekonomi (q-to-q) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
//w

harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.


s:

Pertumbuhan ekonomi (c-to-c) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
tp

harga kosntan kumulatif sampai dengan suatu triwulanan dibandingkan periode


ht

kumulatif yang sama pada tahun sebelumya.

Sumber pertumbuhan (source of growth) menunjukkan sektor atau komponen


pengeluaran PDB yang menjadi penggerak pertumbuhan. Sumber pertumbuhan
diperoleh dengan cara mengalikan laju pertumbuhan ekonomi sektor atau
komponen pengeluaran dengan share perubahan sektor atau komponen
pengeluaran terhadap perubahan PDB.

PDB Perkapita adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

202 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

3. Ekspor-Impor

Total nilai ekspor adalah jumlah nilai Free on Board (FOB) seluruh barang-barang
ekspor yang keluar dari daerah pabean Indonesia.

Free on Board (FOB) adalah nilai barang sampai di pelabuhan muat setelah
barang dimuat ke kapal.

Total nilai impor adalah jumlah nilai Cost Insurance Freight (CIF) seluruh barang-
barang ekspor yang masuk ke daerah pabean Indonesia.

Cost Insurance Freight (CIF) adalah nilai barang ketika sampai di pelabuhan
bongkar (Indonesia), termasuk harga barang, ongkos angkut (freight) dan asuransi
(insurance). CIF = FOB + Insurance + Freight.

id
4. Upah Buruh

.
go
Upah Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang dilakukan.
p s.
Upah Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh,
.b

upah riil dihitung dari besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga
w

Konsumen (IHK).
w
//w

Penghitungan upah nominal buruh tani menggunakan rata-rata tertimbang,


sedangkan upah nominal buruh bangunan menggunakan rata-rata hitung biasa.
s:

Pengumpulan data upah buruh tani dilakukan melalui Survei Harga Perdesaan
tp

dengan responden petani. Data upah buruh bangunan diperoleh dari Survei
ht

Harga Konsumen Perkotaan dengan responden buruh bangunan, Survei Harga


Perdesaan dilaksanakan di 33 provinsi, sedangkan Survei Harga Konsumen
Perkotaan dilaksanakan di 82 kota.

5. Nilai Tukar Petani (NTP) 2012=100


Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan angka perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan
dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar
(terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat
pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Indeks harga yang diterima petani (It)
adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil
produksi petani, Indeks harga yang dibayar petani (Ib) adalah indeks harga yang
menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik itu

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 203


GLOSARIUM

kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhan untuk proses produksi


pertanian.

NTP dihitung dengan menggunakan formula:


It
NTP = x 100
Ib
Formula atau rumus yang digunakan dalam penghitungan It dan Ib adalah formula
Indeks Laspeyres yang dimodifikasi (Modified Laspeyres Indices). Pengumpulan
data harga untuk penghitungan NTP dilakukan melalui Survei Harga Perdesaan
dan Survei Konsumen Perdesaan, dengan cakupan 33 provinsi di Indonesia yang
meliputi lima subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura,
Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan. Responden Survei
Harga Perdesaan adalah petani produsen, sedangkan responden Survei Harga

id
Konsumen Perdesaan adalah pedagang di pasar perdesaan.

.
go
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan
s.
indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani
p
.b

(Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari BPPBM. Dengan dikeluarkannya


w

konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib),
w

NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang


//w

dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.


s:

6. Harga Produsen Gabah dan Beras di Penggilingan


tp
ht

Harga Produsen Gabah di Tingkat Petani adalah harga yang disepakati pada
waktu terjadinya transaksi antara petani dengan pedagang
pengumpul/tengkulak/pihak penggilingan yang ditemukan pada hari
dilaksanakannya observasi dengan kualitas apa adanya, sebelum dikenakan
ongkos angkut pasca panen.

Harga Produsen Gabah di Tingkat Penggilingan adalah harga produsen gabah di


tingkat petani ditambah dengan besarnya biaya ke penggilingan terdekat.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga gabah dalam negeri minimal
yang harus dibayarkan pemerintah melalui Bulog kepada petani dan penggilingan
sesuai dengan kualitas gabah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam SK
Inpres. Tujuan kebijakan penerapan HPP, selain untuk pengamanan cadangan
pemerintah, adalah sebagai insentif yang diberikan pemerintah kepada petani
padi dengan cara memberikan jaminan harga di atas harga keseimbangan.

