Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING Vol 1-Sep 2016

1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas Ekstrak Etanol


Bonggol Pisang Nangka
(Musa Paradisiaca Formatypicaatu)
Rahmiwati Hilma, Siti Nurianti, Haiyul Fadli

Fakultas MIPA dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Riau


Sekolah Tinggi Farmasi Riau
rahmiwatihilma@umri.ac.id

Abstrak—Pisang Nangka (Musa paradisiaca formatypicaatu) merupakan tanaman yang mudah tumbuh didaerah
tropik. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan buahnya saja yang dijadikan bahan pangan dengan berbagai
jenis olahan. Bonggol pisang yang setelah ditebang hanya dibiarkan menjadi limbah pertanian. Masyarakat kec. Dayun,
kab. Siak secara empiris telah memanfaatkan getah yang diperoleh dari bonggol pisang untuk mengobati pendarahan
usus, pendarahan akut, pendarahan pada wanita setelah bersalin dan pendarahan pada hidung (mimisan). Penelitian
terhadap tumbuhan family Musa telah banyak dilakukan dan umumnya tanaman pisang memiliki senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, tanin, dan saponin. Kandungan metabolit sekunder yang dimiliki batang pisang susu dan
pisang kepok yaitu flavonoid dan tanin. Penelitian terhadap pisang nangka masih sedikit dilakukan, untuk itu pada
penelitian ini dilakukan skrining uji fitokimia, aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan uji toksisitas
menggunakan metode BSLT terhadap ekstrak etanol M. paradisiaca formatypicaatu. Dari hasil skrining uji kimia
diketahui kandungan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu. adalah
flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid, alkaloid dan tannin. Dari Uji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH
menunjukkan ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu mempunyai nilai IC50 sebesar 71, 29 µg/mL. Aktivitas
antioksidan dari ekstrak etanol bonggol M. paradisia formatypicaatu tergolong kuat, hal ini diyakini karena adanya
kandungan flavonoid dan fenolik dari ekstrak sampel. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik,
menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung
yang baik radikal hidroksi dan superoksidan. Hasil uji toksisitas menggunakan larva udang Artemia salina Leach
didapat nilai LC50 > 1000 µg/mL atau kurang aktif memperlihatkan aktivitas yang baik, hal ini dimungkinkan sedikitnya
konsentrasi zat aktif yang mampu bersifat toksik terhadap larva udang dan adanya sifat antagonis dari beberapa senyawa
aktif itu sendiri.

Kata kunci: Bonggol M. paradisiaca formatypicaatu, Ekstrak, Antioksidan, Toksisitas

I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki ragam tanaman yang dijadikan sebagai obat tradisional. Salah satu bahan alam
yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah bonggol pisang nangka (Musa paradisiaca
formatypicaatu). Pisang merupakan tanaman yang sangat umum di Eropa dan Asia. Tanaman pisang
tumbuh didaerah tropis karena menyukai iklim panas dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat
tumbuh di tanah yang cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2.000 m dpl. Umumnya, pisang
merupakan tanaman pekarangan, walaupun dibeberapa daerah sudah diperkebunan untuk diambil buahnya.
Kegunaan tumbuhan pisang antara lain sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan radang selaput annin
mata, luka terbakar (daunnya yang masih muda), demam nifas (teras batangnya), mencret, disentri (getah
batangnya), radang selaput annin usus, ambein, sariawan (pisang, biji buahnya), kena racun makanan
(umbinya), radang tonsil, kurang darah (pisang anni, akar dan umbinya), maupun digigit ular berbisa (umbi
pisang raja) [1]. Penelitian yang dilakukan oleh Rattanavichai dan Winton (2014) pada ekstrak air panas
kulit buah pisang spesies Musa anninte memiliki potensi sebagai antibakteri. Musa paradisiaca juga
memiliki aktivitas antidiabetes [2]. Dan antioksidan [3]. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, at al,
(2013) terhadap ekstrak tanaman anni kuning (M. paradisiaca Linn) pada akar, bonggol, pelepah daun,
jantung pisang, dan buahnya juga memiliki aktivitas antibakteri.
Selain memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan dan antidiabetes, tanaman pisang juga memiliki
senyawa metabolit sekunder. Penelitian yang dilakukan oleh Pane, et al, (2013) pada kulit pisang raja (M.
paradisiaca sapientum) memiliki senyawa flavonoid dan saponin. Pada batang pisang anni (M. paradisiaca
normalis) dan pisang susu (M. paradisiaca sinensis) memiliki senyawa flavonoid dan annin [4]. Kulit buah
pisang memiliki senyawa flavonoid dan bonggol pisang memiliki senyawa flavonoid dan annin [5]. Namun

LP2M-UMRI SCI - 55
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

penelitian mengenai kandungan senyawa kimia, aktivitas antioksidan dan toksisitas pada bonggol pisang
nangka (M. paradisiaca formatypicaatu) belum pernah dilaporkan.
Oleh sebab itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada
ekstrak etanol bonggol pisang nangka (M. paradisiaca formatypicaatu), uji aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH dan uji toksisitas menggunakan metode BSLT.

II. METODE PENELITIAN


Desain Penelitian
Penelitian terhadap bonggol pisang nangka (M. paradisiaca formatypicaatu) ini terdiri dari 4 tahap
penelitian. Tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan ekstrak etanol, tahap kedua dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktif terhadap ekstrak etanol yang didapatkan sebelumnya, tahap ke-3
dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol menggunakan metode DPPH dan yang
terakhir adalah uji toksisitas untuk mengetahui nilai LC50 ekstrak etanol menggunakan metode BSLT.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama ± 6 bulan di Laboratorium Kimia Terpadu Fakultas Matematika Ilmu
Pengetahuan Alam dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau dan Laboratorium Kimia Organik
Bahan Alam Universitas Riau.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu neraca analitik, microplate reader, seperangkat alat destilasi,
aluminum foil, micropipette dan alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium. Bahan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu bonggol pisang nangka (Musa paradisiaca formatypicaatu), etanol, akuades,
Dimetil Sulfoksid (DMSO), DPPH, Artemia salina Leach, kertas saring, kloroform, H2SO4 pekat 2 M,
serbuk Mg, HCl pekat, HCl2N, Amonia 10 %, reagen Mayer, besi (III) klorida, asetat anhidrat dan air laut.

Prosedur Kerja
Preparasi Sampel Bonggol Pisang Nangka (M. paradisiaca formatypicaatu)
Bonggol pisang nangka sebanyak 3 kg diambil di daerah Kecamatan Dayun, Sri Indragiri Hilir, Riau.
Bonggol pisang nangka yang telah diambil kulitnya dibuang kemudian dipotong kecil-kecil. Kemudian
potongan dikering anginkan tanpa sinar matahari langsungsampai potongan benar-benar kering dan
ditimbang berat kering sampel. Setelah itu, sampel dibuat menjadi serbuk (simplisia).
Ektraksi Sampel
Serbuk direndam dengan pelarut etanol dalam botol gelap yang ditutup rapat selama 3 hari (3 x 24 jam)
pada suhu kamar yang terlindung dari sinar matahari langsung dengan sesekali diaduk-aduk. Setelah 3 hari,
rendaman disaring sehingga didapat filtrat dan di tampung dalam botol gelap. Ampas dimaserasi kembali
dengan etanol sampai pelarut terlihat jernih. Ekstrak etanol (filtrat) diuapkan dengan Rotary Evaporator
pada suhu 50 °C sehingga didapatkan ekstrak kental bonggol pisang nangka (M. Paradisiaca
formatypicaatu).
Analisa Skrining Fitokimia
a. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang Nangka dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2 mL kloroform dan 2, 5 mL ammonia 10 %, lalu ditambahkan asam sulfat 2 M untuk
memperjelas pemisahan dengan terbentuknya 2 fase berbeda. Bagian atas dari fase yang terbentuk diambil,
kemudian ditambahkan reagen Meyer dan Dragendoft. Jika terbentuk endapan putih menandakan ekstrak
memiliki senyawa alkaloid [6].
b. Identifikasi Fenol
Sebanyak 1-2 tetes ekstak dimasukkan kedalam plat tetes dan ditambah 2 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil
positif jika terbentuk warna hijau, hitam kebiruan atau hitam yang kuat [7].
c. Identifikasi Flavanoid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan serbuk Magnesium secukupnya dan10 tetes asam klorida (HCl) pekat. Jika terbentuk warna
hitam kemerahan dalam larutan menandakan adanya senyawa Flavonoid [6].
d. Identifikasi Saponin
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka ditambahkan dengan akuades 1 ml kemudian dikocok
kuat selama kurang lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan diamati buih atau busa yang

