Learning Objective :
1. Definisi Anemia
2. Klasifikasi dan Etiologi Anemia
3. Patofisiologi Anemia
4. Pembentukan Hb
5. Gejala Anemia
6. Faktor Risiko Anemia
7. Hasil Lab Anemia
8. Penanganan Anemia
I. Definisi Anemia
Penurunan di bawah normal dalam jumlah eritrosit per mm3, banyaknya haemoglobin
atau volume dalam sel darah merah dalam 100 ml darah yang terjadi ketika
keseimbangan antara kehilangan darah (melalui perdarahan atau perusakan) dan
produksi darah terganggu.
Kamus Dorland,2013
Berdasarkan Morfologi
Mikrositik Normositik Makrositik
Hipokrom Normokrom
NORMOSITIK
MAKROSITIK
Berdasarkan etiologi:
1. Gangguan pembentukan eritrosit
Insufisiensi eritropoiesis (gangguan gizi)
Inefektivitas eritropoiesis
2. Perdarahan
Akut
Kronik
3. Umur eritrosit memendek
Defek kongenital: gangguan membran eritrosit, gangguan enzim untuk
membentuk Hb
Defek didapat: malaria, obat2an, infeksi, penyakit imunologi
V. Gejala Anemia
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi,
sakit dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita
defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah
patah, atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah
daging meradang dan sakit (Guyton, 1997). Manifestasi klinis anemia besi adalah
pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu
bekerja.
c. Jaundice
Berkurangnya eritrosit yang beredar dalam darah
VI. Faktor Risiko Anemia
- Nutrisi : Pola makan yang kurang mengandung zat besi heme, seperti pada
vegetarian.
- Kondisi saluran cerna akan mempengaruhi proses absorpsi zat besi. Selain Itu
penyakit seperti tukak lambung dan infeksi parasit akan menyebabkan
perdarahan.
- Menstruasi: Kehilangan darah akibat menstruasi yang berlebihan akan memicu
pembentukan darah berlebih. Apabila tidak diikuti dengan peningkatan asupan zat
besi akan menyebabkan ADB.
- Kehamilan : Ibu hamil membutuhkan jumlah nutrisi yang lebih tinggi, terutama
zat besi. Zat besi ini tidak hanya akan membantu proses eritropoiesis ibu namun
juga janin.
- Penyakit kronis seperti kanker, gagal ginjal, dan tukak meningkatkan resiko ADB.
Faktor lain seperti infeksi dan autoimun. Nilai cut off anemia di Indonesia
(Permenkes RI 736 a/ menkes/ XI/ 1989), yaitu Anak pra sekolah 11 g/dL, anak
sekolah 12 g/dL, ibu hamil 11 g/dL, ibu 3 bin post partum 12 g/dL, wanita dewasa
12 g/dL, pria dewasa 13 g/dL.
Both sexes
Female
≥ 18 12.0 36.0
Male
≥ 18 13.6 41.0
Mean cell volume (MCV): volume rata-rata sel darah merah yang dinyatakan
dalam femtoliter (mikron kubik)
Nilai rujuk: 78-100 fL.
Mean cell hemoglobin (MCH): rerata massa hemoglobin dalam tiap sel darah
merah yang dinyatakan dalam pico gram
Nilai rujuk: 27-31 pg.
Red cell distribution width (RDW): lebar distribusi sel darah merah: koefisien
variasi volume sel darah merah
Nilai rujuk: 11-15%.
Retikulosit : Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan
inti (RNA, organela, dan mitokondria) yang berbentuk sepertijala.
Nilai rujuk: 0,8 – 1,5 %.
(Robbins, 2016)
Folat (asam folat) Sintesis DNA dan RNA, Maturasi Anemia megaloblastik
eritrosit (makrositik)
Vitamin B2 (riboflavin) Reaksi oksidatif Anemia normositik normokrom
Vitamin B6 Sintesis heme,diduga Anemia mikrositik hipokrom
mampumeningkatkan metabolism folat
Vitamin C (asam askorbat) Metabolisme zat besi,berperan sebagai Anemia normositik normokrom
agen pereduksi untuk mempertahankan
zat besi tetap berada dalam bentuk
ferrous (Fe++)
Daftar Pustaka
Robbins,2016
Kamus Dorland,2002