204 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 25,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 10,0 persen.

Gabah Kering Giling (GKG) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 14,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 3,0 persen.

Gabah Kualitas Rendah adalah gabah yang mengandung kadar air minimum 25,0
persen dan hampa/kotoran minimum 10,0 persen.

Kadar Air (KA) adalah jumlah kandungan air dalam butir gabah yang dinyatakan
dalam persentase dari berat basah.

Kadar Hampa (KH) adalah jumlah kandungan selain air, yang umumnya terdiri
atas butiran hampa dan kotoran, seperti butir gabah yang tidak berkembang,
pasir, kerikil, biji dan lainnya. Kadar Hampa dinyatakan dalam persentase dari

id
berat sampel gabah.

.
go
Survei Monitoring Harga Produsen Gabah dilaksanakan di 27 propinsi di
s.
Indonesia. Responden adalah petani produsen yang melakukan transaksi
p
penjualan gabah. Pencatatan harga dilaksanakan setiap bulan, tetapi saat panen
.b

raya (biasanya pada bulan Maret s.d. Mei dan Agustus) pencatatan harga
w

dilakukan setiap minggu. Panen dengan sistem tebasan tidak termasuk dalam
w
//w

pencatatan ini.
s:

Beras Kualitas Premium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken)
tp

maksimum 10 persen.
ht

Beras Kualitas Medium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 10,1-
20 persen.

Beras Kualitas Rendah adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 20,1 -
25 persen.

Butir Beras Patah/Pecah (Broken) adalah butir beras baik sehat maupun cacat
yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,25 bagian sampai dengan lebih kecil
0,75 bagian dari butir beras utuh.

Pengumpulan data harga produsen beras di penggilingan dilakukan secara


bulanan di 28 provinsi di Indonesia. Responden adalah penggilingan besar di
wilayahnya.

7. A. Indeks Harga Produsen (IHP)

Indeks Harga Produsen (IHP) adalah angka indeks yang menggambarkan tingkat
perubahan harga di tingkat produsen. Pengguna data dapat memanfaatkan

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 205


GLOSARIUM

perkembangan harga produsen sebagai indikator dini harga grosir maupun harga
eceran. Selain itu dapat juga digunakan untuk membantu penyusunan neraca
ekonomi (PDB/PDRB), distribusi barang, margin perdagangan, dan sebagainya.
Sesuai dengan Manual Producer Price Index (PPI), harga yang dikumpulkan adalah
basic price (harga dasar), yaitu harga yang diterima produsen tidak temasuk
pajak. IHP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi, dengan
tahun dasar 2010=100.
Pengumpulan harga dilakukan setiap bulan di 34 Provinsi. Responden yang dipilih
adalah produsen dengan penerimaan perusahaan yang cukup besar, sedangkan
komoditas yang dipilih adalah komoditas yang memberikan share besar terhadap
PDB nasional. Pengelompokan komoditas dalam IHP didasarkan pada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia

id
(KBKI).

.
go
B. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
s.
IHPB adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada
p
tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas-komoditas yang
.b

diperdagangkan di suatu negara/daerah. Komoditas tersebut merupakan produksi


w

dalam negeri ataupun yang diekspor dan komoditas yang berasal dari impor.
w
//w

IHPB Konstruksi adalah salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk
s:

keperluan perencanaan pembangunan yang dapat menggambarkan


tp

perkembangan statistik harga bahan bangunan/kontruksi dan digunakan sebagai


dasar untuk penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres No. 8
ht

Tahun 2003, dan telah direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
105/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005, serta didukung oleh Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum No. 11/SE/M/2005 tanggal 16 Desember 2005.
Diagram timbang yang digunakan dalam penghitungan IHPB Konstruksi diambil
dari data Bill of Quantity (BoQ) kegiatan konstruksi.

8. Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dihitung berdasarkan data dari Survei Tendensi Bisnis
(STB). Tujuan dari ITB adalah untuk menghasilkan suatu indikator dini yang dapat
menggambarkan kondisi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan
triwulan mendatang dari sisi pelaku usaha.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi


konsumen terkini yang dihasilkan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK

206 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan


perkiraan triwulan mendatang.

9. Industri

Industri yang dimaksudkan adalah industri manufaktur (manufacturing industry)


dengan cakupan perusahaan industri berskala besar, sedang, kecil, dan mikro.
Perusahaan industri berskala besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga
kerja 100 orang atau lebih, perusahaan industri berskala sedang adalah
perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang,
perusahaan industri berskala kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai
tenaga kerja 5 (lima) sampai dengan 19 orang, sedangkan perusahaan industri
berskala mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1 (satu)

id
sampai dengan 4 (empat) orang.

.
go
10. Pariwisata s.
Data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari
p
.b

laporan Ditjen Imigrasi berupa laporan kedatangan dari luar negeri, yang meliputi
w

seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Indonesia. Jumlah kunjungan


w

wisman dihitung berdasar jenis paspor untuk WNI dan jenis visa untuk WNA. Pada
//w

tahun 2015 dilakukan penyempurnaan penghitungan kunjungan wisman terkait


s:

WNA pemegang KITAS yang sejak akhir 2014 sesuai peraturan Ditjen Imigrasi
tp

tidak hanya diberikan kepada WNA yang bekerja di Indonesia, tetapi juga dapat
diberikan kepada mereka yang berkunjung ke Indonesia dengan kategori
ht

wisatawan lanjut usia, berkunjung untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan,


melakukan penelitian, sebagai rohaniwan, dan lain-lain. Selain itu pada tahun
2016 juga dilakukan pendataan di pos-pos lintas batas (PLB) yang sifatnya
tradisional yang biasanya tidak ada pos imigrasi atau jika ada namun tidak secara
rutin dan berkesinambungan mencatat keluar masuk orang yang melewati pos-
pos perbatasan tersebut. Selanjutnya pada bulan Oktober 2016 mulai digunakan
Mobile Positioning Data (MPD) untuk memperluas cakupan pendataan wisman
mengingat kondisi geografis dan banyaknya pintu masuk ke wilayah Indonesia.
Namun MPD yang digunakan baru berasal dari satu penyedia jasa telekomunikasi
di Indonesia yaitu Telkomsel.

Wisatawan mancanegara (wisman) ialah setiap orang yang melakukan


perjalanan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya, kurang dari satu
tahun, didorong oleh suatu tujuan utama (bisnis, berlibur, atau tujuan pribadi

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 207


GLOSARIUM

lainnya), selain untuk bekerja dengan penduduk negara yang dikunjungi. Definisi
ini mencakup 2 (dua) kategori wisatawan mancanegara, yaitu:

a. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas


yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan
antara lain:

- Personal: berlibur, rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga,


belajar atau pelatihan, kesehatan olah raga. keagamaan, belanja,
transit, dan lain-lain.

- Bisnis dan profesional: menghadiri pertemuan, konferensi atau


kongres, pameran dagang, konser, pertunjukan, dan lain-lain.

id
b. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di

.
go
atas yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi
s.
(termasuk cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu
p
negara dengan kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di
.b

akomodasi yang tersedia di negara tersebut).


w

Data Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel diperoleh dari hasil Survei Hotel
w
//w

yang dilakukan setiap bulan terhadap seluruh hotel berklasifikasi bintang dan
sebagian (sampel) hotel non bintang di seluruh Indonesia. Data yang
s:

dikumpulkan meliputi jumlah kamar tersedia, jumlah kamar terpakai, jumlah


tp

tamu yang datang (menginap) serta jumlah tamu yang keluar dari hotel setiap
ht

harinya.

TPK Hotel adalah persentase banyaknya malam kamar yang dihuni/terpakai


terhadap banyaknya malam kamar yang tersedia.

Rata-rata lamanya tamu menginap adalah hasil bagi antara banyaknya


malam tempat tidur yang terpakai dengan banyaknya tamu yang mneginap di
hotel dan akomodasi lainnya.

11. Transportasi Nasional

Data transportasi diperoleh setiap bulan dari PT (Persero) Angkasa Pura I dan II,
Kantor Bandara yang dikelola Ditjen Perhubungan Udara, PT (Persero) KAI (Kantor
Pusat dan Divisi Jabodetabek), PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I s,d, IV, dan
Kantor Pelabuhan yang dikelola Ditjen Perhubungan Laut. Data yang disajikan
mencakup jumlah penumpang berangkat dan jumlah barang dimuat dalam

208 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

negeri. Khusus untuk transportasi udara disajikan jumlah penumpang berangkat


baik domestik maupun internasional.

12. Nilai Tukar Eceran Rupiah


Nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain bervariasi. Nilai
tukar mata uang untuk transaksi besar yang meliputi aktivitas ekspor, impor,
swap, derivative, dan lain-lain, dipantau dan dilaporkan secara periodik oleh Bank
Indonesia. Di sisi lain, transaksi eceran penukaran mata uang melalui money
changer (tempat penukaran mata uang) yang tersebar di seluruh Indonesia
menggambarkan tingkat retail spot rate suatu mata uang.

BPS melaporkan informasi nilai tukar eceran rupiah secara periodik. Statistik yang
dihasilkan dapat digunakan untuk melihat pengaruh nilai tukar transaksi besar

id
terhadap nilai tukar transaksi eceran, perkembangan nilai tukar rupiah transaksi

.
go
eceran, melengkapi informasi real-time yang beredar di internet, dan sebagainya.
s.
Mata uang asing yang dimonitor mencakup empat jenis, yaitu dolar Amerika
p
(USD), dolar Australia (AUD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR) dengan alasan
.b

merupakan mata uang yang hampir selalu diperdagangkan di 34 provinsi di


w

Indonesia, sehingga dapat dimonitor transaksinya.


w
//w

Nilai Tukar (Kurs) adalah harga mata uang suatu negara yang diukur dalam mata
s:

uang negara lain.


tp

Nilai Tukar Ecerah Rupiah adalah nilai mata uang rupiah yang diukur dalam mata
ht

uang negara lain yang ditransaksikan melalui money changer.

Kurs Tengah adalah kurs rata-rata antara kurs beli dan kurs jual.
Money Changer adalah tempat pertukaran atau tempat jual beli mata uang
asing.

Spot rate adalah harga yang diberikan untuk suatu mata uang yang akan dibayar
dan diserahkan segera, dalam 1-2 hari kerja.

Swap adalah transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan
penjualan kembali secara berjangka, atau penjualan tunai dengan pembelian
kembali secara berjangka.

13. Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan


a. Prevalensi kekerasan terhadap perempuan adalah perbandingan perempuan
usia 15–64 tahun yang mengalami kekerasan baik itu kekerasan fisik, seksual,

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 209


GLOSARIUM

psikis, maupun ekonomi yang dilakukan oleh pasangan maupun bukan


pasangan terhadap total perempuan usia 15–64 tahun.

b. Sumber data yang digunakan dalam menghitung prevalensi kekerasan


tehadap perempuan adalah hasil dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan
Nasional (SPHPN) Tahun 2016. SPHPN merupakan survei khusus pertama di
Indonesia yang ditujukan khusus untuk mendapatkan data kekerasan yang
dialami perempuan di Indonesia.

c. Kuesioner SPHPN mengadopsi Kuesioner WHO “Women’s health and life


experiences”, yang didisain khusus untuk mengali informasi kekerasan
terhadap perempuan.

d. Jenis kekerasan yang dicakup pada SPHPN 2016 dibedakan menurut pelaku

id
kekerasan yaitu pasangan dan selain pasangan. Kekerasan yang dilakukan

.
pasangan meliputi: kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional,

go
kekerasan ekonomi, dan pembatasan aktivitas. Sedangkan kekerasan yang
s.
dilakukan selain pasangan meliputi: kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
p
.b

Pasangan yang dimaksud adalah suami, pasangan hidup bersama, dan


w

pasangan seksual yang tinggal terpisah. Sedangkan yang dimaksud selain


w

pasangan adalah orang tua/mertua, kakek, paman, sepupu, teman, tetangga,


//w

guru/pendidik, orang tak dikenal, dan lain-lain.


s:

e. Responden adalah perempuan usia 15–64 tahun yang dipilih satu orang dari
tp

setiap rumah tangga sampel dengan menggunakan Tabel Kish. Responden


ht

terpilih diwawancarai secara private/tidak boleh didampingi siapapun agar


responden dapat terbuka dan nyaman memberikan informasi yang sifatnya
sensitif.

f. Petugas/pewawancara SPHPN adalah perempuan yang dilatih secara khusus


mengenai materi dan metode wawancara, etika, dan safety berwawancara,
dan juga diberikan wawasan terkait gender dan kekerasan.

