Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RASIO


PROFITABILITAS DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP RETURN SAHAM KOSMETIK DI
BEI

Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Hening Widi Oetomo M.M., PhD.

OLEH :

RISKA LESTARI 1610210677

KELAS 6 SM7
JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI KEUANGAN
TAHUN AJARAN 2019-2020

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)


SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang sehat merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik di sisi
keuangan maupun sisi manajemennya. Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan dapat
menunjukkan besarnya nilai tambah yang akan dihasilkan, dan akan tercermin pada
peningkatan nilai perusahaan. Kinerja perusahaan dan return saham akan selalu bergerak
searah. Sebab semakin baik kinerja keuangannya, maka semakin tinggi laba yang akan
diperoleh, sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pula tingkat pengembalian sahamnya. Salah satu
cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan Economic
Value Added (EVA). EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah. Menurut Rudianto (2006) EVA adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi suatu perusahaan dalam memenuhi semua biaya
operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA membantu manajer
memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai pemegang saham, sementara investor
dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham yang akan meningkatkan nilainya
(Brigham & Houston, 2001). Perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil
perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis dan meningkatnya EVA akan
menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (Abdullah, 2003).

Mukodim (2008) menyatakan bahwa rasio profitabilitas memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap pergerakan harga saham, karena daya tarik utama bagi pemilik perusahaan
dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Sehubungan dengan pentingnya rasio
profitabilitas baik bagi investor maupun manajemen perusahaan, maka cukup banyak
penelitian yang melakukan pengujian atas pengaruh rasio profitabilitas terhadap return
saham, antara lain Uddin (2010) menguji pengaruh rasio profitabilitas, NPV terhadap harga
saham pada perusahaan asuransi yang terdapat pada New York Stock Exchange. Periode
pengamatan data dilakukan pada Desember 2007 – November 2008. Penelitian tersebut
menemukan deviden, net asset value, dan earning per share berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Buyuksalvarci dan Abdioglu (2010) meneliti keterkaitan antara rasio
likuiditas, efisiensi, profitabilitas dan struktur keuangan terhadap return saham. Hasil
penelitian mereka menemukan bahwa rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas dan struktur
keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham, dan rasio profitabilitas merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi return saham pada perusahaan yang terdaftar di
Istanbul Stock Exchange (ISE). Mansourabad (2013) menemukan terdapat hubungan positif
dan signifikan antara EVA dan likuiditas saham. Juga ada hubungan yang signifikan dan
positif antara dan return saham. Berbeda dengan hasil penelitian Kangarloei (2012)
menemukan tidak terdapat hubungan signifikan antara Economic Value Added (EVA) dan
Return on Assets (ROA) di Tehran Stock Exchange (TSE). Sementara itu, Nakhaei (2013)
menemukan bahwa EVA, ROE berhubungan signifikan dengan MVA, tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara ROA dengan MVA di Tehran Stock Exchange (TSE).

Kesejahteraan pemegang saham adalah sasaran utama perusahaan dan membuat


beberapa perusahaan mengesampingkan pihak-pihak lain di luar stockholder, sehingga
menyebabkan munculnya dampak negatif bagi perusahaan, yang akan berimbas pada
kinerja perusahaan dan juga berakibat pada menurunnya harga saham, karena membuat
hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan. Good Corporate Governance (GCG)
merupakan konsep yang diajukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui
pengawasan kinerja manajemen serta menjamin akuntabilitas terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada peraturan. Konsep GCG ditujukan untuk memberi perlindungan dan
tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi stakeholders dan
stockholder, sehingga mereka merasa yakin memperoleh imbal hasil atas investasinya
dengan benar, tepat waktu, dan sesuai harapan. GCG membantu menciptakan iklim kondusif
demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan berkesinambungan di sektor korporasi.
Pihak manajemen sering memiliki tujuan dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan
utama perusahaan dan mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan
tersebut mengakibatkan munculnya konflik yang disebut agency conflict. Good Corporate
governance sebagai salah satu cara untuk memberi perlindungan terhadap kepentingan
pemegang saham. Tujuan penerapan GCG menurut Forum for Corporate Governance
(dalam Pratiwi dan Suryanawa, 2014) adalah untuk mengoptimumkan tingkat profitabilitas
semua pihak yang berkepentingan dalam jangka panjang. GCG ini juga diharapkan dapat
mengurangi konflik antara agen dengan prinsipal yang tertera pada teori keagenan. Investor
akan merasa aman atas investasinya, karena cenderung memperoleh return sesuai dengan
harapannya (Nuswandari, 2009). Agar dapat terus bertahan, perusahaan-perusahaan
mengubah dari bisnis yang berdasarkan labor based business (tenaga kerja) kearah
knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utamanya
adalah ilmu pengetahuan. Menurut Ulum (2008), penciptaan nilai yang tidak berwujud
harus mendapat perhatian yang cukup, karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :


1. Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Return saham Perusahaan
Kosmetik di BEI?
2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Return saham?
3. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return saham?
4. Apakah Penerapan Good Corporate Governance mempengaruhi return saham pada saham
perusahaan kosmetik di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di ajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Economic value added terhadap return saham.
2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Return of equity terhadap return saham.
3. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Return on Asset terhadap return saham.
4. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Earning per share terhadap return saham
5. Membuktikan dan menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap return
saham.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan. Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tetntang adanya
penambahan nilai dari suatu investasi (A. Sawir : 2003).

Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penambahan


nilai dari suatu investasi setiap tahun pada suatu perusahaan. EVA adalah nilai tambah
ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode
tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria M :
2007).

Economic Value Added (EVA) adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah
absolut dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (created) atau
dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. (Tunggal, 2001:2).

Economic Value Added adalah indikator internal yang mengukur kekayaan


pemegang saham suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA mengukur
seberapa efisien perusahaan menggunakan modalnya untuk menciptakan nilai tambah
ekonomis. Dasar pengukuran pendekatan EVA lebih memfokuskan perhatian pada
penciptaan nilai perusahaan yaitu manajemen perusahaan berupaya menghasilkan return
yang lebih besar dari biaya modalnya.
EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya
modal atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual
income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Jika tingkat
pengembalian investasi perusahaan tidak mampu menutupi risikonya, EVA perusahaan
itu negatif. Sebaliknya, tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dari cost of
capitalnya menghasilkan EVA positif. EVA yang positif menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan, karena rate of return lebih besar dari biaya
modalnya. EVA akan mengukur kinerja perusahaan secara tepat dengan memperhatikan
secara adil ekspektasi investor dan kreditur.

2.2 Profitabilitas

Menurut Agus Sartono (2010:122) definisi rasio profitabilitas adalah


kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka
panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini.

Menurut Kasmir (2014:115) definisi rasio profitabilitas merupakan rasio


untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Initinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 on Equity = Net Profit /Total Equity


Menurut Golin dan Delhaise (2013), secara umum terdapat dua jenis pengukuran
profitabilitas yaitu returnon equity, dan returnon assets. Returnon equity diukur dengan
membandingkan antara laba bersih dengan ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut, dan return on asset diukur dengan membandingkan laba bersih yang
diperoleh dengan total aset yang digunakan. Ratio pengukuran masingmasing adalah:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 on Assets = Net Profit/ Total Assets

Return on Assets ( Rasio Pengembalian Aset ) merupakan rasio profitabilitas


untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang akan diperoleh perusahaan terkait
sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola
asetnya bias terlihat dari persentase rasio ini.

2.3 Good Corporate Governance

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2003) menjelaskan, sistem


corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan
kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar.
Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi
terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporasi.
Asas Good Corporate Governance FCGI (2003) menyatakan bahwa setiap
perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan
di semua jajaran perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing asas GCG
yang dikemukakan oleh FCGI (2003).
1. Transparansi (Transparancy). Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan, yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability). Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Akuntabilitas adalah
prasyarat yang
Diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility). Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-
undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan,
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.
4. Independensi (Independency). Perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain. 5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness). Dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

2.4 Return Saham

Return saham adalah tingkat keuntungan investasi (Tandelin, 2010). Konsep


risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharap tingkat
return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.
Menurut Jogiyanto (2003), return dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah
terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini juga berguna sebagai
dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return harapan oleh
investor di masa mendatang.
b) Return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return terdiri
dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003).

