Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP UMUM PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A
Mukhlis Fahrudin, M.si

DISUSUN OLEH :
Ayusta Maulana P. 12110020

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Kami juga bersyukur
atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
pengembangan kurikulum dengan judul “Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum”. Kami
mengakui bahwa dalam menyusun makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A ,selaku dosen pembimbing utama mata kuliah
pengembangan kurikulum di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Bapak Mukhlis Fahrudin, M.si ,selaku dosen pembimbing.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penididikan adalah sarana penting yang digunakan untuk mengembangkan potensi


manusia. Proses pendidikan pada saat ini sudah mendapatkan perhatian dari pihak
pemerintahan suatu negara secara langsung. Pemerintah berhak menentukan dan menetapkan
berbagai macam kebijakan yang akan diterapkan kepada segala macam unsur yang berkaitan
dengan pendidikan. Pendidikan dilaksanakan oleh berbagai macam lembaga, baik itu lembaga
yang didirikan oleh negara, oleh lembaga swasta, maupun oleh perseorangan. Lembaga
pendidikan tersebut tetap diwajibkan mengikuti berbagai macam regulasi yang ditetapkan oleh
pemerintah secara keseluruhan.

Salah satu komponen utama di dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu kurikulum.


Kurikulum berfungsi sebagai acuan utama pendidikan yang secara eksplisit memuat tujuan,
dan isi pendidikan secara universal. Kurikulum disusun berdasarkan dengan kondisi yang ada.
Kurikulum juga diharapkan mampu untuk menghasilkan hasil pendidikan (output proses
pendidikan) yang memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman.

Kemajuan zaman yang terjadi menuntut untuk pengembangan kualitas sumber


daya manusia dalam berbagai bidang. Untuk memenuhi tuntutan itulah, kurikulum harus
senantiasa di kembangkan sesuai dengan kebutuhan. Dalam penyusunan pengembangan
kurikulum terdapat beberapa prinsip umum yang harus terpenuhi, sehingga kurikulum baru
yang dihasilkan sesuai dengan kriteria kurikulum. Pada kesempatan kali ini, penulis akan
membahas mengenai definisi prinsip umum pengembangan kurikulum secara keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan prinsip umum pengembangan kurikulum?

2. Apa saja yang termasuk dalam prinsip umum pengembangan kurikulum?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami prinsip umum pengembangan kurikulum

2. Untuk memahami apa saja yang ada di dalam prinsip umum pengembangan
kurikulum.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum

Secara istilah, kurikulum adalah sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang


harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan
dapat dipertanggung jawabkan. Para ahli mengartikan kurikulum itu yaitu1:

1. Menurut Nasution, Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk


melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau
jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk
seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
4. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah
dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini.
Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
5. Frank Bobbit 1918, Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang
tak terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau
satu siri latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah
untuk melengkap dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau
menekankan kepada pemupukan perkembangan individu melalui segala
pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk
menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara luas tidak
hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang

1. Prof. Dr. S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2014. Hal. 34
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian
ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjukkan pada sesuatu yang mendasar, harus
diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada
atau terjadi pada situasi dan kondisi serupa. Ini berarti bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang
sangat penting dalam kaitanya dengan keberadaan sesuatu2.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip dapat diartikan sebagai: (1) asas
(kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); (2) dasar. Secara
gramatikal prinsip bararti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian di atas tersirat
makna bahwa kata prinsip itu menunjukan pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus
diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada
atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Dari pengertian dan makna prinsip di atas,
terlihat bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan
keberadaan sesuatu. Dengan mengenali dan memperhatikan prinsip, maka akan bisa
menjadikan sesuatu itu kebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan tentang hakikat
yang dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses, dan bersifat memberikan rambu-
rambu aturan main yang jelas, yang harus diikuti untuk mencapai tujuan yang benar.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia
pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang3.
Dari uraian di atas, prinsip pengembangan kurikulum mengandung pengertian tentang
berbagai hal yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai hal yang
terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum, karena
dalam tahap perencanaan, prinsip-prinsip tersebut sangat penting dalam pengembangan
kurikulum. Namun demikian, tahap implementasi dan tahap evaluasi juga tetap menjadi tahap
yang penting dalam pengembangan kurikulum. Esensi dari pengembangan kurikulam adalah
proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-

2. Hamid S. Hasan, Evaluasi Kurikulum. Jakarta : P2LPTK, 1988. hal. 63


3. Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum, Bandung : Mandar Maju, 1990. Hal. 54
elemen kurikulum. Agar pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien,
maka dalam bekerjanya para pengembang harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
tersebut, para pengembang kurikulum akan dapat bekerja secara lebih terarah dan hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, adanya berbagai prinsip dalam kurikulum dan
pengembangannya merupakan suatu ciri bahwa kurikulum itu merupakan suatu area atau suatu
lapangan studi4.
Seseorang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efesien dengan cara
memahami suatu prinsip. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandungnya, baik
dalam input maupun outputnya, dan juga memiliki sifat memberikan rambu-rambu terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum merupakan berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam
menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum, terlebih dalam fase
perencanaan kurikulum. Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi,
analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum.

