Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI KEGAWATDARURATAN CEREBRO VASCULAR

ACCIDENT DAN KASUS PELANGGARAN ETIK

Untuk memenuhi UAS


Keperawatan Gawat Darurat
Yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, S. Kep, Ns, M. Kep.

Oleh :

MOH. ADIB MABRURI


P17212195044

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2019
Faktor yang dapat dimodifikasi Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi
(Hipertensi, diabetes, kolestrol,
merokok, obesitas, penyakit (Usia, jenis kelamin, riwayat
jantung, alkohol) keluarga,)

Stroke Iskemik STROKE Stroke Iskemik

Infark Serebri Arteri Vertebrata Disfungsi N. IX Kerusakan Aterosklerosis


Basilaris (Kelemahan Mobilitas Fisik
anggota gerak)
Oklusi Lumen Arteri Trombosis
Kerusakan Penurunan Gangguan
Penurunan Mekanisme neurucerecrospinal tonus otot komunikasi Emboli
Aliran Darah Arteri N.VII, N.IX, N.XXI fasial verbal
Aneurisme
Ketidakseimbangan Cairan Kerusakan Perubahan
Peningkatan
diotak dan Suplai O2 menghirup Gangguan
TIK neurologis N.I, N.II,
,mengecap sensori Peningkatan
N.IV, N.XII
,melihat Pembuluh darah Otak
Otak Kekurangan O2
Kerusakan Penurunan Gangguan
neurologis N.I, N.II, proses Pecahnya Pembuluh
kebutuhan
Hipoksia N.IV, N.XII menelan darah
nutrisi

Iskemia Otak Arteri Carotis Disfungsi N.II Ketidakseimbangan Ketidak


Kebutaan Penu
Interna (darah ke retina) Suplai O2 di Otak Efektifa
mpu
kan n Perfusi
Oedema Otak Cerebri
Cair Jaringan
Perubahan irama Ketidak Ketidak efektifan
dalam dan kuat efektifan pola an Perfusi Jaringan O2 di
Peningkatan Pusat Pernafasan
nafas Otak
Vasopasme Cerebral Meningkat
Terdapat lendir Ketidak efektifan
Gambar 2.1 Pathway Stroke dan sputum bersihan jalan nafas
Sumber : (Pudiastuti, 2011 hal 156)
SOAL A : Patofisiologi Stroke
Stroke merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor risiko
atau biasa disebut multikausal. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
stroke dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Wahjoepramono, 2005).

Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus)
yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal.
Sumbatan tersebut disebabkan oleh thrombosis atau emboli karena terbentuknya
plak atau ateroma pada proses aterosklerosis. Kondisi tersebut menyebabkan
penurunan mekanisme aliran darah arteri yang berakibat pada ketidakseimbangan
cairan di otak dan suplai O2. Penurunan suplai O2 tersebut mengakibatkan
terjadinya hipoksia yang salah satu dampaknya dapat menyebabkan pusat
pernafasan meningkat sehingga terdapat perubahan irama dalam dan kuat yang
menyebabkan ketidak efektifan pola nafas, semakin tinggi nilai frekuensi nafas
maka menunjukkan semakin rendahnya SpO2 yang menjadi pertanda adanya
hipoksia jaringan (Guyton & Hall, 2007).

Stroke perdarahan disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah


yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk kedalam jaringan otak, sehingga
terjadi hematom. Hematom ini menyebabkan timbulnya tekanan tinggi intrakranial
(TTIK). Kondisi tersebut terjadi pada perdarahan intrakranial. Pada hemoragi darah
arteri dari sistem pembuluh darah dapat masuk kedalam rongga subarakhnoid, yang
disebut perdarahan subarakhnoid sekunder. Apabila sumber perdarahan berasal dari
rongga subarakhnoid sendiri, maka disebut dengan perdarahan subarakhnoid
primer. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi
otak dan kehilangan kesadaran. Namun apabila perdarahan berlangsung lambat,
pasien kemungkinan mengalami nyeri kepala hebat, yang merupakan skenario khas
perdarahan (PSA). Keluarnya darah arteri dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial atau intraserebral, sehingga terjadi penekanan pada struktur otak dan
pembuluh darah otak menyeluruh. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan aliran
darah sehingga menimbulkan hipoksia, iskemia global yang kemudian terjadi
kematian sel saraf sehingga timbul gejala klinis defisit neurologis (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik disebabkan perdarahan intrakanial non traumatik.
Perdarahan intrakranial yang sering terjadi adalah perdarahan intraserebral (PIS)
dan perdarahan subarakhnoid (PSA).
a. Perdarahan Intraserebral (PIS) disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk
ke dalam jaringan otak. Pada kondisi ini akan terjadi peningkatan tekanan
intrakranial atau intraserebral, sehingga terjadi penekanan pada struktur otak
atau pembuluh darah otak secara menyeluruh yang mengakibatkan penurunan
aliran darah otak dan berujung pada kematian sel saraf sehingga timbul gejala
klinis defisit neurologis (Iskandar, 2004).
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA) perdarahan subarakhnoid adalah masuknya
darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (subarakhnoid sekunder)
maupun dari ruang subarakhnoid sendiri (subarakhnoid primer) (Junaidi, 2011).
SOAL B: KASUS PELANGGARAN ETIKA KEPERAWATAN

Perawat jaga malam di IGD suatu rumah sakit swasta terdiri dari perawat A (perawat
senior), perawat B (midlle), perawat C (yunior). Pada pukul 23.00 datang pasien baru
berinisial Tn. K dengan umur 73 tahun. Pasien datang dengan diagnosa medis CVA (Cerebro
Vascular Accident). Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: pasien tidak sadar,
konjungtivis anemis, sesak +, tampak adanya ronchi, didapatkan tekanan darah 170/90
mmHg, RR 32 x permenit, nadi 92 x permenit, SPO2 89% dan terpasang oksigen NRBM 10
liter per menit. Pasien diterima dengan status kelas III BPJS kesehatan subsidi dari
pemerintah.

Perawat A menerima pasien, mengkaji, melaporkan dokter dengan kertas kecil atau
kertas tidak terpakai dan dengan segera perawat tersebut melakukan advice yang diberikan
dokter. Ada pemeriksaan laborat dan persiapan obat injeksi. Perawat B baru menyiapkan
injeksi untuk pasien kelolaannya dan mau menggantikan infus pasien yang habis. Kemudian
perawat A meminta tolong ke perawat C untuk memasang NGT yang direncanakan untuk
pemenuhan nutrisi. Dengan kemampuan sebagai perawat baru terhadap seniornya, maka
disiapkan semua alat yang diperlukan dan dengan segera perawat baru memasang NGT.

Perawat C memberikan inform concet terhadap keluarga untuk pemasangan selang


hidung. Keluarga menolak, keluarga menganggap hal tersebut menyakiti pasien, sehingga
terjadi perdebatan antara perawat baru dan keluarga. Perawat memaksa keluarga untuk
menyetujui dan menandatangani format yang telah disiapkan, dengan informasi biaya ini
masuk BPJS dan pasien tidak dikenakan biaya. Akhirnya keluarga menyetujui karena takut.
Tn. K batuk-batuk saat dilakukan tindakan. Tidak lama kemudian terjadi refleks fageal,
akhirnya pasien pun tidak tertolong. Oleh karena kesibukan, perawat A lupa menyalin tulisan
yang ada di kertas dan terbawa dikantong baju, dan belum sempat menuliskan apa yang
dikerjakan serta advis dokter tidak ditulis dicatatan medik. Apa saja pelanggaran etik yang
terjadi pada kasus tersebut dan bagaimana penyelesaiannya?
JAWABAN :

