Kelas : 3A
NIM : 172303101001
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
a. kaji dan pertahankan jalan napas
b. lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d. pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak dapat
mempertahankan jalan napas
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi
>92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask
ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi pleura
h. Lakukan pemeriksaan foto thorak – mungkin normal, tapi lihat untuk mendapatkan:
a. Bukti adanya wedge shaped shadow (infarct)
b. Atelektaksis linier
c. Effuse pleura
d. Hemidiaphragm meningkat
e. Jika tanda klinis menunjukan adanya PE, lakukan ventilation perfusionscan (VQ) atau CT
Pulmonary Angiogram (CTPA) sesuai kebijakan setempat
Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Catat tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a. Sinus tachikardi
b. Adanya S1 Q3 T3
c. right bundle branch block (RBBB)
d. right axis deviation (RAD)
e. P pulmonale
e. Lakukan IV akses
f. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g. Jika ada kemungkina PE berikan heparin
h. Jika pasien mengalami thrombolisis, alteplase direkomendasikan sebagai obat pilihan.
Berikan 50 mg IV dengan bolus.Jika pasien tidak berespon terhadap trombolisis, segera
dirujuk ke speialis untuk dilakukan thromboembolectomy.
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan PE
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT
SUARA PERNAPASAN
Suara bronkial :nada tinggi dan normalnta terdengar diatas trakea. Fase inspirasilebih singkat
daripada fase ekspirasi.Suara vesikular :nada rendah dan normalnya terdengar di perifer
paru-paru. Fase inspirasi lebih lama dari fase ekspirasi.
Suara bronkovesikular : nada sedang, kualitas suara yang kurang terdengar. Lamafase
inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
SUARA TAMBAHAN
Kaji suara pernapsan dan suara ketika berbicara ; krekels, mengi, pleural friction rub,
bronkofoni, whispered pectoriloquy, egofoni
Periksa letak dan kepatenan jalan napas buatan (misal; jalan napas oral atau nasal, slang
endotrakea, trakeostomi).
OKSIGENASI/VENTILASI
Periksa sistem pemberian oksigen, set ventilator, dan alarm.Dapatkan hasil pemeriksaan
saturasi dan karbondioksida.
DRAINASE DADA
Kaji apakah sistem berfungsi dengan tepat dan catat jumlah, warna, dan karakter drainase
dada.
PENGHITUNGAN OKSIGENASI
RADIOGRAF DADA
Radiograf dada digunakan untuk memberi informasi tentang proporsi anatomi secara kasar
dan letak struktur jantung, termasuk pembuluh darah besar ; untuk mengevaluasi lapang paru
dan untuk memeriksa letak jalan napas, kateter vena sentral, kateter arteri pulmonalis, slang
dada, dan transvenous pacemaker lead.
PENGKAJIAN KARDIVASKULER
IRAMA DAN FREKUENSI JANTUNG
Catat pemasangan lead dan dapatkan setrip irama untuk menentukan irama dan frekuensi
jantung.
INTEGUMEN
Catat warna, suhu, dan kelembaban. Periksa dinding dada anterior untuk mengetahui
pengisian kapiler (> dari 3 detik menandakan perfusi jaringan, evaluasi derajat edema
(dengan memeberikan tekanan selama 10 detik dan catat kedalaman jari)
Periksa vena leher untuk mengukur CVP. Catat adanya kussmaul (peningkatan patologis
tekanan vena jugularis saat inspirasi), periksa refleks hepatojugular(dengan memberikan
tekanan kuat dengan telapak tangan dikuadran atas abdomen selama 30-60 detik)
DENYUT NADI
Periksa denyut nadi secara bilateral kecuali arteri karotis.Catat frekuensi, irama, kesamaan,
dan amplitudo.
BUNYI JANTUNG
Auskultasi setiap area perikordium secara sistematis. Bel stetoskop menekankan pada bunyi
frekuensi rendah (misal S3, S4), pada bunyi nada tinggi (S1, S2)
MURMUR JANTUNG
Identifikasi murmur sesuai dengan lokasi (misal; jarak dari midsternal, midklavicula, atau
aksila)
TEKANAN DARAH
Periksa TD pada kedua lengan. Perbedaan tekanan kurang dari 10 mmHg tidak signifikan
kecuali intensitas atau kualitas denyut arteri radialis tidak sama. Jika ada perbedaan gunakan
lengan yang tekanan darahnya lebih tinggi.
GAP AUSKULTASI
Tentukan adanya gap auskultasi, suatu temuan umum pada pasien yang mengalami hipertensi
atau stenosis aorta.
PULSUS PARADOKSUS
A. Definisi
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama.
B. Klasifikasi Ventilator
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif.Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase
inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal.Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan
udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya.Secara
fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan.Ventilator jenis
ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan
miasteniagravis.Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak
membutuhkan intubasi jalan nafas pasien.Ventilator ini digunakan paling sering
untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit
neuromuskular.Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di lingkungan
rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan
chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif
yang digunakan untuk ventilasi.Alat ini pernah digunakan secara luas selama
epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang
selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat
portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik
tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan
ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan
hati-hati pada pasien tertentu.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan
demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi.Ekspirasi terjadi
secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau
trakeostomi.Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan
meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
1) Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator
hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan
ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan
dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah suatu
ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan
mengganggu ventilasi.Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-
bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang
pemulihan.Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.
2) Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah
waktu yang ditentukan.Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan
inspirasi dan frekuensi aliran udara.Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi
kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang
digunakn untuk orang dewasa.Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
3) Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif yang paling
banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan
dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah
dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari
satu nafas ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara
relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat meski
tekanan jalan nafas beragam.
C. Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator
mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam
harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan
paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah
arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).
2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk
mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini dapat diatur
tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas
darah arteri.
3. Catat tekanan inspiratori puncak.
4. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi
sesuai dengan program medik dokter.
5. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya
sehingga pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya
2 mmHg dorongan inspirasi negatif).
6. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan
PO2, setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
7. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan
gas darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
8. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking” ventilator
karena alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan
manual pada oksigen 100% dengan bag resusitasi.
Perawatan :
1. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada keluarganya
bagi pasien yang tidak sadar.
3. “Breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar pengembunan
air yang terjadi tidak masuk ke paru pasien.
4. Perhatikan permukaan air di “humidifier”, jaga jangan sampai habis, air diganti
tiap 24 jam.
5. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah.
Dua proses ini harus ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan pengontrol suhu
dan diisi air sebatas level yang sudah ditentukan (system boiling water) terjadi
Kondensasi air dengan penurunan suhu untuk mencapai suhu 370 C pada ujung
sirkuit ventilasi mekanik. Pada kebanyakan kasus suhu udara ± sama dengan suhu
tubuh.
Pada kasus hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 370 C – 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi menyebabkan luka
bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya pengentalan sekresi dan akibatnya
obstruksi jalan nafas bisa terjadi.Sebaliknya apabila suhu ke pasien kurang dari 360 C
membuat kesempatan untuk tumbuhnya kuman.
Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan udara dialirkan
melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi menggunakan
kedua system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture echanger yang di pasang pada
ujung sirkuit Ventilasi Mekanik.
Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan posisi dan
penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu, karena tindakan ini
membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya infeksi, perhatikan sterilitas !!
Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi (auscultasi) dapat juga dilihat dari adanya
peningkatan tekanan inspirasi (Resp. rate) yang menandakan adanya
perlengketan/penyempitan jalan nafas oleh sekresi ini indikasi untuk dilakukan
pengisapan.
Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah terjadinya migrasi,
kinking dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang adequate jangan
diabaikan.Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari sekali harus dilakukan karena ini
merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi
pada kulit atau pinggir bibir dilokasi pemasangan selang endotrakeal.
Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai ukuran, ini
gunanya agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga memudahkan untuk
melakukan pengisapan sekresi.
Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah kelebihan inflasi
dan kelebihan tekanan pada dinding trakea.
Pada pasien dengan Ventilasi Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah tanpa
adanya kebocoran/penurunan tidal volume.
E. Dukungan Nutrisi
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat diberikan
melalui Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih
dahulu, terutama pada pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral
bisa dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.
F. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan.Pengkajian yang sering dan pemberian tetes
mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea.Bila refleks berkedip hilang,
kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi kornea, kering dan
trauma.edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan
vena meningkat. Atur posisi kepala lebih atas/ekstensi.
4. Jenis jenis gangguan pernafasan pada pasien kritis dan tatalaksananya serta
alogaritma nya
2. Terapi Antibiotik
Terapi Oksigen
Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak
tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua
sambungan baik.
Sumber oksigen utama adalah silinder.Penting untuk memastikan bahwa semua alat
diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu
tentang penggunaannya secara benar.
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Edema paru :
Pengurangan Preload
Pengurangan preload akan menurunkan tekanan hidrostatik kapiler paru dan akan
mengurangi perpindahan cairan dari kapiler ke jaringan interstitial paru dan alveoli.
Obat yang dapat diberikan antara lain :
Vasodilator
Nitrogliserin dapat diberikan dalam bentuk tablet atau spray sublingual yang dapat
diulangi setiap 5-10 menit bila TD tetap >90-100mmHg. Nitrogliserin juga dapat
diberikan intravena dengan dosis awal 10-20mcg/menit dapat dititrasi hingga
200mcg/mnt. Isosorbid intravena juga dapat menjadi pilihan dengan dosis awal
1mg/jam dapat dititrasi hingga 10mg/jam. Morfin juga sudah lama diketahui dapat
diberikan pada EPA, namun belum ditemukan data yang menunjukkan efek
hemodinamik pada pasien EPA. Data justru menunjukkan peningkatan perawatan
intensif dan intubasi pada pasien EPA setelah pemberian morfin.
Diuretik
Furosemide diberikan dalam dosis 20-40 mg intravena. Pada pasien dengan riwayat
penggunaan diuretik rutin, dosis pemberian pada EPA bisa ditingkatkan atau paling
tidak sama dengan dosis rutin diuretik. Efek pertama sebagai venodilator dicapai
dalam 5 menit, dan efek kedua sebagai diuretic dicapai dalam waktu 30-60 menit.
Pengurangan Afterload
Pengurangan afterload akan meningkatkan curah jantung dan memperbaiki perfusi
renal. Kondisi ini akan membantu diuresis pada pasien kelebihan cairan.
Nitrogliserin, ACE inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dapat
diberikan untuk mengurangi preload.
Inotropik/Vasopressor
Pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri dapat memberikan gejala hipotensi.
Inotropik/Vasopressor dapat diberikan untuk mempertahankan tekanan darah yang
adekuat. Obat yang dapat diberikan antara lain:
Dobutamin dengan dosis 2-20mcg/KgBB.menit.
Dopamin dengan dosis 2-20mcg/KgBB/menit. Dimana dosis 2-5 mcg/Kgbb/menit
akan memberikan efek inotropic, sedangan dosis >5mcg/KgBB/menit memberikan
efek vasopressor.
Noreepinephrine dengan dosis 0,1-1 mcg/KgBB/menit.Edema Paru Akut
Nonkardiogenik
Penatalaksanaan dari EPA nonkardiogenik yaitu dengan pemberian suplai oksigen
yang adekuat. Penatalaksanaan yang lebih spesifik ditujukan pada penyebab dasar
dari EPA. Pemberian cairan intravena harus dibatasi, mengingat permeabilitas kapiler
yang terganggu dapat memperparah EPA. [2, 4, 5, 6, 7, 8, 9]
Agoritma PPOK
AGORTIMA PNEUOMINA
AGORTIMA EDEMA PARU