Anda di halaman 1dari 2

Kehidupan Sehari-hari Berhubungan dengan

Kebutuhan Atas Guidance dan Counseling

Dendy Hasriandry
11170700000065

Dari banyaknya pandangan dari orang awam bahwa pada dasarnya tujuan dari guidance dan
counseling adalah untuk menyelsaikan masalah. Apa benar dengan dengan karena suatu
masalah, guidance atau counseling dibutuhkan? Guidance dan counseling seringkali
dihubungkan dengan adanya masalah. Pada dasarnya guidance dan counseling tidak hanya
untuk mengatasi masalah. Banyak hal yang dapat dibahas dalam guidance dan counseling
selain menyelesaikan masalah, seperti bagaimana kita mengidentifikasi diri atau biasa disebut
Self Identification, bagaimana kita mengembangkan potensi diri, dan bagaimana membuat
keputusan.
Selain masalah tujuan dari guidance dan counseling, tak luput juga banyak yang bertanya,
“kenapa sih kita butuh counseling?”. Tempo hari, saya menghadiri sebuah acara 20 km lebih
jauhnya dari UIN Jakarta. Dalam perjalanan saya memperhatikan banyak hal yang menarik
bagi saya. Acara yang saya hadiri merupakan acara siding skripsi. Di acara tersebut saya
melihat dua anak kembar, keduanya perempuan kisaran usia 20an. Namun keduanya memiliku
minat yang berbeda, lingkungan yang berbeda, dan sikap yang berbeda. Sang kakak, yang lebih
tua beberapa menit dari adiknya, berada dalam jurusan ilmu perpustakaan. Dia terlihat lebih
dewasa, kalem, dan teman dekatnya juga terlihat kalem, sedangkan sang adik terlihat ceria dan
girang, dan teman dekatnya terlihat sangat bergaul. Sang adik pun memilih agribisnis sebagai
jurusan yang diminatinya. Dalam hal ini saya menyadari bagaimana jika keunikan-keunikan
yang pada anak, bahkan anak kembar sekalipun, itu tidak dikembangkan dan diarahkan. Bagi
saya mungkin disitulah alasannya mengapa kita butuh guidance dan counseling, bahwa tiap
manusia itu unik. Sehingga karena keunikan itu manusia memerlukan arahan dan bimbingan
dari seorang ahli untuk dapat memahami perbedaan tersebut.
Hari yang sama, saat itu saya menggunakan KRL. Dengan perjalanan kurang lebih 1 jam, saya
meperhatikan banyak hal. Saya turun di stasiun manggarai. Sesaat turun kereta, saya disambut
tangisan seorang anak umur sekitar 3-5 tahun. Kondisi stasiun tidak begitu ramai saat itu,
sehingga saya terhenti dahulu karena penasaran. Ibu dari sang anak justru membentak anaknya
untuk menyuruhnya diam. Setelah saya mendengar percakapan sekitar, masalahnya terletak
bahwa sang anak menangis karena tidak di belikan mainan oleh sang ibu. Setelah tahu kejadian
itu, saya keluar dari stasiun karena sadar akan waktu bahwa saya telat datang acara. Tak jauh
di depan saya, ada ibu yang sedang menggendong bayinya yang menangis. Saang ibu bilang
bahwa bayinya menangis karena kepanasan. Singkat cerita saya melanjutkan perjalanan
menggunakan jasa ojol. Diperjalanan, saya melihat seorang bapak penjaga warung yang sambil
menemani anak laki-laki nya bermain. Bapak itu juga seperinya mengidap penyakit karena ada
tonjoloan dipunggungnya yang membuat postur tubuhnya membungkuk. Tapi yang saya lihat,
bapak itu masih bisa jaga warung, mengangkat barang2 warungnya, dan menemani anaknya
bermain. Menurut saya itu akan sulit bagi dia, tapi sepertinya dia memiliki sebuah semangat
sehingga masih terlihat senyumannya di depan anaknya. Setelah potret bapak penjaga warung,
saya melihat lagi kakek-kakek tengah duduk di pos keamanan yang kosong. Kakek itu hanya
melamun menatap jalan dengan baju kemeja yang terbuka kancingnya dan mengenakan celana
bahan kain. Memang saya tidak tahu apa yang tengah terjadi di lamunan kakek itu, tapi saya
melihat ekspresi sedih di wajahnya.
Setelah beberapa kejadian diatas saya berfikir bahwa setiap orang punya aktivitas nya masing-
masing. Bekerja, menjaga anak, jalan-jalan ria, bersilaturahmi, belajar, bermain, dan tentunya
banyak aktivitas lain yang bisa lebih spesifik. Manusia adalah mahkluk yang berinteraksi
dengan manusia lainnya. Manusia adalah mahkluk sosial, bagitu dari Aristoteles. Dalam
menjalankan aktivitasnya tersebut, manusia butuh arahan, butuh bantuan, butuh bimbingan
untuk dapat menyelesaikan aktivitasnya dengan optimal. Manusia juga selalu berkembang, tak
selama nya menjadi bayi dan tak selamanya menjadi muda. Permsalahan yang dihadapi pun
berbagai ragam dan membutuhkan cara penyelesain yang berbeda-beda pula. Dalam
menghadapi masalah itupun dibutuhkan seorang yang ahli dibidangnya dalam menghadapi
pertumbuhan perkembangan dari manusia, baik usia maupun sikap.
Begitulah kira-kira bagaimana saya melihat keadaan sekitar saya disaat saya sangkut pautkan
dengan alasan mengapa kita membutuhkan guidance dan counseling. Manusia itu unik.
Manusia berbeda-beda satu sama lain baik dari aspek kognitif maupun kepribadian. Mereka
memiliki rasa mencintai dan membenci, suka dan tidak suka, baik dan buruk, sehingga mereka
membutuhkan arahan dan bimbingan agar seperti yang dipelajari di hari pertama belajar
psikologi konseling, mengubah Unexpected Behavior menjadi Expected Behavior.
Pada sela-sela saya menulis essay ini, saya juga sempat menulusuri pencarian mengenai berita
terbaru di bidang konseling. Saya tertaring soal “Mobil Kekasih” yang dihadirkan oleh
Pemerintah Kota Bandung. Mobil berwarna putih yang didominasi warna pink tersebut
dinamakan Mobil Kekasih, singkatan dari Kendaraan Konseling Silih Asih. Dengan hadirnya
Mobil Kekasih di taman kota Bandung, warga dapat berkonsultasi mengenai masalah apa pun
yang dialaminya. Tujuannya, warga yang bahagia akan menjadi pribadi yang positif dan
meningkatkan kesejahteraan. Program ini hadir setiap 2 minggu sekali dan tidak dipungut biaya
apapun. Tenaga konseling yang dihadirkan juga dari psikiater, penyuluh agama, HIMPSI,
dokter, dan masih banyak lagi. Dengan hadirnya program ini pun diharapkan masyarakat
Indonesia perlahan mulai sadar bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan
fisik.

Anda mungkin juga menyukai