Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yoshua David Poputra

Nim : 18014004
MK : Etika Khusus

Tugas Etika Khusus

1. Jelaskan arti etika!


2. Jelaskan perbedaan antara voluntary act, non voluntary act dan involuntary act!
3. Berikan salah satu contoh kasus dan ditinjau dari perspektif kebebasan dan tanggung jawab!

Jawaban :

1. Arti Etika

Secara etimologi kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti adat
istiadat atau pola kebiasaan berperilaku. Karena tradisi atau kebiasaan merujuk pada nilai-nilai
tertentu, maka secara arti kata “etika” juga mengandung makna yang merujuk pada nilai-nilai
dan asas moral yang dianut oleh kelompok masyarakat tertentu yang dijadikan sebagai standar
berperilaku baik maupun buruk.
Etika merupakan filsafat yang berefleksi atas ajran-ajaran moral. Karena itu, sebagai
filsafat, etika sangat mengutamakan sikap kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma
moral. Sikap kritis yang dimaksud adalah etika mempertanyakan nilai dan norma moral sampai
kelapisan yang paling dalam.
Etika memiliki fungsi sebagai :
 refleksi kritis, rasional, mendasar dan sistematis terhadap moralitas.
 Etika berperan membantu kita untuk mampu memberikan penilaian yang tepat, yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
 berperan positif membantu menganalisis masalah-masalah dan merumuskan atau
memekarkan prinsip-prinsip moralitas secara kontekstual sebagai alat konseptual yang
boleh dipakai menilai masalah-masalah baru yang dihadapi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah :


 Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
 Kumpulan asas/nilai yang berkenan dengan akhlak
 Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat

Menurut pendapat para ahli, etika adalah :


 Soegarda Poerbakawatja, “suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan, serta pijakan
kepada suatu tindakan manusia”.
 Drs. O.P. Simorangkir, “etika sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik”.
 K. Bertens, “nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi umat manusia baik
secara individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah lakunya.
2. Perbedaan antara Voluntary Act, Non-Voluntary Act dan Involuntary Act

 Voluntary act adalah perbuatan manusiawi selalu merupakan perbuatan yang


dikehendaki. Akan tetapi karena jenis perbuatan itu secara prinsipil melibatkan
pengetahuan dan kehendak, maka tingkat kadar manusiawi suatu perbuatan akan
menurun seandainya terjadi kekurangan pada salah satu dari dua komponen dasar
tersebut. Perbuatan ini adalah perbuatan yang sukarela disebabkan oleh suatu peristiwa
mental internal seperti : kehendak, dorongan, hasrat, minat, perhatian, motif dan tuntutan
untuk memilih. Contohnya keputusan membaca buku setiap hari.

 Involuntari act adalah perbuatan manusia yang tidak dikehendaki.


 Involuntary act dapat terjadi karena paksaan dari luar yang bersifat fisik. Paksaan
yang dimaksud yaitu memaksa pihak lain untuk berperilaku secara spontan (baik
melalui tindakan atau tidak bertindak) dengan menggunakan ancaman, imbalan
atau intimidasi atau bentuk lain dari tekanan atau kekuatan. Contohnya dalam
pertarungan pemilihan legislatif dilakukannya serangan fajar atau bentuk politik
uang atau sembako kepada masyarakat untuk memilih calon legislatif tertentu

 Involuntary act dapat terjadi karena paksaan dari dalam seperti gangguan mental.
Orang gila atau yang memiliki gangguan mental bertindak diluar kesadarannya
sendiri dan karena itu tidak dapat menghendaki sendiri perbuatan-perbuatannya.
Ia kehilangan kebebasan dan kehendak yang menjadi penentu kualitas perbuatan
manusiawi.

 Non-Voluntary act adalah pebuatan manusia yang tidak sukarela (pamrih) atau tidak
ikhlas dilakukan. Tindakan yang dilakukan semata-mata hanya untuk memperoleh
keuntungan. Contohnya membayar pajak yang tidak optimal atau membayar pajak tidak
sesuai yang ditentukan
3. Kebebasan dan Tanggung Jawab

Selama bertahun-tahun banyak kasus pelanggaran atas kebebasan beragama dan


berkeyakinan yang tidak tertangani dengan baik sehingga akhirnya menumpuk begitu saja.
Contohnya kasus diAceh dimana daerah yang mayoritas Islam seringkali melarang,
memberhentikan dan menggangu umat Kristen ketika beribadah. Padahal kerukunan umat
beragama atau toleransi agama adalah hal yang sangat penting karena merupakan sikap
menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun. Indonesia memiliki keragaman yang
begitu banyak, tak hanya adat atau budaya melainkan juga agama. Walaupun mayoritas
penduduk Indonesia memeluk agama islam, ada juga agama lain juga yang dianut yaitu Kristen,
Katolik, Hindu dan Buddha. Setiap agama mempunyai aturan masing-masing dalam beribadah.
Namun perbedaan in bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara tanah air yang
sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama diIndonesia agar negara ini tetap menjadi
satu kesatuan yang utuh.
Kalau ditinjau dari perspektif kebebasan setiap orang memiliki hak untuk mempunyai
agama dan keyakinannya sendiri tanpa dipaksakan. Dalam sila pertama pancasila sudah jelas
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan dan agamanya masing-masing,
mengembangkan sikap hormat dan bekerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain karena agama dan kepercayaan adalah hal
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan. Undang-undang dasar 1945 pasal
28 dan 29 juga terdapat hal yang menjamin kebebasan beragama.
Maka dari itu bagaimana kita sebagai manusia yang berada didalam sebuah negara yang
kebhinekaannya tinggi dapat mempertanggung jawabkan perbedaan pemeluk agama agar bisa
menjadi satu kesatuan demi menciptakan sebuah negara yang aman damai dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai