Bonggol Pisang Nangka
Bonggol Pisang Nangka
Abstrak—Pisang Nangka (Musa paradisiaca formatypicaatu) merupakan tanaman yang mudah tumbuh didaerah
tropik. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan buahnya saja yang dijadikan bahan pangan dengan berbagai
jenis olahan. Bonggol pisang yang setelah ditebang hanya dibiarkan menjadi limbah pertanian. Masyarakat kec. Dayun,
kab. Siak secara empiris telah memanfaatkan getah yang diperoleh dari bonggol pisang untuk mengobati pendarahan
usus, pendarahan akut, pendarahan pada wanita setelah bersalin dan pendarahan pada hidung (mimisan). Penelitian
terhadap tumbuhan family Musa telah banyak dilakukan dan umumnya tanaman pisang memiliki senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, tanin, dan saponin. Kandungan metabolit sekunder yang dimiliki batang pisang susu dan
pisang kepok yaitu flavonoid dan tanin. Penelitian terhadap pisang nangka masih sedikit dilakukan, untuk itu pada
penelitian ini dilakukan skrining uji fitokimia, aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan uji toksisitas
menggunakan metode BSLT terhadap ekstrak etanol M. paradisiaca formatypicaatu. Dari hasil skrining uji kimia
diketahui kandungan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu. adalah
flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid, alkaloid dan tannin. Dari Uji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH
menunjukkan ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu mempunyai nilai IC50 sebesar 71, 29 µg/mL. Aktivitas
antioksidan dari ekstrak etanol bonggol M. paradisia formatypicaatu tergolong kuat, hal ini diyakini karena adanya
kandungan flavonoid dan fenolik dari ekstrak sampel. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik,
menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung
yang baik radikal hidroksi dan superoksidan. Hasil uji toksisitas menggunakan larva udang Artemia salina Leach
didapat nilai LC50 > 1000 µg/mL atau kurang aktif memperlihatkan aktivitas yang baik, hal ini dimungkinkan sedikitnya
konsentrasi zat aktif yang mampu bersifat toksik terhadap larva udang dan adanya sifat antagonis dari beberapa senyawa
aktif itu sendiri.
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki ragam tanaman yang dijadikan sebagai obat tradisional. Salah satu bahan alam
yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah bonggol pisang nangka (Musa paradisiaca
formatypicaatu). Pisang merupakan tanaman yang sangat umum di Eropa dan Asia. Tanaman pisang
tumbuh didaerah tropis karena menyukai iklim panas dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat
tumbuh di tanah yang cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2.000 m dpl. Umumnya, pisang
merupakan tanaman pekarangan, walaupun dibeberapa daerah sudah diperkebunan untuk diambil buahnya.
Kegunaan tumbuhan pisang antara lain sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan radang selaput annin
mata, luka terbakar (daunnya yang masih muda), demam nifas (teras batangnya), mencret, disentri (getah
batangnya), radang selaput annin usus, ambein, sariawan (pisang, biji buahnya), kena racun makanan
(umbinya), radang tonsil, kurang darah (pisang anni, akar dan umbinya), maupun digigit ular berbisa (umbi
pisang raja) [1]. Penelitian yang dilakukan oleh Rattanavichai dan Winton (2014) pada ekstrak air panas
kulit buah pisang spesies Musa anninte memiliki potensi sebagai antibakteri. Musa paradisiaca juga
memiliki aktivitas antidiabetes [2]. Dan antioksidan [3]. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, at al,
(2013) terhadap ekstrak tanaman anni kuning (M. paradisiaca Linn) pada akar, bonggol, pelepah daun,
jantung pisang, dan buahnya juga memiliki aktivitas antibakteri.
