Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHLUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra. Perubahan persepsi sensori merupakan gejala umm
dari skizofrenia dan termasuk dalam gangguan orientasi realita yaitu ketidakmampuan klien
menilai dan berespon pada realita. Klien tidak mampu membedakan rangsang internal dan
eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyatan. Klien tidak mampu memberi respon
secara tepat sehingga tampak prilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat,
2005)
Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang diprakarsai secara internal
dan eksternal disertai dengan pengurangan, melebih-lebihkan, distorsi atau kelainan berespon
terhadap stimulus. (Stuart dan Sundeen, 2006)
Menurut Wilson (2005), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indra
tanpa adanya rangsangan dari luar yang terjadi pada sistem pengindraan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh atau tidak. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh dirinya sendiri dan tidak dapat dibuktikan oleh orang lain.

B. ETIOLOGI
 Faktor Predisposisi
1. Factor genetik
2. Factor psikologis (menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan
putus asa)
3. Factor komunikasi dalam keluarga (komunikasi tertutup, tidak ada
komunikasi, tidak ada kehangatan, orang tua yang membandingkan anak-
anaknya)
 Factor Presipitasi
1. Factor sosial budaya (kehilangan orang-orang yang dicintai dan
lingkungan)
2. Factor biokimia (stress yang mengaibatkan lepasnya dopamine atau zat
halusinogenik yang menyebabkan terjadinya halusinasi)
3. Factor psikologis (tidak mampu mengatasi masalah atau kegagalan hidup)

C. RESPON NEUROBIOLOGIS
Rentang respon neurobiologist dari keadaan respon persepsi adaptif sehingga keadaan
persepsi maladaptive, dapat dilihat pada gambar rentang respon seperti dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif


 Pemikiran logis - Distorsi Pikiran - Kelainan pikiran/delusi
 Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
 Emosi konsisten - Reaksi Emosional - Ketidakmampuan
Dengan pengalaman berlebihan/kurang mengalami emosi
 Perilaku sesuai - Perilaku ganjil/tak lazim - Ketidakberaturan
 Hubungan social - Menarik diri - Isolasi social

D. PATOFISIOLOGI
Halusinasi yang dialami oleh klien bias berbeda intensitasnya dan keparahannya. Stuart dan
laraia (2001) membagi fase halusinasinya dalam 4 (empat) fase berdasarkan tingkat ansietas
yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya, semakin berat fase halusinasi klien,
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase
halusinasi (Stuart dan Laraia, 2001:421)
a) Fase I Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
1. Karakteristik
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa bersalah,
takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Individu mengawali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori
berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani non psikotik.
2. Perilaku Klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik sendiri,
diam dan asyik sendiri.
b) Fase II Condeming (ansietas berat: halusinasi menjadi menjijikkan)
1. Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori
dan menarik diri orang lain. Psikotik ringan.
2. Perilaku Klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, rentang perhatian
menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi realita.
c) Fase III Kontroling (ansietas berat : pengalaman sensori menjadi berkuasa)
1. Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien mungkin mengalami
kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Psikotik.
2. Perilaku Klien
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan
dengan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit,
adanya tanda-tanda fisik ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti perintah.
d) Fase IV : Conquering (panic : umumnya menjadi melebur dengan halusinasinya)
1. Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi berakhir dalam beberapa jam/hari jika tidak ada
intervensi terapeutik. Psikotik berat.
2. Perilaku Klien
Perilaku terror akibat panic, potensi kuat suicide atau nomicicle, aktifitas fisik
merefleksikan isi halusinasi seperti prilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatunia, tidak mampu berespon terhadap perintah komplek.

