Anda di halaman 1dari 8

27

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental di laboratorium (experimental

research). Rancangan penelitian ini berupa suatu observasi yang dilakukan di

laboratorium dengan kondisi buatan yang diatur peneliti (artificial condition).

3.2 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah, Medan.

Penelitian dimulai pada bulan Februari.

3.3 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pencetak tablet

(Single punch tablet press TDP-0), alat–alat gelas, timbangan analitik (Mettler

toledo), friability tester (Roche), hardness tester, disintegration tester

(Guoming), stopwatch (Samsung), Phone Camera (Samsung), jangka sorong,

mortir dan stamper, alat-alat gelas, cawan porselin, kertas saring, alat timbang dan

blender. Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu bejana

kromatografi, pipa kapiler, oven, alat penyemprot bercak, lampu UV 254 dan UV366

dan Spektrofotometer UV-vis.


3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Herba rumput

mutiata (Oldenlandia corrymbosa L), Avicel® PH 102 (DMV-Fonterra Excipient

GmbH & Co. KG, Germany), Manitol (Qingdao Bright Moon Seaweed Group

Co.,Ltd., China) Magnesium stearat, Talkum, larutan warna ponceau, kertas saring

dan kertas perkamen.


28

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan ekstrak etanolik rumput mutiara dengan metode maserasi.

3.5.1.1 Pembuatan serbuk rumput mutiara

Pembuatan serbuk rumput mutiara yang telah dicuci bersih, ditiriskan

kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan. Rumput mutiara yang telah

kering ini kemudian dibuat serbuk dengan blender dan diayak dengan

ayakan no. 100, kemudian dilakukan perhitungan prosentase bobot kering

terhadap bobot basah.

3.5.1.2 Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi dan uji KLT

Serbuk rumput mutiara ditimbang sebanyak 500,0 gram dimasukan

kedalam bejana kemudian di rendam dengan 750 mL etanol 70%. Proses

maserasi dilakukan selama ± 5 hari. Kemudian diekstrak dan diambil

maseratnya. Sisa serbuk hasil penyaringan di remaserasi dengan 250 mL etanol

70% selama ± 2 hari.

Ekstrak yang didapat dipekatkan dengan kompor dan rotary evaporator

sampai kental dan bebas etanol. Setelah itu di lakukan pula kromatografi

dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam berupa silika gel

GF254fase gerak berupa kloroform, etil asetat, heksane, dan air dalam

berbagai variasi perbandingan dengan pembanding berupa flavonoid (rutin)

guna mengetahui golongan senyawa flavonoid, sedangkan identifikasi senyawa

terpenoid dengan menyemprotkan pereaksi Lebermann-burchad yang akan

berfluoresensi pada uv 360 nm.


29

3.5.1.3 Penetapan kadar ursolic acid

Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid

Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat

kemudian dibuat seri kadar tertentu. Kurva baku dibuat dengan mengukur

absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm

(Murav’ev et al., 1972). Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu x

dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis

regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a.

b. Penetapan kadar ursolic acid sampel

Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL

asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu. Absorbansi dari masing- masing

larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis pada

panjang gelombang 310 nm. Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.

3.5.1.4 Penghitungan kadar

Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai

absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva

baku. Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mg/g berat

kering dengan menggunakan rumus:


30

dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mg/g); S= kadar ursolic acid sampel

hasil spektrofotometri (mg/L) dan B= berat serbuk (g) (Hary, 1998).

3.5.2 Pembuatan Tablet


Pembuatan tablet menggunakan metode cetak langsung dengan formula

seperti pada Tabel 3.1. Mula-mula, ditimbang masing-masing bahan, lalu

dihaluskan menggunakan mortir dan stamper. Seluruh bahan kemudian

dihomogenisasi di dalam mortir. Massa yang telah homogen, dievaluasi

menggunakan uji preformulasi yang meliputi: kompresibilitas, sudut diam, dan

laju alir. Setelah dievaluasi, massa tablet dikempa dengan mesin pencetak tablet.

Setelah tablet selesai dicetak, dilakukan evaluasi tablet yang meliputi: uji

keseragaman ukuran, uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji keregasan, uji

waktu hancur in vitro, uji waktu pembasahan, dan uji waktu hancur in vivo.

3.5.3 Uji Preformulasi Tiap Formula

3.5.3.1 Sudut Diam

Massa tablet dituang pelan-pelan lewat corong, sementara bagian bawah

corong ditutup. Selanjutnya penutup dibuka dan massa dibiarkan mengalir keluar.

Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut

diamnya (Lachman, et al., 1994).

Tg α = h / r

Keterangan : α = sudut diam

h = tinggi kerucut
31

r = jari-jari kerucut

Tabel 3.2 Sudut Diam dan Kategorinya

Sudut Diam (α) Kategori


25 – 30 Istimewa
31 – 35 Baik
36 – 40 Cukup Baik
41 – 45 Agak Baik
46 – 55 Buruk
56 – 65 Sangat Buruk
> 66 Sangat Buruk Sekali

3.5.3.2 Penetapan Laju Alir

Massa tablet yang akan dicetak dimasukkan kedalam corong alir, lalu

dialirkan hingga seluruh massa mengalir. Ditentukan waktu alir mulai dari

formula mengalir sampai seluruh formula mengalir keluar.

3.5.3.3 Penetapan Indeks Kompressibilitas

Massa tablet (m) ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dibaca

volume yang terlihat (V1). Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 300 kali selama

1 menit sampai volumenya tetap (V2), kemudian dimasukkan nilainya kedalam

rumus (Ditjen POM, 1995).

Indeks kompresibilitas = Kerapatan mampat – Kerapatan longgar x 100 %

Kerapatan mampat

Tabel 3.3 Indeks Kompressibilitas dan Kategorinya

Indeks Kompressibilitas (%) Kategori


<10 Istimewa
11-15 Baik
16-20 Cukup baik
21-25 Agak baik
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
>38 Sangat buruk sekali
32

3.5.3 Evaluasi Tablet terhadap Berbagai Formula

3.5.4.1 Uji Keseragaman Ukuran

Diameter dan ketebalan tablet diukur dengan cara menjepitkan tablet pada

alat jangka sorong (mikrometer) (Ditjen POM, 1995).

3.5.4.2 Uji Keseragaman Bobot

Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian

ditimbang satu per satu. Persyaratannya adalah tidak lebih dari dua tablet

menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu tablet put yang menyimpang

lebih besar dari kolom B (Ditjen POM, 1979).

Tabel 3.4 Syarat Keseragaman Bobot

Berat rata-rata Selisih (%)


A B
25 mg atau kurang 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10

3.5.4.3 Uji Kekerasan

Uji kekerasan tabet dilakukan menggunakan Hardness Tester. Tablet

diletakkan secara horizontal kemudian dengan gaya motorik, sebuah beban

peluncur bergerak pada sebuah rel mendekati tablet dan akhirnya menekan tablet

hingga pecah. Pada saat tablet pecah, peluncur segera berhenti dan tekanan akan

ditunjukkan oleh angka digital pada alat. Pada penelitian ini, jumlah tablet yang

digunakan dalam uji kekerasan adalah enam tablet (Ditjen POM, 1979).
33

3.5.4.4 Uji Friabilitas/Keregasan

Uji keregasan atau disebut juga uji kerapuhan dilakukan menggunakan

Friability Tester. Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat

beratnya (a gram), dimasukkan kedalam alat, lalu alat dijalankan selama 4 menit

(100 kali putaran), setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan

dibersihkan dari debu, lalu ditimbang kembali (b gram) (Ditjen POM, 1979).

Friabilitas (F) = a – b x 100 %

3.5.4.5 Uji Waktu Disintegrasi In Vitro

Satu tablet dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang dan

digunakan air bersuhu 37o ± 2o sebagai media, kemudian alat dijalankan. Waktu

hancur tablet dicatat yaitu sejak keranjang yang berisi tablet dinaik turunkan

sampai tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang

tertinggal dikasa (Ditjen POM, 1979).

3.5.4.6 Uji Waktu Pembasahan

Waktu pembasahan tablet diukur menggunakan prosedur sederhana. Kertas

saring yang berbentuk lingkaran diletakkan dalam cawan petri berdiameter 8,5

cm, kemudian ke dalam cawan petri tersebut dimasukkan 8 ml larutan warna

ponceau 0,1 % b/v dalam air suling. Uji dilakukan dengan meletakkan satu tablet

pada permukaan kertas saring di dalam cawan petri, secara perlahan-lahan. Waktu

yang dibutuhkan untuk membuat permukaan atas dari tablet menyerap warna

larutan dalam cawan dicatat sebagai waktu pembasahan (wetting time) (Parmar,

Baria, Tank, dan Faldus, 2009).


34

3.5.4.7 Uji Waktu Disintegrasi In Vivo

Uji ini dilakukan terhadap 3 sukarelawan dalam kondisi sehat dengan

pengulangan sebanyak 3 kali untuk tiap sukarelawan. Mula – mula, sukarelawan

diharuskan mencuci mulut, kemudian diletakkan satu tablet di atas lidah

sukarelawan dan dibiarkan hingga hancur sempurna. Dicatat waktu yang

dibutuhkan agar tablet hancur sempurna tanpa mengunyah, setelah itu tablet

segera diludahkan. Waktu yang dicatat ditetapkan sebagai waktu hancur in vivo

(Lubis, 2011).

3.5 Pengumpulan dan Analisis Data

Data dari hasil pengamatan waktu hancur in vitro dikumpulkan dalam

bentuk tabel. Data ini kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan

SPSS versi 16.0. Uji yang digunakan yaitu one way ANOVA (Analysis of Varians)

pada tingkat kepercayaan 95%. One way ANOVA bertujuan untuk mengetahui

apakah ekstrak rumput mutiara mempunyai pengaruh terhadap waktu harcur

tablet.

Anda mungkin juga menyukai