14. Ketenagakerjaan
Data diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan
di seluruh provinsi Indonesia baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Pengumpulan data berbasis sampel, dengan pendekatan rumah tangga. Estimasi
ketenagakerjaan mulai Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi
penduduk tahun 2010-2035.
Definisi yang digunakan antara lain:

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas.

210 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan
pengangguran.

Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya.

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu, Kegiatan tersebut
termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal

id
(kurang dari 35 jam seminggu), Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:

.
go
Setengah Penganggur (Underemployment) adalah mereka yang bekerja di bawah
s.
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan
p
atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah
.b

pengangguran terpaksa).
w
w

Pekerja Paruh Waktu (Part time worker) adalah mereka yang bekerja di bawah
//w

jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah
s:

pengangguran sukarela).
tp
ht

Pengangguran Terbuka (Unemployment), adalah mereka yang tidak bekerja


tetapi berharap mendapatkan pekerjaan, yang terdiri dari mereka yang mencari
pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau mereka
yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio antara jumlah penganggur
dengan jumlah angkatan kerja.

15. Kemiskinan
a. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
b. Garis Kemiskinan (GK) adalah total nilai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan. GK terdiri dari dua
komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Bukan-Makanan (GKBM).

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 211


GLOSARIUM

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan


minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per
hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi
kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan
dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e. Persentase Penduduk miskin (Head Count Index-P0) adalah persentase
penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan.
f. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) adalah ukuran rata-

id
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap

.
go
garis kemiskinan.
s.
g. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran
p
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
.b

garis kemiskinan.
w
w

16. Ketimpangan Pengeluaran


//w

a. Gini Ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pengeluaran. Nilai Gini
s:

Ratio berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Gini Ratio yang semakin
tp

mendekati 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan yang semakin tinggi.


ht

b. Ukuran Bank Dunia adalah salah satu ukuran ketimpangan yang mengacu
pada besarnya jumlah pengeluaran (proksi pendapatan) pada kelompok 40
persen penduduk terbawah. Adapun kriteria tingkat ketimpangan
berdasarkan ukuran Bank Dunia adalah sebagai berikut :

 Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk


terendah lebih kecil dari 12 persen, maka dikatakan terdapat
ketimpangan tinggi.
 Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk
terendah antara 12 sampai dengan 17 persen, maka dikatakan terdapat
ketimpangan moderat/sedang/menengah.
 Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk
terendah lebih besar dari 17 persen, maka dikatakan terdapat
ketimpangan rendah.

212 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

17. Indeks Pembangunan Manusia


Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi
penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long
and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent
standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur
Harapan Hidup saat lahir, Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama
Sekolah dan Harapan Lama Sekolah, serta Standar hidup yang layak digambarkan

id
oleh pengeluaran per kapita disesuaikan.

.
go
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
s.
kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
p
.b

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25
w

tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.


w
//w

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah


formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
s:

mendatang.
tp
ht

Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari Rata-rata pengeluaran per


kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100 dan paritas daya beli
(Purchasing Power Parity).

Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum


sebelum digunakan untuk menghitung IPM.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 213


GLOSARIUM

. id
go
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks
pendidikan, dan indeks pengeluaran. s.
p
.b
w
w
//w

18. Indeks Perilaku Anti Korupsi


a. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) adalah indikator komposit yang datanya
s:

diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) yang dilakukan oleh BPS.
tp

SPAK merupakan survei dengan pendekatan rumah tangga yang dilaksanakan


ht

di seluruh provinsi yang terdiri dari 170 kabupaten/kota (49 kota dan 121
kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga.
b. Analisis mengenai perilaku anti korupsi dalam survei ini hanya untuk
representasi level nasional.
c. IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama, yakni persepsi atau penilaian
masyarakat terhadap kebiasan yang mencerminkan nilai-nilai yang dipahami
maupun sikap diri terhadap korupsi dan pengalaman langsung pada jenis
layanan publik tertentu yang biasa diakses, menyangkut perilaku penyuapan
(bribery), pemerasan (extortion), nepotisme (nepotism).
d. Variabel penyusun IPAK dipilih dari sekumpulan pertanyaan pada kuesioner
SPAK 2017 menggunakan explanatory factor analysis.
e. Responden adalah kepala rumah tangga atau pasangannya yang dipilih
dengan acak (Tabel Kish) dan diwawancarai secara langsung (tatap muka)
dengan menggunakan metode CAPI (Computer Assisted Personal Interview).

214 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

19. Kependudukan

Proyeksi penduduk merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada


asumsi dari komponen-komponen perubahan penduduk, yaitu kelahiran,
kematian dan migrasi. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah
penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang. Data dasar
perhitungan proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035 adalah data penduduk hasil
SP2010. Penghitungan proyeksi penduduk ini dilakukan dengan menggunakan
program RUP (Rural Urban Projection).

Penghitungan proyeksi penduduk mempertimbangkan perapihan umur, dengan


tujuan untuk memperkecil kesalahan yang ada dalam data. Penentuan asumsi
merupakan proses yang paling penting, mencakup asumsi tingkat kelahiran,
kematian dan migrasi. Asumsi kelahiran dibuat berdasarkan tren tingkat kelahiran

id
di masa lalu dan kebijakan pemerintah yang dilakukan berhubungan dengan

.
go
tingkat kelahiran di masa mendatang. Asumsi tingkat kematian dibuat
s.
berdasarkan tren tingkat kematian di masa lalu dan kebijakan pemerintah yang
p
dilakukan terkait dengan kesehatan. Asumsi migrasi, untuk proyeksi nasional
.b

menyangkut migrasi internasional (melintasi batas negara) masih dianggap nol


w

yaitu seimbang antara yang keluar dan masuk. Sedangkan untuk proyeksi provinsi
w

diperhitungkan migrasi internal yaitu perpindahan penduduk yang melintasi batas


//w

provinsi. royeksi penduduk Indonesia dibangun dengan dasar berbagai


s:

pengetahuan dari berbagai pihak baik kementerian/lembaga terkait, akademisi


tp

dan pakar kependudukan. Hasil proyeksi ini digunakan sebagai dasar perencanaan
ht

maupun evaluasi dari kinerja pemerintah.

20. Indeks Kebahagiaan Indonesia

Indeks Kebahagiaan Indonesia 2017 diukur menggunakan data hasil Survei


Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2017 yang dilaksanakan di 487
kabupaten/kota terpilih yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah
sampel sebesar 75.000 rumah tangga dengan respon sebesar 96,42 persen
(72.317 rumah tangga) untuk estimasi level nasional dan provinsi. Responden
pada survei ini adalah kepala rumah tangga atau pasangan kepala rumah tangga
(istri/suami). Oleh sebab itu, yang dimaksud sebagai penduduk adalah kepala
rumah tangga atau pasangannya.

Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang dihitung secara tertimbang


menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0–100. Semakin tinggi nilai
indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia.

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 215


GLOSARIUM

Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan


penduduk yang semakin tidak bahagia.

Dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan terdiri dari 3 dimensi, yakni Dimensi


Kepuasan Hidup, Dimensi Perasaan (Affect), dan Dimensi Makna Hidup
(Eudaimonia).

Indikator penyusun Indeks Kebahagiaan terdiri dari 19 indikator, yakni 10


indikator pada Dimensi Kepuasan Hidup yang terbagi lagi kedalam 2 subdimensi,
yakni Subdimensi Kepuasan Hidup Personal (Pendidikan dan Keterampilan,
Pekerjaan/Usaha/Kegiatan Utama, Pendapatan Rumah Tangga, Kesehatan, dan
Kondisi Rumah dan Fasilitas Rumah) serta Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial
(Keharmonisan Keluarga, Ketersediaan Waktu Luang, Hubungan Sosial, Keadaan
Lingkungan, dan Kondisi Keamanan), 3 indikator pada Dimensi Perasaan (Perasaan

id
Senang/Riang/Gembira, Perasaan Tidak Khawatir/Cemas, dan Perasaan Tidak

.
go
Tertekan), dan 6 indikator pada Dimensi Makna Hidup (Kemandirian, Penguasaan
s.
Lingkungan, Pengembangan Diri, Hubungan Positif dengan Orang Lain, Tujuan
p
Hidup, dan Penerimaan Diri).
.b
w
w
//w

21. Indeks Demokrasi Indonesia


s:

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah indikator komposit yang menunjukkan


tp

tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat perkembangan demokrasi


tersebut diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah aspek
ht

demokrasi. Aspek demokrasi tersebut adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-
Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of
Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan


demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai
dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat
memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh
Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran
demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga
melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif
(DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu,
perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak
hanya pemerintah saja.

216 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


GLOSARIUM

Dalam pengumpulan data digunakan 4 sumber data berupa : (1) review surat
kabar lokal), (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion
(FGD), dan (4) wawancara mendalam.

Penghitungan Indeks Demokrasi Indonesia melalui tiga tahapan proses yakni


pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator, variabel, dan aspek;
kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan
atau Indeks Demokrasi Indonesia.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 1 –


100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 1 adalah tingkat terendah dan
100 adalah tingkat tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari
variasi indeks yang dihasilkan, skala 1 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori
tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan

id
“buruk” (indeks < 60).

.
go
s.
22. Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (IP-TIK)
p
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) merupakan
.b

suatu ukuran standar yang dapat menggambarkan tingkat pembangunan


w

teknologi informasi dan komunikasi suatu wilayah.


w
//w
s:

IP-TIK disusun oleh 11 indikator yang dikombinasikan menjadi suatu ukuran


tp

standar pembangunan TIK suatu wilayah sebagai berikut:


ht

A. Subindeks Akses dan Infrastruktur


1. Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk/Fixed-telephone
subscription per 100 inhabitants;
2. Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk/Mobile-cellular
telephone subscription per 100 inhabitants;
3. Bandwidth internet internasional per pengguna/International
internet bandwidth (bit/s) per internet user;
4. Persentase rumah tangga yang menguasai komputer/Percentage of
households with a computer;
5. Persentase rumah tangga yang memiliki akses
internet/Percentage of households with internet access;
B. Subindeks Penggunaan
6. Persentase penduduk yang mengakses internet/Percentage of
individuals using the internet;
7. Pelanggan internet broadband tetap kabel per 100 penduduk/Fixed
(wired)-broadband subscriptions per 100 inhabitants;
8. Pelanggan internet broadband tanpa kabel per 100
penduduk/Wireless-broadband subscription per 100 inhabitants;
C. Subindeks Keahlian

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 217


GLOSARIUM

9. Rata-rata lama sekolah/Mean years of Schooling;


10. Angka partisipasi kasar sekunder (SMP sederajat dan SMA
sederajat)/Secondary gross enrollment ratio;
11. Angka partisipasi kasar tersier (pendidikan tinggi D1-S1)/Tertiary gross
enrollment ratio.
Indeks dinilai dalam skala 0-10, dimana semakin tinggi nilai indeks menunjukkan
potensi pembangunan TIK suatu wilayah semakin optimum, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah nilai indeks menunjukkan pembangunan TIK di suatu
wilayah belum optimum.

Data yang digunakan untuk penghitungan IP-TIK tahun 2015−2016 bersumber dari
Survei BPS, yaitu SUSENAS, dan data sekunder dari Kementerian Kominfo.
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) berguna untuk
membandingkan pembangunan TIK antarwaktu dan antarwilayah. IP-TIK dapat

id
menunjukkan kesenjangan digital serta potensi pembangunan dan pengembangan

.
go
TIK. p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

218 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w

LAMPIRAN
//w
s:
tp

LAMPIRAN
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 219


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

220 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 221


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

222 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 223


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

224 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 225


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

226 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 227


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

228 LBDSE Juli 2018 Edisi 98


LAMPIRAN

id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

LBDSE Juli 2018 Edisi 98 229


ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id

Anda mungkin juga menyukai