Sumber prinsip menunjukkan darimana asal muasal lahirnya suatu prinsip. Dari
berbagai literatur, ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum:

1. Data Empiris, data empiris menunjukkan yang terdokumentasi dan terbukti


efektif.

2. Data Eksperimen, data ini menunjuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data
penelitian merupakan data yang dipandang valid dan reliabel, sehingga tingkat
kebenarannya lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan
kurikulum.

3. Cerita/ legenda yang hidup dimasyarakat, data ini juga termasuk efektif untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks.

4. Akal Sehat, hal ini digunakan untuk mempertimbangkan dan penilaian terhadap
hasil penelitian yang didapat.

Dalam fakta kehidupan data yang diperoleh dari hasil penelitian itu sifatnya sangat
terbatas. Selain itu juga banyak data lainnya yang diperoleh dari bukan hasil penelitian yang
juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang

4. Ibid, hal. 68
kompleks,diantaranya yaitu adat atau kebiaaan yang ada di kehidupan masyarakat, dan hasil
pertimbangan pemikiran umum dengan intuisi atau akal sehat. Bahkan pada beberapa
kejadian, data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan setelah melalui proses
pertimbangan dan penilaian akal sehat.

Pada prinsipnya, empat jenis data diatas dapat digunakan atau dimanfaatkan bagi
kegiatan pengembangan kurikulum sebagai prinsip yang akan dijadikan pegangan.

Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan


Praktek (2004) menyebutkan beberapa sumber pengembangan kurikulum diantaranya
ialah5:
1. Kehidupan dan pekerjaan orang dewasa, di mana isi kurikulum disesuaikan
sebagai persiapan anak untuk menjalani kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
2. Budaya masyarakat, termasuk di dalamnya semua disiplin ilmu yang ada sebagai
pengetahuan ilmiah, nilai-nilai, perilaku, benda material dan unsur kebudayaan
lainnya.
3. Anak, sebagai pusat atau sumber kegiatan pembelajaran. Perhatian dalam
menyusun pengembangan kurikulum bukan sesuatu yang akan diberikan pada
anak tapi bagaimana potensi yang ada pada anak dapat dikembangkan secara
optimal.
4. Pengalaman penyusunan kurikulum sebelumnya, baik sesuatu yang negatif
maupun hasil evaluasi positif atas pelaksanaan kurikulum sebelumnya.
5. Tata nilai di masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan di
sekolah atau dalam pelaksanaan kurikulum.
Kekuasaan sosial-politik tertentu termasuk lembaga, arah kebijakan dan produk-
produk politik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum


Seperti halnya Wina Sanjaya, Nana Syaodih mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu6 :

5. Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Hal. 46
6. Ibid, Hal. 70
1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Kurikulum merupakan rel-nya
pendidikan yang membawa siswa menuju hidup yang sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di masyarakat serta membekali siswa supaya mempunyai afektif,
kognitif, dan psikomotor yang sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan harapan
masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Terdapat dua
macam prinsip relevansi, yaitu:
a. Relevansi internal
Relevansi internal merupakan prinsip pengembangan kurikulum yang
menyatakan bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian diantara
komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus
dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,
strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat
ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu
kurikulum.
b. Relevansi eksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan
proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan
dan tuntutan yang ada di masyarakat. Terdapat tiga macam relevansi
eksternal, yaitu:
i. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi
sosiologis). Proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum
hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa.
Contohnya: untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan
kehidupan di lingkungan kota, seperti heterogenitas penduduk dan
rambu-rambu lalu lintas, pelayanan-pelayanan publik dan lain
sebagainya.
ii. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun
dengan yang akan datang. Materi dari kurikulum harus sesuai
dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang dan sesuai
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga apa
yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan
siswa pada waktu yang akan datang. Contohnya: efek negatif dari
global warming yang menjadi isu internasional harus diajarkan di
sekolah, sehingga siswa dapat menghindari perbuatan-perbuatan
yang memicu terjadinya pemanasan global. Pada kehidupan
sekarang dan yang akan datang, penggunaan komputer dan internet
akan menjadi salah satu kebutuhan, maka siswa harus diajarkan
tentang bagaimana cara memanfaatkan komputer dan bagaimana
cara mendapatkan informasi dari internet.
iii. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan potensi
peserta didik (relevansi psikologis). Materi kurikulum yang
diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk
memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses
pengembangannya sebelum ditentukan materi kurikulum yang
bagaimana yang akan digunakan, perlu dilakukan studi atau survei
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, atau melakukan studi tentang
jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga atau
instansi.

2. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan. Apa yang
diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi
kenyataan yang ada. Oleh karena itu, kurikulum harus fleksibel. Prinsip
fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku, terutama
dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan
agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar bekang peserta didik. Kurikulum mempersiapkan anak
didik untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat
lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum harus dilihat dari dua sisi,
yaitu7 :

7. Tim Pengembang, Kurikulum dan Pembelajaran Bandung : FIP UPI, 2000. Hal. 88
i. Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang
gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai
dengan kondisi yang ada.
ii. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

3. Prinsip Kontinuitas (Berkesinambungan)


Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Prinsip kontinuitas yaitu adanya
kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga
antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Dalam penyusunan materi
pelajaran, perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi
pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi, dasar ilmu pengetahuannya telah
diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang
sebelumnya. Selain itu, prinsip ini juga berguna untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulangan materi pelajaran yang mengakibatkan program pengajaran tidak
efisien. Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu adanya
komunikasi dan kerja sama yang konstruktif antara para pengembang kurikulum
pada setiap jenjang pendidikan, baik pada jenjang sekolah dasar, jenjang SMP,
jenjang SMA/SMK, dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di tingkat
perguruan tinggi.

4. Prinsip Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip praktis ini juga disebut prinsip
efisiensi. Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang
ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip
efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dan biaya
yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki
tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Walaupun bagus
dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-
peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut
tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya,
alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.

5. Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi
pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Walaupun kurikulum tersebut harus
murah dan sederhana tetapi keberhasilan pencapaian tujuan tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan
merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan. Prinsip efektivitas mengusahakan agar kegiatan
pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa adanya kegiatan yang
mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, tujuan yang
ingin dicapai dari pengembangan kurikulum harus jelas. Kejelasan tujuan akan
mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi
serta model kurikulum apa yang akan digunakan serta akan mempermudah
dalam implementasi kurikulum itu sendiri.
Contoh penerapan prinsip efektivitas ini sebagai berikut: apabila guru
menetapkan dalam satu semester harus menyelesaikan sepuluh program
pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu
tersebut hanya dapat menyelesaikan enam program saja, berarti dapat dikatakan
bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif. Contoh lainnya: apabila
ditetapkan dalam satu semester siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat
dikatakan bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.8

8. Y. Suyitno, Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung : Tim MKDP Landasan Pendidikan UPI, 2007. Hal. 70
Pada literatur lainnya, Olivia, (1992 : 31-45) mengajukan sepuluh prinsip umum
pengembangan kurikulum. dalam hal ini, ia menggunakan istilah axioms, untuk mewakili
keragaman karakteristik tipe prinsip. Kesepuluh prinsip dari Olivia ini memberikan
gambaran yang lebih lanjut tentang hakikat keberadaan kurikulum dan proses
pengembangannya. Adapun kesepuluh prinsip tersebut ialah9 :
1. Perubahan Kurikulum adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, dan bahkan
diperlukan.
2. Kurikulum merupakan produk dari suatu masa.
3. Perubahan Kurikulum masa lalu sering terdaapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi pada masa kini.
4. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat perubahan pada
orang-orang atau masyarakat.
5. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok.
6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari
sekian alternative yang ada.
7. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak pernah berakhir.
8. Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif.
9. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan proses yang sistematis.
10. Pengembangan Kurikulum berangkat dari kurikulum yang ada.

Olivia menjelaskan bahwa sistem pendidikan termasuk kurikulum, semestinya


memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi pada masyarakat. Terjadinya
perubahan kurikulum merupakan suatu hal yang normal,bahkan perubahan kurikulum itu
diperlukan sebagai konsekuensi dari adanya perubahan lingkungan. Untuk itulah,
pengembang kurikulum memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan perbaikan
kurikulum yang sifatnya berkelanjutan, atau continuous improvement in curriculum.

9. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta :
RAjawali Press. 2012. Hal. 70
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah
awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang. Nana
Syaodih mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip Relevansi
2. Prinsip Fleksibilitas
3. Prinsip Kontinuitas
4. Prinsip Praktis
5. Prinsip Efektifitas

3.2 Saran
Dalam proses penulisan makalah ini tentunya akan ditemukan beberapa kekurangan
dan kesalahan. Untuk itulah penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari pembaca, guna penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik,Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Bandung : Mandar Maju.

Hasan, S. Hamid. 1988. Evaluasi Kurikulum. Jakarta : P2LPTK

Nasution, S. 2014. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara

Suyitno, Y. 2007. Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung : Tim MKDP Landasan

Pendidikan UPI

Syaodih, Nana. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Tim Pengembang, 2000. Kurikulum dan Pembelajaran Bandung : FIP UPI.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2012. Kurikulum dan Pembelajaran,

Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai