Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan sistem,
profesi, prinsip, dan metode dalam merancang sistem agar dapat optimal sesuai dengan
keperluan, kekurangan, dan keterampilan manusia. Ergonomi berasal dari bahasa
Yunani ergon dan nomos. Ergon artinya kerja, dan nomor berarti aturan. Ergonomi
adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja,
sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem yang baik, efektif, aman, dan
nyaman.
Manusia di zaman era globalisasi ini dimanjakan dengan segala sesuatu yang
praktis dan multifungsi. Sehingga berbagai barang dirancang untuk memenuhi kriteria
tersebut. Ukuran yang diminati adalah ukuran yang minimalis dan efisien. Pendekatan
ilmu yang digunakan untuk melakukan perancangan tersebut adalah ilmu ergonomi.
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang sangat
dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human
comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang
menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti halnya pakaian yang
melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang dibalutnya, dan sudah
tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang designer sebagai pencipta sekaligus
pemberi nilai lebih dibidang estetika dan daya persuasive.
Kegiatan merancang suatu barang tentu saja membutuhkan ukuran-ukuran
dimensi tubuh manusia, yang dikenal dengan antropometri. Anthropometri merupakan
bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari tubuh, meliputi dimensi, linier,
berat, isi, ukuran, kecepatan, kekuatan, dan aspek lain dari gerakan tubuh. Faktor-faktor
ergonomi merupakan suatu faktor penting dalam merancang ruang serta fasilitas kerja.
Selain itu dengan menggunakan anthropometri dapat menghasilkan rancangan yang
sesuai dengan ukuran dan bentuk manusia sebagai pengguna.

OCTAVIA SARI SUBKTI 1


KAMIS II / 17032010001
Untuk memenuhi permasalahan-permasalahan tersebut maka perancangan rak
dinding ergonomis yang dilakukan harus menggunakan pengukuran Anthropometri
yang berdasarkan pengukuran persentil 50 dimana tujuan produk ini di tujukan untuk
masyarakat Indonesia, yang mampu digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama
untuk orang dewasa. Serta penggunaan untuk merancang produk ini menggunakan
software Autocad 2019.
Produk yang menjadi rancangan pada penelitian ini adalah rak dinding
ergonomis. Fungsi-fungsi dari perancang tersebut adalah kasur rak dinding ergonomis
ini dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang apa saja yang atasnya dapat
dijadikan untuk tempat TV atau barang lain. Dalam praktikum ini produk yang
dirancang adalah rak dinding yang ergonomis dengan inovasinya yang berupa
penambahan ruang di bagian bawah dari kursi rias untuk menyimpan barang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan tugas besar autocad ini adalah :
“Bagaimana mendesain rak dinding ergonomis yang ergonomis dan efisien
dengan menggunakan software Autocad 2019?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dalam laporan tugas besar autocad ini adalah :
1. Merancang ulang produk rak dinding di ruang dosen yang sudah ada.
2. Menambah fungsi dari rak dinding.
3. Merancang produk inovasi guna mengatasi permasalahan yang ada.
4. Memenuhi kewajiban tugas praktikum autocad.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam laporan tugas besar autocad ini adalah :
1. Anthropometri dan responden untuk desain rak dinding ergonomis hanya
dilakukan di Universitas Pembangunan Negara“Veteran” Jawa Timur,
Surabaya sebanyak 50 orang.

OCTAVIA SARI SUBKTI 2


KAMIS II / 17032010001
2. Penambahan fungsi pada desain rak dinding ergonomis yang sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh si pengguna dengan permasalahan yang ada.
3. Desain rak dinding ergonomis untuk ukuran orang dewasa Indonesia.
4. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

1.5 Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Tidak ada perubahan posisi penggunaan desain rak dinding ergonomis oleh
pengguna.
2. Desain disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan pengguna.
3. Semua responden dapat menjawab dengan baik isi kuisoner.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam laporan ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
praktikum, batasan masalah, asumsi-asumsi, serta sistematika penulisan
laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang latar belakang sejarah dan perkembangan studi
penelitian kerja, ruang lingkup penelitian kerja, pengujian kecukupan ,
pengujian keseragaman, menentukan faktor penyesuaian (rating
performance) dan kelonggaran (allowance), sistem kerja, interaksi manusia
dan mesin dalam sistem produksi, manusia sebagai komponen sistem
manusia-mesin, kelelahan, anthropometri, aspek-aspek ergonomi dalam
perancangan sistem kerja, kalibrasi dimensi tubuh manusia, beberapa
sumber variabilitas, penggunaan distribusi normal, penggunaan
anthropometri, dimensi tubuh manusia, serta rata-rata, simpangan baku dan
persentil.

OCTAVIA SARI SUBKTI 3


KAMIS II / 17032010001
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, identifikasi variabel,
serta langkah-langkah penyesuaian masalah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pengumpulan, pengolahan, hasil dan
pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari praktikum autocad.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

OCTAVIA SARI SUBKTI 4


KAMIS II / 17032010001
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Studi Penelitian Kerja


Aktivitas penelitian kerja yang terdiri dari penelitian metode atau gerakan kerja
(motion study) dan pengukuran waktu kerja (time study atau work measurement) dalam
perkembangannya tidaklah dapat terlepas dari dua buah nama yaitu Frederick W.
Taylor dan Frank B. Gilberth. Aktivitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan
pertama kali oleh Taylor terutama sekali dipergunakan untuk menentukan waktu baku
untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah
ataupun insentif/bonus kerja akan dapat dibuat berdasarkan konsep “a fair day’s pay
for a fair day’s work” (Sritomo, 1995). Begitu pula dengan mengetahui waktu baku ini
maka estimasi akan output kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja bisa
dibuat secara lebih akurat.
Penelitian mengenai metode kerja dan gerakan kerja yang dikembangkan oleh
Frank B. Gilberth dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh manusia
yang dipergunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari studi gerakan
atau metode kerja ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan
menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan,
menyederhanakan gerakan-gerakan kerja serta menetapkan gerakan dan urutan kerja
yang paling efektif guna mencapai tingkat kerja yang optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Gilberth walaupun tidak dilakukan
bersama-sama, tetapi berlangsung pada periode waktu yang hampir bersamaan. Pada
awalnya, aktivitas lebih ditekankan untuk mengikuti apa-apa yang sebelumnya ditulis
oleh Taylor sampai pada akhirnya timbul kesadaran untuk terlebih dahulu
melaksanakan studi kerja dengan tujuan memperoleh metode kerja yang lebih baik dan
sederhana sebelum akhirnya waktu baku untuk penyelesaian kerja tersebut diukur dan
ditetapkan. Kedua aktivitas penelitian metode atau gerakan kerja dan pengukuran

OCTAVIA SARI SUBKTI 5


KAMIS II / 17032010001
waktu kerja harus digabungkan menjadi satu kesatuan aktivitas yang terpadu dan
dikenal sebagai Studi Gerak dan Pengukuran Waktu Kerja (Motion and Time Study).

2.2 Ruang Lingkup Penelitian Kerja


Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan
dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan
kerja. Sasaran pokok dari efektivitas ini adalah mencari, mengembangkan, dan
menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien. Tujuan akhir adalah waktu
penyelesaian pekerjaan akan bisa lebih singkat atau cepat dalam situasi sistem kerja.
Proses penelitian kerja pada prinsipnya akan menitikberatkan pada studi
tentang gerakan kerja yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dari hasil studi ini diharapkan akan dihasilkan gerakan-gerakan standar untuk
penyelesaian pekerjaan yaitu rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien. Untuk
mencapai maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi pekerjaan yang
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis. Hal ini disebut studi
gerakan. Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik yaitu memungkinkan dilakukan
gerakan ekonomis maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1. Penggunaan badan atau anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya
2. Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari studi
kegiatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu
dengan menggunakan alat bantu kerja.
2. Penghematan waktu siklus penyelesaian pekerjaan.
3. Pengurangan resiko kecelakaan kerja akibat keletihan kerja.

2.3 Pengujian Kecukupan Data


Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperlukan
sudah cukup atau memenuhi dan tidak diperlukan pengamatan lagi ataukah data yang
diperlukan masih kurang dan perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut. Pengujian

OCTAVIA SARI SUBKTI 6


KAMIS II / 17032010001
kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan atau kepercayaan. Derajat ketelitian dan tingkat
keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur
setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak
(populasi).

N  X 2   X 
2
K 2 
N'  S 
 
 X 

Dengan :
k = Tingkat keyakinan
k = 99% =3
k = 95% =2
s = Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
Jika besar nilai dari N’  N maka tidak perlu melakukan perhitunganulang
karena data sudah mencukupi.

2.4 Pengujian Keseragaman Data


Uji keseragaman data adalah uji untuk mengetaui apakah data yang diperlukan
sudah seragam dan tidak diperlukan pengamatan lagi ataukah data yang diperlukan
pengamatan lebih lanjut.
Standart deviasi adalah akar dari varians dimana semakin kecil standart deviasi
sebuah data, maka semakin tidak bervariasi data tersebut dan sebaliknya, semakin besar
standart deviasi sebuah data, maka semakin bervariasi data tersebut.
 x 2 
x 2   

   N 
N 1

OCTAVIA SARI SUBKTI 7


KAMIS II / 17032010001
Standar error adalah standart deviasi dibagi dengan akar sub grup data pengamatan.

x
n
Tingkat ketelitian merupakan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu
penyelesaian sebenarnya.
x
S x 100%
x
Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang
diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
CL  100%  S %
Batas kontrol dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Batas Kontrol Atas (BKA)
Garis yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari “nilai baku” terdapat
sejajar diatas central

BKA  x  k .  x
2. Batas Kontrol Bawah (BKB)
Garis bawah yang sejajar dengan garis central

BKB  x  k .  x
3. Center line (CL)
Garis tengah yang berada antara batas atas dan batas bawah

CL  x

2.5 Menentukan Faktor Penyesuaian (Rating Performance) dan Kelonggaran


(Allowance)
Faktor penyesuaian digunakan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh
dari hasil pengamatan. Untuk penyesuaian tersebut waktu siklus hasil pengamatan akan
dikalikan dengan nilai dari penyesuaian yang digunakan adalah sebagai berikut :

OCTAVIA SARI SUBKTI 8


KAMIS II / 17032010001
1. Apabila operator dinyatakan bekerja terlalu cepat, yaitu bekerja di atas batas
kewajaran (normal), maka rating faktor ini akan lebih besar dari satu (p>1 atau
p>100%).
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat, yaitu bekerja dengan kecepatan di
bawah kewajaran (normal, maka rating faktor akan bernilai lebih kecil dari satu
(p<1 atau p<100%).
3. Apabila operator bekerja dalam keadaan normal atau secara wajar, maka rating
yang digunakan adalah sama dengan satu (p=1 atau p=100%).
Kemudian yang dimaksud dengan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku
dibedakan menjadi tiga, yaitu kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk
menghilangkan rasa fatique, dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak
dapat dihindarkan.
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi adalah kelonggaran yang diberikan
kepada pekerja untuk memnuhi kebutuhan pribadinya seperti minum untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, atau berbicara dengan rekan kerja
untuk menghilangkan kejenuhan.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique adalah rasa lelah ini tercemin
dari menurunnya hasil produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
3. Kelonggaran karena keterlambatan yang merupakan hambatan bagi para
pekerja. Faktor-faktor penyebab hal ini antara lain adalah mesin yang
dioperasikan, sarana pendukung seperti listrik atau bahan bakar atau bahkan
dari dalam pekerja itu sendiri.

2.6 Sistem Kerja


Sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-komponen kerja seperti
manusia (operator), mesin dan/atau fasilitas kerja lainnya, material Iingkungan kerja
fisik akan berinteraksi (Sritomo, 1995).

OCTAVIA SARI SUBKTI 9


KAMIS II / 17032010001
Gambar 2.1 Sistem Kerja
Ada beberapa komponen-komponen dalam sistem kerja, antara lain :
 Komponen material : cara penempatan (jarak jangkauan, pengelompokkan
yang homogen, dll), pemilihan jenis material (mudah diperoleh, mudah
dikerjakan, murah, dll).
 Komponen operator atau pekerja : posisi bekerja, aspek anthropometri, skill-
ability, motivasi, dll.
 Komponen mesin atau peralatan kerja : rancangan teknis (technology), aspek
ergonomis, dll.
 Komponen informasi : gambar kerja, tata cara (langkah dan prosedur kerja), dll.
 Komponen lingkungan fisik kerja : temperatur, pencahayaan, kebisingan,
getaran, kebersihan, dll
Mendapatkan sistem kerja yang lebih baik dari sistem kerja yang telah ada atau
memiliki sutu sistem kerja yang diajukan merupakan salah satu hal yang ingin dicapai
dengan mempelajari teknik tata cara kerja. Kemampuan untuk membentuk atau
menciptakan cara-cara kerja yang baik merupakan kebutuhan utama dalam kegiatan di
atas yaitu mencari satu sistem kerja yang baik dari yang lainnya, karena dari alternatif-
alternatif cara-cara kerja yang baiklah diadakan pemilihan tersebut dan bukan dari cara
kerja yang dibentuk dari sembarangan.

OCTAVIA SARI SUBKTI 10


KAMIS II / 17032010001
2.7 Interaksi Manusia dan Mesin dalam Sistem Produksi
Sistem manusia mesin merupakan sebuah sistem yang baik biasanya memiliki
sifat deterministik yang relatif tertutup. Sehingga sistem dapat diduga yang selalu
berjalan tepat seperti seharusnya. Dalam sistem informasi, unsur mesin seperti
komputer dan program komputer relatif tertutup dan deterministik. Sedang unsur
manusia adalah sistem terbuka dan probabilistik. Pemakaian manusia dan mesin
membentuk sebuah sistem manusia-mesin. Sistem manusia-mesin dapat mengandalkan
mesin dan memakai manusia hanya sebagai suatu pengawas atas operasi mesin. Sistem
secara umum bisa didefinisikan sebagai sekelompok elemen-elemen (yang lazim
disebut sub-sistem) yang terorganisir dan memiliki fungsi yang berkaitan erat satu
dengan lainnya guna mencapai tujuan bersama yang telah diterapkan sebelumnya.
Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan yang akan memberi batasan,
dan perubahan-perubahan yang timbul dalam lingkungan ini akan mempengaruhi
sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Satu hal yang akan sangat penting
dipertimbangkan didalam analisis sistem ialah bahwa setiap sistem akan merupakan
bagian (sub-sistem) dari sistem lain yang lebih besar. Dengan demikian pendekatan
sistem (system approach) akan dimaksudkan sebagai pendekatan yang memperhatikan
setiap permasalhan secara total atau terpadu (integral). Pemecahan masalah dalam hal
itu harus dianalisis dengan melihat keterkaitan antara satu sistem dengan sub-sistem
yang lainnya.
Selanjutnya yang dimaksudkan dengan sistem manusia-mesin (man-machine
system) ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa
mesin, dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan
keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Dengan “mesin”
maka disini akan diartikan secara luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti mesin,
peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa dipergunakan manusia
dalam melaksanakan kegiatannya. Jelas tampak bahwa sistem biasa diklasifikasikan
sebagai closed system dimana manusia disini memegang posisi kunci, karena
keputusan akan sangat tergantung pada dirinya.

