Anda di halaman 1dari 12

Makalah

EMULSI

OLEH :

IDAWATI

917312906201.003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
KENDARI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan
yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin
(Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi alam.

Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi. Dibedakan


antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak ikn,
emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir dinyatakan sebagai
linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental (dalam peraturannya
dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan suppositoria dapat
menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika. Ahli fisika kimia menentukan emulsi
sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang
pada dasarnya tidak saling bercampur. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri
dari minyak dan air.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa


keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari
minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan
kosmetik maupun untuk penggunaan oral.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan
cairan non polar.Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana
lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan
es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah
juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan
emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya
emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya
sebagai penstabil emulsi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi sediaan emulsi?
2. Bagaimanakah tipe-tipe sediaan emulsi?
3. Apakah komponen-komponen sediaan emulsi?
C. Tujuan Makalah
1. untuk mengetahui definisi emulsi
2. mahasiswa mampu mengetahui pembagian tipe-tipe emulsi
3. untuk mengetahui komponen-komponen sediaan emulsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Dasar Teori
a. Definisi Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat,terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok (Depkes,1979).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi kedalam
kedalam cairan lain dalam benuk tetesan kecil (Depkes,1995).
Emulsi adalah suatusediaan yang engandung dua zat cair yang tidak mau
campur,biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain.Dispersi ini tidak stabil,butir-butir ini akan bergabung
(koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.Flavor dan
pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam
kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.Emulgator merupakan komponen
yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil (Anief,1993)
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi,fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainya,umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi ,fase cairan terdispersi
disebut fase dalam,sedangkan fase cairan pembayanya disebut fase luar.Jika fase
dalam berupa minyak atau larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau
larutan,maka emulsi disebut emulsi minyak-air,sedangkan sebaliknya emulsi disebut
air-minyak (Depkes,1978).
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur.Dalam batasan emulsi,fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan
medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.Emulsi yang mempunyai fase
dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air tapi sebaliknya
emulsi yang memiliki fase dalam air dan fase luar adalah minyak disebut emulsi air
dalam minyak(Ansel,1985).
Emulsi atau emulsions adalah sistem disperse kasar yang solid termodinamik
tidak stabil,terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama
lain.Dimana cairan yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk
memantapkannya diperlukan penambahan emulgator(voight,1994)
Oleh karena itu,dari cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain.Yang
satu terdistribusi kedalam yang lain dipertahankan untuk melayang.Maka garis tengah
tetesan cairan yang terdistribusi sangat penting untuk mengkarakterisasikan sebuah
emulsi.(Voight,1994)
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan) disekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinnya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebgai fase terpisah (Anief,1997)
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang
tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-
tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase
yang terdiri dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak
tercampurkan.(Martin,1971)
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2
cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai
globul.(Jenkins,1957)

b. Tipe Emulsi

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes
minyak terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan
fase ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu
(Anief,1993).
Emulsi yang memliki fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”.Sebaliknya emulsi
yang mempunya fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak
dan dikenal sebaga emulsi “A/M”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinu,suatu emulsi minyak dalam air bias diencerkan atau ditambah dengan air atau
suatu preparat dalam air (Ansel,1985).
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama
lainya,dimana yang satu menunjukkan karakter hidrofil,yang lain lipofil.Hidrofil
(lipofod) umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat tercampur dengan air.
Sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofod) adalah lemak mineral atau minyak
tumbuhan atau lemak (minyak lemak,paraffin,lilin,lemak coklat,malam bulu domba)
atau juga bahan pelarut lipofil kloroform,benzene dan sebagainya (Voight,1994)
Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,apakah fase
hidrofil yang terdispersi kedalam fase hidrofod,ataukah fase hidrofod kedalam fase
hidrofil.dengan demikian dapat dhasilkan dua macam emulsi yang berbeda.Yaitu
yang dinyatakan sebagai emulsi ar dalam minyak ‘’A/M’’ atau emulsi minyak dalam
air “M/A’’.(Voight,1994)
Jenis emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana.Sistem emulsi
ganda akan diperoleh apabila didalam bola-bola emulsi yang terbentuk terdapat lagi
bola-bola dari fase lainya.Sistem semacam ini dikatakan sebagai emulsi A/M/A atau
emulsi M/A/M.Komponen-komponen yang terdistribusi didalam sebuah
emulsi,dikatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam atau fase
terb9uka.Komponen-komponen yang mengandung cairan terdispersi,dinyatakan
sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau fase tertutup.(Voight,1994)
Untuk emulsi yang diberika secara oral,tipe emulsi yang diberikan adalah
minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut
mempunyai rasa yag lebih enak walaupun sebenarnya diberikan minyak yang tidak
enak rasanya,dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa
airnya,sehingga mudah dimakan atau ditelan sampai ke lambung.Ukuran partikel
yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar
lebih cepat dicerna dn lebih mudah diabsorpsi,atau jka bukan dimaksudkan untuk
itu,tugasnya juga akan lebih efektif,msalnya meningkatkan efikasi minyak mineral
sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi.(Ansel,1985)
Emulsi yang dipakai pada kulit atau sebagai obat luar bias dibuat sebagai
emulsi A/M atau emulsi M/A,tergantung pada berbagai factor seperti sifat zat
terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi,keinginan untuk mendapatkan efek
amolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut,dan keadaan kulit.Zat obat yang
mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang
mengalami kontak langsung dengan kulit.Tentu saja dapat bercampurnya dan
kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat
yang diemulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada sifatnya yang
meramalkan fase emulsi yang dihasilkan.Pada kulit yang tidak luka,suatu emulsi air
dalam minyak biasanya dapat digunakan lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu
lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini mudah dibasahi oleh minyak dari pada oleh
air.Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit,karena ia mencegah
mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air.Sealiknya apabila diinginkan
preparat yang mudah di hilangkan dari kulit dengan air,digunakan suatu emulsi
minyak dalam air(Ansel,1985).
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu, maka
emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase kontinu, emulsi
merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-
kadang berubah menjadi emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).Dua tipe emulsi
tambahan yang digolongkan sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli
kimia. Secara keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan
karakteristik minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam
air (A/M/A) (Lachman,1994)
Ketika air terdispersikan atau menjadi fase internal (fase dalam) emulsi
disebut air dalam minyak (W/o) emulsi. Dalam minyak ketika medium dispersi atau
fase eksternal.Sistem yang mengandung sedikit dari 25% air umumnya emulsi w/o.
kadang-kadang, lebih kecil dari 10% air akan dipastikan emulsi w/o.Ukuran partikel
dari fase dispersi umumnya 0,05 µ atau lebih kecil.(Martin,1971)
c. Komponen emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri
atas:
a. Fase dispers/ fase internal / fase discontinue yaitu zat cair yang terbagi-bagi atau
butiran kecil kedalam zat cair lain.
b. Fase continue / fase external / fase luar yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
d. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Menurut scovilles halaman 318 emulgator terbagi menjadi:
1. Emulgator alam dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
a. Berasal dari tumbuhan
 Karbohidrat,Gum dan bahan-bahan mucilago cocok untuk digunakan
dalam emulsi farmasetik. Mereka mempunyai kemampuan mengemulsi
banyak substansi secara murni dan menghasilkan emulsi yang Bisaanya
bekerja baik jika dilindungi dari fermentasi dengan pengawet. Namun
demikian, alkali, sodium borat, caitan alkohol dan garam metalik harus
ditambahkan ke dalam gum sangat kationik dan encer, mencegah
pemecahan karbohidrat yang banyak digunakan adalah akasia, tragakan,
agar, chondrus, dextrum, malt ekstrak dan pektin membentuk minyak
dalam air
b. Berasal dari hewan
 Protein
 Gelatin mengemulsi cairan petrolatum dengan lebih mudah dibanding
minyak lain dan membuat suatu sediaan yang sangat putih dan lembut
serta rasa yang enak. Protein juga membentuk emulsi yang jika digunakan
dalam konsentrasi rendah.Kerugian : Emulsi gelatin sulit dijaga dari
kerusakan yang membatasi nilainya
 Kuning telur Keuntungan Emulsi yang dibuat dengan kuning telur, stabil
dengan asam dan garam. Jika kuning telur cukup segar, dapat membentuk
emulsi yang creaming yang menunjukkan sedikit kecenderungan untuk
memisah.Kerugian Jika digunakan kuning telur, emulsi dapat membentuk
koalesens dan dapat terwarnai lebih dalam
 Albumin atau putih telur Keuntungan Serbuk putih telur lebih efektif dari
pada putih telur segar karena lebih kental. Kerugian Diendapakan oleh
banyak bahan.
 Kasein Protein dan susu telah digunakan sebagai bahan pengemulsi tapi
tidak memiliki keuntungan di bandingkan akasia dan kurang stabil
daripada akasia, tidak digunakan untuk tujuan berarti
c. Lain – lain
 Sabun dan Basa Keuntungan Sering digunakan dalam dermatologi untuk
penggunaan luar. Sabun adalah emulgator yang lebih kuat khususnya sabun
lembut sebagai bahan yang mengurangi tegangan permukaan dari air
Kerugian Menghasilkan sediaan yang tidak bercampur dengan asam
dengan berbagai tipe.
 Alkohol
1. Padatan yang terbagi merata, Bagian emulgator ini membentuk lapisan
khusus disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi yang
meskipun berbutr kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat
menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator dari efek yang
ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus
2. Emulgator sintetik
 Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-) Contoh : Na,
K dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut
dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi
ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan
 Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan
(+). Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan
emulsi antiinfeksi seperti ini pada lotion kulit dan krem
 Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul
antara hidrofik dan lipofilik
2. Komponen Tambahan
Menurut buku scovile’s zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

1. Pengawet,Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang disimpan untuk


mencegah proses pembusukan protein dan proses fermentasi pada gum dan struktur
sekalian agar efektif, pengawet harus larut dalam fase air emulsi dimana ia dapat
menggunakan aksi perlindungannya alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12 persen
sering digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat 0,2%. Kadang-kadang digunakan
tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi berzoat dalam konsentasi 0,1
– 0,2 persen telah digunakan tapi penggunaannya dapat dibahasi oleh karena
kekuatannya dalam air besar. komponen amonium kuarter dari konsentrasi 0,05 – 0,1
persen telah memberikan komponennya sebagai pengawet untuk buatan gelatin dan
sukrosa. Minyak menguap digunakan sebagai pengaroma yang cenderung bekerja
sebagai penjawab. Tidak sedikit emulsi yang khusus positif untuk berubah atau
dijaga untuk beberapa waktu. Akasia mengandung enzim oksidatif yang cenderung
untuk merusak vitamin A dalam emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim
dapat siap diinaktifkan dengan pemanasan akasia mucilogo untuk beberapa menit
noda rat 100oc.
2. Pengaroma, dibutuhkan untuk membuat emulsi enak dengan pertimbangan
dibutuhkan dalam penggunanya. Formulasion natural, memberikan sejumlah
campuran asumotik yang digunakan dengan efek yang baik. aroma dan rasa tajam
tidak menyebar pada minyak sebab pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati
ikan, ekstrat kering atau ekstrak glicynzhea yang diperoleh dari cengkeh atau mint
yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif. Dalam beberapa
fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5 persen minyak menguap cukup
untuk mengaroma emulsi. Semua pengaroma membutuhkan bahan pertonis untuk
membuatnya lebih berasa enak sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk tujuan ini,
dan alirerin juga mempunyai sifat sebagai pemanis. Namun demikian bahan-bahan
harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan lebih baik dan tidak menutupi
rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi di beberapa bahan ini tidak.
3. Pewarna,Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap. Ini
dikarenakan oleh perbedaan refleksi cahaya yang diberikan oleh minyak dan air, juga
karena larutan gelap atau suspensi dari emulagator yang juga berwarna gelap. Jika
larutan dari bahan-bahan jernih dan minyak dan air dapat menerangi pada refleksi
yang sama, emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula yang cukup untuk
menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama terhadap minyak emulsi
yang transparan dimana pertimbangannya mengandung jumlah minyak

Menurut fornas edisi II zat tambahan pada emulsi terdiri dari:


1. Zat pengawet,dapat digunakan metil paraben,propel paraben,campuran metal paraben
dan propil paraben,asam sorbet,atau zat pengawet lain yang cocok.
2. Zat antioksi dan dapat digunakan butilhidroksanisol,butilhidrositoluen,propel
galat,asam sitrat atau antioksidan lain yang cocok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur,
biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain.Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat
dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang
biasanya merupakan zat seperti putih telur.
 Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak
terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase
ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase
kontinu.Komponen emulsi ada dua yaitu komponen dasar yang terdiri dari fase
dispers,fase kotinue,dan emulgator,dan kompnen tambahan terdiri dari
pengawet,pewarna,pengaroma,dan antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh.1993.Farmasetika.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

Anief,Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

Ansel,c howard.1985.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Universitas


Indonesia:Jakarta

Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen kesehatan RI:Jakarta

Depkes,1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Ri:Jakarta

Depkes.1978.Formularium Nasional Edisi II.Departemen Kesehatan RI:Jakarta

Jenkins,Glenn L.1957.Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition.The McGraw-Hill


Book Company : USA

Lachman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Universitas Indonesia:
Jakarta

Martin,W.1971.Dispending of Medication 7th edition.Marck Publishing Company: USA

Voight,R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Universitas Gajah


Mada:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai