Anda di halaman 1dari 18

Pre Planning Terapi Bermain Puzzle

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati., M. Kep. Sp. Kep. An

Disusun oleh:
Gita Rahayu Rachmawati (22020116120048)
Savitri (22020116120038)
Khoirul Bariyah (22020116120047)
Rizki Marwa Putri (22020116130069)
Anis Dwi Prasetyaning Putri (22020116130087)
Nisa Dieni Utami (22020116140101)
Karina Izafira Nibras (22020116140052)
Musdalifah Choirumdani (22020116130100)
Giovanny M Natasha (22020116140119)
Kelompok 4/ Kelas A16.1

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada usia dini anak akan mengalami masa emas atau biasa yang disebut dengan the
golden age, di mana pada masa tersebut anak akan mudah menangkap, menyerap dan
memproses informasi yang mereka peroleh. Proses tersebut akan berlangsung dengan baik
jika stimulasi yang didapatkan sesuai dengan perkembangan yang ingin dicapai. Selain itu
pada masa usia emas terdapat masa-masa penting dalam perkembangan otak dan
kemampuan anak, yaitu periode dini dalam perjalanan usia manusia merupakan periode
penting bagi pembentukan otak, intelegensia, kepribadian, memori, dan aspek
perkembangan lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah apabila terjadi kegagalan pada
masa ini maka dapat mengakibatkan kegagalan pada masa-masa sesudahnya (Farida, Devi
Nurul,2016)

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang terjadi secara


berkesinambungan selama kehidupan manusia (Wong, Hockenberry, Wilson Winkelstein
& Schwaartz, 2009). Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat beresiko bagi
setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang
mendukung dan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan, dua peristiwa yang berbeda namun saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Pertumbuhan (growth) itu sendiri mempunyai pengertian yaitu berkaitan
dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah, atau dimensi pada tingkat sel, organ
maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan
berat (gram , kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah
pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses deferensiasi sel-sel, jaringan organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Chamidah, N.A, 2009).

Pada masa tumbuh kembangnya anak usia dini akan mengalami berbagai macam
perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berjalan dengan baik jika ada stimulasi yang
tepat yang dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Perkembangan
kemampuan anak pada usia dini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai aspek
pertumbuhan dan perkembangan yang melingkupi anak usia dini antara lain aspek
pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, emosi, sosial, bahasa, serta moral dan agama
(Farida, Devi Nurul,2016)

Bahasa adalah salah alat yang dapat digunakan oleh manusia agar dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada dasarnya manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, dimana manusia satu
dengan yang lainnya saling membutuhkan. Proses pemerolehan bahasa pada anak dimulai
sejak ia berada di lingkungan keluarga, lingkungan. Perkembangan bahasa anak meliputi
perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kata,
perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan
kalimat, dan perkembangan pragmatik atau perkembangan bahasa untuk keperluan
komunikasi (Farida, Devi Nurul,2016)

Bercerita adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi berbagai
perkembangan anak usia dini. Dari moral, kognitif, bahkan bahasa. Alat permainan
edukatif yang digunakan harus disesuaikan dengan perkembangan yang akan dicapai dan
juga harus dicari alat permainan yang juga dapat menarik minat anak. Salah satu alat
permainan edukatif yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan kemampuan
berbahasa anak adalah dengan menggunakan puzzle bergambar. (Farida, Devi Nurul,2016)

Puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau
dijawab”. Puzzle bergambar juga dapat digunakan sebagai salah satu media bercerita bagi
anak. Akan tetapi dalam penelitian ini puzzle hanya digunakan sebagi media anak untuk
bercerita. Dimana nantinya anak berusaha untuk menyusun gambar dengan benar sesuai
dengan urutan puzzle yang disusun, kemudian anak diminta untuk menceritakan tentang
gambar yang berada di dalam puzzle tersebut (Farida, Devi Nurul,2016)

Permainan puzzle ini nantinya akan diterapkan untuk meningkatkan motorik halus
sekaligus meningkatkan bahasa pada An. A tentang berbagai kosakata yaitu anak dapat
menjelaskan 5 sampai 7 kata diantaranya adalah kegunaan dan fungsi dari pisang, rumah,
pagar, gorden, bola, langit-langit, danau, dan meja . Hasil pengkajian denver II mengenai
bahasa pada An. A termasuk indikator normal tetapi perlu ditingkatkan dalam aspek
bahasa, terutama dalam meningkatkan kosakata.