OCTAVIA SARI SUBKTI 11


KAMIS II / 17032010001
Arus informasi dan arahnya dalam hal ini bisa digambarkan sebagai berikut :
a. Display instrument akan mencatat dan memberikan informasi mengenai
perkembangan kegiatan atau proses produksi yang berlangsung, operator
kemudian menyerap informasi ini secara visual (persepsi) dan mencoba
menginterpretasikannya secara seksama. Berdasarkan interpretasi yang
dilakukan serta pengetahuan yang sebelumnnya sudah dimiliki maka operator
(manusia) kemudian mencoba membuat keputusan
b. Langkah berikutnya, operator kemudian mencoba mengkomunikasikan
keputusan yang telah diambilnya kemesin dengan menggunakan mekanisme
kontrol. Instrument kontrol selanjutnya memberikan gambaran (display)
mengenai hasil dari tindakan yang telah dilakukan oleh operator, dan
selanjutnya sistem kerja mesin akan memberikan proses kegiatan produksi
sesuai dengan program yang diberikan oleh operator tersebut. Demikian
seterusnya siklus ini akan berulang.
Dari sistem manusia–mesin yang dimodelkan secara sederhana diatas tampak
bahwa problematik Ergonomi akan tampak dalam hal persepsi yang diambil oleh
manusia (operator) dari instrumen display (mesin) dan handling operation’s yang
dilaksanakan operator pada saat menangani mekanisme kontrol dari mesin. Disini
penelitian ergonomi dapat dilakukan dalam bentuk persepsi visual, bentuk display
untuk menampilkan informasi, dan rancangan dari mekanisme konrol mesin itu sendiri.
Dengan demikian perancangan “interface” dari sistem manusia-mesin perlu
memperhatikan segala kelebihan, kekurangan atau keterbasaan manusia pada saat
mereka harus berinteraksi dalam hubungan kerja manusia dengan mesin (fasilitas
Produksi). Interface yang harus dipasang dengan pertimbangan ergonomis tersebut
berupa display seperti layar monitor, instrumen-instrumen penunjuk ukuran. (Sritomo,
2000)

2.8 Manusia sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin


Secara umum sistem manusia mesin dapat didefinisikan sebagai “Set Of Object
Together With Reliationship Between The Object and Between Their Attributes“. Suatu

OCTAVIA SARI SUBKTI 12


KAMIS II / 17032010001
sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul
lingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Satu
sistem dapat dibagi dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam kaitannya dengan aktifitas
manusia sebagai suatu sistem akan dapat pula dibagi-bagi kedalam job operations (sub-
system), job position (job sub system), duties (komponen), task (unit-unit), subtask
(parts), dan task element (behavioral elements).
Yang dimaksud dengan sistem manusia mesin disini adalah kombinasi antara
satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa “mesin” dimana salah satu
mesin dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran–keluaran
berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam
rangka ini adalah mempunyai arti luas, yaitu mencakup semua obyek fisik seperti
peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan oleh manusia
dalam melaksanakan kegiatannya. Artinya ukuran-ukuran tersebut harus
memperlihatkan ukuran-ukuran manusia yang menggunakannya, dan bentuk untuk
bisa merancang sistem kerja yang baik, kita harus menyeimbangkan fungsi manusia
sebagai fihak yang aktif dengan fungsi obyek yang dibuatnya sebagai pihak yang pasif.
Kelebihan utama dari manusia dibandingkan mesin ialah sifatnya yang mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia bisa berubah peranannya dengan cepat
dan teratur sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi bagaimanapun.
Kalau kekurangan dan kelebihan antara manusia dan mesin ini kita perbandingkan,
maka akan diperoleh table berikut : (Sutalaksana. 2001)

OCTAVIA SARI SUBKTI 13


KAMIS II / 17032010001
Tabel 2.1 Perbedaan Manusia-Mesin.
No. Masalah Manusia Mesin
1. Kecepatan Lambat Sangat cepat
Kira-kira 2 daya kuda (DK) untuk
10 detik, 0,5 DK untuk beberapa Dapat diatur dengan baik :
2. Tenaga
detik dan 0,2 DK untuk pekerjaan bisa besar dan tetap.
terus-menerus sehari.
Cocok untuk pekerjaan -
Tidak dapat dipercaya, perlu pekerjaan rutin, berulang,
3. Keseragaman
dimonitor dengan mesin. dan perlu ketepatan.
Banyak saluran.
Baik untuk memproduksi
sesuatu yang sudah
Kegiatan
4. Satu saluran. ditentukan dan bisa
kompleks
menyimpan ingatan dalam
jangka pendek.
Bisa mengingat segala macam,
dengan pendekatan dari berbagai
5.
Ingatan sudut baik untuk menentukan Deduktif baik.
dasar-dasar pemikiran maupun
strategi.
Cepat dan tepat,
6. Berpikir Induktif baik. tetapi tidak memiliki
kemampuan untuk koreksi.
- Dapat menjadi indera
Tidak dapat menjadi indera
Kemampuan penambah seperti
7. penambah seperti kemampuan
mengindera kemampuan menangkap
menangkap gelombang.
gelombang.
- Menerima rangsangan dari berbagai
Reaksi terhadap
energi dan kemudian mengolahnya
8. beban yang Kerusakan tiba-tiba.
bersama–sama untuk kemudian
berlebihan
memberikan reaksi.
- Dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (Temperatur,
kelambanan, kebisingan, dan Tidak ada, hanya bisa
9. Kepintaran
getaran) yang melampaui batas. memutuskan ya atau tidak.
Dapat menyesuaikan sesuatu yang
tak terduga atau tak dapat diduga.

2.9 Kelelahan
Kelelahan adalah menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).
Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan

OCTAVIA SARI SUBKTI 14


KAMIS II / 17032010001
mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono,
dkk., 2003).
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya
efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto,
2003). Fatique adalah sebuah gejala bukan tanda dan bila tidak di tangani segera maka
akan berdampak kepada kesehatan.
Terdapat tiga penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu :
1. Oksida glucose dalam otot menimbulkan CO2 saerolactic, phosphati dan
sebagainya dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian
dikeluarkan waktu bernafas.
2. Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah menjadi glukosa dan disimpan
dihati dalam bentuk glukogin.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira
4 liter/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira
15 liter/ menit. (Sutalaksana hal.763)
Fatique sering di identikan dengan stress walau tidak semua stress
menimbulkan fatique. Untuk berkembang manusia membutuhkan sedikit stress atau
tekanan dalam hidup tetapi setelah stressor tersebut berlalu, maka kita harus dapat
melepasakan tekanan tersebut yang disebut releasing tension. Keadaan yang terus
menerus tidak mampu melakukan pelepasan tekanan adalah yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya fatique. Tanda-tanda fatique :
- Tangan dan kaki dingin walau saat hendak tidur, dalam keadaan santai.
- Lesu dan otot terasa sakit, tidak dapat tidur nyenyak.
- Terasa ngantuk berat pada pagi hari walau malamnya cukup tidur.
- Nafas terasa berat
- Muncul gatal-gatal atau alergi kulit
- Masalah dengan pencernaan, terkadang perut sakit.

OCTAVIA SARI SUBKTI 15


KAMIS II / 17032010001
2.10 Anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata “anthro” = manusia dan “metri” =
ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri secara luas
digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk
maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi
dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam
menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal :
a. Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain).
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi atau meja
komputer dan lain-lain.
d. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan
menemukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
rancangannya tersebut (Sritomo, 2000).
Pengukuran anthropometri terbagi atas dua bagian yaitu :
1. Anthropometri Statis
Anthropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh.
Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar dimensi tubuh yang diukur
dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh ukuran kepala, panjang lengan
dan sebagainya.

OCTAVIA SARI SUBKTI 16


KAMIS II / 17032010001
2. Anthropometri Dinamis
Anthropometri disebut juga dengan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
Disini pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsi melakukan
gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan yang harus disesuaikan.
2.10.1 Cara Pengukuran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dimensi
Tubuh Manusia
Dalam anthropometri, dimensi yang diukur diambil secara linear dan dilakukan
pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus
dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu dan tubuh harus dalam
keadaan diam.
Media sederhana yang dilakukan untuk keperluan mengukur bentuk dan ukuran
tubuh manusia antara lain meliputi:
1. Spreading and sliding calipers, digunakan untuk mengukur dalam jarak
pendek misalnya untuk megukur tebal badan.
2. Antropometer berupa tongkat meteran dengan dua palang dimana palang yang
satu posisinya tetap sementara palang yang lain bisa digerakkan.
3. Tapes, untuk mengukur dalam arah melingkar atau keliling.
4. Kursi ergonomis, untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam posisi duduk.
5. Timbangan untuk mengukur berat badan.
Dimensi atau ukuran tubuh tiap manusi berbeda-beda, adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain :
1. Umur
Faktor pertama yang digunakan adalah umur. Dalam setiap pengukuran
seseorang, harus diketahui umur seseorang tersebut. Hal ini bisa terjadi karena pada
dasarnya, setiap usia memiliki dimensi tubuh yang berbeda. Dimensi tubuh manusia
akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan berkembangnya umur sejak awal
kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Sedangkan akan terjadi penyusutan ketika berusia 50 tahun keatas. Terutama
manusia mengalami 5 fase pertumbuhan yaitu balita, anak, remaja, dewasa, dan lansia.
Fase pertumbuhan manusia, dimana bentuk tubuh berubah sesuai dengan usia mereka.

OCTAVIA SARI SUBKTI 17


KAMIS II / 17032010001
2. Jenis Kelamin
Selain menggunakan umur sebagai variasi data, jenis kelamin juga menentukan
variasi yang lain. Pada dasarnya, dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar
dibandingkan dengan wanita. Kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti
lingkaran dada dan pinggul. Perbedaan dimensi antara perempuan dan laki-laki ini bisa
dikatakan cukup signifikan, sehingga penting melakukan pengelompokan pengukuran
melalui jenis kelamin.
3. Suku atau Ras
Ketiga, faktor suku dan ras. Setiap suku bangsa ataupun etnis akan memiliki
karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan lainnya. Misalkan, suku Jawa dan
Papua, memiliki perbedaan mencolok pada ukuran tubuh mereka. Di mana orang jawa
cenderung memiliki badan yang pendek, dan orang papua memiliki tubuh lebih besar
dan tinggi. Atau misalkan, orang Indonesia dan orang Eropa memiliki badan yang
berbeda. Misalkan dari tinggi tubuh, orang Barat memiliki postur tubuh lebih tinggi
dan besar daripada orang Asia. Hal ini kemudian menentukan bagaimana hasil data
yang diperlukan.
4. Postur dan Posisi Tubuh
Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat akan
melakukan aktivitas tertentu yaitu structural dan functional body dimensions. Posisi
standar tubuh pada saat melakukan gerakan-gerakan dinamis dimana gerakan tersebut
harus dijadikan dasar pertimbangan pada saat data anthropometri disesuaikan.
Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur tubuh
dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimensions)
Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).
- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,
panjang lengan, dsb.
- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.

OCTAVIA SARI SUBKTI 18


KAMIS II / 17032010001
Gambar 2.2 Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk
Tegap
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions)
- Tubuh diukur dalam posisi melakukan gerakan kerja atau posisi dinamis
(dynamic anthropometri).
- Banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas atau ruang kerja.
(Sritomo 1995)

Gambar 2.3 Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai Posisi Gerakan
Kerja

2.10.2 Aplikasi Distribusi Normal dalam Penerapan Anthropometri


Untuk penetapan data anthropometri, diterapkan pemakaian distribusi normal.
̅) dan
Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, X
standar deviasi (SD, x). Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih
rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari
5 persentil.

OCTAVIA SARI SUBKTI 19


KAMIS II / 17032010001
Dalam pokok bahasan anthropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh
berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika
diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5 persentil
adalah batas rentang yang dapat dipakai. Seperti tampak pada diagram berikut ini :

Gambar 2.4 Grafik untuk persentil 95%


Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi
normal dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perhitungan Persentil
Persentil Kalkulasi
1 x - 2,325x
2.5 th x - 1,96x
5 th x - 1,645x
10 th x - 1,280x
50 th x
90 th x + 1,280x
95 th x + 1,645x
97.5 th x - 1,96x
99 th x - 2,325x
Adapun pendekatan data untuk anthropometri adalah sebagai berikut:
a) Pilihlah standart deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud
b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimakud untuk
populasi yang sesuai.
c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan
d) Pilihlah jenis kelamin yang sesuai

OCTAVIA SARI SUBKTI 20


KAMIS II / 17032010001
Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh manusia
sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh manusia agar
lebih nyaman dan menyenangkan.

2.10.3 Aplikasinya dalam Perancangan Sistem Kerja


Data-data hasil pengukuran tubuh manusia atau yang disebut dengan data
anthropometri digunakan untuk perancangan peralatan. Oleh karena itu keadaan dan
ciri fisik manusia dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya,
maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data untuk perancangan, perbaikan dan
pengukuran sistem kerja yaitu sebagai berikut:
1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila mengharapkan agar fasilitas yang dirancang dapat
dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar pemakai (biasanya minimal oleh
95% pemakai) misalnya ketinggian suatu alat sesuai dengan jangkauan ke atas orang
pendek, lebar tempat duduk sesuai dengan lebar pinggul orang gemuk, dan lain-lain.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa digunakan
dengan enak dan nyaman bagi orang yang memerlukannya. Jadi bisa disesuaikan
dengan ukuran tubuh sipemakai. Misalnya kursi pengemudi mobil yang bisa diatur
maju atau mundur dan kemiringan sandarannya.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakai
Prinsip ini hanya bisa digunakan apabila perancangan berdasarkan harga
ekstrim tidak mungkin digunakan serta tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini tidak mungkin dilaksanan jika
lebih banyak ruginya, artinya hanya sebagian kecil pemakai yang merasa sesuai
menggunakannya. Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas
yang bisa disesuaikan tidak juga layak karena biayanya mahal.
Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari populasi
yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal ini, harus ada
semacam target, misalnya sedikitnya 90% sampai 95% dari populasi yang harus dapat

OCTAVIA SARI SUBKTI 21


KAMIS II / 17032010001
menggunakan hasil desainnya tersebut.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :
1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((stuctural body dimensions atau
functional body dimensions).
3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.
4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel atau ukuran rata-rata)
5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain).
6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai, aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.

2.11 Aspek-Aspek Ergonomi dalam Perancangan Fasilitas Kerja


Kegiatan manufacturing bisa didefinisikan sebagai suatu unit atau kelompok
kerja yang berkaitan dengan berbagai macam proses kerja untuk merubah bahan baku
menjadi produk akhir yang dikehendaki. Didalam suatu stasiun kerja harus dilakukan
pengaturan kerja komponen-komponen yang terlibat didalam sistem produksi yaitu
menyangkut material (bahan baku, produk jadi, dan scrap), mesin/peralatan kerja,
perkakas pembantu, dan fasilitas penunjang (utilitas), lingkungan fisik kerja dan
manusia pelaksana kerja (operator), dengan pendekatan ergonomi diharapkan sistem
produksi bisa dirancang untuk melaksanakan kegiatan kerja tertentu dengan didukung
keserasian hubungan antara manusia dengan sistem kerja yang dikendalikannya.
Menurut (Wignjosoebroto, 2003), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam perancangan stasiun kerja, yaitu:
1. Aspek yang menyangkut perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja dengan
menekankan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
2. Data-data mengenai dimensi tubuh manusia yang berguna untuk mencari
hubungan keserasian antara produk dan manusia yang memakainya

OCTAVIA SARI SUBKTI 22


KAMIS II / 17032010001
3. Pengaturan tata letak fasilitas kerja yang perlu dalam melakukan suatu kegiatan.
Hal ini bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien
4. Pengukuran energi yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas
tertentu
5. Keselamatan dan kesehatan kerja pada stasiun tersebut

2.12 Kalibrasi Dimensi Tubuh Manusia


Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran atau rekomendasi
yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tetapkan anggota tubuh yang mana yang akan difungsikan untuk
mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static
anthropometry atau dynamic anthropometry.
c. Tentukan apakah produk dirancang khusus untuk individu tertentu, untuk
semua populasi, atau dilakukan pengambilan sampel dengan tujuan mewakili
populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target
utama pemakai rancangan produk tersebut.
d. Untuk perancangan fasilitas atau produk dengan target pemakainya adalah
populasi, tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti misalnya apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, adjustable, ataukah
ukuran rata-rata.
e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya pilih atau
tetapkan nilai ukurannya apakah dilakukan pengukuran langsung terhadap
dimensi tubuh tersebut atau ukurannya telah tersedia dan dapat diambil dari
tabel data anthropometri yang sesuai.
f. Jika data berasal dari sampel dan perancangan produk atau fasilitas kerja
diaplikasikan untuk populasi atau tujuan perancangan untuk ukuran rata-rata,

OCTAVIA SARI SUBKTI 23


KAMIS II / 17032010001
pilih persentil populasi yang harus diikuti; persentil 90-th, 95-th, 99-th ataukah
nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
g. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang
harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan sebagainya.

2.13 Beberapa Sumber Variabilitas


Perbedaan antara satu populasi dengan populas yang lain adalah dikerenakan
oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto,2003) :
1. Keacakan atau random
Walaupun dalam satu kelompok populasi terdapat manusia dengan jenis
kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaan yang sama, pasti terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara individu yang satu dengan yang lainnya.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya laki-laki memilki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali
bagian dada dan pinggul. Selain itu pria dianggap lebih panjang dimensi segmen
badannya dibandingkan wanita.
3. Suku bangsa
Variasi dimensi tubuh terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah
migrasi dari suatu negara ke negara lain juga akan mempengaruhi anthropometri secara
nasional.
4. Usia
Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin
berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai umur
± 20 tahun untuk pria dan ± 17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh manusia akan
berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia dewasa, tinggi badan manusia
memiliki kecenderungan untuk menurun yang disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan dan kaki.
5. Pakaian
Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia memakai

OCTAVIA SARI SUBKTI 24


KAMIS II / 17032010001
pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada waktu musim dingin
menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.
6. Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila
dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil.

2.14 Penggunaan Distribusi Normal


Populasi manusia memiliki variasi bentuk dan ukuran tubuh yang tinggi.
Dengan menggunakan sebaran normal, persentil dalam anthropometri menunjukkan
bila suatu ukuran adalah rata-rata, di atas atau di bawah rata-rata. Jika kita membuat
grafik tinggi tubuh (atau dimensi lainnya) dari sebuah populasi, gambar tersebut akan
terlihat seperti pada Gambar 2.8

Gambar 2.5 Sebaran Normal Populasi Suatu Ukuran Tubuh.


Grafik sebaran normal seperti pada Gambar 2.5 yang secara simetris membagi
50% populasi lebih tinggi atau rata-rata, dan 50% lebih rendah atau rata-rata. Pada
bagian ujung kiri terdapat titik, yang disebut dengan persentil ke-5, karena 5% populasi
memiliki tubuh lebih pendek dari ukuran tertentu. Begitu juga di bagian ujung kanan
terdapat titik persentil ke-95, dimana hanya terdapat 5% orang yang lebih tinggi dari
ukuran tertentu ini.
Penggunaan ukuran persentil ke-5, ke-50, atau ke-95 dalam perancangan suatu
alat atau ruang tergantung pada apa yang akan didisain dan kepada siapa rancangan
tersebut ditujukan. Pada umumnya kita gunakan persentil ke-95 agar 95% populasi
dapat menggunakan disain kita. Sebagai contoh, jika kita memilih suatu ukuran untuk

OCTAVIA SARI SUBKTI 25


KAMIS II / 17032010001
tinggi meja, kita akan memilih persentil ke-95 dari nilai tinggi tubuh yang diambil dari
anthropometri suatu populasi dalam keadaan tegak.
Dengan demikian kita tidak perlu khawatir dengan orang dengan tinggi di
bawah nilai tersebut, karena mereka akan tetap dapat melewati meja itu. Contoh lain,
jika kita mendisain kokpit pesawat terbang dan mengharapkan semua orang dapat
menjangkau tombol atau tuas kendali tertentu, sebaiknya kita menggunakan persentil
ke-5 panjang tangan. Jika orang yang memiliki tangan yang pendek dapat
menjangkaunya, orang lain (yang memiliki tangan lebih panjang) dapat
menjangkaunya pula.

2.15 Penggunaan Data Anthropometri


Pengukuran Anthropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh
manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa
nyaman serta menyenangkan. Sementara itu ruang lingkup utama dari data
anthropometri antara lain adalah :
- Desain pakaian
- Desain tempat kerja
- Desain dari lingkungan
- Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin
Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat
yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan
kerja dan produktivitas kerja.
Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya : kaus kaki, kursi,
helm, sepeda, meja dapur, perkakas tangan, tempat tidur, meja, interior mobil, mesin
produksi, dan sebagainya. Seorang desainer seharusnya memperhatikan aspek dimensi
tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangannya tersebut.
Dalam hal ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari
populasi harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut. Secara garis besar pedoman
pengukuran pada data anthropometri antara lain, yaitu :

OCTAVIA SARI SUBKTI 26


KAMIS II / 17032010001
1. Posisi Duduk Samping
- Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk
tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-
siku.
- Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada saat
subjek duduk tegak.
- Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk
tegak dan memandang lurus ke depan.
- Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak
dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut
siku-siku dengan lengan bawah.
- Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk tegak, ukur
jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha.
- Tinggi Popliteal (TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
lantai sampai bagian bawah paha.
- Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan
ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah
dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
- Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan
ukur horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian
bawah membentuk sudut siku-siku
2. Posisi Berdiri.
- Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri
tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.

OCTAVIA SARI SUBKTI 27


KAMIS II / 17032010001
- Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur subjek berdiri
tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
- Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek
berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
- Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara subjek berdiri
tegak dengan mata memandang lurus ke depan.
- Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.
- Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan ukur
jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.
3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.
- Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari
punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan betis,
pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horisontal
ke depan.
4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan.
- Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan
ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri samping bagian terluar
pinggul sisi kanan.
- Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal antara
kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan
dan lengan bawah direntangkan ke depan.
5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.
- Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari
ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari terpanjang tangan kanan.
Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke samping
sejauh mungkin.

OCTAVIA SARI SUBKTI 28


KAMIS II / 17032010001
6. Pengukuran Jari Tangan
- Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ-12345), cara pengukuran yaitu mengukur masing-
masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan
sejajar.
- Pangkal Ke Lengan (PPT), cara pengukuran yaitu mengukur pangkal
pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak
tangan subjek lurus.
- Lebar Jari 2345 (LJ-2345), cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi luar jari
telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu
sama lain.
- Lebar Tangan (LT), cara pengukuran yaitu mengukur sisi luar ibu jari sampai
sisi luar jari kelingking

2.16 Dimensi Tubuh Manusia

Gambar 2.6 Data Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai

OCTAVIA SARI SUBKTI 29


KAMIS II / 17032010001
dengan kepala).
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut atau betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul atau pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi
siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri- kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal).
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no. 24
tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan.

OCTAVIA SARI SUBKTI 30


KAMIS II / 17032010001
Tabel 2.2 Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat
Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia
(Kesamaan Etnis Asia) (mm)

OCTAVIA SARI SUBKTI 31


KAMIS II / 17032010001
Tabel 2.3 Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didiapat Dari Interpolasi
Masyarakat British dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat Indonesia
(mm)

OCTAVIA SARI SUBKTI 32


KAMIS II / 17032010001
Tabel 2.4 Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Lebar Jari telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Tebal jari telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Lebar telapak tangan (Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3
13. Lebar telapak tangan (sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar telapak tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3


15. Tebal telapak tangan (Metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1
16. Tebal telapak tangan (sampai ibu 41 48 47 2 41 44 47 2
jari
17. Diameter genggam (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1
18. Lebar maksimum (ibu jari ke jari 177 192 206 9 169 184 199 9
kelingking)
19. Lebar fungsional maksimum (ibu jari 122 132 142 6 113 123 134 6
ke jari lain)
20. Segiempat minimum yang dapat 57 62 67 3 51 56 61 3
dilewati telapak tangan

Gambar 2.7 Anthropometri Tangan

OCTAVIA SARI SUBKTI 33


KAMIS II / 17032010001
Tabel 2.5 Anthropometri Kepala Orang Indonesia
Dimana : Lebar Kepala=9,2% Tinggi Badan Pria dan 9,3% Tinggi Badan Wanita
(mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6
2. Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5
3. Diameter maksimum dari dagu 217 230 243 8 198 209 221 7
4. Dagu ke puncak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7
5. Telinga ke puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Telinga ke belakang kepala 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 2 1
9. Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Hidung ke puncak kepala 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Hidung ke belakang kepala 74 81 88 4 68 73 78 3
13. Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4
14. Lebar mulut 68 75 82 4 64 59 74 3