Selain memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan dan antidiabetes, tanaman pisang juga memiliki
senyawa metabolit sekunder. Penelitian yang dilakukan oleh Pane, et al, (2013) pada kulit pisang raja (M.
paradisiaca sapientum) memiliki senyawa flavonoid dan saponin. Pada batang pisang anni (M. paradisiaca
normalis) dan pisang susu (M. paradisiaca sinensis) memiliki senyawa flavonoid dan annin [4]. Kulit buah
pisang memiliki senyawa flavonoid dan bonggol pisang memiliki senyawa flavonoid dan annin [5]. Namun
LP2M-UMRI SCI - 55
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
penelitian mengenai kandungan senyawa kimia, aktivitas antioksidan dan toksisitas pada bonggol pisang
nangka (M. paradisiaca formatypicaatu) belum pernah dilaporkan.
Oleh sebab itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada
ekstrak etanol bonggol pisang nangka (M. paradisiaca formatypicaatu), uji aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH dan uji toksisitas menggunakan metode BSLT.
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel Bonggol Pisang Nangka (M. paradisiaca formatypicaatu)
Bonggol pisang nangka sebanyak 3 kg diambil di daerah Kecamatan Dayun, Sri Indragiri Hilir, Riau.
Bonggol pisang nangka yang telah diambil kulitnya dibuang kemudian dipotong kecil-kecil. Kemudian
potongan dikering anginkan tanpa sinar matahari langsungsampai potongan benar-benar kering dan
ditimbang berat kering sampel. Setelah itu, sampel dibuat menjadi serbuk (simplisia).
Ektraksi Sampel
Serbuk direndam dengan pelarut etanol dalam botol gelap yang ditutup rapat selama 3 hari (3 x 24 jam)
pada suhu kamar yang terlindung dari sinar matahari langsung dengan sesekali diaduk-aduk. Setelah 3 hari,
rendaman disaring sehingga didapat filtrat dan di tampung dalam botol gelap. Ampas dimaserasi kembali
dengan etanol sampai pelarut terlihat jernih. Ekstrak etanol (filtrat) diuapkan dengan Rotary Evaporator
pada suhu 50 °C sehingga didapatkan ekstrak kental bonggol pisang nangka (M. Paradisiaca
formatypicaatu).
Analisa Skrining Fitokimia
a. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang Nangka dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2 mL kloroform dan 2, 5 mL ammonia 10 %, lalu ditambahkan asam sulfat 2 M untuk
memperjelas pemisahan dengan terbentuknya 2 fase berbeda. Bagian atas dari fase yang terbentuk diambil,
kemudian ditambahkan reagen Meyer dan Dragendoft. Jika terbentuk endapan putih menandakan ekstrak
memiliki senyawa alkaloid [6].
b. Identifikasi Fenol
Sebanyak 1-2 tetes ekstak dimasukkan kedalam plat tetes dan ditambah 2 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil
positif jika terbentuk warna hijau, hitam kebiruan atau hitam yang kuat [7].
c. Identifikasi Flavanoid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan serbuk Magnesium secukupnya dan10 tetes asam klorida (HCl) pekat. Jika terbentuk warna
hitam kemerahan dalam larutan menandakan adanya senyawa Flavonoid [6].
d. Identifikasi Saponin
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka ditambahkan dengan akuades 1 ml kemudian dikocok
kuat selama kurang lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan diamati buih atau busa yang
LP2M-UMRI SCI - 56
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
terbentuk kemudian tambahkan HCl 1 N. Jika buih terbentuk selama 10 menit dengan tinggi 1-3 cm maka
ekstrak memiliki senyawa saponin [6].
e. Identifikasi Steroid dan Terpenoid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka dalam tabung reaksi ditambahkan kloroform sebanyak
20 tetes, kemudian dikocok. Tambahkan 2 tetes asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Jika tebentuk
warna biru atau hijau menandakan adanya steroid dan warna merah atau ungu adanya terpenoid [6].
f. Identifikasi Tanin
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka ditambahkan dengan air panas kemudian tetesi
menggunakan besi (III) klorida. Jika terbentuk warna hijau kehitaman menandakan adanya senyawa tanin
[6].
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan microplate reader two fold dilution dengan
metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang diukur pada panjang gelombang 520 nm (Zhang, et al, .
2006). Masing-masing sebanyak 2 mg ekstrak etanol bonggol M.paradiasiaca formatypicaatu dilarutkan
dalam 2 ml MeOH (1000 µg/ml). Baris A dimasukkan sampel sebanyak 100 µl (plate terdiri dari baris A-
H masing-masing berjumlah 12 lubang). Sebanyak 50 µl MeOH dimasukkan pada masing-masing sumur
pada baris B-F. Baris A dipipet sebanyak 50 µl dan dimasukkan ke baris B, baris B dipipet 50 µl
dimasukkan ke baris C dan dilakukan sampai baris F, baris F dipipet 50 µl, lalu dibuang, sehingga diperoleh
konsentrasi 1000, 500, 250, 125, 62.5, dan 31.25 µg/ml. Sedangkan pada baris G-H diisi dengan MeOH
100µl, khusus pada baris H diisi hanya lubang 1-6. Baris A-G ditambahkan DPPH sebanyak 80 µldengan
konsentrasi 40 µg/ml, kemudian diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas radikal bebas diukur dengan
penurunan absorbansi DPPH dengan microplate reader dan dengan olah data. Kontrol positif yang
digunakan sebagai pembanding yaitu vitamin C dengan konsentrasi 50 µg/ml. Nilai % inhibisi dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Abs Kontrol‐Abs Sampel x 100%
% Inhibisi Abs Kontrol
(1)
Selanjutnya hasil perhitungan di masukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak
(ppm) sebagai absis (sumbu x) dan % inhibisi (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu y). nilai IC50 dari
perhitungan pada saat % inhibisi sebesar 50 %. Y = ax + b
Uji Toksisitas Menggunakan Metoda Brine Shrimp Lethaly Test (BSLT)
Kista udang Artemia salma Leach ditetaskan dalam wadah pembiakan yang berisi air laut, dan
digunakan setelah 48 jam setelah membentuk larva. Pengujian dilakukan dengan konsentrasi 1000, 100,
dan 10 µg/mL sebanyak 5 ml dengan pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali. Sebanyak 50 mg ekstrak
uji dilarutkan kedalam 5 ml pelarut etanol sehingga didapat larutan induk konsentrasi 10.000 µg/mL dalam
erlenmeyer. Kemudian dipipet sebanyak 0, 5 ml dalam vial uji dan dilarutkan dengan etanol 5 ml sehingga
mendapatkan larutan uji konsentrasi 1000 µg/mL. Selanjutnya, untuk mendapatkan konsentrasi 100 µg/mL
yaitu dengan memipet 0, 5 ml larutan dari konsentrasi 1000 µg/mL kedalam vial uji hingga nantinya didapat
konsentrasi 100 µg/mL setelah penambahan etanol 5 ml. Pembuatan konsentrasi 10 µg/mL dengan cara
pengenceran larutan 100 µg/mL dengan memipet 0, 5 ml dan ditambahkan 5 ml etanol maka didapat
konsentrasi ekstrak uji 10 µg/mL, masing-masing konsentrasi dibuat sebanyak 3 kali pengulangan.
Biarkan etanol dalam vial uji menguap. Kemudian ekstrak uji dilarutkan dengan DMSO sebanyak 50
µl, selanjutnya ditambahkan air laut dalam vial sebelum mencapai batas volume. Masukkan larva udang
pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor. Tambahkan lagi air laut beberapa tetes hingga batas volume.
Kematian larva udang diamati setelah 24 jam. Data yang dihasilkan dihitung LC50 dengan metode kurva
menggunakan tabel probit.
Untuk kontrol uji, 50 µl DMSO dipipet dengan pipet mikro kedalam vial uji, tambahkan air laut
sebanyak 1 ml. Masukkan larva Artemia salina Leach 10 ekor. Tambahkan lagi air laut sampai batas volume
vial [8].[9].
LP2M-UMRI SCI - 57
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
TABEL 2. HASIL UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BONGGOL M. PARADISIACA FORMATYPICAATU
Kons. Ln Kons. % inhibisi IC50
Sampel Nilai AAI
(µg/mL) (X) (Y) µg/mL
1000 6, 9078 90, 639
500 6, 2146 84, 132
Ekstrak Bonggol 250 5, 5215 78, 539 1, 223
71.2860
Pisang 125 4, 8283 60, 502
62, 5 4, 3352 47, 032
31, 25 3, 442 32, 991
LP2M-UMRI SCI - 58
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
Pembahasan
Maserasi Sampel
Dari proses maserasi sampel bonggol (M. paradisiaca formatypicaatu) sebanyak 406 gram
menggunakan pelarut Etanol didapatkan ekstrak sebanyak 3.860 gram atau dengan rendemen sebesar ± 0,
9507 %.
LP2M-UMRI SCI - 59
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
secara kuantitatif dari ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu menunjukkan bahwa ekstrak
memiliki antioksidan yang kuat yaitu sebesar 1, 123 (1>AAI>2). Biasanya senyawa-senyawa yang
memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa Fenolik dan turunannya karena mempunyai gugus hidroksil
yang terdistribusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –OR [12].
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Prihatman, K.. 2001. Saponin untuk Pembasmi Hama Udang. Bandung: Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Perkebunan
Gambung.
[2]. Shanmuga Sundaram, C., Subramanian, I. P., dan Subramanian, S. P. 2014. Isolation, Characterization of Syringin,
Phenylpropanoid Glycosidefrom Musa Paradisiaca Tepal Extract And Evaluation of its Antidiabeticeffect in Streptozotocin-
Induced Diabetic Rats. Biomedicine & Preventive Nutrition. 1-7
[3]. Shodehinde, S. A dan Oboh, G. 2013. Antioxidant Properties of Unripe Musa paradisiaca on Sodium Nitroprusside Induced
Lipid Peroxidation in Rat Pancreas In Vitro. Asian Pac J Trop Biomed. 3(6): 449-457
[4]. Suarsa, I. W., Suarya, P., dan Kurniawati, I. 2011. Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang
Kepok (Musa paradisiaca L. cv kepok) dan Batang Pisang Susu (Musa paradisiaca L. cv susu). Jurnal Kimia. 5(1): 72-80.
[5]. Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N. P., dan Sumadewi, N. L. U. 2014. Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol
Tanaman Pisang (Musa Paradiasciaca L.) dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.
[6]. Harborne, J.B. 2006. Metode fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Edisi IV. Kokasih P. dan I. Soediro.
(penterjemah).
[7]. Sumathy, V., Lachumy, S. J., Zakaria, Z., dan Sasidhara, S.2011. In vitro and phytochemical screening of Musa acuminate
Flower. Pharmacologyonline. 2: 118-127.
LP2M-UMRI SCI - 60
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023
[8]. Mayer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J. E., Jacobsen, L. B., Nichols, D. E., dan McLauchlin, J. L. 1982.Brine Shrimp: A
Convenient General Bioassay For Active Plant Constituents.Journal of Medicinal Plants Research. 45:31-34.
[9]. Jazilah, N., Fasya, A. G., Ningsih, R., dan Abtokhi, A. 2014. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) terhadap Larva Udang Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethalyty Test (BSLT). Alchemy. 3(2): 118-
124.
[10]. Rattanavichai, W dan Cheng, W. 2014. Effects of Hot-water Extract of Banana (Musa acuminata) Fruit`s Peel on The
Antibacterial Activity, and Anti-hypothermal Stress, Immune Responses and Disease Resistance of The Giant Freshwater Prawn,
Macrobrachium rosenbegi. Fish and Shellfish Immunology. 39: 326-335
[11]. Verpoorte, R. and A.W. Alfermann. 2000. Metabolic engineering of plant secondary metabolism. Springer.
[12]. Moyneux, P.20014. The Use of STabel Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil (DPPH) For Estimating Antioxidant Activity.
Songklanakarin J.Scu.Technol, 26 (2) 211 – 219.
[13]. Vasic, S.M., Stefanovic, O.D., Radojevic, I. Comic, L.R. 2012. Biological Activities ofExtracts from Cultivated Granadila
Passifloraalata. Excli Journal.ISSN: 1611 – 2156.
LP2M-UMRI SCI - 61