Anak yang mendapat rangsangan yang maksimal maka potensi tumbuh kembang
anak akan terbangun secara maksimal . Pada setiap tahap perkembangan anak akan terjadi
integrasi perkembangan anak secara utuh. Dalam masa perkembangan anak terdapat masa
kritis , dimana pada masa tersebut memerlukan pembinaan atau meningkatkan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas. Hal ini dapat didukung melalui
kegiatan stimulasi dan intervensi tumbuh kembang anak sehingga perkembangan pada
anak berlangsung optimal sesuia umur anak.

B. SASARAN
Sasaran dari program yang kami buat untuk anak A.
C. KASUS
An. A berumur 63 bulan. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil BB 14,1
kg, TB 101 cm, LK 48 cm, LL 16 cm . Berdasarkan pengkajian menggunakan Denver
Developmental Screening Test II (DDST II) didapatkan hasil bahwa perkembangan An. A
termasuk indikator normal. An. A tidak memiliki keterlambatan, tetapi perlu ditingkatkan
dalam aspek bahasa, terutama dalam meningkatkan kosakata. Personal hygyne pada An.
A termasuk baik, An. A menggosok gigi setiap 2 kali sehari, potong kuku setiap seminggu
sekali dan membersihkan telinga secara rutin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia Prasekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3–6 tahun. Anak usia prasekolah ini
menunjukkan perkembangan motorik, verbal dan keterampilan sosial secara progresif. Pada anak
usia prsekolah, pertumbuhan berlangsung secara stabil, terjadi perkembangan dengan aktivitas
jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.

Ciri Anak Prasekolah


Ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1. Ciri Fisik
Penampilan prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan
sebelumnya.
a. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol)
terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b. Walaupun anak laki–laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam
tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.
2. Ciri Sosial
Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang disekitarnya.
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti.
Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain
dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.\
3. Ciri Emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka,
sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka sering kali
memperebutkan perhatian guru atau orang sekitar.
4. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar dari mereka
senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk
menjadi pendengar yang baik.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak
Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan adalah proses normal dari pembesaran ukuran
organisme yang disebabkan oleh accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh

Definisi Perkembangan
Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan pengertian perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan
tubuh, organ - organ lain dan sistemnya yang terorganisasi
Perkembangan anak adalah yang terjadi pada diri anak yang dilihat dari berbagai aspek antara lain
aspek motorik, emosi, kognitif dan psikososial. Perubahan psikososial dan fisik sebagai hasil dari
proses pematangan oleh faktor lingkungan dan masa belajar dalam masa waktu tertentu, menuju
kedewasaan.

Aspek-Aspek Perkembangan Anak


1. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya, kemampuan untuk menggambar dan
memegang sesuatu benda.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan bicara
spontan.
4. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan tubuh dan sikap
tubuh yang melibatkan otot-otot besar. Periode prasekolah dimulai dari usia 3−6 tahun
periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk periode
sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan
fisik dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep
diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik
seperti berjalan, berlari dan melompat.