LP2M-UMRI SCI - 56
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

terbentuk kemudian tambahkan HCl 1 N. Jika buih terbentuk selama 10 menit dengan tinggi 1-3 cm maka
ekstrak memiliki senyawa saponin [6].
e. Identifikasi Steroid dan Terpenoid
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka dalam tabung reaksi ditambahkan kloroform sebanyak
20 tetes, kemudian dikocok. Tambahkan 2 tetes asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Jika tebentuk
warna biru atau hijau menandakan adanya steroid dan warna merah atau ungu adanya terpenoid [6].
f. Identifikasi Tanin
Sebanyak 1 mg ekstrak bonggol pisang nangka ditambahkan dengan air panas kemudian tetesi
menggunakan besi (III) klorida. Jika terbentuk warna hijau kehitaman menandakan adanya senyawa tanin
[6].
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan microplate reader two fold dilution dengan
metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang diukur pada panjang gelombang 520 nm (Zhang, et al, .
2006). Masing-masing sebanyak 2 mg ekstrak etanol bonggol M.paradiasiaca formatypicaatu dilarutkan
dalam 2 ml MeOH (1000 µg/ml). Baris A dimasukkan sampel sebanyak 100 µl (plate terdiri dari baris A-
H masing-masing berjumlah 12 lubang). Sebanyak 50 µl MeOH dimasukkan pada masing-masing sumur
pada baris B-F. Baris A dipipet sebanyak 50 µl dan dimasukkan ke baris B, baris B dipipet 50 µl
dimasukkan ke baris C dan dilakukan sampai baris F, baris F dipipet 50 µl, lalu dibuang, sehingga diperoleh
konsentrasi 1000, 500, 250, 125, 62.5, dan 31.25 µg/ml. Sedangkan pada baris G-H diisi dengan MeOH
100µl, khusus pada baris H diisi hanya lubang 1-6. Baris A-G ditambahkan DPPH sebanyak 80 µldengan
konsentrasi 40 µg/ml, kemudian diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas radikal bebas diukur dengan
penurunan absorbansi DPPH dengan microplate reader dan dengan olah data. Kontrol positif yang
digunakan sebagai pembanding yaitu vitamin C dengan konsentrasi 50 µg/ml. Nilai % inhibisi dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Abs Kontrol‐Abs Sampel x 100%
% Inhibisi Abs Kontrol
(1)

Selanjutnya hasil perhitungan di masukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak
(ppm) sebagai absis (sumbu x) dan % inhibisi (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu y). nilai IC50 dari
perhitungan pada saat % inhibisi sebesar 50 %. Y = ax + b
Uji Toksisitas Menggunakan Metoda Brine Shrimp Lethaly Test (BSLT)
Kista udang Artemia salma Leach ditetaskan dalam wadah pembiakan yang berisi air laut, dan
digunakan setelah 48 jam setelah membentuk larva. Pengujian dilakukan dengan konsentrasi 1000, 100,
dan 10 µg/mL sebanyak 5 ml dengan pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali. Sebanyak 50 mg ekstrak
uji dilarutkan kedalam 5 ml pelarut etanol sehingga didapat larutan induk konsentrasi 10.000 µg/mL dalam
erlenmeyer. Kemudian dipipet sebanyak 0, 5 ml dalam vial uji dan dilarutkan dengan etanol 5 ml sehingga
mendapatkan larutan uji konsentrasi 1000 µg/mL. Selanjutnya, untuk mendapatkan konsentrasi 100 µg/mL
yaitu dengan memipet 0, 5 ml larutan dari konsentrasi 1000 µg/mL kedalam vial uji hingga nantinya didapat
konsentrasi 100 µg/mL setelah penambahan etanol 5 ml. Pembuatan konsentrasi 10 µg/mL dengan cara
pengenceran larutan 100 µg/mL dengan memipet 0, 5 ml dan ditambahkan 5 ml etanol maka didapat
konsentrasi ekstrak uji 10 µg/mL, masing-masing konsentrasi dibuat sebanyak 3 kali pengulangan.
Biarkan etanol dalam vial uji menguap. Kemudian ekstrak uji dilarutkan dengan DMSO sebanyak 50
µl, selanjutnya ditambahkan air laut dalam vial sebelum mencapai batas volume. Masukkan larva udang
pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor. Tambahkan lagi air laut beberapa tetes hingga batas volume.
Kematian larva udang diamati setelah 24 jam. Data yang dihasilkan dihitung LC50 dengan metode kurva
menggunakan tabel probit.
Untuk kontrol uji, 50 µl DMSO dipipet dengan pipet mikro kedalam vial uji, tambahkan air laut
sebanyak 1 ml. Masukkan larva Artemia salina Leach 10 ekor. Tambahkan lagi air laut sampai batas volume
vial [8].[9].

Analisa Data Toksisitas


Untuk melihat pengaruh pemberian senyawa uji terhadap larva Artemia salina Leach di lakukan
perhitungan statistik dengan analisis probit. Perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan antara larva
yang mati terhadap jumlah larva keseluruhan, sehingga diperoleh persen kematian. Kemudian dilihat dalam
Tabel nilai probit. Dari nilai tersebut diketahui nilai probit kemudian dimasukkan kedalam persamaan
regresi, sehingga dapat nilai LC50.

LP2M-UMRI SCI - 57
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Maserasi Sampel
Dari proses maserasi sampel bonggol (M. paradisiaca formatypicaatu) sebanyak 406 gram
menggunakan pelarut Etanol didapatkan ekstrak sebanyak 3.860 gram atau dengan rendemen sebesar ± 0,
9507 %.
Uji fitokimia ekstrak bonggol M. paradisanica formatypicaatu
Hasil pengujian kandungan senyawa bioaktif atau metabolit sekunder bonggol (M. paradisiaca
formatypicaatu) adalah seperti pada Tabel 1.

TABEL 1. HASIL UJI FITOKIMIA EKSTRAK BONGGOL (M. PARADISIACA FORMATYPICAATU)


Golongan
No Pereaksi Standar Pengamatan Keterangan
senyawa
1 Flavonoid HCl Pekat Larutan merah Larutan merah (+)
2 Fenolik FeCl3 1% Larutan hijau Larutan hijau (+)
3 Saponin H2O Berbusa Berbusa (+)
4 Terpenoid Liberman- Warna merah bata Warna merah bata (+)
Burchad
5 Steroid Liberman- Warna biru/hijau Warna merah bata (-)
Burchad
6 Tanin FeCl3 Warna hijau Warna hijau kehitaman (+)
kehitaman
7 Alkaloid Dragendroff Endapan jingga Endapan jingga (+)
*keterangan: (+) memiliki senyawa metabolit dan (-) tidak memiliki senyawa metabolit.

Uji Aktivitas Antioksidan bonggol M. paradisiaca formatypicaatu


Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak ethanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu menggunakan
metode DPPH Zhang et al. (2006) [10]. Analisis ini dinyatakan dengan IC50 sebagai indikator kemampuan
hambatan sebesar 50 % dari sampel uji dengan menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif. Uji
Antioksidan ini dilakukan untuk mengetahui besarnya aktivitas ekstrak ethanol bonggol M. paradisanica
formatypicaatu dengan menggunakan microplate reader 96 well (berthold technologies) pada panjang
gelombang 520 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak total etanol mempunyai aktivitas
Antioksidan dengan nilai IC50:71, 286 µg/ml. Hasil Uji aktivitas antioksidan bonggol M. paradisanica
formatypicaatu menggunakan metode DPPH seperti pada Tabel 2.

TABEL 2. HASIL UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BONGGOL M. PARADISIACA FORMATYPICAATU
Kons. Ln Kons. % inhibisi IC50
Sampel Nilai AAI
(µg/mL) (X) (Y) µg/mL
1000 6, 9078 90, 639
500 6, 2146 84, 132
Ekstrak Bonggol 250 5, 5215 78, 539 1, 223
71.2860
Pisang 125 4, 8283 60, 502
62, 5 4, 3352 47, 032
31, 25 3, 442 32, 991

Uji toksisitas ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu


Hasil uji toksisitas ekstrak bonggol pisang nangka M. paradisiaca formatypicaatu menggunakan
metode BSLT dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

TABEL 3. HASIL UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL BONGGOL M. PARADISIACA FORMATYPICAATU


Kons. Log Kons. % Kematian Nilai Probit LC50
Sampel
(µg/mL) (X) (Y) mg/mL
1000 3 53.33 5.08
500 2.968 40.00 4.75
Ekstrak Bonggol
250 2.398 26.67 4.36 ˃ 1000
Pisang
125 2.096 16.67 3.96
62, 5 1.795 10.00 3.72

LP2M-UMRI SCI - 58
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

Pembahasan
Maserasi Sampel
Dari proses maserasi sampel bonggol (M. paradisiaca formatypicaatu) sebanyak 406 gram
menggunakan pelarut Etanol didapatkan ekstrak sebanyak 3.860 gram atau dengan rendemen sebesar ± 0,
9507 %.

Uji fitokimia ekstrak etanol bonggol M. paradisiaca formatypicaatu


Pengujian fitokimia atau metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian
pencarian senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor bagi sintesis obat baru atau
prototipe beraktivitas tertentu [6].. Analisis ini berguna untuk menentukan golongan utama dari senyawa
senyawa aktif dari ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu yang memiliki aktivitas
Antioksidan dan sifat toksisitasnya. Analisis ini meliputi uji Alkaloid, Flavonoid, Terpenoid, Fenolik,
Steroid dan Saponin. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai
molekul sinyal [11].
Ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu direaksikan dengan FeCl3 dalam etanol
memberikan hasil positif dengan menghasilkan warna hijau, hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak
tersebut mengandung senyawa fenolik. Untuk memastikan apakah senyawa fenolik flavonoid maka
dilakukan uji kualitatif lain yaitu menggunakan Mg dengan penambahan HCl pekat dan etanol, dari uji
tersebut terlihat bahwa senyawa menunjukkan uji positif terhadap flavonoid, dengan memberikan warna
merah. Uji golongan senyawa steroid menunjukkan hasil negatif dengan terbentuknya warna merah
senyawa dapat diindikasikan sebagai senyawa steroid jika saat direaksikan dengan pereaksi Liberman
Butchard menghasilkan warna hijau kebiruan. Uji golongan triterpenoid menunjukkan hasil yang positif
dengan terbentuknya warna merah saat direaksikan dengan Liberman Burtchard yang dilakukan dengan
melarutkan sampel dalam kloroform hingga larut kemudian ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat, dikocok dan diamkan sehingga terbentuk warna merah.
Hal ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap tumbuhan dari family
yang sama yaitu oleh Pane, at al, (2013) pada kulit pisang raja (M. paradisiaca sapientum) memiliki
senyawa flavonoid dan saponin. Pada batang pisang kepok (M. paradisiaca normalis) dan pisang susu (M.
paradisiaca sinensis) memiliki senyawa flavonoid dan[4]., kulit buah pisang memiliki senyawa flavonoid
dan bonggol pisang memiliki senyawa flavonoid dan tanin [3].

