OLEH :
KELAS 6 SM7
JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI KEUANGAN
TAHUN AJARAN 2019-2020
PENDAHULUAN
Perusahaan yang sehat merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik di sisi
keuangan maupun sisi manajemennya. Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan dapat
menunjukkan besarnya nilai tambah yang akan dihasilkan, dan akan tercermin pada
peningkatan nilai perusahaan. Kinerja perusahaan dan return saham akan selalu bergerak
searah. Sebab semakin baik kinerja keuangannya, maka semakin tinggi laba yang akan
diperoleh, sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pula tingkat pengembalian sahamnya. Salah satu
cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan Economic
Value Added (EVA). EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah. Menurut Rudianto (2006) EVA adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi suatu perusahaan dalam memenuhi semua biaya
operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA membantu manajer
memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai pemegang saham, sementara investor
dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham yang akan meningkatkan nilainya
(Brigham & Houston, 2001). Perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil
perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis dan meningkatnya EVA akan
menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (Abdullah, 2003).
Mukodim (2008) menyatakan bahwa rasio profitabilitas memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap pergerakan harga saham, karena daya tarik utama bagi pemilik perusahaan
dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Sehubungan dengan pentingnya rasio
profitabilitas baik bagi investor maupun manajemen perusahaan, maka cukup banyak
penelitian yang melakukan pengujian atas pengaruh rasio profitabilitas terhadap return
saham, antara lain Uddin (2010) menguji pengaruh rasio profitabilitas, NPV terhadap harga
saham pada perusahaan asuransi yang terdapat pada New York Stock Exchange. Periode
pengamatan data dilakukan pada Desember 2007 – November 2008. Penelitian tersebut
menemukan deviden, net asset value, dan earning per share berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Buyuksalvarci dan Abdioglu (2010) meneliti keterkaitan antara rasio
likuiditas, efisiensi, profitabilitas dan struktur keuangan terhadap return saham. Hasil
penelitian mereka menemukan bahwa rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas dan struktur
keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham, dan rasio profitabilitas merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi return saham pada perusahaan yang terdaftar di
Istanbul Stock Exchange (ISE). Mansourabad (2013) menemukan terdapat hubungan positif
dan signifikan antara EVA dan likuiditas saham. Juga ada hubungan yang signifikan dan
positif antara dan return saham. Berbeda dengan hasil penelitian Kangarloei (2012)
menemukan tidak terdapat hubungan signifikan antara Economic Value Added (EVA) dan
Return on Assets (ROA) di Tehran Stock Exchange (TSE). Sementara itu, Nakhaei (2013)
menemukan bahwa EVA, ROE berhubungan signifikan dengan MVA, tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara ROA dengan MVA di Tehran Stock Exchange (TSE).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di ajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Economic value added terhadap return saham.
2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Return of equity terhadap return saham.
3. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Return on Asset terhadap return saham.
4. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Earning per share terhadap return saham
5. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap return
saham.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Economic Value Added (EVA) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan. Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tetntang adanya
penambahan nilai dari suatu investasi (A. Sawir : 2003).
Economic Value Added (EVA) adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah
absolut dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (created) atau
dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. (Tunggal, 2001:2).
2.2 Profitabilitas
Pada dasarnya investor akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di
perusahaan yang menawarkan jumlah, stabilitas, dan tingkat pertumbuhan pendapatan yang akan
mereka terima. Investor akan dengan cepat mengestimasi return saham perusahaan di masa yang
akan datang dan besarnya deviden yang akan diterima, apabila investor mengetahui dengan pasti
laba yang akan mereka peroleh dari perusahaan. Apabila nilai EVA suatu perusahaan meningkat,
maka kinerja perusahaan semakin baik, sehingga kesejahteraan pemegang saham dapat
ditingkatkan.
Return on equity (ROE) dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektifekuitas yang
diberikan oleh para pemodal dikelola oleh pihak manajemen untukberoperasi menghasilkan
keuntungan. Dengan ROE yang tinggi akanmempengaruhi perubahan harga saham, selanjutnya
perubahan harga sahamtersebut menghasilkan return saham yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Nakhaei (2013) yang menemukan terdapat pengaruh signifikan positif antara
ROE dengan return saham, dimana semakin tinggi ROE, maka akan semakin tinggi return
saham.
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang dapat
diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya ROA
berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan
semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan yang
bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return
saham. Menurut hasil penelitian Sudiyanto dan Suharmanto (2011) Return On Asset mempunyai
hasil yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on
Asset menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan
dan akan mengundang investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila Return on
Asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan
mendapatkan kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga
sahamnya akan rendah.
2.5.4 Hubungan Good Corporate Governance Terhadap Return Saham
Nakhaei (2013) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara economic value
added (EVA), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) dengan nilai pasar (MVA) di
Bursa Efek Teheran (TSE). Sampel melibatkan 87 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Teheran (TSE) selama periode 2004-2008. Metode koefisien korelasi Pearson dan
regresi yang digunakan untuk analisis data dan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara EVA, ROE dengan MVA, tapi tidak ada hubungan yang
signifikan antara ROA dan MVA.
EVA (X1)
ROE (X2)
RETURN SAHAM (Y)
ROA (X3)
GCG (X4)
NO NAMA PERUSAHAAN
1. PT Unilever Tbk
KAJIAN TEORI
Economic Value Added (EVA) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan.
Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tetntang adanya penambahan nilai dari
suatu investasi (A. Sawir : 2003).
Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai
dari suatu investasi setiap tahun pada suatu perusahaan. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan
salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria M : 2007).
Economic Value Added (EVA) adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah
absolut dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak
(destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. (Tunggal, 2001:2).
Metode EVA Konsep Economic Value Added (EVA) pertamakali diperkenalkan oleh
George Bennett salah seorang managing partner dari Stern, Stewart & Copada tahun 1980.
Konsep EVA tersebut merupakan variasi dari konsep penghasilan sisa atau residual income,
yang telah diperkenalkan pertama kali oleh Alfreg Marshall pada abad ke19.Pendekatan yang
lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung economic value added (EVA) suatu
perusahaan. EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa
jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka
akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. EVA dihitung dengan mengurangkan
keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of
debt) maupun modal sendiri (cost of equity). Jika perbedaan tersebut positif, berarti ada nilai
tambah bagi perusahaan, dan ini biasanya akan direspons oleh meningkatnya harga saham.
Demikian pula sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja,
yang biasanya akan direspons dengan penurunan harga saham perusahaan (Tandelilin, 2010).
Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat. Rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on
equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total
ROE yaitu:
2. Menurut Kasmir (2014:201), Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
3. Menurut Fahmi (2012:98), Return On Assets melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang
ditanamkan atau ditempatkan.
5. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio
(Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang
beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
6. Menurut Sawir (2005:18), Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset.
Menurut Supriyatno (2000, p.17), The Indonesian Institute For Corporate Governance
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stockholders yang lain.
Return saham adalah tingkat keuntungan investasi (Tandelin, 2010). Konsep risiko tidak
terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharap tingkat return yang
sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.
Menurut Jogiyanto (2003), return dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi
dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return harapan oleh
investor di masa mendatang.
b) Return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return terdiri
dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003).
EVA (X1)
ROE (X2)
RETURN SAHAM (Y)
ROA (X3)
GCG (X4)
METODE PENGUKURAN
Economic value added (EVA) merupakan konsep nilai yang digunakan untuk menentukan
seberapa besar kemakmuran yang dapat diciptakan dengan mengurangkan earnings perusahaan
dengan biaya modalnya (Nilawati 2004):
Return on asset adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya (Ang 1997).
Return on asset mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dana
yang sering juga disebut hasil pengembalian atas investasi (Ghozali dan Irwansyah, 2002
Dari pengertian tersebut, maka rasio ini sering juga disebut ROI karena menghubungkan laba
dengan investasi, yaitu mengukur tingkat pengembalian atas investasi (Van Horne dan
Wachowicz, 2005 dalam Rasmin, 2007).
Perusahaan selalu berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA maka profitabilitas
perusahaan semakin baik.
Rasio ini mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperolah dari seluruh asset yang
dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan (efisiensi aktiva). Semakin tinggi ROA
menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkanaktivanya untuk menghasilkan
laba bersih setelah pajak. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan
keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut. Peningkatan ROA akan menambah daya tarik investor untuk menanamkan
dananya dalam perusahaan. Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain
ROA akan berdampak positif terhadap return saham. Pada penelitian ini pendekatan rasio return
on asset yang digunakan sebagai variabel independen merupakan salah satu faktor fundamental
yang mengukur efektifitas suatu perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya adalah dari Hardiningsih, dkk (2002). Hal ini didasarkan
padahasil penelitian yang ditunjukkan yaitu return on asset mempunyai pengaruh terhadap return
saha
Profitabilitas merupakan ukuran seberapabesar keuntungan yang dapat diperoleh dari
modalsaham, tingkat penjualan, dan kekayaan (asset) yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas
yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba serta
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Peneliti menggunkan Return On Asset (ROA) untuk
mengukur profitabilitas.
Dimana menurut Brigham dan Houston(2009: 96) dapat diformulasikan sebagai berikut:
banyak laba bersih yang bisa diperolah dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam
sebuah perusahaan (efisiensi aktiva). Semakin tinggi Return on asset menunjukkan semakin
efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk mengha-silkan laba bersih setelah pajak
(I.G.K.A Ulupui: 2007).
Dalam bentuk suatu keputusan GCG memposisikan perusahaan secara jauh lebih tertata dan
terstruktur, dengan mekanisme pekerjaan yang bersifat mematuhi aturanaturan bisnis yang telah
digariskan serta siap menerima sanksi jika aturan-aturan tersebut dilanggar. Dan sebagai suatu
konsep GCG memiliki idealisme untuk mewujudkan tujuan-tujuan pemegang saham. Ada
beberapa ukuran untuk menentukan kualitas dari GCG (Garcia, 2011) yaitu proporsi direktur
independen, proporsi dewan direksi, pengaruh CEO (CEO bukan merupakan bagian dari
direkstur eksekutif), jumlah rapat dewan, adanya komite nominasi renumerasi, keberadaan
komite audit, dan proporsi dewan komisaris.
LOGIKA KETERKAITAN TIAP VARIABEL
1) Economi Value Added terhadap Return Saham
Bila perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari
biaya modalnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau calon investor
untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut dan hal ini mendorong
terjadinya permintaan terhadap saham. Hasil dipertegas oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mansourabad (2013) tentang hubungan antara economic value added and
stock returns pada perusahaan terdaftar di Tehran Stock Exchange, menemukan bahwa
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara nilai tambah ekonomisdengan
return saham. Dimana semakin tinggi nilai nilai tambah ekonomis suatu perusahaan,
maka akan semakin tinggi return saham perusahaan tersebut.
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang dapat
diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan
meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya
harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka
return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA
berhubungan positif terhadap return saham. Menurut hasil penelitian Sudiyanto dan
Suharmanto (2011) Return On Asset mempunyai hasil yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja
semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang
investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila Return on Asset semakin
kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan
kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga
sahamnya akan rendah.
Penelitian GCG pada return saham dilakukan oleh Tjondro dan Wilopo (2011) yang
menyatakan bahwa CGPI berpengaruh terhadap return saham. Semakin baik skor CGPI maka
akan semakin meningkat return saham perusahaan tersebut, namun Pratiwi dan Suryanawa
(2014) menyatakan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan pada return
saham, karena belum mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Johnson et
al. (2009) tidak menemukan bukti bahwa GCG berpengaruh pada return saham. Saham
perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong memiliki tingkat resiko yang
tinggi karena sangat peka terhadap perubahan-perubahan kondisi politik dan ekonomi serta
perubahan yang terjadi dalam internal perusahaan itu sendiri. Perubahan- perubahan tersebut
dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap harga saham perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa investor perlu mengambil sikap hati-hati dalam melakukan investasi
berbentuk saham untuk mencegah kemungkinan kerugian yang akan diterima. Salah satu upaya
mencegah kerugian tersebut adalah dengan memprediksi return saham yang mungkin diterima
investor dimasa yang akan datang. Prediksi return saham dapat dilakukan dengan cara
melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan. Salah satu hal utama yang sering digunakan
untuk menganalisis kinerja perusahaan yaitu dengan cara menganalisis keuangan perusahaan.
Analisis keuangan perusahaan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai
adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan
yang lainnya.