Deteksi Penyimpangan Perkembangan Anak


Deteksi penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan
kesehatan mulai dari Posyandu, Pos PAUD/BKB, Pustu, Puskesmas, Polindes, Bidan dan dokter
praktek hingga Rumah Sakit. Pelaksana skrining bisa petugas atau kader Posyandu/PAUD/BKB,
guru TK, tenaga kesehatan atau petugas terlatih lainnya (Depkes RI, 2007).
Denver II
Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak,
tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. Denver II memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15−20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Denver II lebih menyeluruh tapi ringkas,
sederhana dan dapat diandalkan, yang terbagi dalam 4 (empat) sektor, yakni : sektor personal sosial
(kemandirian bergaul), sector fine motor adaptive (gerakan-gerakan halus), sektor language
(bahasa), dan sektor cross motor (gerakangerakan kasar). Setiap tugas perkembangan digambarkan
dalam bentuk kotak bentuk kotak persegi panjang horizontal yang berurutan menurut umur dalam
format Denver II.
1. Penentuan Garis Usia
Pada garis horizontal teratas dan terbawah pada format Denver II, terdapat skala
usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari bayi atau anak lahir hingga 6 tahun.
Keterangan garis tegak kecil pada garis skala usia adalah :
a. Pada usia 0 – 24 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan.
b. Setelah usia 24 bulan sampai dengan usia 6 tahun, jarak antara 2 tanda adalah 3
bulan
2. Persiapan
a. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang/tidak bising, dan
bersih.
b. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
c. Formulir Denver II.
d. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus
tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.
e. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan
dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
f. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan.
Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
g. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas
perkembangan tersebut.
h. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri, contohnya R (report) artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak, tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh
anak.
i. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang
ada pada formulir.
j. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
k. Menjelaskan pada orang tua bahwa Denver II bukan test IQ.
l. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test

3. Prosedur
a. Sapa orang tua atau pengasuh anak dengan ramah.
b. Jelaskan maksud dan tujuan test Denver II pada orang tua.
c. Buat komunikasi yang baik dengan anak.
d. Hitung umur anak dan buat garis umur.
e. Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada
formulir.
f. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
g. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih
dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka
harus dilakukan koreksi.
h. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada
ujung atas garis umur. Formulir Denver II dapat digunakan untuk beberapa kali,
gunakan garis umur dengan warna yang berbeda.
i. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan sesuai dengan
apa yang ingin ditestkan.
j. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor
yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak
disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
k. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat
disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis
umur.
l. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah (gagal,
menolak atau tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri
garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas
perkembangan.
m. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah lakukan
tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama
sampai anak: “gagal” pada 3 tugas perkembangan.
n. Beri skor penilaian dan catat pada formulir Denver II.

4. Interpretasi Skor Denver II


Denver II perkembangan ditest sesuai dengan penilaian yang diberikan pada balok P
(lulus), F (gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan
tugas). Interpretasi :
1. Lebih/Advance
Bila anak lulus melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur,
perkembnagan anak dinyatakan lebih pada tugas tersebut.
2. Berhasil/O.K
Bila anak gagal melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur dinilai
normal, demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas
perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka
dikategorikan normal.
3. Peringatan/Caution
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis umur
terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
4. Keterlambatan/Delay
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas yang terletak lengkap disebelah kiri
garis umur.
5. Tidak ada kesempatan/No opportunity
Bila orang tua melaporkan anaknya tidak mempunyai kesempatan mencoba suatu
tugas dinilai nol. Namun tidak dimasukkan dalam interpretasi tes secara keseluruhan.

Setelah dilakukan interpretasi penilaian individual, maka dapat ditarik sebagai berikut :
1. Normal
Bila didapatkan ada keterlambatan atau paling banyak satu caution.
2. Suspect
Bila didapatkan >2 caution dan atau >1 keterlambatan.
3. Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada 1 atau lebih uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau
menolak pada >1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75−90%.

Definisi Terapi Bermain

Bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu
anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain
dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan
sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan
(Zellawati, 2011).

Model Terapi Bermain

Macam-macam model dalam terapi bermain adalah (Zellawati, 2011) :

1. Model Adlerian,
Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar
filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat
hidup secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini
digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam
mempercayai gaya hidupnya.
2. Model Terapi Client-Centered,
Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi
internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi
bermain dengan pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak
secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian antara
kejadian hidup dengan dirinya
3. Model Kognitif-Behavioral,
Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama
seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan
dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang
membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4. Model Ekosistemik,
Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan
bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.
5. Model Eksistensialisme,
Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri
dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini
menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan
keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan
dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
6. Model Gestalt,
Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh.
Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak
yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki
pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.
7. Model Jungian,
Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego,
ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah bawaan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami
ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam
dirinya.
8. Model Psikoanalitik,
Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar
filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha
berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang
mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan
agresivitas. Terap bermain mempunyai akar dalam model psikoanalisis tradisional. Pioner-
pioner awal seperti Melanie Klein dan Anna Freud menginterpretasikan bermain sebagai
simbol dari konflik anak.