E. JENIS HALUSINASI
Wilson dan Kneis (1988 hal 406) membagi halusinasi sebagai berikut :
a. Halusinasi dengar (akustik,audotorik)
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan atau
mengancam dirinya pada hal tidak ada suara disekitarnya. Halusinasi dengar sering
terjadi pada skizofrenia.
b. Halusinasi lihat (visual)
Individu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada. Halusinasi
lihat sering terjadi pada gangguan mental organic. (acut organic brain syndrome)
c. Halusinasi bau atau hirup (olpaktorius)
Halusinasi ini jarang ditemukan, individu mengalami halusinasi bau mengatakan
mencium bau-bauan seperti : bau bunga, bau kemenyan, bau mayat yang tidak ada
sebenarnya.
d. Halusinasi kecap (gustatorik)
Individu merasa mengecap suatu rasa dimulutnya. Halusinasi ini sering terjadi pada
seizure disorders.
e. Halusinasi raba/singgungan (taktil)
Individu yang bersangkutan merasa binatang merayap pada tubuhnya. Bila rabaan ini
merupakan rangsangan seksual maka disebut halusinasi haptik.
f. Halusinasi chenes thetik
Individu merasakan fungsi tubuhnya seperti aliran darah di vena/arteri
g. Halusinasi kinestetik
Invididu merasakan pergerakan sementara individu berdiri tanpa bergerak.

F. TANDA DAN GEJALA


Berbicara kacau, senyum, tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang tidak
jelas dari mana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi wajah
tegang, dan tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakotrapi
a) Neuro leptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam 2 tahun bangkit.
b) Neuro leptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada
satu atau dua temples, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual/kelompok sangat membantu karena berhubungan
praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat.

H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar atau bentuk bayangan yang dilihat
klien, bila halusinasinya halusinasi pengelihatan. Begitu juga untuk pasien yang
menderita halusinsi bau,kecap,raba dan yang lainnya.
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan halusinasinya muncul,
berapa kali sehari, seminggu atau sebulan halusinasinya muncul dan perhatikan juga
saat klien mengalami halusinasi.
c. Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami
halusinasi dengan menanyakan kejadian yang dialami klien sebelum halusinasinya
muncul.
d. Respon klien
Adapun data yang didapatkan pada klien halusinasi :
a) Data Subjektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata,
tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian
dan konsentrasi, merasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasinya,
takut, panic.
b) Data Objektif
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau
dan tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak memperhatikan kebersihan
dirinya, ketakutan, gembira, klien tampak gelisah.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Budi Anna Keliat (1998), pohon masalah pada perubahan persepsi sensori sebagai
berikut :

Akibat Perilaku Kekerasan

Masalah Utama

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Penyebab

Isolasi Sosial: Menarik Diri


Adapun diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Gangguan Persepsi Sensori
2. Defisit Perawatan Diri
3. Isolasi Sosial: Menarik Diri

3.INTERVENSI
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan Persepsi Tujuan Umum : Setelah 1. Bina BHSP membuat
Sensori : Halusinasi 1. Klien tidak diberikan asuhan hubungan saling pasien merasa
mengalami keperawatan percaya dengan: nyaman dan
halusinasi lagi selama 2x - salam percaya terhadap
Tujuan Khusus : pertemuan terapeutik perawat.
1. Klien dapat selama 15 menit - perkenalkan
membina diharapkan : diri
hubungan 1. Klien dapat - jelaskan tujuan
saling percaya merasa interaksi
2. Klien dapat nyaman dan - ciptakan
mengenal percaya lingkungan
halusinasinya pada yang tenang
3. Klien dapat perawat - buat kontrak
mengontrol 2. Klien mau yang jelas
halusinasinya mengungka 2. Beri Membuat pasien
4. Klien pkan kesempatan merasa lebih
mendapatkan perasaannya klien untuk lega
dukungan pada mengungkap
dalam perawat kan
mengontrol 3. Keluarga perasaannya
halusinasinya dapat 3. Observasi Mengetahui apa
5. Klien dapat mendukung tingkah laku yang dialami
menggunakan klien untuk verbal dan pasien
obat dalam mengontrol non verbal
mengontrol halusinasiny yang
halusinasinya a berhubungan
4. Klien mau dengan
menggunaka halusinasinya
n obat 4. Diskusikan Membantu
dengan cara-cara pasien untuk
benar memutuskan menghentikan
halusinasi halusinasinya

5. Anjurkan Agar pasien mau


klien berinteraksi
mengikuti dengan orang
terapi lain
aktivitas
kelompok
6. Jelaskan pada Membantu
klien tanda- pasien mengenal
tanda halusinasinya
halusinasi
dengan
menggambar
kan tingkah
laku
halusinasi
NO Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Defisit Perawatan Diri Tujuan Umum : Setelah diberikan 1. Observasi Mengetahui
Klien mampu asuhan keadaan tingkat
melakukan keperawatan kebersihan kebersihan klien
perawatan diri selama 2x tubuh
dengan baik pertemuan selama pasien
sehingga 15 menit 2. Bantu klien Membuat klien
perawatan diri diharapkan : untuk mengetahui cara
adekuat 1. Kliendapat membersih membersihkan
Tujuan Khusus : menyebutkan kan dirinya diri
1. Klien mampu tanda-tanda
mengerti cara- kebersihan 3. Menjelaskan Menambah
cara 2. Klien mampu cara-cara pengetahuan
membersihkan menilai membersih klien
dirinya kebersihan kan diri
2. Klien mampu dirinya 4. Berikan Memotivasi
melakukan 3. Klien mampu pujian atas klien untuk
perawatan diri mendemonstras kemampua menjaga
dengan ikan cara n klien kebersihan
bantuan membersihkan menilai dirinya.
perawat diri dengan dirinya
3. Klien mampu benar 5. Dorong klien Mengetahui apa
melakukan 4. Klien mampu untuk yang dirasakan
perawatan diri melakukan mengungk klien
secara mandiri perawatan diri apkan
secara mandiri perasaanny
a setelah
melakukan
perawatan
diri
NO Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
3 Isolasi Sosial : Tujuan Umum : Setelah diberikan 1. Kaji Mengetahui
Menarik Diri Klien dapat asuhan asuhan pengetahuan tingkat
berhubungan keperawatan klien tentang pengetahuan
dengan orang lain selama 2x perilaku pasien tentang
secara bertahap. pertemuan selama menarik diri perilaku
Tujuan Khusus : 15 menit menarik diri
1. Klien mampu diharapkan : 2. Berikan pujian Memotivasi diri
membina 1. Klien mampu terhadap klien
hubungan menyebutkan kemampuan
saling percaya nama perawat, klien
2. Klien mampu dan mau mengungkap
mengenal duduk kan
prilaku bersama perasaannya
menarik diri 2. Klien mampu 3. Jelaskan pada Menambah
3. Klien mampu menyebutkan klien tentang pengetahuan
mengadakan penyebab perilaku klien tentang
hubungan klien menarik menarik diri perilaku
dengan orang diri menarik diri
lain 3. Klien mau 4. Diskusikan Agar pasien
4. Klien mampu berhubungan tentang mau
mengembangk dengan orang keuntungan berinteraksi
an lain dari dengan orang-
kemampuan berhubungan orang
berubungan dengan orang disekitarnya
dengan orang lain.
lain
4. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan disesuaikan
dengan rencana keperawatan dan kondisi klien

5. EVALUASI
Evaluasi yang ingin dicapai diantaranya :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien mulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
5. Klien mengerjakan aktivitas sehari-hari dan yang disenangi
6. Klien dapat berinteraksi di dalam kelompok
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmayanti Mukhripah, S.Kep.,Ns (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa : PT. Refika


Aditama.
2. Keliat, B.A. (2002). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta :
EGC
3. Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
4. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
5. Stuart. G.W. dan Sundeen, S.J. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Ruang Drupadi Mahasiswa


RSJ Bangli

(Ns. Ni Ketut Pariatni, S.Kep) (Ni Luh Kade Wiradani)


NIP: NIM: 12C10921

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

(Ns. I Nyoman Tripayana, S.Kep)


NIR:

Anda mungkin juga menyukai