Uji Aktivitas Antioksidan bonggol M. paradisiaca formatypicaatu


Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu terhadap DPPH
dilakukan dengan menggunakan alat microplate reader 96 well pada panjang gelombang 520 nm. DPPH
menghasilkan radikal bebas aktif bila dilarutkan dalam alkohol. Absorbansi berkurang ketika radikal bebas
DPPH dihambat oleh Antioksidan melalui donor hidrogen atau elektron untuk membentuk DPPH stabil.
Reaksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna dari unggu menjadi ungu kuning [12]. Proses
degadasi warna DPPH berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan.
Dari nilai absorbansi DPPH yang diperoleh dapat ditentukan nilai presentasi penghambatan radikal
DPPH (% inhibisi). Dari nilai % inhibisi ditentukan nilai IC50.Setelah diperoleh nilai IC50 kemudian
dihitung nilai AAI (antioxidant activity index) dari ekstrak. Nilai IC50 merupakan bilangan yang
menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin
kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan regesi linier
sedangkan nilai AAI ditentukan dengan membandingkan antara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam
uji (ppm) dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm) dari pengujian sampel. Nilai AAI perlu diketahui untuk
menggolongkan sifat antioksidan ekstrak. Jika nilai AAI<0, 5 antioksidan bersifat lemah, 0, 5>AAI>1
antioksidan bersifat sedang, 1>AAI>2 antioksidan bersifat kuat, dan AAI>2 antioksidan sangat kuat [13].
Pada pengujian anti radikal bebas DPPH terhadap ekstrak etanol bonggol M. paradisanica
formatypicaatu menunjukkan bahwa konsentrasi penghambat 50% ekstrak metanol terhadap radikal bebas
DPPH: 71, 2860 µg/ml. vitamin C digunakan sebagai pembanding positif mempunyai IC50: 8, 3158 µg/ml.
vitamin C digunakan sebagai antioksidan sekunder untuk dapat menagkap radikal bebas dan mencegah
terjadinya reaksi berantai [12]. Vitamin C termasuk golongan antioksidan sekunder yang mampu
menangkal radikal bebas ekstraseluler. Hal itu dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksil bebas
yang bertindak sebagai penagkap radikal bebas dan jika mempunyai gugus polihidroksil akan
meningkatkan aktivitas antioksidan. Dari data hasil uji menunjukkan bahwa adanya senyawa metabolit
sekunder dalam ekstrak metanol yang mampu menangkal radikal bebas. Hasil uji aktivitas antioksidan

LP2M-UMRI SCI - 59
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

secara kuantitatif dari ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu menunjukkan bahwa ekstrak
memiliki antioksidan yang kuat yaitu sebesar 1, 123 (1>AAI>2). Biasanya senyawa-senyawa yang
memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa Fenolik dan turunannya karena mempunyai gugus hidroksil
yang terdistribusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –OR [12].