Tujuan Terapi Bermain

Tujuan terapi bermain adalah (Zellawati, 2011) :

1. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka


2. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi
masalah mereka
3. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

A. JUDUL PROGRAM
Terapi Bermain Puzzle
B. DESKRIPSI PROGRAM
Puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau
dijawab”. Puzzle bergambar juga dapat digunakan sebagai salah satu media bercerita bagi
anak. Akan tetapi dalam penelitian ini puzzle hanya digunakan sebagi media anak untuk
bercerita. Dimana nantinya anak berusaha untuk menyusun gambar dengan benar sesuai
dengan urutan puzzle yang disusun, kemudian anak diminta untuk menceritakan tentang
gambar yang berada di dalam puzzle tersebut (Farida, Devi Nurul,2016)
Permainan puzzle ini nantinya akan diterapkan untuk meningkatkan motorik halus
sekaligus meningkatkan bahasa anak tentang berbagai kosakata.
C. TUJUAN PROGRAM
a. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat mengoptimalkan atau meningkatkan pencapaian-
pencapaian tahapan tumbuh kembang.
b. Tujuan Khusus
- Kemampuan bahasa anak dapat meningkat dengan bertambahnya kosakata
- Anak dapat menjelaskan fungsi dan kegunaan gambar dari puzzle yang
diberikan seperti danau, bukit, pantai, sungai, langit, laut, dan hutan.
D. ALAT YANG DIPERLUKAN
1) Kertas bergambar yang dipotong berpola, seperti;
Contoh Gambar untuk Puzzle

Danau Bukit

Pantai Sungai

Langit Laut
Hutan

E. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019
Tempat : Rumah An. A
Waktu : 18.30 – 19.05 WIB
F. SISTEMATIKA PROSES PROGRAM
No Acara Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 18.30 – 18.35 - Menjelaskan tujuan Anak dapat
dan tata cara memperhatikan apa
bermain yan disampaikan
- kontrak waktu
2. Bermain Puzzle 18.35- 18.55 - Mahasiswa Anak dapat bermain
menjadi fasilitator puzzle
- Mahasiswa
mendampingi anak
bermain puzzle
3. Evaluasi 18.55- 19.00 - Melakukan - Anak dapat
evaluasi kegiatan memperhatikan
yang telah dilakukan ketika evaluasi
- Menanyakan - Anak dapat
kepada anak tentang menyampaikan
perasaannya setelah perasaannya setelah
bermain puzzle bermain puzzle
4. Penutup 19.00-19.05 - Mengakhiri Anak senang dengan
kontrak waktu reinforcement positif
bermain
-Memberikan
reinforcement positif
kepada anak
- Penutup

G. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


1) Kertas puzzle robek
2) Kertas puzzle kehilangan polanya
H. ANTISIPASI MINIMALKAN HAMBATAN
1) Melaminating kerta puzzle agar tidak robek
2) Potongan-potongan pola puzzle diberi kode angka
I. PENGORGANISASIAN
Moderator :
- Anis Dwi Prasetyani
Pemateri :
- Musdalifah
- Savitri
- Rizki Marwa Putri
Fasilitator :
- Nisa Dieni Utami
- Gita Rahayu
- Karina Izzafira
- Khoirul Bariyah
Dokumenter :
- Giovanny
J. KRITERIA EVALUASI
a) Struktur
 Kegiatan berlangsung tepat waktu
 Mahasiswa berperan sesuai dengan rencana kegiatan
b) Proses
 Anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain
 Anak memiliki rasa ingin tahu ditunjukkan dengan bertanya kepada fasilitator
c) Hasil
 Anak mampu menyusun 7 puzzle yang ada dengan benar
 Anak mampu mendeskripsikan setiap gambar pada puzzle
DAFTAR PUSTAKA

Erin, D. (2016). ninPerbandingan Hasil Skrining Deteksi Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah
Antara Metode Pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) Dengan
Denver II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro. 6.
Kania, N. (2018). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Yang
Optimal. 23.

Zellawati, A. (2011). Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak. Majalah Ilmiah
Informatika, 164 - 175.

Anda mungkin juga menyukai