Gambar 2.6 Anthropometri Kepala


Tabel 2.5 Anthropometri Kaki Orang Indonesia
Dimana : Panjang Telapak Kaki=15,2 % Tinggi Badan Pria dan 14,7 % Tinggi Badan
Wanita (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang telapak kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2. Panjang telapak lengan kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3. Panjang kaki sampai jari 186 201 216 9 178 191 204 8
4. Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5. Lebar tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6. Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7. Tinggi bagian tengah telapak kaki 68 75 82 4 64 69 74 3

OCTAVIA SARI SUBKTI 34


KAMIS II / 17032010001
Gambar 2.7 Anthropometri Kaki
Tabel 2.6 Anthropometri Kaki Orang Indonesia
Dimana : Panjang Telapak Kaki = 15,2 % Tinggi Badan Pria dan 14,7 % Tinggi
Badan Wanita (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang telapak kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2. Panjang telapak lengan kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3. Panjang kaki sampai jari 186 201 216 9 178 191 204 8
4. Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5. Lebar tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6. Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7. Tinggi bagian tengah telapak
68 75 82 4 64 69 74 3
kaki
8. Jarak horisontal tangkai mata
49 52 55 2 46 49 52 2
kaki

2.17 Rata-Rata, Simpangan Baku, dan Persentil


Barangkali ukuran simpangan yang paling banyak digunakan adalah simpangan
baku atau deviasi standard. Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians.
Untuk sampel, simpangan baku akan diberi simbol s, sedangkan untuk populasi diberi
symbol . Variansnya tentulah s2 untuk varians sampel dan 2 untuk varians populasi.
Jelasnya, s dan s2 merupakan statistic sedangkan  dan 2 parameter.
Jika kita mempunyai sampel berukuran n dengan data x1,x2,…xn dan rata – rata
X , maka statistik s2 dihitung dengan :

  Xi  X 
2
2
S =
n 1

OCTAVIA SARI SUBKTI 35


KAMIS II / 17032010001
Untuk mencari simpangan baku atau standard deviasi s, dari s2 diambil harga
akarnya yang positif.Dari rumus diatas, varians s² dihitung sebagai berikut:
1. Hitung rata-rata X
2. Tentukan selisih x1  X , x2  X ,......, xn  X

3. Tentukan kuadrat selisih tersebut, yakni ( x1  X ) 2 , ( x2  X ) 2 ,......, ( xn  X ) 2


4. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan
5. Jumlah tersebut dibagi oleh (n-1)
Sedangkan untuk mengetahui persentil yang digunakan untuk perancangan
produk, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.7 Tabel persentil
Persentil Rumus
1 St X -2,325x
2,5 th X -1,960x
5 th X -1,645x
10 th X -1,280x
50 th X
90 th X +1,280x
95 th X 1,645x
97,5 th X 1,960x

OCTAVIA SARI SUBKTI 36


KAMIS II / 17032010001
BAB III
METODOLGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Pengambilan data 50 sampel dimensi tubuh manusia (antropometri) pada orang
indonesia antara umur 18-22 sebagai analisa desain kursi rias pada bulan November
2019 yang dilakukan di Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur.

Gambar 3.1. Desain Awal

3.2 Identifikasi Variabel


Adapun indentifikasi variabel dalam praktikum anthropometri ini, adalah :
1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam
hal ini adalah perancangan produk rak dinding yang ergonomis.
2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal
ini adalah dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam perancangan produk,
antara lain :
- TBT = Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak
- TST = Panjang Siku saat siku tegak
- TTBT = Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke
Atas dan Berdiri Tegak

OCTAVIA SARI SUBKTI 37


KAMIS II / 17032010001
3.3 Langkah-Langkah Penyelesaian Penelitian
a. Flowchart Desain
Langkah-langkah penyelesaian masalah dapat dilihat pada flowchart dibawah
ini.

Mulai

Studi Penelitian Perumusan Masalah Studi Pustaka

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data adalah


- TBT = Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak
- TST = Panjang Siku saat siku tegak
- TTBT= Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi
Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri Tegak

Desain Rak Dinding Desain rak dinding dan usulan

Gambar rak dinding Uji Keseragaman data

Tidak
Data
Buat Data Ekstrim Seragam
? = Tinggi Lipat Lutut
Ya
Sisa data ekstrim Uji Kecukupan data

Data
Cukup?
?

A
B

OCTAVIA SARI SUBKTI 38


KAMIS II / 17032010001
A
B

Menentukan persentil

Perancangan desain Rak Dinding

Gambar desain rak dinding dan usulan


UsulanAwal
Pembuatan rak dinding dan usulan
UsulanAwal
Simulasi atau uji coba pemakaian rak dinding dan
usulan

Membandingkan desain rak dinding sebelumnya


dengan rak dinding usulan

Tidak
Desain
Ergonomi
s

Ya
Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.2. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah

OCTAVIA SARI SUBKTI 39


KAMIS II / 17032010001
Penjelasan Flowchart :
1. Mulai adalah praktikum kali ini dimulai dengan penjelasan mengenai
anthropometri serta menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
2. Studi pustaka dan studi penelitian adalah melakukan praktikum untuk
mengetahui dimensi-dimensi tubuh manusia yang dijadikan sebagai acuan
pembuatan produk yang memiliki kriteria kesehatan dan kenyamanan serta
mencari bahasan-bahasan melalui literatur tentang anthropometri.
3. Perumusan masalah adalah merumuskan masalah yaitu bagaimana menganalisa
dan mengukur dimensi tubuh manusia dalam data anthropometri dan
mengaplikasikannya dalam perancangan sistem kerja.
4. Tujuan penelitian adalah agar para praktikan dapat memahami tujuan dari
anthropometri.
5. Identifikasi variabel adalah praktikan mengidentifikasi variabel-variabel yang
berpengaruh pada anthropometri.
6. Pengumpulan Data adalah Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
melakukan pengukuran tubuh manusia berdasarkan dimensi-dimensi yang
dibutuhkan.
7. Desain produk awal dan gambar adalah Bentuk produk awal yang belum diberi
inovasi agar menjadi ergonomis.
8. Desain produk usulan adalah bentuk produk usulan yang sudah diberi inovasi
agar menjadi sempurna dan ergonomis.
9. Uji keseragaman data adalah praktikan melakukan pengujian terhadap data
untuk uji keseragaman data, jika data seragam maka dilakukan langkah
selanjutnya jika data tidak seragam maka dilakukan pengumpulan data ulang.
10. Data seragam adalah apakah data itu seragam atau tidak.
11. Uji kecukupan data adalah data tercukupi atau tidak.
12. Buat data ekstrim adalah data yang melebihi BKA, BKB, dan CL maka di buang.
13. Sisa data ekstrim adalah sisa dari data ekstrim yang diatas.
14. Data cukup adalah data sudah tercukupi atau belum.

OCTAVIA SARI SUBKTI 40


KAMIS II / 17032010001
15. Menentukan persentil adalah Penetukan persentil yang mana yang akan
digunakan.
16. Perancangan desain rak adalah mengusulkan desain produk yang sudah diberi
inovasi dan disempurnakan.
17. Gambar rak usulan adalah bentuk gambar produk yang sudah diberi inovasi dan
disempurnakan.
18. Pembuatan meja usulan adalah proses pembuatan rak usulan
19. Simulasi atau uji coba adalah proses pengujian rak apakah sudah mencukupi atau
belum
20. Membandingkan desain adalah perbandingan antara desain lama dan desain
setelah usulan beserta ukuran.
21. Ergonomis adalah mengetahui apakah desain usulan sudah berada dalam
pendekatan secara ergonomis atau tidak dengan cara menyebar kuisioner
22. Hasil dan pembahasan adalah mengenai perhitungan maupun data pengamatan
yang telah diukur.
23. Kesimpulan dan saran adalah penutup berisi kesimpulan dari praktikum dan juga
saran.
24. Selesai adalah langkah-langkah pembuatan produk selesai.

OCTAVIA SARI SUBKTI 41


KAMIS II / 17032010001
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


4.1.1 Data Dimensi Tubuh
Ukuran untuk perancangan desain Rak dinding yang baru diambil dari data
anthropometri pengguna tersebut yaitu dimensi tubuh orang dewasa Indonesia
sebanyak 50 data dengan usia 18-23 tahun.
Data pengukuran dimensi tubuh dari 50 sampel untuk produk Rak dinding
diperlihatkan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Dimensi Tubuh
Dimensi (cm)
Responden
TBT TST TTBT
1 170 28 180
2 161 25 171
3 164 26 174
4 167 25 175
5 167 24 176
6 172 28 178
7 176 27 180
8 174 27 182
9 169 26 179
10 167 26 180
11 173 28 182
12 171 26 180
13 165 24 174
14 159 23 170
15 164 25 173
16 162 26 173
17 175 26 183
18 178 27 185
19 163 24 178
20 165 24 183
21 168 25 177

OCTAVIA SARI SUBKTI 42


KAMIS II / 17032010001
Dimensi (cm)
Responden
TBT TST TTBT
22 174 27 184
23 170 28 178
24 160 24 178
25 162 25 177
26 173 27 179
27 169 25 177
28 167 26 178
29 177 30 185
30 170 28 180
31 168 26 181
32 162 24 178
33 161 24 178
34 163 25 177
35 159 23 179
36 158 24 177
37 160 26 181
38 161 26 184
39 159 25 178
40 164 25 178
41 167 24 177
42 162 23 179
43 172 31 177
44 163 25 178
45 164 26 180
46 168 26 171
47 162 25 174
48 163 24 175
49 159 23 174
50 158 25 173
Jumlah 8305 1280 8898
∑ 𝑥2 1380917 32914 1584116
Keterangan :
a. TBT = Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak
b. TST = Panjang siku saat Siku Tegak

OCTAVIA SARI SUBKTI 43


KAMIS II / 17032010001
c. TTBT = Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas
dan Berdiri Tegak

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Penentuan Sampel Uji Keseragaman Data
Adapun uji keseragaman data sebagai berikut:
1. TBT = Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak
Perhitungan ukuran dimensi TBT didasarkan pada data pengukuran dimensi
TBT dari 50 sampel untuk produk Rak dindingdiperlihatkan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Tabel Pengukuran Dimensi TBT
Jumlah orang Dimensi
yang diukur TBT
1 170
2 161
3 164
4 167
5 167
6 172
7 176
8 174
9 169
10 167
11 173
12 171
13 165
14 159
15 164
16 162
17 175
18 178
19 163
20 165
21 168
22 174
23 170
24 160
25 162
26 173
27 169
28 167

OCTAVIA SARI SUBKTI 44


KAMIS II / 17032010001
Jumlah orang Dimensi
yang diukur TBT
29 177
30 170
31 168
32 162
33 161
34 163
35 159
36 158
37 160
38 161
39 159
40 164
41 167
42 162
43 172
44 163
45 164
46 168
47 162
48 163
49 159
50 158
Jumlah 8305
1. Rata-rata
∑𝑥 8305
𝑥̅ = = = 166
𝑛 50

2. Standar deviasi

 x  x
2

SD  i

n 1
(170−166,)2 +(161−166)2 +⋯……+ (158−166,)2
=√ = 5,452
50−1

3. Uji keseragaman data

BKA = X + 2  x
= 166+ 2(5,452) = 176,9

CL = X
= 166

OCTAVIA SARI SUBKTI 45


KAMIS II / 17032010001
BKB = X - 2  x
= 166 - 2(5,452) = 155,09

Gambar 4.1 Peta Kontrol Dimensi TBT


2. TST = Panjang siku saat Siku Tegak
Perhitungan ukuran dimensi TST didasarkan pada data pengukuran dimensi
TST dari 50 sampel untuk produk Rak dindingdiperlihatkan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Dimensi TST
Jumlah orang Dimensi
yang diukur TST
1 28
2 25
3 26
4 25
5 24
6 28
7 27
8 27
9 26
10 26
11 28
12 26
13 24
14 23
15 25

OCTAVIA SARI SUBKTI 46


KAMIS II / 17032010001
Jumlah orang Dimensi
yang diukur TST
16 26
17 26
18 27
19 24
20 24
21 25
22 27
23 28
24 24
25 25
26 27
27 25
28 26
29 30
30 28
31 26
32 24
33 24
34 25
35 23
36 24
37 26
38 26
39 25
40 25
41 24
42 23
43 31
44 25
45 26
46 26
47 25
48 24
49 23
50 25
Jumlah 1280

OCTAVIA SARI SUBKTI 47


KAMIS II / 17032010001
1. Rata-rata
∑𝑥 1280
𝑥̅ = = = 25,6
𝑛 50

2. Standar deviasi

 x  x
2

SD  i

n 1
(28−25,6)2 +(25−25,6)2 +⋯……+ (25−25,6,)2
=√ = 1,7261
50−1

3. Uji keseragaman data

BKA = X + 2  x
= 25,6+ 2(1,7261) = 29,05

CL = X
= 25,6

BKB = X - 2  x
= 25,6 - 2(1,7261) = 25,87

OCTAVIA SARI SUBKTI 48


KAMIS II / 17032010001
Gambar 4.2 Peta Kontrol Dimensi TST
3. TTBT = Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas
dan Berdiri Tegak
Perhitungan ukuran dimensi TTBT didasarkan pada data pengukuran dimensi
TBT dari 50 sampel untuk produk Rak dindingdiperlihatkan pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.4 Tabel Pengukuran Dimensi TTBT


Jumlah orang Dimensi
yang diukur TTBT
1 182
2 178
3 179
4 180
5 181
6 178
7 181
8 181
9 177
10 178
11 179
12 172
13 184
14 177
15 173
16 179

OCTAVIA SARI SUBKTI 49


KAMIS II / 17032010001
17 178
18 180
19 181
20 180
21 171
22 178
23 178
24 177
25 179
26 177
27 178
28 179
29 180
30 181
31 180
32 174
33 177
34 183
35 179
36 180
37 181
38 178
39 178
40 177
41 179
42 177
Jumlah orang Dimensi
yang diukur TTBT
43 181
44 179
45 180
46 181
47 180
48 184
49 177
50 183
Jumlah 8898

OCTAVIA SARI SUBKTI 50


KAMIS II / 17032010001
1. Rata-rata
∑𝑥 8898
𝑥̅ = = = 177,96
𝑛 50

2. Standar deviasi

 x  x
2

SD  i

n 1
(182−177,96)2 +(178−177,96)2 +⋯……+ (183−177,96,)2
=√ = 2,6545
50−1

3. Uji keseragaman data

BKA = X + 2  x
= 177,96+ 2(2,6545) = 183,2

CL = X
= 177,96

BKB = X - 2  x
= 177,96 - 2(2,6545) = 172,6

OCTAVIA SARI SUBKTI 51


KAMIS II / 17032010001
Gambar 4.3 Peta Kontrol Dimensi TTBT
Tabel 4.5 Hasil Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh

Dimensi Data Data


Tubuh
BKA BKB x SD
Min Max
Keterangan

TBT 176,9 155,09 166 5,452 158 178 Data Sudah seragam
TST 29,05 25,87 25,6 1,7261 23 32 Data Sudah seragam
TTBT 183,2 172,6 177,96 2,6545 171 184 Data Sudah seragam

4.2.2 Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah
sudah representative, dimana tujuannya membuktikan bahwa data sampel yang
diambil sudah dapat mewakili populasi.
Untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat
keyakinan 95% maka persamaan uji kecukupan data adalah :
1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak (TBT)
Data Panjang siku saat Siku Tegak (TBT) dari tabel 4.2 diperoleh nilai:
∑x = 8305
∑x2 = 1380917
k⁄ √N∑x2 −(∑x)2 𝟐
s
N’ =[ ∑x
]

OCTAVIA SARI SUBKTI 52


KAMIS II / 17032010001
2⁄ 𝟐
0,05√50x1380917−68973025
=[ ]
8305

= 1,68
Kesimpulan:
N’ = 1,68 ≤ N data = 50
Maka, data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan produk.
2. Panjang siku saat Siku Tegak (TST)
Data Panjang siku saat Siku Tegak (TST) dari tabel 4.2 diperoleh nilai:
∑x = 1280
∑x2 = 32914
k⁄ √N∑x2 −(∑x)2 𝟐
s
N’ = [ ]
∑x

2⁄ 𝟐
0,05√50x32914−1638400
=[ ]
1280

= 7,12
Kesimpulan:
N’ = 7,12 ≤ N data = 50
Maka, data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan produk.
3. Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri
Tegak (TTBT)
Tinggi Jangkauan Tangan Posisi Bediri Tegak (TTBT) dari tabel 4.3 diperoleh
nilai:
∑x = 8898
∑x2 = 1584116
k⁄ √N∑x2 −(∑x)2 𝟐
s
N’ =[ ]
∑x

2⁄ 𝟐
0,05√50x1584116−79174404
= [ ]
8898

= 0,63

OCTAVIA SARI SUBKTI 53


KAMIS II / 17032010001
Kesimpulan:
N’ = 0,63 ≤ N data = 50
Maka, data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan produk.
Tabel 4.6 Hasil Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh N N’ Keterangan
Dimensi Tubuh N N’ Keterangan
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 50 1,68 Data sudah cukup untuk
melakukan perancangan
Panjang siku saat Siku Tegak 50 7,12 Data sudah cukup untuk
melakukan perancangan
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi 50 0,63 Data sudah cukup untuk
Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri Tegak melakukan perancangan

4.2.3 Perhitungan Ukuran Produk Sesuai Persentil


Berdasarkan data-data dimensi tubuh dewasa / remaja kuliahan yang telah
diperoleh selanjutnya dapat ditentukan ukuran desain Rak dindingusulan dengan
penyesuaian penentuan persentil.

4.2.3.1 Perhitungan Simpangan Baku


a. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak (TBT)
 5,452
= = 0,771
√𝑛 √50
σx =
b. Panjang siku saat Siku Tegak (TST)
 1,7261
= = 0,2441
√𝑛 √50
σx =
c. Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri
Tegak (TTBT)
 2,6545
= = 0,3754
√𝑛 √50
σx =

4.2.3.2 Perhitungan Ukuran Produk Sesuai Dimensi Tubuh Operator


Adapun desain Rak dinding sebagai berikut:
1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak (TBT)

OCTAVIA SARI SUBKTI 54


KAMIS II / 17032010001
Dimensi Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak (TBT) menggunakan persentil 50,
rata-rata 166 cm dan standar deviasi x (  x) 5,452

= x
= 166 ≈ 166 cm
2. Panjang siku saat Siku Tegak (TST)
Dimensi Panjang siku saat Siku Tegak (TST) menggunakan persentil 50, rata-
rata 25,6 cm dan standar deviasi x (  x) 1,7261

= x
= 25,6 ≈ 26 cm
3. Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri
Tegak (TTBT)
Dimensi Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan
Berdiri Tegak (TTBT) menggunakan persentil 50, rata-rata 177,96 cm dan standar
deviasi x (  x) 2,6545

= x
= 177,96 ≈ 178 cm

4.2.4 Perancangan dan Pengembangan Produk


Perancangan dan pengembangan produk berisi tentang gambar desain produk
Rak dinding. Gambar produk digambar dengan menggunakan software AUTOCAD
2017. Untuk lebih jelasnya hasil gambar produk Rak dindingdapat dilihat seperti
dibawah ini:

OCTAVIA SARI SUBKTI 55


KAMIS II / 17032010001
Gambar 4.4 Desain Rak Dinding

4.2.4.1 Penyebaran Kuisioner Minimal 50 Orang


Adapun contoh kuisioner yang telah diisi oleh responden sebagai berikut :
Kuisioner yang disebar sebanyak 50 kuisioner, yang ditujukan pada responden atau
pengguna dengan pertanyaan-pertayaan yang berhubungan dengan dimensi tubuh yang
ditentukan diatas dan pertanyaan kuisioner dapat dilihat sebagai berikut :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin : L/P
Pengisian kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya produk
Rak dindinguntuk orang dewasa / remaja siswa dan mahasiswa yang ada saat ini.
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai, dengan
ketentuan sebagai berikut:
No Pertanyaan Iya Tidak
1 Desain Rak dinding lebih menarik
2 Model Rak dinding sudah sesuai keinginan
3 Ukuran rak dinding sudah sesuai
4 Penggunaan material Rak dinding sudah sesuai
5 Volume rak dinding sudah mencukupi untuk
digunakan

OCTAVIA SARI SUBKTI 56


KAMIS II / 17032010001
Dari 50 kuisioner yang disebar, didapatkan 50 kuisioner kembali dengan sempurna
tanpa ada kesalahan dalam pengisianya. Dari hasil peyebaran kuisoner didapatkan
bahwa:
a. Untuk pernyataan 1
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Responden Terhadap Pernyataan 1
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Iya 47 94%
2. Tidak 3 6%
Total 50 100%
b. Untuk Pernyataan 2
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Responden Terhadap Pernyataan 2
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Iya 45 90%
2. Tidak 5 10%
Total 50 100%
c. Untuk Pernyataan 3
Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Responden Terhadap Pernyataan 3
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Iya 49 98%
2. Tidak 1 2%
Total 50 100%
d. Untuk Pernyataan 4
Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Responden Terhadap Pernyataan 4
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Iya 37 74%
2. Tidak 13 26%
Total 50 100%
e. Untuk Pernyataan 5
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Responden Terhadap Pernyataan 5
No. Jawaban Frekuensi Persentase
1. Iya 43 86%
2. Tidak 7 14%
Total 50 100%

OCTAVIA SARI SUBKTI 57


KAMIS II / 17032010001
4.2.5 Rekomendasi Desain Produk Dari Gambar
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, maka dapat diperoleh data
rekomendasi desain produk usulan seperti pada gambar berikut :

.
Gambar 4.5 Pandangan Depan Rak dinding

Gambar 4.6 Pandangan Atas Rak dinding

Gambar 4.7 Pandangan Samping Kanan Rak dinding

OCTAVIA SARI SUBKTI 58


KAMIS II / 17032010001
Gambar 4.8 Pandangan NE Isometrik Rak dinding

4.3 Hasil dan Pembahasan


Untuk merancang produk Rak dinding ergonomis maka ukuran yang
direkomendasikan adalah sebesar :

Gambar 4.9 Pandangan Depan Desain Rak dinding

Gambar 4.10 Pandangan samping Kanan Desain Rak dinding

OCTAVIA SARI SUBKTI 59


KAMIS II / 17032010001
Gambar 4.11 Pandangan NE Isometrik Desain Rak dinding
Dari gambar produk usulan Rak dindingdi atas maka dapat dihasilkan ukuran-
ukuran sebagai berikut :
1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak (TBT)
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak yang direkomendasikan pada produk Rak
dinding adalah sebesar 166 cm, dengan menggunakan persentil 50.
2. Panjang siku saat Siku Tegak (TST)
Panjang siku saat Siku Tegak yang direkomendasikan pada produk Rak dinding
adalah sebesar 26 cm, dengan menggunakan persentil 50.
3. Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri Tegak
(TTBT)
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri Tegak
yang direkomendasikan pada produk rak dinding adalah sebesar 178 cm, dengan
persentil 50.

OCTAVIA SARI SUBKTI 60


KAMIS II / 17032010001
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan data dimensi tubuh untuk
perancangan produk Rak dinding agar menjadi ergonomis adalah sebagai berikut:
Untuk merancang produk Rak dinding nsecara ergonomis, maka ukuran yang
direkomendasikan adalah Tinggi Tubuh Posisi Bediri Tegak (TBT) 166 cm, dan
Panjang siku saat Siku Tegak (TST) 26 cm, dan Tinggi Pegangan Tangan (Grip) pada
Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Berdiri Tegak (TTBT) 178 cm. Perhitungan
tersebut semua menggunakan persentil 50 dengan skala gambar 1:10

5.2 Saran

1. Bahan yang digunakan sebagai rak lebih kuat agar bisa menahan banyak beban.
2. Penulisan data hasil pengukuran hendaknya lebih teliti agar tidak terjadi rentang
data yang terlalu besar.
3. Diharapkan saat pengukuran dimensi tubuh berhati-hati agar mendapatkan data
yang akurat.

OCTAVIA SARI SUBKTI 61


KAMIS II / 17032010001

Anda mungkin juga menyukai