DAERAH
DISUSUN OLEH :
Kelompok I
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana
kerja untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata
budget yang digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa
Perancis yaitu bouge atau bougette yang berarti “tas” di pinggang yang terbuat dari
kulit, yang kemudian di Inggris kata budget ini berkembang artinya menjadi tempat
surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas tersebut dipergunakan oleh Menteri
anggaran disebut begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda kuno yakni groten
Belanja” dipakai secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam
Kebijakan fiskal daerah (yang dilakukan melalui kebijakan transfer ke daerah), di sisi
lain kebijakan fiskal daerah juga dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan makro
2
nasional. Dengan demikian, agar kebijakan fiskal daerah tetap sejalan dan
kesuksesan pembangunan daerah. Ini berarti kedua aspek tersebut sangat penting
dan perlu bersinergi guna mewujudkan visi dan misi pemerintahan daerah.
pembangunan daerah yang kaya interaksi sosial yang sarat dengan berbagai
kepentingan, baik politik, budaya maupun agama. Hal ini menandakan aspek
daerah.
daerah merupakan cermin dari efektifitas pengelolaan keuangan daerah yang baik
keserasian antara pusat dan daerah serta antar daerah. Hal yang dapat mewujudkan
keadaan tersebut salah satunya apabila kegiatan APBD dilakukan dengan baik.
3
pendekatan kinerja, maka reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan
struktur APBD, namun juga diikuti dengan perubahan proses penyusunan anggaran.
APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan daerah dalam rangka melaksanakan
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
pemerintah saat ini, maka setiap alokasi APBD harus disesuaikan dengan tingkat
pelayanan yang akan dicapai. Sehingga kinerja pemerintah daerah dapat diukur
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dikutip dari buku
aturan yang memadai. Sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah
sampai pusat selama ini juga belum memiliki landasan aturan yang bersifat mengikat.
Haluan Negara) yang selama ini dijadikan landasan dalam perencanaan, membawa
pembangunan nasional yang bersifat sistematis dan harmonis. Hal inilah yang
5
(tiga) paket undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
1. Bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan anggaran, sehingga program kerja dan kegiatan yang
direncanakan akan sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia.
Oleh karena itu perencanaan jangka menengah daerah harus dilengkapi
dengan dokumen perencanaan pembiayaan jangka menengah atau medium
term expenditure framework (MTEF).
2. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga, dan kantor
melaksanakan program kerja dan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi
masing-masing instansi/lembaga ditiap tingkat pemerintahan.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dikelola berdasarkan
prestasi kerja/anggaran kinerja, yang berarti program kerja dan kegiatan yang
dilaksanakan dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara jelas dan
terukur, apa output dan outcome-nya.
utama yaitu :
6
1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem
memakai pendekatan :
(stakeholders).
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye,
7
c) JENIS-JENIS PERENCANAAN DAERAH
daerah yang ditetapkan pada RPJPD Provinsi sesuai kondisi dan karakteristik
8
Gambar 2.1
Alur Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun,
sesuai masa bakti kepala daerah terpilih. RPJMD disusun berdasarkan visi,
misi, dan program kepala daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan
disusun oleh daerah yang telah memiliki kepala daerah hasil pemilihan
sebagai berikut:
9
RPJMD Provinsi berpedoman pada RPJPD Provinsi serta
yang ingin dicapai daerah pada akhir periode rencana secara terukur. Sasaran
10
dari satu atau beberapa program, dan setiap program terdiri dari beberapa
dengan sasaran hasil pembangunan satu tahun setelah periode 5 tahun kepala
11
3. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD)
Pelayanan Minimal, dengan materi dan substansi utama memuat visi, misi,
12
(APBD). Dokumen RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan
hasil yang ingin dicapai pada akhir periode pembangunan jangka menengah.
yang dilaksanakan oleh SKPD, beserta sasaran (indikator) hasil dan keluaran
yang akan dicapai pada akhir tahun rencana berdasarkan SPM, maupun
perundangan-undangan.
13
Pendekatan baru tersebut mencakup 3 (tiga) hal:
1. RKPD Provinsi
penjabaran RPJMD
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan berdasarkan
14
meningkatkan capaian kinerja pelayanan masyarakat yang sudah dicapai oleh
SKPD yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD menjadi dasar
dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah
(RKA-SKPD).
Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette
(Perancis) yang berarti ”sebuah tas kecil”. Anggaran dalam arti luas meliputi jangka
15
waktu anggaran direncanakan, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Anggaran
dalam arti sempit meliputi rencana penerimaan dan pengeluaran dalam satu tahun
keuangan yang terbatas untuk pembiayaan belanja organisasi yang cenderung tidak
terbatas.
(biasanya dalam periode tahunan) yang berisi program dan kegiatan dan jumlah dana
b) Karakteristik Anggaran
16
Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif
Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund)
Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif
Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multitahunan.
Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan
dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate
pendapatan dan overestimate pengeluaran.
Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
Diketahui Publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
17
Anggaran sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan
sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan, (b)
disusun, dan (d) Menentukan indicator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan
18
pemerintah. Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sector public
suatu varians; d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk athun
berikutnya.
ekonomi.
19
bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih merupakanalat politik
Communication Tool)
Tool)
20
Anggaran sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah
yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok lain yang tidak
pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka
mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan
21
ANGGARAN KINERJA
Anggaran dengan pendekatan kinerja menekankan pada konsep value for money
dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk coba
kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik.
prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena
anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan
pada pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini
dominasi pemerintah akan dapat diawasi, dan dikendalikan melalui Internal cost
awareness, audit keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan
kata lain, pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien.
Selain didorong untuk menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah juga dituntut
untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai
tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolok ukur sebagai standar
kinerja.
22
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan dan sasaran program, Penerapan sistem anggaran kinerja dalam
mencakup pula penentuan unit kerja yang bersasaran tanggung jawab atas
dan line-item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base). Penyusunan
tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya
dengan tingkat inflasi atau jumlah penduduk atau factor lainnya. ZBB tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun
penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah
proses anggaran dimulai dan hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah
tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dan
23
PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)
penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi riil output dan
tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis
keuangan yang ada (cost and benefit analysis). Sistem anggaran PPBS tidak
tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokas i sumber daya secara lebih
baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas
manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. PPBS
harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi.
24
keterkaitan antara sumber daya yang dimiliki dengan aktivitas yang akan di lakukan
kerangka bangunan dan desain sistem PPBS. Analisis program terkait dengan
kegiatan mengenai biaya dan manfaat dari masing-masing program sehingga dapat
informasi yang canggih agar dapat memonitor kemajuan dalam pencapaian tujuan
(manfaat) program bukan sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan. Teknik
terhadap tahun anggaran yang akan datang karena PPBS berorientasi pada masa
setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan masyarakat
keadilan dalam menyediakan barang dan jasa public melalui proses pemrioritasan. 3.
