Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati., M. Kep. Sp. Kep. An
Disusun oleh:
Gita Rahayu Rachmawati (22020116120048)
Savitri (22020116120038)
Khoirul Bariyah (22020116120047)
Rizki Marwa Putri (22020116130069)
Anis Dwi Prasetyaning Putri (22020116130087)
Nisa Dieni Utami (22020116140101)
Karina Izafira Nibras (22020116140052)
Musdalifah Choirumdani (22020116130100)
Giovanny M Natasha (22020116140119)
Kelompok 4/ Kelas A16.1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada usia dini anak akan mengalami masa emas atau biasa yang disebut dengan the
golden age, di mana pada masa tersebut anak akan mudah menangkap, menyerap dan
memproses informasi yang mereka peroleh. Proses tersebut akan berlangsung dengan baik
jika stimulasi yang didapatkan sesuai dengan perkembangan yang ingin dicapai. Selain itu
pada masa usia emas terdapat masa-masa penting dalam perkembangan otak dan
kemampuan anak, yaitu periode dini dalam perjalanan usia manusia merupakan periode
penting bagi pembentukan otak, intelegensia, kepribadian, memori, dan aspek
perkembangan lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah apabila terjadi kegagalan pada
masa ini maka dapat mengakibatkan kegagalan pada masa-masa sesudahnya (Farida, Devi
Nurul,2016)
Pada masa tumbuh kembangnya anak usia dini akan mengalami berbagai macam
perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berjalan dengan baik jika ada stimulasi yang
tepat yang dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Perkembangan
kemampuan anak pada usia dini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai aspek
pertumbuhan dan perkembangan yang melingkupi anak usia dini antara lain aspek
pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, emosi, sosial, bahasa, serta moral dan agama
(Farida, Devi Nurul,2016)
Bahasa adalah salah alat yang dapat digunakan oleh manusia agar dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada dasarnya manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, dimana manusia satu
dengan yang lainnya saling membutuhkan. Proses pemerolehan bahasa pada anak dimulai
sejak ia berada di lingkungan keluarga, lingkungan. Perkembangan bahasa anak meliputi
perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kata,
perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan
kalimat, dan perkembangan pragmatik atau perkembangan bahasa untuk keperluan
komunikasi (Farida, Devi Nurul,2016)
Bercerita adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi berbagai
perkembangan anak usia dini. Dari moral, kognitif, bahkan bahasa. Alat permainan
edukatif yang digunakan harus disesuaikan dengan perkembangan yang akan dicapai dan
juga harus dicari alat permainan yang juga dapat menarik minat anak. Salah satu alat
permainan edukatif yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan kemampuan
berbahasa anak adalah dengan menggunakan puzzle bergambar. (Farida, Devi Nurul,2016)
Puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau
dijawab”. Puzzle bergambar juga dapat digunakan sebagai salah satu media bercerita bagi
anak. Akan tetapi dalam penelitian ini puzzle hanya digunakan sebagi media anak untuk
bercerita. Dimana nantinya anak berusaha untuk menyusun gambar dengan benar sesuai
dengan urutan puzzle yang disusun, kemudian anak diminta untuk menceritakan tentang
gambar yang berada di dalam puzzle tersebut (Farida, Devi Nurul,2016)
Permainan puzzle ini nantinya akan diterapkan untuk meningkatkan motorik halus
sekaligus meningkatkan bahasa pada An. A tentang berbagai kosakata yaitu anak dapat
menjelaskan 5 sampai 7 kata diantaranya adalah kegunaan dan fungsi dari pisang, rumah,
pagar, gorden, bola, langit-langit, danau, dan meja . Hasil pengkajian denver II mengenai
bahasa pada An. A termasuk indikator normal tetapi perlu ditingkatkan dalam aspek
bahasa, terutama dalam meningkatkan kosakata.
Anak yang mendapat rangsangan yang maksimal maka potensi tumbuh kembang
anak akan terbangun secara maksimal . Pada setiap tahap perkembangan anak akan terjadi
integrasi perkembangan anak secara utuh. Dalam masa perkembangan anak terdapat masa
kritis , dimana pada masa tersebut memerlukan pembinaan atau meningkatkan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas. Hal ini dapat didukung melalui
kegiatan stimulasi dan intervensi tumbuh kembang anak sehingga perkembangan pada
anak berlangsung optimal sesuia umur anak.
B. SASARAN
Sasaran dari program yang kami buat untuk anak A.
C. KASUS
An. A berumur 63 bulan. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil BB 14,1
kg, TB 101 cm, LK 48 cm, LL 16 cm . Berdasarkan pengkajian menggunakan Denver
Developmental Screening Test II (DDST II) didapatkan hasil bahwa perkembangan An. A
termasuk indikator normal. An. A tidak memiliki keterlambatan, tetapi perlu ditingkatkan
dalam aspek bahasa, terutama dalam meningkatkan kosakata. Personal hygyne pada An.
A termasuk baik, An. A menggosok gigi setiap 2 kali sehari, potong kuku setiap seminggu
sekali dan membersihkan telinga secara rutin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Perkembangan
Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan pengertian perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan
tubuh, organ - organ lain dan sistemnya yang terorganisasi
Perkembangan anak adalah yang terjadi pada diri anak yang dilihat dari berbagai aspek antara lain
aspek motorik, emosi, kognitif dan psikososial. Perubahan psikososial dan fisik sebagai hasil dari
proses pematangan oleh faktor lingkungan dan masa belajar dalam masa waktu tertentu, menuju
kedewasaan.
3. Prosedur
a. Sapa orang tua atau pengasuh anak dengan ramah.
b. Jelaskan maksud dan tujuan test Denver II pada orang tua.
c. Buat komunikasi yang baik dengan anak.
d. Hitung umur anak dan buat garis umur.
e. Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada
formulir.
f. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
g. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih
dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka
harus dilakukan koreksi.
h. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada
ujung atas garis umur. Formulir Denver II dapat digunakan untuk beberapa kali,
gunakan garis umur dengan warna yang berbeda.
i. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan sesuai dengan
apa yang ingin ditestkan.
j. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor
yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak
disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
k. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat
disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis
umur.
l. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah (gagal,
menolak atau tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri
garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas
perkembangan.
m. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah lakukan
tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama
sampai anak: “gagal” pada 3 tugas perkembangan.
n. Beri skor penilaian dan catat pada formulir Denver II.
Setelah dilakukan interpretasi penilaian individual, maka dapat ditarik sebagai berikut :
1. Normal
Bila didapatkan ada keterlambatan atau paling banyak satu caution.
2. Suspect
Bila didapatkan >2 caution dan atau >1 keterlambatan.
3. Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada 1 atau lebih uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau
menolak pada >1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75−90%.
Bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu
anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain
dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan
sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan
(Zellawati, 2011).
1. Model Adlerian,
Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar
filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat
hidup secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini
digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam
mempercayai gaya hidupnya.
2. Model Terapi Client-Centered,
Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi
internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi
bermain dengan pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak
secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian antara
kejadian hidup dengan dirinya
3. Model Kognitif-Behavioral,
Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama
seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan
dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang
membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4. Model Ekosistemik,
Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan
bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.
5. Model Eksistensialisme,
Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri
dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini
menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan
keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan
dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
6. Model Gestalt,
Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh.
Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak
yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki
pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.
7. Model Jungian,
Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego,
ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah bawaan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami
ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam
dirinya.
8. Model Psikoanalitik,
Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar
filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha
berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang
mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan
agresivitas. Terap bermain mempunyai akar dalam model psikoanalisis tradisional. Pioner-
pioner awal seperti Melanie Klein dan Anna Freud menginterpretasikan bermain sebagai
simbol dari konflik anak.
A. JUDUL PROGRAM
Terapi Bermain Puzzle
B. DESKRIPSI PROGRAM
Puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau
dijawab”. Puzzle bergambar juga dapat digunakan sebagai salah satu media bercerita bagi
anak. Akan tetapi dalam penelitian ini puzzle hanya digunakan sebagi media anak untuk
bercerita. Dimana nantinya anak berusaha untuk menyusun gambar dengan benar sesuai
dengan urutan puzzle yang disusun, kemudian anak diminta untuk menceritakan tentang
gambar yang berada di dalam puzzle tersebut (Farida, Devi Nurul,2016)
Permainan puzzle ini nantinya akan diterapkan untuk meningkatkan motorik halus
sekaligus meningkatkan bahasa anak tentang berbagai kosakata.
C. TUJUAN PROGRAM
a. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat mengoptimalkan atau meningkatkan pencapaian-
pencapaian tahapan tumbuh kembang.
b. Tujuan Khusus
- Kemampuan bahasa anak dapat meningkat dengan bertambahnya kosakata
- Anak dapat menjelaskan fungsi dan kegunaan gambar dari puzzle yang
diberikan seperti danau, bukit, pantai, sungai, langit, laut, dan hutan.
D. ALAT YANG DIPERLUKAN
1) Kertas bergambar yang dipotong berpola, seperti;
Contoh Gambar untuk Puzzle
Danau Bukit
Pantai Sungai
Langit Laut
Hutan
E. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019
Tempat : Rumah An. A
Waktu : 18.30 – 19.05 WIB
F. SISTEMATIKA PROSES PROGRAM
No Acara Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 18.30 – 18.35 - Menjelaskan tujuan Anak dapat
dan tata cara memperhatikan apa
bermain yan disampaikan
- kontrak waktu
2. Bermain Puzzle 18.35- 18.55 - Mahasiswa Anak dapat bermain
menjadi fasilitator puzzle
- Mahasiswa
mendampingi anak
bermain puzzle
3. Evaluasi 18.55- 19.00 - Melakukan - Anak dapat
evaluasi kegiatan memperhatikan
yang telah dilakukan ketika evaluasi
- Menanyakan - Anak dapat
kepada anak tentang menyampaikan
perasaannya setelah perasaannya setelah
bermain puzzle bermain puzzle
4. Penutup 19.00-19.05 - Mengakhiri Anak senang dengan
kontrak waktu reinforcement positif
bermain
-Memberikan
reinforcement positif
kepada anak
- Penutup
Erin, D. (2016). ninPerbandingan Hasil Skrining Deteksi Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah
Antara Metode Pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) Dengan
Denver II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro. 6.
Kania, N. (2018). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Yang
Optimal. 23.
Zellawati, A. (2011). Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak. Majalah Ilmiah
Informatika, 164 - 175.