2.5 Hubungan Antar Variabel

2.5.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham

Pada dasarnya investor akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di
perusahaan yang menawarkan jumlah, stabilitas, dan tingkat pertumbuhan pendapatan yang akan
mereka terima. Investor akan dengan cepat mengestimasi return saham perusahaan di masa yang
akan datang dan besarnya deviden yang akan diterima, apabila investor mengetahui dengan pasti
laba yang akan mereka peroleh dari perusahaan. Apabila nilai EVA suatu perusahaan meningkat,
maka kinerja perusahaan semakin baik, sehingga kesejahteraan pemegang saham dapat
ditingkatkan.

2.5.2 Hubungan Return on Equity (ROE) Terhadap Return Saham

Return on equity (ROE) dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektifekuitas yang
diberikan oleh para pemodal dikelola oleh pihak manajemen untukberoperasi menghasilkan
keuntungan. Dengan ROE yang tinggi akanmempengaruhi perubahan harga saham, selanjutnya
perubahan harga sahamtersebut menghasilkan return saham yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Nakhaei (2013) yang menemukan terdapat pengaruh signifikan positif antara
ROE dengan return saham, dimana semakin tinggi ROE, maka akan semakin tinggi return
saham.

2.5.3 Hubungan Return On Assets Terhadap Return Saham

Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang dapat
diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya ROA
berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan
semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan yang
bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return
saham. Menurut hasil penelitian Sudiyanto dan Suharmanto (2011) Return On Asset mempunyai
hasil yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on
Asset menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan
dan akan mengundang investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila Return on
Asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan
mendapatkan kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga
sahamnya akan rendah.
2.5.4 Hubungan Good Corporate Governance Terhadap Return Saham

Mekanisme corporate governance yang diharapkan dapat meningkatkan pengawasan bagi


perusahaan, antara lain dewan komisaris independen, kepemilikan institutional, dewan direksi,
dan komite audit.
a. Dewan Komisaris Independen Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan
diharapkan dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajer perusahaan
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat (Carningsih, 2009).
b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang
lebih optimal terhadap kinerja manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Cornet et
al. (dalam Ujiyanto dan Pramuka, 2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan
perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih
memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi perilaku
opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
c. Dewan Direksi Menurut Isshaq (dalam Susanti, 2010) ukuran dewan direksi adalah jumlah
dewan direksi dalam perusahaan, semakin banyak dewan direksi akan memberi suatu bentuk
pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin baik dan terkontrol, sehingga akan
menghasilkan profitabilitas yang baik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
d. Komite Audit Komite audit memiliki tugas membantu dewan komisaris untuk memastikan
bahwa perusahaan telah menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan telah menerapkan pengendalian internal, manajemen risiko,
serta good corporate governance (GCG).

2.6 Penelitian Terdahulu

Mansourabad (2013) menyatakan pentingnya melakukan analisis Economic Value Added


sebagai salah satu langkah efektif untuk mengevaluasi kinerja manajer. Sampel penelitian
adalah sebanyak 510 perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange selama tahun 2005-
2010. Perusahaan-perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan yang laporan
keuangannya tersedia untuk periode 2005-2010. Dengan kriteria ini maka jumlah sampel
penelitian tereduksi menjadi 98 perusahaan. Likuiditas dan return saham sebagai variabel
dependent, nilai tambah ekonomi (EVA) adalah variabel independen. Analisis data
menggunakan model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara nilai tambah ekonomis dengan likuiditas saham, dan
terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara nilai tambah ekonomi dan return saham.

Nakhaei (2013) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara economic value
added (EVA), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) dengan nilai pasar (MVA) di
Bursa Efek Teheran (TSE). Sampel melibatkan 87 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Teheran (TSE) selama periode 2004-2008. Metode koefisien korelasi Pearson dan
regresi yang digunakan untuk analisis data dan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara EVA, ROE dengan MVA, tapi tidak ada hubungan yang
signifikan antara ROA dan MVA.

Hosseininasab, Gholinezhad, Alimi (2013) mengemukakan dalam beberapa dekade


terakhir, keberhasilan dan kehidupan perusahaan lebih ditentukan pada promosi nilai-nilai
perusahaan. Sekarang, perusahaan harus terlibat dalam suatu periode di mana kerangka
ekonomi baru harus dibentuk dan dapat mencerminkan nilai dan meningkatkan keuntungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tambah ekonomi pada pelaporan
informasi keuangan. Sampel penelitian terdiri dari 71 perusahaan antara tahun 20082011 di
Bursa Efek Teheran. Dalam penelitian ini, menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit,
kinerja keuangan dianggap sebagai variabel dependen, nilai tambah ekonomi sebagai variabel
independen dan rasio utang sebagai variabel kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
economic value added berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
2.7 Kerangka Konseptual

EVA (X1)

ROE (X2)
RETURN SAHAM (Y)
ROA (X3)

GCG (X4)

NO NAMA PERUSAHAAN

1. PT Unilever Tbk

2 PT Mustika Ratu Tbk

3 PT Martina Berto Tbk

4 PT Mandom Indonesia Tbk


BAB 2

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RASIO PROFITABILITAS


DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
RETURN SAHAM KOSMETIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

Oleh : RISKA LESTARI/ 1610210677

 KAJIAN TEORI

I. ECONOMIC VALUE ADDED

Economic Value Added (EVA) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan.
Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tetntang adanya penambahan nilai dari
suatu investasi (A. Sawir : 2003).

Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai
dari suatu investasi setiap tahun pada suatu perusahaan. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan
salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria M : 2007).

Economic Value Added (EVA) adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah
absolut dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak
(destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. (Tunggal, 2001:2).

Metode EVA Konsep Economic Value Added (EVA) pertamakali diperkenalkan oleh
George Bennett salah seorang managing partner dari Stern, Stewart & Copada tahun 1980.
Konsep EVA tersebut merupakan variasi dari konsep penghasilan sisa atau residual income,
yang telah diperkenalkan pertama kali oleh Alfreg Marshall pada abad ke19.Pendekatan yang
lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung economic value added (EVA) suatu
perusahaan. EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa

jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka
akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. EVA dihitung dengan mengurangkan
keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of
debt) maupun modal sendiri (cost of equity). Jika perbedaan tersebut positif, berarti ada nilai
tambah bagi perusahaan, dan ini biasanya akan direspons oleh meningkatnya harga saham.
Demikian pula sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja,
yang biasanya akan direspons dengan penurunan harga saham perusahaan (Tandelilin, 2010).

II. RASIO PROFITABILITAS

Menurut Agus Sartono (2010:122) definisi rasio profitabilitas adalah


kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka
panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini.

Menurut Kasmir (2014:115) definisi rasio profitabilitas merupakan rasio


untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Initinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak

dengan modal sendiri kasmir (2015:204).Rasio ini menunjukkan daya untuk

menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat. Rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on

equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total

ekuitas pemegang saham. Brigham & Houston ( 2011:133)

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Sartono (2012:124)

ROE yaitu:

“Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang


saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila
proporsi utang besar maka rasio ini akan besar”.

Berikut ini beberapa pengertian ROA dari beberapa sumber:

1. Menurut Eduardus Tandelilin (2010:372), Return On Assets menggambarkan sejauh


mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.

2. Menurut Kasmir (2014:201), Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

3. Menurut Fahmi (2012:98), Return On Assets melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang
ditanamkan atau ditempatkan.

4. Horne dan Wachowicz (2005:235), ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam


menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari
modal yang diinvestasikan.

5. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio
(Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang
beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
6. Menurut Sawir (2005:18), Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset.

III. GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pengertian Good Corporate Governance Menurut Para Ahli


Menurut YYPMI (2002, p.21), Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah,
karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.

Menurut Supriyatno (2000, p.17), The Indonesian Institute For Corporate Governance
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stockholders yang lain.

IV. RETURN SAHAM

Return saham adalah tingkat keuntungan investasi (Tandelin, 2010). Konsep risiko tidak
terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharap tingkat return yang
sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.
Menurut Jogiyanto (2003), return dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi
dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return harapan oleh
investor di masa mendatang.
b) Return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return terdiri
dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003).

EVA (X1)

ROE (X2)
RETURN SAHAM (Y)
ROA (X3)

GCG (X4)

 METODE PENGUKURAN

1. Mengukur Economi value added

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Economic value added (EVA) merupakan konsep nilai yang digunakan untuk menentukan
seberapa besar kemakmuran yang dapat diciptakan dengan mengurangkan earnings perusahaan
dengan biaya modalnya (Nilawati 2004):

EVA = NOPAT – (capital x WACC)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung

berdasarkan Rupiah per saham.


2. Mengukur rasio profitabilitas

Return on asset adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya (Ang 1997).

Return on asset mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dana
yang sering juga disebut hasil pengembalian atas investasi (Ghozali dan Irwansyah, 2002

dalam Rasmin, 2007).

Dari pengertian tersebut, maka rasio ini sering juga disebut ROI karena menghubungkan laba
dengan investasi, yaitu mengukur tingkat pengembalian atas investasi (Van Horne dan
Wachowicz, 2005 dalam Rasmin, 2007).

Perusahaan selalu berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA maka profitabilitas
perusahaan semakin baik.

Rasio ini mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperolah dari seluruh asset yang
dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan (efisiensi aktiva). Semakin tinggi ROA
menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkanaktivanya untuk menghasilkan
laba bersih setelah pajak. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan

keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut. Peningkatan ROA akan menambah daya tarik investor untuk menanamkan
dananya dalam perusahaan. Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain
ROA akan berdampak positif terhadap return saham. Pada penelitian ini pendekatan rasio return
on asset yang digunakan sebagai variabel independen merupakan salah satu faktor fundamental
yang mengukur efektifitas suatu perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya adalah dari Hardiningsih, dkk (2002). Hal ini didasarkan
padahasil penelitian yang ditunjukkan yaitu return on asset mempunyai pengaruh terhadap return
saha
Profitabilitas merupakan ukuran seberapabesar keuntungan yang dapat diperoleh dari
modalsaham, tingkat penjualan, dan kekayaan (asset) yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas
yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba serta
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Peneliti menggunkan Return On Asset (ROA) untuk
mengukur profitabilitas.

Dimana menurut Brigham dan Houston(2009: 96) dapat diformulasikan sebagai berikut:

TotalAssets/NetIncome ROA = (2) Return on asset mengukur seberapa

banyak laba bersih yang bisa diperolah dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam
sebuah perusahaan (efisiensi aktiva). Semakin tinggi Return on asset menunjukkan semakin
efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk mengha-silkan laba bersih setelah pajak
(I.G.K.A Ulupui: 2007).

3. Mengukur Good Corporate Governance

Dalam bentuk suatu keputusan GCG memposisikan perusahaan secara jauh lebih tertata dan
terstruktur, dengan mekanisme pekerjaan yang bersifat mematuhi aturanaturan bisnis yang telah
digariskan serta siap menerima sanksi jika aturan-aturan tersebut dilanggar. Dan sebagai suatu
konsep GCG memiliki idealisme untuk mewujudkan tujuan-tujuan pemegang saham. Ada
beberapa ukuran untuk menentukan kualitas dari GCG (Garcia, 2011) yaitu proporsi direktur
independen, proporsi dewan direksi, pengaruh CEO (CEO bukan merupakan bagian dari
direkstur eksekutif), jumlah rapat dewan, adanya komite nominasi renumerasi, keberadaan
komite audit, dan proporsi dewan komisaris.
 LOGIKA KETERKAITAN TIAP VARIABEL
1) Economi Value Added terhadap Return Saham

Bila perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari
biaya modalnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau calon investor
untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut dan hal ini mendorong
terjadinya permintaan terhadap saham. Hasil dipertegas oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mansourabad (2013) tentang hubungan antara economic value added and
stock returns pada perusahaan terdaftar di Tehran Stock Exchange, menemukan bahwa
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara nilai tambah ekonomisdengan
return saham. Dimana semakin tinggi nilai nilai tambah ekonomis suatu perusahaan,
maka akan semakin tinggi return saham perusahaan tersebut.

2) Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham

Return on equity (ROE) dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektifekuitas


yang diberikan oleh para pemodal dikelola oleh pihak manajemen untukberoperasi
menghasilkan keuntungan. Dengan ROE yang tinggi akanmempengaruhi perubahan
harga saham, selanjutnya perubahan harga sahamtersebut menghasilkan return saham
yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nakhaei (2013) yang menemukan
terdapat pengaruh signifikan positif antara ROE dengan return saham, dimana semakin
tinggi ROE, maka akan semakin tinggi return saham.

Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang dapat
diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan
meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya
harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka
return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA
berhubungan positif terhadap return saham. Menurut hasil penelitian Sudiyanto dan
Suharmanto (2011) Return On Asset mempunyai hasil yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja
semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang
investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila Return on Asset semakin
kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan
kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga
sahamnya akan rendah.

3) Good Corporate Governance Terhadap Return Saham

Penelitian GCG pada return saham dilakukan oleh Tjondro dan Wilopo (2011) yang
menyatakan bahwa CGPI berpengaruh terhadap return saham. Semakin baik skor CGPI maka
akan semakin meningkat return saham perusahaan tersebut, namun Pratiwi dan Suryanawa
(2014) menyatakan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan pada return
saham, karena belum mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Johnson et
al. (2009) tidak menemukan bukti bahwa GCG berpengaruh pada return saham. Saham
perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong memiliki tingkat resiko yang
tinggi karena sangat peka terhadap perubahan-perubahan kondisi politik dan ekonomi serta
perubahan yang terjadi dalam internal perusahaan itu sendiri. Perubahan- perubahan tersebut
dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap harga saham perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa investor perlu mengambil sikap hati-hati dalam melakukan investasi
berbentuk saham untuk mencegah kemungkinan kerugian yang akan diterima. Salah satu upaya
mencegah kerugian tersebut adalah dengan memprediksi return saham yang mungkin diterima
investor dimasa yang akan datang. Prediksi return saham dapat dilakukan dengan cara
melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan. Salah satu hal utama yang sering digunakan
untuk menganalisis kinerja perusahaan yaitu dengan cara menganalisis keuangan perusahaan.
Analisis keuangan perusahaan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai
adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan
yang lainnya.

 KESIMPULAN HUBUNGAN POSITIF ATAU NEGATIF


Research GAP :
1. ECONOMIC VALUE ADDED terhadap RETURN SAHAM
a. Raden Tinneke, 2007 : ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED
(EVA) DAN FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN
LAINNYA TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan
Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)

EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan.


b. Harnovinsah dan Bernard Sagala, 2015 : PENGARUH ECONOMIC VALUE
ADDED, RASIO PROFITABILITAS DAN CAH FLOW FROM OPERATING
TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2010-2013)

EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham, serta memiliki hubungan


yang positif, dengan demikian, semakin tinggi tingkat EVA pada perusahaan
properti maka akan semakin tinggi return saham.

2. RASIO PROFITABILITAS terhadap RETURN SAHAM

a. Harnovinsah dan Bernard Sagala, 2015 : PENGARUH ECONOMIC VALUE


ADDED, RASIO PROFITABILITAS DAN CAH FLOW FROM
OPERATING TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2010-2013)

ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, serta memiliki


hubungan negatif, dengan demikian, semakin tinggi return on equity perusahaan
properti maka akan semakin rendah return saham.
ROA berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, dan memiliki hubungan
yang positif, dengan demikian, semakin return on assets perusahaan properti
maka akan semakin besar return saham.

b. Yeye Susilowati & Tri Turyanto, 2011 : REAKSI SIGNAL RASIO


PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP RETURN
SAHAM PERUSAHAAN PROFITABILITY AND SOLVABILITY RATIO
REACTION SIGNAL TOWARD STOCK RETURN COMPANY.
Variabel independen EPS, NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham, namun demikian bukan berarti secara teoritis
menyimpang.

3. GOOD CORPORATE GOVERNANCE terhadap RETURN SAHAM

a. Roy Budiharjo, 2016 : Good Corporate Governance Terhadap Return Saham


dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening dan Moderating (Studi
Empiris Pada Perusahaan Peraih CGPI Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2012).

Variabel good corporate governance tidak berpengaruh terhadap return saham.


Variabel good corporate governance berpengaruh positif terhadap return saham
melalui profitabilitas.

Anda mungkin juga menyukai