Uji toksisitas ekstrak bonggol M. paradisiaca formatypicaatu


Hasil uji toksisitas ekstrak bonggol M. paradisanica formatypicaatu seperti pada Tabel 4. Terlihat
bahwa kurang toksik terhadap Artemia salina Leach. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50
< 1000 ppm untuk ekstrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa. Dari hasil perhitungan % kematian larva uji
ekstrak bonggol pisang tidak memberikan efek kematian 50% pada setiap konsentrasi sehingga dapat
dikatakan bahwa ekstrak bonggol pisang nangka kurang toksik terhadap sel. Menurut Meyer, et al (1982)
bahwa dalam uji toksisitas suatu ekstrak menunjukkan aktivitas ketoksikan apabila ekstrak dapat
menyebabkan kematian 50% hewan uji pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm. Hal ini mungkin
disebabkan karena senyawa aktif dalam ekstrak cendrung mempunyai sifat antagonis dengan senyawa
lainnya atau karena terikat dengan molekul lain yang menyebabkan aktivitasnya menurun.
Kurangnya toksisitas ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu ini, berbeda dengan
penelitian penelitian Rampe dan Tombuku (2015) yang melakukan uji toksisitas terhadap jantung pisang
kepok pada kosentrasi 100 µg/mLmemiliki % mortalitas atau kematian sebesar 23%, namun pada
konsentrasi 1000 µg/mL jantung pisang kepok memiliki % kematian sebesar 60% yang berarti ekstrak
jantung pisang dapat toksik terhadap larva udang pada konsentrasi >1000 µg/mL.
Tapi pada penelitian uji sitotoksik batang pisang mauli oleh Adhani et al., (2014), menjelaskan bahwa
ekstrak batang pisang mauli juga tidak toksik tehadap sel Fibroblas BHK (Baby Hamster Kidney) karena
pada konsentrasi ekstrak 80% sel hidup mencapai 34%, namun tidak pada konsentrasi 100% yang memiliki
sel hidup hanya 29%.
Menurut Irwan et al, . (2007), senyawa saponin dapat memberikan efek toksik terhadap larva nyamuk
Aedes aegypti. Senyawa saponin bekerja mirip dengan sabun yaitu terdiri dari gugus hidrofilik, berupa gula
(glikon) dan gugus hidrofobik (bukan gula, aglikon) berupa senyawa lain seperti steroid dan triterpenoid.
Bagian hidrofilnya bekerja memasuki permukaan dinding sel, kemudian hidrofobiknya ikut masuk kedalam
sel, sehingga dapat memberikan efek kematian terhadapap larva Artemia.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak etanol bonggol M. paradisiaca formatypicaatu,
diketahui ekstrak mengandung senyawa metabolit sekunder Analisis ini meliputi uji Alkaloid,
Flavonoid, Terpenoid, Fenolik dan Saponin
2. Ekstrak etanol bonggol M. paradisanica formatypicaatu memiliki aktivitas antiokisadan yang kuat
terhadap DPPH
3. Dari hasil uji toksisitas, ekstrak etanol bonggol pisang nangka kurang toksik terhadap hewan uji
Artemia salina leach karena mempunyai nilai LC50 >1000 µg/mL.
Saran untuk penelitian kedepannya yaitu karena sifat antioksidannnya yang kuat, untuk itu perlu
dilakukan isolasi senyawa murni, dan uji aktivitas yang lainnya agar diperoleh data hasil penelitian yang
lebih lengkap, karena ekstrak ini berpotensi untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Prihatman, K.. 2001. Saponin untuk Pembasmi Hama Udang. Bandung: Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Perkebunan
Gambung.
[2]. Shanmuga Sundaram, C., Subramanian, I. P., dan Subramanian, S. P. 2014. Isolation, Characterization of Syringin,
Phenylpropanoid Glycosidefrom Musa Paradisiaca Tepal Extract And Evaluation of its Antidiabeticeffect in Streptozotocin-
Induced Diabetic Rats. Biomedicine & Preventive Nutrition. 1-7
[3]. Shodehinde, S. A dan Oboh, G. 2013. Antioxidant Properties of Unripe Musa paradisiaca on Sodium Nitroprusside Induced
Lipid Peroxidation in Rat Pancreas In Vitro. Asian Pac J Trop Biomed. 3(6): 449-457
[4]. Suarsa, I. W., Suarya, P., dan Kurniawati, I. 2011. Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang
Kepok (Musa paradisiaca L. cv kepok) dan Batang Pisang Susu (Musa paradisiaca L. cv susu). Jurnal Kimia. 5(1): 72-80.
[5]. Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N. P., dan Sumadewi, N. L. U. 2014. Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol
Tanaman Pisang (Musa Paradiasciaca L.) dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal Kimia. 8(1): 113-119.
[6]. Harborne, J.B. 2006. Metode fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Edisi IV. Kokasih P. dan I. Soediro.
(penterjemah).
[7]. Sumathy, V., Lachumy, S. J., Zakaria, Z., dan Sasidhara, S.2011. In vitro and phytochemical screening of Musa acuminate
Flower. Pharmacologyonline. 2: 118-127.

LP2M-UMRI SCI - 60
PROSIDING Vol 1-Sep 2016
1th Celscitech-UMRI 2016 ISSN: 2541-3023

[8]. Mayer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J. E., Jacobsen, L. B., Nichols, D. E., dan McLauchlin, J. L. 1982.Brine Shrimp: A
Convenient General Bioassay For Active Plant Constituents.Journal of Medicinal Plants Research. 45:31-34.
[9]. Jazilah, N., Fasya, A. G., Ningsih, R., dan Abtokhi, A. 2014. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) terhadap Larva Udang Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethalyty Test (BSLT). Alchemy. 3(2): 118-
124.
[10]. Rattanavichai, W dan Cheng, W. 2014. Effects of Hot-water Extract of Banana (Musa acuminata) Fruit`s Peel on The
Antibacterial Activity, and Anti-hypothermal Stress, Immune Responses and Disease Resistance of The Giant Freshwater Prawn,
Macrobrachium rosenbegi. Fish and Shellfish Immunology. 39: 326-335
[11]. Verpoorte, R. and A.W. Alfermann. 2000. Metabolic engineering of plant secondary metabolism. Springer.
[12]. Moyneux, P.20014. The Use of STabel Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil (DPPH) For Estimating Antioxidant Activity.
Songklanakarin J.Scu.Technol, 26 (2) 211 – 219.
[13]. Vasic, S.M., Stefanovic, O.D., Radojevic, I. Comic, L.R. 2012. Biological Activities ofExtracts from Cultivated Granadila
Passifloraalata. Excli Journal.ISSN: 1611 – 2156.

LP2M-UMRI SCI - 61

Anda mungkin juga menyukai