25
Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja. 4. Meningkatkan
dan target yang hendak dicapai 2. Ketersediaan sumber daya (factor-faktor produksi
yang dimiliki pemerintah) 3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan
peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan social dan politik,
aspek, yaitu aspek penganggaran, aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek
disbursements) atas dana pada saat anggaran dilaksanakan. Kedua aspek tersebut
dianggap penting dalam manajemen keuangan publik. Namun, diantara kedua aspek
tersebut aspek penganggaran dianggap sebagai isu sentral bila dipandang dari sisi
waktu. Kalau aspek akuntansi lebih bersifat “retrospective” (pencatatan masa lalu),
(perencanaan masa yang akan datang). Karena aspek penganggaran dianggap sebagai
isu sentral, maka para manajer public perlu mengetahui prinsip-prinsip pokok yang
26
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah; 2. Pengalokasian dana
meliputi: 1. Bagi hasil pajak dan non-pajak antara pemerintahan daerah provinsi dan
keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusat kepada daerah dan didukung
pendanaan daerah melalui transfer masih lebih mendominasi (untuk saat ini). Sesuai
esensi otonomi daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari APBN berbentuk
block grants (bebas digunakan oleh daerah). Block grants juga didukung dengan
melalui penguatan local taxing power dan transfer diupayakan terus meningkat dari
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
27
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sistem
nasional. Kebijakan fiskal daerah harus sejalan dan mendukung dengan keempat
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dimulai dari proses
penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi serta arah pembangunan daerah
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas
uraian dan penjabaran mengenai visi, misi dan program kepala daerah dengan
28
memperhatikan RPJP Daerah dan RPJM Nasional dengan memuat hal-hal tentang
daerah, program serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam renstra dengan acuan
kerangka pagu indikatif. RPJM Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah paling
Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 19 ayat (3). Setelah itu dilanjutkan dengan penetapan
RKPD yang ditetapkan setiap tahunnya bedasarkaan acuan RPJMD, renstra, renja dan
penyusunan APBD. Proses perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah sampai
dengan RKP Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2005 berada di
BAPPEDA.
29
Sementara berdasarkan RKPD dengan memperhatikan Peraturan Menteri Dalam
Setelah KUA dan PPAS disepakati dalam nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan
Pimpinan DPRD maka kepala Daerah menyusun surat edaran perihal pedoman
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya memuat rencana
untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan,
belanja,. dan pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA SKPD
dan RKA PPKD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 41
ayat (1) menyatakan “RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) disampaikan kepada PPKD” dan ayat
(2) “RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas oleh tim
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah tim yang dibentuk
dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang
rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah,
PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan. Proses selanjutnya adalah
daerah dan rancangan peraturan kepala daerah untuk disampaikan ke DPRD dan
30
selanjutnya dibahas serta disepakati bersama yang dituangkan dalam nota
kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan DPRD. Setelah rancangan peraturan
Gubernur untuk mendapat persetujuan, tata cara evaluasi dan lainnya telah diatur
Hal yang perlu kita pahami adalah bagaimana mekanisme proses penyusunan
Daerah untuk memahami hal-hal seperti ini masih menggunakan kebiasaan lama
sehingga aturan yang telah ditetapkan sering kali tidak dilaksanakan. Karena proses
penyusunan anggaran tetap dilakukan audit oleh BPKP maupun BPK mengenai
mekanisme penganggaran, karena apabila terjadi sesuatu hal dikemudian hari bisa
menjelaskan secara detail. Jangan aturan yang sudah ada tidak kita laksanakan dan
aturan yang tidak ada kita ada-adakan. Untuk lebih lengkapnya proses penyusunan
Pada gambar dibawah dapat kita lihat proses perencanaan dan pengangaran
daerah secara buttom–up yang dimulai dari musrenbang desa/kelurahan pada bulan
Januari dimana tahapan ini merupakan salah satu sarana bagi masyarakat untuk
31
Penyusunan Renja SKPD Kab/Kota dan Musrenbang Kab/Kota di bulan Maret.
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Setelah RKPD ditetapkan maka akan dibahas dan
dibuat kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) antara Kepala Daerah (KDH)
dengan DPR di bulan Juni. Dan di bulan berikutnya dilakukan pembahasan dan
kesepakatan Prioritas dan Plafon Anggaran antara KDH dan DPRD. Setelah tahapan
pembahasan dan kesepakatan dilalui maka dapat di susun Rencana Kerja dan
sehingga Perda APBD tersebut dapat di tetapkan. Dan kemudian barulah di awal
32
Alur Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD yang memuat visi, misi dan
program kepala daerah. Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan
SKPD sebagai masukan. Kemudian Renstra akan dijabarkan dalam bentuk Rencana
maka selanjutnya akan ditetapkan RKPD yang ditetapkan setiap tahunnya dengan
tetap mengacu pada RPJMD. Berdasarkan RKPD tersebut maka Kepala Daerah dan
DPRD membahas dan menetapkan KUA dan PPAS yang apabila sudah disepakati
33
rancangan/berpedoman pada Renja-SKPD dan Bappeda sebagai koordinatornya.
Dengan dibuatnya RKA-SKPD maka juga akan terbentuk RABPD. Dimana apabila
RAPBD ini sudah di sahkan maka akan terbentuk APBD. Ketika APBD sudah di sah
kan maka akan dijabarkan dalam bentuk Penjabaran APBD dan DPA SKPD. Dan
kegiatan pun bisa dijalankan ketika DPA sudah diterima oleh SKPD.
merupakan proses yang terintegrasi, oleh karenanya output dari perencanaan adalah
penganggaran daerah.
selama ini juga belum memiliki landasan aturan yang bersifat mengikat.
34
Haluan Negara) yang selama ini dijadikan landasan dalam perencanaan, membawa
pembangunan nasional yang bersifat sistematis dan harmonis. Hal inilah yang
1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, cukup banyak permasalahan yang muncul terhadap
implementasi kebijakan ini. Berdasarkan hal ini, pemerintah pusat melakukan revisi
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Anehnya, dalam kedua kebijakan ini,
juga mengatur hal yang berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran di daerah.
hanya terbatas pada perencanaan tahunan yang meliputi RKPD dan Renja-SKPD,
keempat undang-undang tersebut, ini berarti bahwa daerah dalam melakukan proses
35
perencanaan dan penganggaran harus mengacu keempat undang-undang ini. Tidak
yang sama kuat ini dapat menimbulkan kerancuan terhadap penafsirannya dan multi-
saling terkait. Berdasarkan hal inilah perlu kiranya dilakukan kajian kebijakan secara
dilikuidasi oleh lahirnya UU 17/2003 yang salah satunya memperkuat peran Depkeu.
Jika ini yang terjadi, maka kebijakan yang dilahirkan tidaklah berdasarkan kebutuhan
(Bappenas) Vs Lapangan Banteng (Depkeu)”. Terlepas dari hal ini, perlu melihat
36
Perencanaan jangka panjang atau RPJPD dengan periode 20 tahunan memuat
visi, misi dan arah pembangunan daerah. Berangkat dari pengalaman orde baru,
terwujud tahapan tinggal landas di negara kita. RPJPD sebagai pedoman dalam
penyusunan RPJMD, secara tidak langsung membatasi kampanye visi, misi dan
program calon-calon kepala daerah yang turun dalam pilkada langsung, mengingat
RPJMD ini merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah terpilih.
Artinya, para calon kepala daerah dalam berkampanye menyampaikan visi-misi dan
programnya tidak boleh terlepas dari RPJP daerah. Bayangkan jika, ada 5 calon
kepala daerah, maka akan terjadi perebutan isu yang ada dalam RPJPD. Disamping
itu perencanaan jangka panjang juga memiliki landasan hukum yang lemah. Baik
RPJP nasional maupun daerah yang ditetapkan dengan undang-undang atau perda,
dapat saja berubah atau diganti, seiring dengan pergantian pemerintahan nasional
maupun daerah. Akibatnya, RPJPD bisa saja terus dirubah pada saat pergantian
tahunan.
tahunan sebagai penjabaran visi, misi dan program kepala daerah terpilih,
pertentangan antara RPJMD dengan RPJM nasional yang merupakan penjabaran visi,
37
misi dan arah pembangunan presiden terpilih. Misal, presiden terpilih dari Partai A
dengan ideologi X, sementara di daerah tertentu kepala daerah terpilih dari Partai B
tersebut. Disamping itu, perbedaan pelantikan antara presiden dengan kepala daerah
Artinya, RPJM nasional yang berasal dari presiden yang akan berakhir masa baktinya
dalam waktu 3 bulan, dijadikan acuan oleh kepala daerah yang baru dilantik dalam
dan program kepala daerah juga perlu memperhatikan RPJM nasional yang berasal
dari presiden dengan partai politik lain. Kaitannya, dengan UU 32/2004, terjadi
perbedaan dasar hukum dalam penetapan RPJMD, dimana dalam undang-undang ini
Kepala Daerah.
masyarakat. Namun, justru terjadi kontradiksi dalam penyusunan RKPD, karena tidak
pembangunan.
38
Selain itu, RKPD sebagai penjabaran RPJM daerah memiliki derajat hukum
lemah, karena hanya ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah, padahal RKPD ini
Daerah. Artinya, jika terjadi ketidaksinkronan antara RKPD dan APBD, maka yang
dijadikan acuan dan memiliki landasan aturan lebih kuat adalah APBD. Sepintas
karena dijadikan pedoman RKPD dalam penyusunan RAPBD. Namun, dari segi
(PPKD) yang mengusung arah kebijakan APBD yang juga tercantum dalam RKPD.
Kemungkinan, yang terjadi apabila kedua institusi ini tidak melakukan koordinasi
maka DPRD akan menerima dua RKPD dari institusi yang berbeda.
daerah yang diatur UU 25/2004 dan penganggaran daerah yang diatur UU 17/2003
dengan perencanaan dan penganggaran daerah, tetapi justru hal ini menimbulkan
dalam bentuk alur perencanaan dan penganggaran, justru prosesnya terputus atau
39
tidak terintegrasi antara perencanaan dan penganggaran. Berikut disajikan gambar
Dilihat dari alur di atas, RKPD terputus dengan proses penganggaran karena
tidak dijadikan acuan langsung dalam proses penyusunan APBD. Sementara dalam
undang-undang ini tidak dinyatakan Renja - SKPD yang harus mengacu pada RKPD,
40
perencanaan dan penganggaran sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 17/2003,
penyusunan APBD. Hal ini dapat dilihat hampir sebagian pasal dan ayat pada UU
makna hal yang sama. Dari kedua aturan yang memiliki kekuatan hukum yang sama
ini, 12 ayat menyatakan atau mengatur hal yang sama. Pada dasarnya, pencantuman
kembali aturan kedalam aturan yang lain tidaklah menjadi suatu masalah, namun
alangkah baiknya jika pengaturan hal yang sama cukup merujuk aturan yang
kreatifan dalam penyusunan undang-undang, yang dapat menjadi preseden buruk bagi
para aparat di daerah dalam penyusunan perda. Walaupun kedua aturan ini tidak jauh
sebagai berikut :
41
1. Pada UU 17/2003 dan UU 33/2004, Renja-SKPD disusun berdasarkan
4. Pada UU 32/2004, prioritas dan plafon yang telah ditetapkan kepala daerah
33/2004, prioritas dan plafon sementara yang dibahas DPRD dengan Pemda
6. Pada UU 17/ 2003, hak DPRD untuk mengajukan usul yang mengakibatkan
42
tidak disetujui. Sedangkan pada UU 33/2004 dan UU 32/2004 tidak
dari kebijakan ini adalah pemerintah daerah mengalami kegamangan aturan yang
daerah serta pada saat implementasi pembangunan. Bahkan, korupsi di daerah akan
keuangan DPRD ketika PP 110 Tahun 2000 dibatalkan, serta menjebloskan anggota
DPRD di berbagai daerah. Lebih parah, dapat terjadi stagnasi perencanaan dan
dan akhirnya rakyat pula yang menjadi korban yang paling dirugikan.
43
BAB III
KESIMPULAN
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
nasional. Kebijakan fiskal daerah harus sejalan dan mendukung dengan keempat
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: (1) sebagai alat
perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat
koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat
44
menciptakan ruang publik. Saat ini penganggaran sektor publik mengadopsi
prioritas, analisis total cost dan benefit, termasuk opportunity cost; berorientasi
output, dan outcome (value for money), bukan sekedar input dan adanya pengawasan
45
DAFTAR PUSTAKA
46