SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAH
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH
MAULINA AGUSTININGSIH
1710246646
TIFFANI
1710246642
GUSLIDIAWATI
1710246651
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 34
Kata Pengantar
Puji beserta syukur kam haturkan kehadirat Allah SWT, karena kami dapat menyelesaikan
Makalah kelompok kami ini tepat pada waktunya. Penyusunan dari Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sistem Akuntansi Pemerintah sub pembahasan tentang
materi yang berjudul “Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah”. Selain itu
tujuan penyusunan dari makalah kelompok kami ini juga untuk menambah wawasan dan menggali
secara spesifik tentang materi-materi pembahasan dalam mata kuliah Sistem Akuntansi
Pemerintah secara lebih luas dan mendalam lagi.
Dalam hal ini kami Kelompook 7, juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Vince
Ratnawatu SE, M.Si, Ak, BKP, CA kususnya selaku dosen Mata Kuliah Sistem Akuntansi
Pemerintah yang sudah membimbing dan memberi pandangan kepada kelompok kami agar dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya. Kelompok kami menyadari
sepenuhnya bahwa Makalah yang kami susun ini sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga makalah ini memberi kontribusi dan bermanfaat bagi para pembaca.
KELOMPOK 7
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 19991
telah diberlakukannya Otomi Daerah di-Indonesia. Otonomi daerah memberikan administrasi
pemerintahan daerah menjadi terdesentralisasi. Sejumlah kewenangan termasuk urusan anggaran
didelegasikan menjadi wilayah domestik dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat
mengurus dan membangun daerahnya dengan tujuan pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
Pelimpahan kekuasaan pemerintahan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah dilakukan
dalam dua (2) cara: (1) Ultra vires doctrine, yaitu pemerintah pusat menyerahkan kewenangan
pemerintah kepada daerah otonom dengan cara merinci satu persatu, (2) Open end arrangement
atau general competence, yaitu pemerintah daerah boleh menyelenggarakan semua urusan diluar
yang dimiliki oleh pemerintah pusat. Prinsip desentralisasi dalam UndangUndang Nomor 32
Tahun 20042 tentang pemerintahan daerah menganut cara kedua.
Luasnya kewenangan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan daerahnya yang menuntut peningkatan kapasitas (capacity building), dimana
kepemimpinan yang kuat untuk mendorong dan memberdayakan bawahan menjadi sangat
signifikan. Namun setelah diberlakukannya otonomi daerah ini banyak bermunculan fenomena
pragmatism politik dimasyarakat daerah, legitimasi politik dan stabilitas politik belum sepenuhnya
tercapai, adnya konflik horizontal dan konflik vertical, serta kesejahteraan masyarakat ditingkat
local belum sepenuhnya mampu diwujudkan oleh pemerintah daerah.
Dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaan program dan kebijakan yang ada dilingkungan
pemerintahan perlu adanya monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi merupakan salah
satu cara untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kekuatan dalam segi perencanaan dan
implementasi kegiatan/program. Oleh karena itu dengan melihat besarnya kepentingan monitoring
dan evaluasi, maka dipandang perlu adanya satu pedoman yang menjadi panduan atau acuan bagi
1
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
2
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
semua untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam Perencanaan, monitoring dan evaluasi suatu
kegiatan.
Maka perlu dalam hal ini adanya pengembangan indikator kinerja lembaga yang komprehensif,
prosedur dan mekanisme pelaksanaan monitoring serta evaluasi akan menunjang suatu proses
pengembangan yang berkelanjutan. Pengukuran kinerja organisasi public pemerintah telah diatur
dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 19993 dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP), yang mengatur: (1) perencanaan strategik (PS), (2) pengukuran
kinerja (PK), (3) evaluasi kinerja kegiatan (EK-1), (4) evaluasi kinerja program (EK-2), evaluasi
kinerja kebijakan (EK-3), dan (5) kesimpulan hasil evaluasi atau capaian kinerja.
Selanjutnya pemerintah juga mendukung agar mampu terwujudnya good governance dalam
lingkungan pemerintah daerah dengan diberlakukannya system monitoring dan evaluasi kinerja
pemerintah daerah. Terkait hal tersebut membuat munculnya Filosofi dasar yang membentuk
pentingnya penerapan system aplikasi Monev dipemerintah daerah sebagai konsep mengukur dan
menilai. Dalam hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 20064 tentang Tata
Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, tetapi focus pada PP ini
adalah pengendalian dan evaluasi untuk kegiatan Pemerintah Pusat, yang merupakan dana
Kementerian/Lembaga (pusat), dekonsentrasi (provinsi), dan tugas Pembantuan (kabupaten/kota),
jadi tidak memfokuskan pada kegiatan daerah yang dibiayai dana desentralisasi.
Adapun pengendalian dan evaluasi menurut UU No. 25/20045 Tentang SPPN, Pasal 28:
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Menteri/Kepala Bappeda
menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-
masing pimpinan Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya. Oleh sebab itu, Sesuai Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 20086
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, bahwa sumber informasi
utama melakukan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) adalah
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang merupakan pelaksanaan dari Pasal
3
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuuntabilitas Kinerja Pemerintah.
4
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan.
5
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
6
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dikarenakan hal tersebutlah penting kiranya
mengkaji lebih dalam lagi tentang sitem monitoring dan evaluasi kinerja pemerintah daerah.
2.2 Evaluasi
2.2.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi merupakan merupakan
kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari
itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program
sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan
selanjutnya yang diperlukan. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Evaluasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar. Dan selanjutnya definisi Evaluasi menurut OECD7, disebutkan bahwa
Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau
program. Evaluasi merupakan sebuah penilaian yang subyektif dan sesistematik mungkin terhadap
sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah diselesaikan. Hal-
hal yang harus dievaluasi yaitu proyek, program, kebijakan, organisasi, sector, tematik, dan
bantuan Negara.
Adapun yang dimaksud dengan kinerja Penyelengaraan Pemerintahan Daerah adalah
capaian atas penyelenggararaan urusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses,
keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Oleh sebab itu menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 73 Tahun 2009 mendefenisikan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah selanjutnya disingkat EKPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menggunakan system
pengukuran kinerja.
2.2.2 Tujuan Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan, melalui kajian
terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi, untuk
selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan selanjutnya. Selanjutnya secara
spesifik evaluasi bertujuan sebagai berikut:
1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan
Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan
Melalui evaluasi dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran
Mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan
Evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun
negatif.
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan
7
Organisation for Economic Co-operation and Development
Untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan
cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
6. Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang
Untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang
lebih baik.
2.2.3 Pendekatan, Indikator dan Metode Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terlebih dahulu harus memahami beberapa pendekatan yang
harus diketahui diantaranya adalahh sebagai berikut:
Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.
Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan,
maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan evaluasi
terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak
mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Selanjutnya terdapat indikator-indikator yang harus dilihat dalam melakukan evaluasi
adalah sebagai berikut:
Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.
Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah.
Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok
masyarakat berbeda.
Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat
memuaskan mereka
Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat.
Dalam melakukan evaluasi terdapat beberapa metode yang bias digunakan. Adapun
metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, tidak ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari perubahan kelompok
sasaran.
Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, ada kelompok
kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran dan kelompok
kontrol.
Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari efek program terhadap kelompok
sasaran dan kelompok kontrol.
2.2.4 Prinsip Dasar Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(EKPPD)
Melalui Pemendagri Nomor 73 Tahun 2009 pada Pasal 2 menjelaskan prinsip dasar dalam
evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah (EKPPD) dilaksanakan berdasarkan beberapa asas
yaitu sebagai berikut:
1. Spesifik
Dilaksanakan secara khusus untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah berdasarkan Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah selanjutnya disingkat
(LPPD) dan laporan lain yang diterima oleh Pemerintah.
2. Obyektif
Dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang baku dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda.
3. Berkesinambungan
Dilaksanakan secara reguler setiap tahun sehingga dapat diperoleh gambaran
perjalanan penyelenggaraan pemerintahan daerah dari waktu ke waktu.
4. Terukur
Dilaksanakan dengan memanfaatkan data kuantitatif dan/atau kualitatif yang dapat
dikuantitatifkan dan menggunakan alat ukur kuantitatif sehingga hasilnya dapat
disajikan secara kuantitatif.
5. Dapat dibandingkan
Dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja dan indikator kinerja
kunci yang sama untuk semua daerah.
6. Dapat dipertanggung jawabkan
Dilaksanakan dengan mengolah data dari Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah
(LPPD) yang dikirim oleh kepala daerah secara transparan.
2.2.5 Sumber Informasi Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(EKPPD) Dan Tim Penilai
Menurut Pasal 4 dalam Pemendagri Nomor 73 Tahun 2009 menjelaskan bahwa sumber
informasi utama dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pemerintah daerah, yaitu
menggunakan data dari informasi Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah (LPPD). Adapun
sumber informasi lainnya yang juga dapat digunkan menurut Pasal 4 Ayat (2) dalam Pemendagri
Nomor 73 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
a. Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan' APBD;
b. Informasi keuangan daerah;
c. Laporan kinerja instansi pemerintah daerah;
d. Laporan hasil pembinaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah;
e. Laporan hasil survey kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintahan daerah;
f. Laporan kepala daerah atas permintaan khusus;
g. Rekomendasi/tanggapan DPRD terhadap LKPJ kepala daerah;
h. Laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berasal dari
lembaga independen;
i. Tanggapan masyarakat atas Informasi LPPD; dan
j. Laporan dan/atau informasi lain yang akurat dan jelas penanggungjawabnya.
Sumber informasi disini berfokus pada informasi capaian kinerja pada tataran pengambilan
kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan menggunakan IKK. Indikator Kinerja Kunci (IKK)
adalah indikator kinerja utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan. IKK pada pemerintah daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem pengukuran
kinerja mulai dari masing-masing SKPD, pemerintahan daerah, antar satu daerah dengan daerah
lainnya dalam tingkat wilayah provinsi maupun pada tingkat nasional. Dimana berisikan data
capaian kinerja yang diisi oleh masing-masing SKPD sesuai dengan tugas fungsinya dan
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Tim Penilai.
Terkait sumber informasi yang dituangkan dalam LPPD sebelum disampaikan kepada
pemerintah terlebih dahulu dilakukan pengukuran evaluasi kinerja mandiri oleh pemerintah daerah
sendiri (self assesment) dengan ketentuan:
a. LPPD provinsi disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri; dan
b. LPPD kabupaten/kota disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
selaku Wakil Pemerintah.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengumpulan data capaian kinerja pada
tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan yang objektif, akurat dan akuntabel dari
seluruh SKPD. Dalam pengukuran evaluasi kinerja mandiri yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah secara teknis akan dilakukan oleh Tim Penilai. Tim penilai untuk evaluasi kinerja
penyelenggara pemerintah daerah terbagi dua yaitu:
a. Tim penilai untuk provinsi ditetapkan oleh gubenur dengan susunan keanggotaan terdiri
atas:
Ketua : Sekretaris Daerah
Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi otonomi daerah
Anggota : Unsur SKPD yang membidangi keuangan, asset,
perencanaan pembangunan daerah, pengawasan, hukum,
kepegawaian dan organisasi.
PROSES MONEV
Proses dalam monev sederhananya adalah “menelusuri” proses pekerjaan proyek atau
kegiatan sehingga dapat menemukan “apa yang sesungguhnya terjadi di antara PELAKSANAAN
(proses) dengan TUJUAN yang dirumuskan. Apabila dalam penelusuran atau pemantauan itu
ditemukan adanya pesenjangan atau penyimpangan yang direkomendasikan perubahan atau
perbaikan sehingga kesenjangan segera teratasi. Atau setidaknya meminimalisir kerugian yang
timbul akibat penyimpangan. Karena manfaat monitoring itu sangat besar dan penting dalam
peranannya sebagai “alat perencanaan” maka dilakukan dengan metode dan alat yang terstruktur
dan sistematis, misalnya dengan menggunakan angket, wawancara, FGD dan sebagainya.
Prosesnya secara skematik dapat dilihat seperti dibawah ini:
Nanang Fattah (1996) menyarankan langkah-langkah monitoring yang dapat bermanfaat
diikuti seperti dalam diagram berikut:
KESIMPULAN
Untuk dapat mewujudkan tujuan otonomi daerah yang mampu mensejahterakan rakyat
dengan cara memberikan administrasi pemerintahan daerah menjadi terdesentralisasi melalui
sejumlah kewenangan termasuk urusan anggaran didelegasikan menjadi wilayah domestik dari
pemerintah daerah yang diharapkan mampu mengurus dan membangun daerahnya dengan tujuan
pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan
kekhasan daerah masing-masing dengan baik dan benar sehingga sekaligus menciptakan good
governance dipemerintahan daerah.
Hal ini tentu memrlukan indicator dan standar yang menjadikan patokan terhadap
monitoring dan evaluasi kinerja pemerintah daerah sehingga tugas dan tanggung jawab yang
diembannya benar-benar sesuai dan selaras dengan semestinya. Selanjutnya dalam rangka
peningkatan mutu pelaksanaan penyelanggaraan pemerintah daerah perlu kiranya membutuhkan
Monitoring dan Evaluasi yang merupakan salah satu cara untuk mengetahui kekurangan,
kelemahan, dan kekuatan dalam segi perencanaan dan implementasi kegiatan/program serta
pencegahan sedini mungkin dalam kegagalan. Agar mampu mendukung hal tersebut,
membutuhkan sebuah system aplikasi yang dapat membantu dan menunjang pengoptimalan
monitoring dan evaluasi kinerja pemerintah daerah secara efektif dan efisien. hal ini lah yang
membuat perlu dan pentingnya system aplikasi Monev dipemerintah daerah sebagai konsep
mengukur dan menilai. Sehingga nantinya tujuan dan harapan kesejahteraan rakyat local kusunya
mampu dicapai melalui kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, Joubert Barens, 2013 Pentingnya Sistem Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi
(evaluation) Berbasis Hasil (outcomes) di Pemerintah Daerah, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
PERMENDAGRI 6/2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar
Pelayanan Minimal
PERMENDAGRI 73/2009 Tentang Tatacara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
PP No 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
PP No 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
PP No 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
Taufik, Taufeni, 2013, Peran Monitoring dan Evaluasi Terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Daerah, Jurnal Akuntansi, Vol 1 No 2: 199-212, Universitas Riau
UU No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Wasiati, Inti dan Totok Supriyanto, 2016, Sistem Monitoring Dan Evaluasi Untuk Peningkatan
Kapasitas Pemerintah Daerah, Jurnal Strategi dan Bisnis Vol 4 No 2, Universitas
Jember