1. Identifikasi masalah etik yang dilanggar.


a. Benecifience
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
b. Non Maleficience
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Tindakan dan pengobatan harus berpedoman “primum non nocere” (yang
paling utama adalah jangan merugikan) tidak melukai,tidak menimbulkan
bahaya,cidera bagi orang lain atau klien. Prinsip tidak melukai orang lain,berbeda
dan lebih keras dari pada prinsip untuk melakukan yang terbaik. Resiko
fisik,psikologis maupun sosial akibat tindakan dan pengobatan yang akan
dilakukan hendaknya seminimal mungkin.
c. Justice
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan
yang dilakukan untuk semua orang adalah sama. Tindakan yang sama tidak selalu
identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dokter dan perawat harus berlaku
adil dan tidak berberat sebelah.
d. Autonomy
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
2. Analisa Masalah Yang Muncul.
Masalah yang muncul adalah perawat mengabaikan prinsip etik yang terkait dengan
kasus seperti pada :
 Beneficience dan Non maleficience.
Pelayanan di rumah sakit tidak hanya dituntut secara professional dari segi
hardskill, melainkan juga softskill perlu dimiliki setiap tenaga medis seperti
attitude yang baik dan sikap empati dalam memberikan pelayanan kepada klien
atau pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
 Justice.
Setiap pasien pada dasarnya memiliki hak yang sama, namun pada kenyataannya
justru pasien yang dari segi ekonomi lebih mampu, lebih diprioritaskan dibanding
yang tidak mampu. Misal seperti kasus Tn K yang tidak mampu dari segi
ekonomi, dikarenakan Tn. K merupakan pasien BPJS kelas 3. Padahal Tn. K
mempunyai penyakit yang sama – sama parah dengan pasien yang dari segi
ekonomi lebih mampu. Namun pihak rumah sakit justru lebih memprioritaskan
perawatan pasien yang ekonominya lebih mampu (menengah ke atas) dan
mengabaikan sikap profesionalitas sebagai tenaga medis yang berattitude dan
berkarakter.
 Autonomy.
Pasien yang tidak mampu harus kehilangan kebebasannya dalam memilih
pengobatan yang terbaik untuk kesembuhannya, dan haknya sebagai pasien
dihilangkan begitu saja dikarenakan terbatasnya materi yang pasien miliki
sekaligus tindakan pemaksaan yang dilakukan perawat. Padahal keluarga pasien
dapat memanfaatkan kebebasannya tersebut untuk kebaikan pasien tersebut.
3. Penyelesaian
Penyelesaian Masalah Tn.K dan kelalaian perawat diatas, wajib
memperhatikan berbagai hal baik dari segi pasien dan keluarga, maupun perawat
secara perorangan. Bila dilihat dari masalah bahwa perawat memaksa kepada pihak
keluarga pasien untuk menyetujui atas pemasangan selang hidung terhadap pasien.
Perawat seniorpun mengkaji pasien dengan menulis di kertas kecil sehingga dapat
hilang seketika. Perawat itupun lupa menyalin tulisannya di buku khusus. Untuk
mengatasi hal tersebut, Perawat seharusnya memberi arahan dengan sikap dan tutur
kata yang sopan kepada keluarga pasien agar keluarga pasien pun membuka hatinya
dengan lapang dada mengizinkan pemasangan selang hidung kepada pasien dan tidak
merasa takut lagi akan kesakitan yang diderita oleh pasien tersebut.
Perawat seniorpun harus teliti mengkaji dan melaporkan kepada dokter
dengan buku khusus penyakit yang diderita pasien. Oleh karena itu, keputusan ada
atau tidaknya kelalaian/malpraktek bukanlah penilaian atas hasil akhir pelayanan
praktek keperawatan pada pasien, melainkan penilaian atas sikap dan tindakan yang
dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta: EGC.

Iskandar. (2004). Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: Buana Ilmu
Populer.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.


Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahjoepramono. (2005). Stroke Tata Laksana Fase Akut. Jakarta: Universitas Pelita
Harapan.

Anda mungkin juga menyukai